Doa Nabi bagi Penyampai Ilmu (1)
Salah satu dimensi penting dalam ajaran Islam adalah transmisi ilmu pengetahuan dan nilai-nilai agama dari satu generasi ke generasi berikutnya. Proses ini bukan sekadar penyampaian teks, melainkan juga pewarisan makna, pemahaman, dan pengamalan. Di antara hadis yang menekankan hal ini adalah sabda Nabi Muhammad saw yang berbunyi:
نَضَّرَ اللَّهُ امْرَأً سَمِعَ مِنَّا حَدِيثاً فَبَلَّغَهُ كَمَا سَمِعَهُ، فَرُبَّ مُبَلَّغٍ أَوْعَى مِنْ سَامِعٍ
Semoga Allah mencerahkan seorang hamba yang mendengar suatu hadis dari kami, lalu menyampaikannya sebagaimana ia mendengarnya. Karena sering kali orang yang disampaikan lebih memahami daripada orang yang mendengar langsung. (Musnad Ahmad, Jilid 1, hlm. 437).
نَضَّرَ اللَّهُ امْرَأً سَمِعَ مِنَّا حَدِيثاً فَحَفِظَهُ حَتَّى يُبَلِّغَهُ غَيْرَهُ، فَرُبَّ حَامِلِ فِقْهٍ إِلَى مَنْ هُوَ أَفْقَهُ مِنْهُ
Semoga Allah mencerahkan seorang hamba yang mendengar sebuah hadis dari kami, lalu menjaganya hingga menyampaikannya kepada orang lain. Sebab, bisa jadi seorang pembawa ilmu menyampaikannya kepada orang yang lebih memahami darinya. (Sunan al-Tirmidzi, Kitab al-ʿIlm, no. 2656).
نَضَّرَ اللَّهُ امْرَأً سَمِعَ مَقَالَتِي فَوَعَاهَا، فَأَدَّاهَا كَمَا سَمِعَهَا، فَرُبَّ حَامِلِ فِقْهٍ إِلَى مَنْ هُوَ أَفْقَهُ مِنْهُ
Semoga Allah mencerahkan seorang hamba yang mendengar perkataanku, lalu memahaminya, kemudian menyampaikannya sebagaimana ia mendengarnya. Karena bisa jadi seorang pembawa ilmu menyampaikannya kepada orang yang lebih faqih darinya.” (Sunan Ibn Majah, Muqaddimah, no. 233).
نَضَّرَ اللَّهُ عَبْداً سَمِعَ مَقَالَتِي فَوَعَاهَا وَ بَلَّغَهَا مَنْ لَمْ يَبْلُغْهُ
Semoga Allah mencerahkan seorang hamba yang mendengar perkataanku, lalu menjaganya, dan menyampaikannya kepada orang yang belum sampai kepadanya. (Al-Kafi, Jilid 1, hlm. 403).
نَضَّرَ اللَّهُ عَبْداً سَمِعَ مَقَالَتِي فَوَعَاهَا، ثُمَّ أَدَّاهَا إِلَى مَنْ لَمْ يَسْمَعْهَا
Semoga Allah mencerahkan seorang hamba yang mendengar perkataanku, lalu memahaminya, kemudian menyampaikannya kepada orang yang belum mendengarnya. (Biḥar al-Anwar, Jilid 2, hlm. 151).
Hadis ini diriwayatkan baik dalam literatur Sunni maupun Syiah dengan redaksi yang hampir serupa, menunjukkan konsensus pentingnya peran penyampai ilmu dalam menjaga kontinuitas risalah kenabian.
Bersambung...