Tingkatan-Tingkatan Syirik (4)
4. Syirik dalam Sifat
Syirik jenis ini lebih halus dan filosofis. Ia muncul ketika seseorang menganggap sifat-sifat Allah terpisah dari Zat-Nya, atau ketika kekuasaan, ilmu, dan kehendak dianggap berdiri sendiri.
Sebagian teolog, terjatuh ke dalam bentuk syirik ini dengan memisahkan sifat dari Zat Allah secara mutlak. Padahal, dalam pandangan tauhid yang murni, seluruh sifat Ilahi tidak lain adalah manifestasi dari Zat-Nya sendiri.
Ini adalah syirik intelektual—tidak tampak dalam amal, tetapi dalam pandangan teologis yang keliru. Ia tersembunyi dan tidak mengeluarkan seseorang dari Islam, namun tetap menodai kemurnian tauhid.
5. Syirik dalam Ibadah
Ini adalah bentuk syirik yang paling nyata dan paling mudah dikenali. Ia terjadi ketika manusia mempersembahkan ibadah kepada selain Allah—kepada batu, pohon, binatang, bintang, laut, bahkan manusia.
Syirik dalam ibadah adalah lawan dari tauhid ibadah, yaitu ketika seluruh sujud, doa, cinta, dan ketaatan hanya ditujukan kepada Allah.
Namun, Islam juga memperingatkan tentang bentuk-bentuk syirik yang tersembunyi. Rasulullah ﷺ bersabda:
“Syirik itu lebih halus daripada jejak semut di atas batu hitam pada malam yang gelap. Yang paling kecil darinya adalah mencintai sesuatu karena hawa nafsu dan membenci sesuatu karena keadilan. Bukankah agama itu cinta dan benci karena Allah?”
Dalam pandangan Islam, mencintai harta, jabatan, atau kekuasaan hingga menguasai hati juga merupakan bentuk syirik. Siapa pun yang memperbudak dirinya kepada hawa nafsu telah menjadikan dirinya hamba selain Allah.
Bersambung...