Pidato Jumat Pertama Rasulullah saw: Seruan Abadi tentang Taqwa dan Kebenaran (2)
Karena Allah SWT telah berfirman:
‘Keputusan di sisi-Ku tidak dapat diubah, dan Aku sekali-kali tidak menganiaya hamba-hamba-Ku.’ (QS. Qaf: 29)
Bertakwalah kepada Allah dalam urusan kalian yang segera dan urusan kalian yang lambat, baik dalam keadaan sembunyi maupun terang-terangan.
Karena siapa saja yang bertakwa kepada Allah, maka Allah akan ampuni dosa-dosanya dan memberikan pahala yang besar baginya. Siapa saja yang bertakwa kepada Allah, sungguh ia telah memperoleh kemenangan yang besar.
Sesungguhnya takwa kepada Allah akan melindungi seseorang dari kebencian-Nya, dari siksa-Nya, dan dari murka-Nya. Sesungguhnya takwa kepada Allah akan memutihkan wajah, membuat Tuhan ridha, dan meninggikan derajat.
Ambillah bagian keberuntunganmu, dan jangan melampaui batas di sisi Allah.
Allah SWT telah mengajarkan kepada kalian kitab-Nya dan telah menjelaskan jalan-Nya, supaya orang-orang yang benar dan orang-orang yang dusta diketahui. Maka berbuatlah baik sebagaimana Allah telah berbuat baik kepada kalian, dan musuhilah musuh-musuh-Nya, serta berjihadlah di jalan Allah dengan sebenar-benarnya.
Karena Dia telah memilih kalian dan menamakan kalian orang-orang Muslim, supaya orang yang binasa, binasa atas dasar kejelasan, dan orang yang hidup, hidup atas dasar kejelasan.
Tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah.
Perbanyaklah mengingat Allah dan beramallah untuk masa sesudah hari ini. Karena siapa saja yang memperbaiki hubungan antara dirinya dengan Allah, maka Allah akan mencukupkan baginya hubungan antara dirinya dengan manusia.
Sesungguhnya Allah yang memutuskan urusan manusia, namun manusia tidak memutuskan urusan-Nya. Allah yang menguasai manusia, namun manusia tidak menguasai Allah.
Allah Mahabesar. Tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah Yang Mahatinggi lagi Maha Agung.”
Makna dan Relevansi Khutbah Jumat Pertama
Khutbah ini adalah dokumen spiritual paling awal dalam sejarah kenabian di Madinah, yang menggambarkan arah misi Rasulullah saw: membangun masyarakat bertakwa yang berakar pada hubungan kuat antara manusia dan Tuhannya. Tiga pesan besar dapat ditarik dari khutbah ini:
1. Taqwa sebagai inti seluruh amal.
Rasulullah saw menegaskan bahwa takwa bukan sekadar ketakutan kepada Allah, tetapi kesadaran moral yang menjadi penuntun dalam setiap tindakan, baik yang tampak maupun tersembunyi. Dalam dunia yang materialistis dan penuh fitnah, takwa menjadi kompas yang menjaga agar amal tidak kehilangan ruhnya.
2. Hubungan dengan Allah sebagai dasar hubungan sosial.
“Siapa saja yang memperbaiki urusan antara dirinya dengan Allah,” sabda beliau, “maka Allah akan memperbaiki urusan antara dirinya dengan manusia.” Prinsip ini menjadi pondasi masyarakat Islam: keadilan sosial dan persaudaraan sejati tidak mungkin lahir dari hati yang jauh dari Tuhan.
3. Kesadaran eskatologis: bekerja untuk hari setelah hari ini.
Rasulullah saw mengingatkan, “Beramallah untuk masa sesudah hari ini.” Umat Islam diminta hidup dengan pandangan jauh ke depan, tidak hanya untuk dunia fana, tetapi untuk kehidupan kekal. Inilah pandangan dunia Qur’ani—bahwa setiap amal harus berorientasi pada keabadian.