Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Pidato Jumat Pertama Rasulullah saw: Seruan Abadi tentang Taqwa dan Kebenaran (1)

0 Pendapat 00.0 / 5

Setelah perjalanan hijrah yang berat dari Makkah menuju Madinah, Rasulullah saw akhirnya tiba di tanah yang kelak menjadi pusat peradaban Islam. Di kota yang waktu itu masih sederhana, di tengah lembah Bani Salim bin ‘Auf, beliau berdiri di hadapan para penduduk dan sahabatnya. Hari itu adalah hari Jumat pertama dalam sejarah Islam di Madinah, dan untuk pertama kalinya, Rasulullah saw menyampaikan khutbah Jumat—pidato yang menjadi dasar pembinaan ruhani dan sosial umat Islam.

Khutbah ini tidak hanya ditujukan untuk kaum Muslimin yang hadir di Madinah, tetapi juga untuk seluruh umat yang akan datang setelahnya. Ia adalah piagam moral, sebuah manifesto spiritual yang mengandung panduan abadi tentang ketakwaan, kesadaran diri, dan tanggung jawab sosial. Dalam khutbah inilah, Rasulullah saw mengajarkan bahwa kekuatan umat Islam bukanlah pada kekuasaan atau harta, melainkan pada hubungan mereka dengan Allah dan kesucian niat dalam amal.

Rasulullah saw memulai khutbahnya dengan penuh wibawa dan kelembutan:

“Segala puji bagi Allah yang senantiasa aku memuji-Nya, memohon pertolongan kepada-Nya, meminta petunjuk-Nya, beriman kepada-Nya dan tidak mengingkari-Nya, serta aku memusuhi orang yang mengingkari-Nya.

Aku bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah, Tuhan Yang Maha Esa, tiada sekutu bagi-Nya. Dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba-Nya dan utusan-Nya, yang telah diutus-Nya dengan membawa petunjuk, cahaya, dan nasihat, pada masa berlalunya para rasul, ketika ilmu pengetahuan telah sedikit, manusia tersesat, zaman terputus, dan ajal telah dekat.

Siapa saja yang menaati Allah dan Rasul-Nya, maka ia mendapat petunjuk. Dan siapa yang menentang keduanya, maka ia telah tersesat sejauh-jauhnya.

Aku berpesan kepada kalian untuk bertakwa kepada Allah. Sesungguhnya pesan terbaik yang disampaikan seorang Muslim kepada Muslim lainnya ialah menganjurkannya untuk mengingat akhirat dan memerintahkannya agar bertakwa kepada Allah.

Waspadalah terhadap apa yang diperingatkan Allah tentang diri-Nya. Sesungguhnya takwa kepada Allah bagi orang yang mengamalkannya karena takut kepada Tuhannya merupakan penolong yang dapat dipercaya untuk memperoleh apa yang mereka inginkan dari urusan akhirat.

Siapa saja yang memperbaiki urusan antara dirinya dengan Allah, baik secara sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan, dan tidak bermaksud dengan itu kecuali untuk memperoleh ridha Allah, maka itu akan menjadi pengingat baginya dalam urusan dunia dan menjadi tabungan baginya setelah mati, di saat seseorang amat memerlukan apa yang telah ia lakukan.

Adapun selain itu (amal yang tidak ikhlas), ia akan berharap seandainya antara dirinya dan hari itu ada jarak yang sangat jauh. Allah mengingatkan kalian akan Diri-Nya, dan Allah amat sayang kepada hamba-hamba-Nya. Demi Dzat yang membenarkan perkataan-Nya dan melaksanakan janji-Nya, sungguh tidak ada perubahan bagi janji itu.

Bersambung...