Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Akibat Mengingkari Hari Kebangkitan(2)

0 Pendapat 00.0 / 5

2. Hilangnya Kepercayaan kepada Ilmu dan Kekuasaan Allah

Pengingkaran terhadap Hari Kebangkitan juga bersumber dari lemahnya keyakinan terhadap kekuasaan dan ilmu Allah. Mereka menganggap mustahil bahwa manusia yang telah mati akan hidup kembali. Bagi mereka, kematian adalah akhir dari segalanya — sebuah kehancuran total.

Al-Qur’an menjawab pemikiran ini dengan tegas:

“Dan mereka berkata: ‘Kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan di dunia saja. Kita mati dan hidup, dan tidak ada yang membinasakan kita selain masa.’ Padahal mereka tidak mempunyai pengetahuan tentang itu, mereka hanya menduga-duga saja.”
(QS. Al-Jatsiyah [45]: 24)

“Orang-orang kafir mengatakan bahwa mereka sekali-kali tidak akan dibangkitkan. Katakanlah: ‘Ya, demi Tuhanku, kamu benar-benar akan dibangkitkan, kemudian diberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.’ Yang demikian itu mudah bagi Allah.”
(QS. At-Taghabun [64]: 7)

Bagi manusia yang beriman, kehidupan adalah pancaran kekuasaan Allah yang tiada batas. Tuhan yang mampu menciptakan dari ketiadaan, tentu lebih mudah untuk menghidupkan kembali yang telah mati. Sebagaimana firman-Nya:

“Dan Dia-lah yang menciptakan dari permulaan, kemudian menghidupkannya kembali, dan menghidupkan kembali itu adalah mudah bagi-Nya.”
(QS. Ar-Rum [30]: 27)

Imam Ja‘far ash-Shadiq a.s. pernah berkata bahwa manusia yang mengingkari kebangkitan adalah mereka yang tidak mengenal hakikat diri dan Tuhannya. Sebab, siapa pun yang memahami dirinya sebagai ciptaan, akan mengetahui bahwa keberadaannya bukan berasal dari dirinya sendiri — dan yang telah memulai penciptaan tentu mampu mengulanginya kembali.

3. Alam Sebagai Cermin Kebangkitan

Rasulullah ﷺ bersabda:

“Setiap kali kamu menyaksikan datangnya musim semi, perbaharuilah keyakinanmu terhadap kehidupan setelah mati.”

Musim semi adalah wahyu alam yang mengajarkan manusia tentang kebangkitan. Tanah yang kering, pohon yang gersang, dan dedaunan yang gugur — semuanya seolah mati. Namun ketika rahmat Ilahi turun bersama hujan, bumi itu kembali hidup, menumbuhkan kehidupan baru.

Maulana Jalaluddin Rumi menggubahnya dengan indah:

“Setelah musim gugur, datanglah musim semi kehidupan; misteri alam pun tersingkap, bumi yang mati kembali hidup.”

Setiap pergantian musim, setiap benih yang tumbuh, setiap bayi yang lahir — semuanya adalah tanda-tanda kebangkitan yang berulang setiap hari. Dunia ini bukanlah tempat tanpa makna, tetapi sebuah madrasah besar di mana manusia belajar bahwa kematian hanyalah gerbang menuju kehidupan yang lebih tinggi.

Bersambung...