Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Wasiat Paling Pedih dari Putri Rasulullah dalam Narasi Ali Syariati (2)

0 Pendapat 00.0 / 5

Cahaya yang Meredup

Sayidah Fatimah membuka mata. “Ali,” panggilnya pelan. Suaranya serupa bisikan daun yang hendak rontok.

Imam Ali mendekat.
“Ya, wahai sayidati.”

“Aku tidak ingin anak-anak mendekat dulu,” katanya lembut.
“Ada hal yang ingin kusampaikan kepadamu—bukan tentang luka, bukan tentang diriku. Tapi tentang jalan setelah aku tiada.”

Di sinilah, menurut Syariati, letak keagungan Sayidah Fatimah: bahkan di ambang wafat, ia tidak berbicara tentang dirinya, tetapi tentang amanah sejarah.

Imam Ali mengangguk, menahan isak yang tak pernah ia tunjukkan bahkan di medan perang.

“Ali…,” katanya lagi, “aku akan pergi. Aku tahu. Dan engkau juga tahu.”

Imam Ali diam. Air mata jatuh ke punggung tangan Fatimah.

“Tapi dengarlah wasiatku,” lanjutnya, “karena inilah satu-satunya bagian dari diriku yang akan tertinggal di dunia.”

Bersambung...