Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Tingkat Tertinggi Makrifat Hakiki (3)

0 Pendapat 00.0 / 5

2. Kemungkinan Mendapat Petunjuk Khusus Ilahi

Setelah menerima petunjuk umum agama bagi semua manusia dan menjalin hubungan dengan Allah melalui keyakinan sahih dan amal saleh, diperlukan petunjuk-petunjuk khusus dari Allah dan para wali-Nya agar manusia bisa sampai ke hakikat tauhidi dan penyaksiannya melalui hati. Sebab, jika seorang mukmin belum memiliki potensi dan kapasitas khusus, maka hakikat-hakikat tauhidi tak akan muncul pada dirinya. Ini seperti yang ditegaskan Al-Quran, “Dengan Al-Quran, Allah membimbing orang-orang yang mengikuti rida-Nya ke jalan keselamatan, mengeluarkan mereka dari kegelapan menuju cahaya, dan membawa mereka menuju jalan yang lurus.”[4]

Jelas bahwa hidayah dalam ayat ini adalah hidayah khusus. Alasannya, pertama, ada syarat yang harus dimiliki untuk mendapatkan hidayah ini, yaitu penerimaan orang itu terhadap Al-Quran sebagai hidayah umum. Kedua, seseorang harus dalam keadaan mengikuti rida ilahi. Dengan begitu, ia akan dibimbing langsung oleh Allah menuju jalan keselamatan. Hidayah ini berbarengan dengan keluarnya dia dari kegelapan khusus. Dari sini diketahui bahwa jalan lurus juga memiliki derajat-derajat tersendiri. Orang tersebut dibimbing Allah untuk bisa memahami hakikat jalan lurus. Tentu sudah jelas bahwa hidayah, dalam semua derajatnya, diperoleh dengan mengikuti Aimmah as.

3.Macam-macam Bimbingan Khusus Ilahi

Mengetahui bahwa bimbingan khusus menuju hakikat tauhidi tak bisa terwujud kecuali dengan mengikuti Al-Quran dan Ahlulbait as, maka harus dicamkan bahwa bimbingan ini, berdasarkan analisis penulis, bisa digambarkan secara umum dalam tiga bentuk:

a) Sair syakhshi (perjalanan pribadi): Artinya, setelah seseorang menguasai hukum syar`i dan masalah akhlak, dia lalu menjalankan perintah agama secara kontinu, sehingga dia mendapat bantuan dari Allah berupa tersingkapnya tirai dari hatinya dan ia bisa menyaksikan hakikat tauhidi.[5]
b) Sair jadzbi (perjalanan yang menciptakan magnet tarikan): Artinya, seseorang yang memiliki kapasitas kebersihan jiwa, sekonyong-konyong mendapat bantuan Ilahi dan menempuh derajat-derajat hakikat tauhidi. Secara istilah, ini disebut “majdzub salik.”[6]
c) Sair tarbiyati (perjalanan melalui bimbingan): Artinya, seseorang memiliki metode teratur untuk menempuh jalan tauhid. Sehingga, setelah dia memperoleh derajat keikhlasan dan menjalankan perintah agama secara kontinu, dia bisa menyaksikan hakikat tauhid dalam segala urusannya secara permanen.

[1] An-Nahl 97.


[2] Al-Muthaffifin 14-17.

[3] Al-Insyiqaq 6-15.

[4] Al-Maidah 16.

[5] Sebagai contoh, kita bisa menyebut nama Imam Khomeini, guru beliau, Ayatullah Shahabadi, dan juga Ayatullah Bahauddini.

[6] Contohnya adalah Ayatullah Anshari Hamadani, Ghubar Hamadani, dan Baba Tahir Hamadani.