Sayyid Jamal al-Afghani dan Mimpi Besar Persatuan Dunia Islam (2)
Gagasan Utama & Kelebihan Intelektual
1. Pemahaman Kritis terhadap Sunni dan Syiah
Salah satu keunggulan Jamal al-Afghani adalah kemampuannya memahami dinamika internal dunia Islam dengan kacamata historis dan politik yang luas. Ia menyadari bahwa dalam sejarah panjang umat Islam, baik tradisi Sunni maupun Syiah memiliki pengalaman yang berbeda dalam hubungannya dengan kekuasaan dan masyarakat.
Dalam beberapa periode sejarah, sebagian ulama Sunni memang memilih untuk berada dekat dengan penguasa demi menjaga stabilitas umat dan kesinambungan institusi keagamaan. Sementara itu, sebagian ulama Syiah dalam konteks lain sering tampil sebagai suara kritis terhadap penguasa yang dianggap zalim, mengingat latar belakang historis Syiah yang lahir dari pengalaman ketidakadilan politik pada masa-masa awal Islam.
Namun, Jamal al-Afghani tidak melihat perbedaan ini untuk memperlebar jurang di antara dua mazhab. Sebaliknya, ia mengusung gagasan persatuan Islam yang melampaui sekat-sekat mazhab demi menghadapi tantangan yang lebih besar: kolonialisme, tirani, dan kemunduran peradaban.
Bagi Jamal, perbedaan teologis yang ada seharusnya tidak menjadi penghalang bagi solidaritas politik dan kultural umat Islam. Ia memandang bahwa baik Sunni maupun Syiah sama-sama memiliki tradisi intelektual, moral, dan spiritual yang bisa bersinergi untuk membangun kembali martabat umat.
Dalam konteks Syiah, fakta bahwa ulama sering mengambil peran kritis terhadap kekuasaan dapat dipandang sebagai kontribusi berharga bagi dinamika umat secara keseluruhan. Sementara dalam tradisi Sunni, kedekatan ulama dengan penguasa pada beberapa periode juga membawa peran positif, seperti menjaga stabilitas sosial dan penyebaran ilmu pengetahuan.
Gagasan Jamal al-Afghani mengajak kedua tradisi ini untuk saling menghargai warisan masing-masing, memanfaatkan kekuatan yang ada, dan bersama-sama membangun solidaritas Islam yang inklusif demi kepentingan umat yang lebih luas.
Bersambung ....