Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Kisah Keislaman Abu Dzar al-Ghifari: Pencari Kebenaran yang Tak Pernah Mundur (2)

0 Pendapat 00.0 / 5

Menyambut Cahaya Islam

Pagi harinya, Imam Ali membawa Abu Dzar menemui Rasulullah ﷺ. Begitu mendengar langsung sabda Nabi, tanpa ragu sedikit pun Abu Dzar mengucapkan syahadat dan masuk Islam. Itulah karakter Abu Dzar—teguh, lugas, dan jujur.

Rasulullah ﷺ kemudian berkata kepadanya:
“Kembalilah kepada kaummu dan sampaikan kepada mereka ajaran ini.”

Namun Abu Dzar, yang hatinya selalu menyala dalam keberanian, menjawab penuh semangat:
“Demi Zat Yang Maha Kuasa, aku akan menjelaskan semua ini kepada mereka!”

Alih-alih langsung pulang, ia menuju masjid dan berteriak lantang:
“Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya!”

Seketika kaum Quraisy bangkit dan menghajarnya hingga tubuhnya babak belur. Andai tidak ada Abbas mungkin Abu Dzar akan tewas saat itu juga, Abbas melerai sambil berkata,
“Celaka kalian! Tidakkah kalian tahu dia dari Ghiffar, tempat perlintasan perniagaan kalian?”


Sang Mujahid Kebenaran

Setelah kembali ke kaumnya, Abu Dzar mulai menyeru mereka kepada Islam dan mengajarkan ayat-ayat Al-Qur’an. Kaumnya kemudian menjadi salah satu suku yang masuk Islam lebih awal dibanding banyak kabilah lain.

Di masa kemudian, ia tinggal di Madinah bersama kaum Muslimin. Namun pada masa kekhalifahan Utsman, karena ketegasannya mengkritik gaya hidup borjuis sebagian pejabat dan penguasa, Abu Dzar diasingkan ke Rabdzah—tanah sunyi yang jauh dari hiruk-pikuk umat.

Di tempat pengasingan itulah ia wafat, ditemani hanya keluarganya. Sebagaimana sabda Nabi ﷺ yang menjadi nubuat: “Semoga Allah merahmati Abu Dzar. Ia hidup sendirian, mati sendirian, dan akan dibangkitkan sendirian pula.”

Warisan Moral yang Tak Pernah Padam

Abu Dzar adalah teladan abadi bagi semua pencari kebenaran. Ia tidak pernah takut pada kekuasaan, tidak pernah bungkam di depan kezaliman, dan tidak pernah menukar prinsipnya dengan kenyamanan dunia.

Dalam tradisi Ahlulbait, Abu Dzar adalah salah satu sahabat paling setia—yang keberaniannya mengingatkan kita bahwa kebenaran harus diperjuangkan, bahkan ketika kita berdiri sendirian. Ia menjadi contoh bahwa iman bukan sekadar keyakinan dalam hati, tetapi sebuah komitmen hidup yang harus dibuktikan dalam setiap langkah dan keputusan.

Di tengah hiruk-pikuk dunia modern yang sering mengaburkan batas antara benar dan salah, kisah Abu Dzar kembali menyentuh kita: bahwa manusia yang jujur, teguh, dan merdeka adalah manusia yang tidak pernah tunduk kecuali kepada Allah.