Alam Gaib dan Alam Nyata dalam Pandangan Dunia Tauhid (2)
Al-Qur’an memberi petunjuk bahwa segala sesuatu di dunia ini berakar pada realitas lain di alam gaib. Firman-Nya: “Dan tidak ada sesuatu pun melainkan pada sisi Kamilah khazanahnya, dan Kami tidak menurunkannya melainkan dengan ukuran tertentu.” (QS al-Hijr: 21).
Bahkan besi pun disebut sebagai sesuatu yang diturunkan: “…dan Kami turunkan besi…” (QS al-Hadid: 25).
Tentu saja, yang dimaksud bukan perpindahan fisik dari langit ke bumi, melainkan penjelasan bahwa hakikat setiap benda di alam nyata memiliki asal usul dalam khazanah gaib. Dengan kata lain, apa yang kita saksikan hanyalah bentuk proyeksi atau manifestasi dari realitas yang lebih tinggi.
Konsep ini kemudian terhubung dengan keyakinan mendasar dalam Islam. Iman kepada gaib tidak hanya berupa pengakuan abstrak, tetapi dijabarkan secara konkret dalam bentuk iman kepada malaikat, iman kepada wahyu, iman kepada kitab-kitab Allah, iman kepada para rasul, dan iman kepada Hari Akhir.
Al-Qur’an menegaskan: “Rasul telah beriman kepada Al-Qur’an yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian juga orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, dan rasul-rasul-Nya…” (QS al-Baqarah: 284).
Dan dalam ayat lain: “Barang siapa kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari akhir, maka ia benar-benar telah tersesat sejauh-jauhnya.” (QS an-Nisa: 136).
Penting untuk dicatat bahwa iman kepada kitab-kitab Allah tidak hanya berarti percaya pada lembaran wahyu yang turun kepada para nabi. Jika hanya itu maksudnya, niscaya cukup disebutkan iman kepada para rasul. Namun, Al-Qur’an menyinggung adanya realitas lain di alam gaib, yang menjadi sumber dari seluruh wahyu, seperti al-Lauh al-Mahfuzh (Lauh Terjaga), Ummul Kitab (Induk Kitab), al-Kitab al-Marqūm (Kitab Tertulis), dan al-Kitab al-Maknūn (Kitab Tersembunyi).
Bersambung....