Keadilan Ilahi: Harmoni Dunia dan Kehidupan Abadi (3)
Menyingkap Makna Keadilan
Untuk menjawab problem keadilan, para ulama Syiah telah memberikan uraian panjang. Salah satu karya yang mendalam adalah ‘Adl-i Ilahi (Keadilan Allah), yang menguraikan prinsip-prinsip filsafat keadilan dalam Islam. Secara singkat, ada beberapa kaidah yang membantu kita memahami persoalan ini. Pertama, bahwa keberagaman adalah syarat kesempurnaan. Bila semua ciptaan seragam, dunia tidak akan memiliki harmoni. Kecantikan baru tampak bila ada keburukan sebagai kontras. Kesehatan baru bernilai bila ada sakit. Hidup baru bermakna bila ada kematian.
Kedua, penderitaan bukanlah keburukan mutlak. Ia seringkali menjadi jalan bagi manusia untuk tumbuh, mendekat kepada Allah, dan merasakan makna hidup yang lebih dalam. Banyak orang justru menemukan iman, kesabaran, dan kemuliaan dalam derita.
Ketiga, setiap makhluk diberi potensi sesuai perannya. Allah tidak menuntut tikus menjadi singa, atau manusia menjadi malaikat. Keadilan bukanlah menyamaratakan segalanya, melainkan menempatkan segala sesuatu pada tempat yang layak. Dalam istilah Imam Ali a.s., “Keadilan adalah meletakkan sesuatu pada tempatnya.”
Keempat, kehidupan dunia bukanlah akhir dari segalanya. Apa yang tampak sebagai ketidakadilan di dunia akan menemukan kompensasi dan kelengkapannya di akhirat. Penderitaan orang beriman tidak sia-sia, melainkan investasi untuk kehidupan abadi.
Dengan memahami prinsip-prinsip ini, kita bisa melihat bahwa keadilan Allah tidak dapat diukur dengan kacamata dunia semata. Dunia hanyalah bagian kecil dari sistem besar ciptaan, sementara rahasia penuh dari keadilan baru terbuka ketika manusia memasuki alam akhirat.
Bersambung...