Membaca Ulang Pesan Imam Khomeini
Pada tanggal 3 Januari 1989, Imam Khomeini ra, pemimpin Revolusi Islam Iran, mengirimkan surat kepada Mikhail Gorbachev, presiden terakhir Uni Soviet.
Mengingat Uni Soviet sebagai salah satu poros utama kekuatan di percaturan internasional, maka tidak satu pun dari para pakar politik di dunia yang berbicara tentang keruntuhan negara adidaya itu. Akan tetapi, Imam Khomeini dengan segala kearifannya, menangkap sinyal-sinyal keruntuhan Uni Soviet dan memperingatkan hal itu kepada Gorbachev melalui sepucuk surat.
Peran Uni Soviet dan Tentara Merah dalam menentukan arah Perang Dunia II, telah menempatkan negara komunis itu sebagai kekuatan besar dan berpengaruh di dunia.
Amerika Serikat dan Uni Soviet – sebagai kekuatan utama dunia – memasuki era Perang Dingin di dunia dua kutub. Namun, kemenangan Revolusi Islam Iran dengan slogan "Tidak Timur" dan "Tidak Barat," telah merusak konstelasi politik global. Imam Khomeini mendirikan sebuah pemerintahan Islam yang bergerak independen dan tidak berkiblat kepada kekuatan-kekuatan besar tersebut. Republik Islam Iran mengadopsi kebijakan berdasarkan ajaran Islam murni, nilai-nilai, dan kepentingan nasional.
Pada saat Uni Soviet tampil sebagai sebuah kekuatan besar, Imam Khomeini mengirim pesan kepada Gorbachev agar ia menyingkirkan paham Marxisme dan memeluk Islam. Dengan argumentasi yang jernih dan rasional, Imam Khomeini menunjukkan kesalahan-kesalahan sistem Sosialis.
Dalam suratnya itu, Imam Khomeini memprediksikan keruntuhan paham Marxisme dan Komunisme, serta mengajak pemimpin Uni Soviet untuk mendengar seruan fitrah dan memeluk agama tauhid.
Imam Khomeini menulis, "Bagi semua orang, telah jelas bahwa sejak saat ini, Komunisme harus dicari di museum sejarah politik dunia. Saya harap Anda mempelajari Islam dengan sungguh-sungguh. Hal ini bukan karena Islam dan umat Islam memerlukan Anda, namun karena nilai-nilai Islam yang luhur dan universal-lah yang mampu memberikan jalan kesejahteraan dan kebebasan bagi semua bangsa."
Menurut Imam Khomeini, Marxisme sama sekali tidak mampu menjawab kebutuhan-kebutuhan riil umat manusia. Masalah utama Uni Soviet adalah ketiadaan keyakinan terhadap Tuhan sebagaimana yang juga dialami oleh negara-negara Barat. Ketidakyakinan Barat terhadap Tuhan inilah yang kini membawa, atau akan membawa mereka ke jalan buntu.
Imam Khomeini berpendapat bahwa Komunisme dan Kapitalisme telah benar-benar gagal dalam merespon kebutuhan material dan spiritual umat manusia.
Surat tersebut dibalas delapan minggu kemudian dengan mengutus Edward Shevardnadze, Menteri Luar Negeri Uni Soviet, untuk bertemu Imam Khomeini di Tehran.
Akan tetapi, Gorbachev tampaknya tidak memahami dimensi spiritual pesan Imam Khomeini dan dalam surat balasannya, ia hanya menjelaskan tentang langkah-langkah untuk mengkampanyekan kebebasan berpolitik dan menyebut prestasi-prestasi ekonomi Komunis.
Pada Desember 1991, Mikhail Gorbachev mengumumkan pembubaran Uni Soviet atau dua tahun setelah ia menerima surat dari Pemimpin Revolusi Islam Iran.
Beberapa tahun kemudian dan setelah Imam Khomeini wafat, Gorbachev dalam satu wawancara di Moskow, menyatakan penyesalan karena telah mengabaikan peringatan Imam Khomeini. Dia menyebut surat bersejarah itu sebagai pesan untuk semua masa dan memperkenalkan Imam Khomeini sebagai seorang pemikir yang perhatian terhadap nasib dunia.
Mengingat Uni Soviet sebagai salah satu poros utama kekuatan di percaturan internasional, maka tidak satu pun dari para pakar politik di dunia yang berbicara tentang keruntuhan negara adidaya itu. Akan tetapi, Imam Khomeini dengan segala kearifannya, menangkap sinyal-sinyal keruntuhan Uni Soviet dan memperingatkan hal itu kepada Gorbachev melalui sepucuk surat.
Peran Uni Soviet dan Tentara Merah dalam menentukan arah Perang Dunia II, telah menempatkan negara komunis itu sebagai kekuatan besar dan berpengaruh di dunia.
Amerika Serikat dan Uni Soviet – sebagai kekuatan utama dunia – memasuki era Perang Dingin di dunia dua kutub. Namun, kemenangan Revolusi Islam Iran dengan slogan "Tidak Timur" dan "Tidak Barat," telah merusak konstelasi politik global. Imam Khomeini mendirikan sebuah pemerintahan Islam yang bergerak independen dan tidak berkiblat kepada kekuatan-kekuatan besar tersebut. Republik Islam Iran mengadopsi kebijakan berdasarkan ajaran Islam murni, nilai-nilai, dan kepentingan nasional.
Pada saat Uni Soviet tampil sebagai sebuah kekuatan besar, Imam Khomeini mengirim pesan kepada Gorbachev agar ia menyingkirkan paham Marxisme dan memeluk Islam. Dengan argumentasi yang jernih dan rasional, Imam Khomeini menunjukkan kesalahan-kesalahan sistem Sosialis.
Dalam suratnya itu, Imam Khomeini memprediksikan keruntuhan paham Marxisme dan Komunisme, serta mengajak pemimpin Uni Soviet untuk mendengar seruan fitrah dan memeluk agama tauhid.
Imam Khomeini menulis, "Bagi semua orang, telah jelas bahwa sejak saat ini, Komunisme harus dicari di museum sejarah politik dunia. Saya harap Anda mempelajari Islam dengan sungguh-sungguh. Hal ini bukan karena Islam dan umat Islam memerlukan Anda, namun karena nilai-nilai Islam yang luhur dan universal-lah yang mampu memberikan jalan kesejahteraan dan kebebasan bagi semua bangsa."
Menurut Imam Khomeini, Marxisme sama sekali tidak mampu menjawab kebutuhan-kebutuhan riil umat manusia. Masalah utama Uni Soviet adalah ketiadaan keyakinan terhadap Tuhan sebagaimana yang juga dialami oleh negara-negara Barat. Ketidakyakinan Barat terhadap Tuhan inilah yang kini membawa, atau akan membawa mereka ke jalan buntu.
Imam Khomeini berpendapat bahwa Komunisme dan Kapitalisme telah benar-benar gagal dalam merespon kebutuhan material dan spiritual umat manusia.
Surat tersebut dibalas delapan minggu kemudian dengan mengutus Edward Shevardnadze, Menteri Luar Negeri Uni Soviet, untuk bertemu Imam Khomeini di Tehran.
Akan tetapi, Gorbachev tampaknya tidak memahami dimensi spiritual pesan Imam Khomeini dan dalam surat balasannya, ia hanya menjelaskan tentang langkah-langkah untuk mengkampanyekan kebebasan berpolitik dan menyebut prestasi-prestasi ekonomi Komunis.
Pada Desember 1991, Mikhail Gorbachev mengumumkan pembubaran Uni Soviet atau dua tahun setelah ia menerima surat dari Pemimpin Revolusi Islam Iran.
Beberapa tahun kemudian dan setelah Imam Khomeini wafat, Gorbachev dalam satu wawancara di Moskow, menyatakan penyesalan karena telah mengabaikan peringatan Imam Khomeini. Dia menyebut surat bersejarah itu sebagai pesan untuk semua masa dan memperkenalkan Imam Khomeini sebagai seorang pemikir yang perhatian terhadap nasib dunia.