Revolusi Islam Iran dan Ajaran Ahlul Bait as
Hari ini merupakan hari kelahiran Imam Hasan Askari as, salah satu manusia suci dan keturunan Rasulullah Saw dan bertepatan dengan hari kemenangan Revolusi Islam Iran. Hari yang penuh dengan catatan bersejarah bagi bangsa Muslim Iran. Seraya mengucapkan selamat atas kelahiran manusia suci Imam Hasan Askari as dan kemenangan Revolusi Islam, dalam kesempatan ini kami mencoba untuk mengkaji sejarah kehidupan manusia suci ini dan pengaruhnya terhadap terbentuknya Revolusi Islam serta keberlanjutannya.
Ahlul Bait Nabi Saw merupakan teladan kebenaran dan petunjuk bagi umat manusia. Oleh karena itu, Rasulullah menyebut mereka sebagai salah satu peninggalan dan warisannya yang sangat berharga yang beliau tinggalkan untuk umat manusia khususnya umat Islam. Menurut Nabi setelah al-Quran, Ahlul Baitnya menempati posisi kedua sebagai penyelamat umat manusia.
Imam Hasan Askari dilahirkan di Madinah pada tahun 232 Hijriah. Setelah kesyahidan ayahnya (Imam Hadi as), Imam Hasan Askari di usia 22 tahun memegang tampuk imamah dan kepemimpinan umat Islam, untuk memberi hidayah umat manusia ke jalan kebenaran dan keadilan atas perintah Allah Swt. Masa keimamahan Imam Hasan selama enam tahun dan selama itu beliau banyak mendapat tekanan serta kesulitan yang besar. Sementara itu, penguasa Bani Abbasiyah menerapkan pembatasan ketat kepada Imam Hasan.
Fase kehidupan dan era keimamahan Imam Hasan Askari sangat sulit dan sensitif, khususnya mengingat kelahiran anak beliau yang menjadi imam keduabelas, Imam Mahdi as. Hal ini dikarenakan kehidupan Imam Hasan diawasi secara ketat oleh agen-agen Bani Abbasiyah dan ketika anak dari Imam Maksum ini lahir maka akan segera dibunuh. Namun dengan perlindungan Allah Swt, Imam Mahdi as lahir kedunia dengan selamat dan setelah syahidnya Imam Hasan Askari, beliau mengalami masa ghaib untuk kemudian muncul kembali di tengah masyarakat atas ijin Allah serta memerangi segala kezaliman, kekafiran dan menebarkan keadilan di atas muka bumi.
Program utama para Ahlul Bait Nabi as adalah upaya untuk mendidik moral umat Islam, memerangi kezaliman serta kefasadan di muka bumi. Ucapan dan sejarah hidup mereka dalam masalah ini menjadi penerang umat Islam setelah al-Quran. Revolusi Islam Iran juga terbentuk dengan mengilhami ajaran suci ini dan menemukan jalannya di dunia materialis modern. Revolusi Islam Iran sebagai salah satu fenomena penting dalam sejarah kontemporer memiliki tiga pilar utama yakni agama, rahbar (pemimpin) dan rakyat yang berdiri saling sejajar. Dalam hal ini yang mengkoordinasi ketiga pilar ini adalah inspirasi besar kebangkitan ini dari sejarah Nabi dan Ahlul Bait as. Pengaruh ini sangat kuat dan di segala bidang sehingga membuat Revolusi Islam tercatat sebagai kebangkitan yang muncul atas inspirasi tuntutan atas kebenaran dan menolak kezaliman yang diajarkan oleh Ahlul Bait as.
Revolusi Islam banyak mengambil pelajaran berharga dari Ahlul Bait as seperti merujuk pada ajaran murni Islam, resistensi terhadap kezaliman dan arogansi kekuatan dunia serta reformasi masyarakat Islam. Dalam peristiwa Revolusi Islam, dunia menyaksikan bahwa bangsa Muslim Iran meski melontarkan tuntutan ekonomi, namun mereka lebih menekankan isu spiritual seperti memerangi dekadensi moral, menghidupkan nilai-nilai agama serta merealisasikan keadilan.
Spirit seperti ini telah memberi kekuatan besar terhadap resistensi rakyat. Dalam logika Revolusi Islam, spiritualitas dan moral memiliki posisi sangat penting. Para revolusioner yang agamis selain memerangi diktator juga berusaha mendidik dan memperbaiki jiwanya. Imam Khomeini dalam berbagai nasehatnya sangat menekankan upaya mendidik dan memperbaiki diri. Dalam hal ini Imam Khomeini berkata, “Selama manusia belum terdidik, maka mereka membahayakan masyarakat. Tidak ada makhluk yang sangat berbahaya kecuali manusia dan manusia yang terdidik paling bermanfaat bagi masyarakat. Dan sekali lagi tidak ada makhluk yang sangat bermanfaat kecuali manusia terdidik. Poros dari alam semesta ini ada pada pendidikan manusia.”
Oleh karena itu, ketika Imam Hasan Askari menulis surat kepada salah satu muridnya yang bernama Abu al-Hasan Ali bin Husein Qomi yang tercatat sebagai salah satu ahli fiqih terkenal di zamannya, beliau menjelaskan dimensi manusia yang terdidik dengan ajaran Islam dan beliau pun menginginkan pengikutnya merupakan orang-orang yang terdidik dengan nilai-nilai agama.
Imam Hasan dalam suratnya menulis, “Wahai ahli fiqih dan orang kepercayaanku! Semoga Allah memberimu taufik untuk melakukan perbuatan terpuji. Aku nasehatkan kepadamu untuk bertakwa, mendirikan shalat dan mengeluarkan zakat. Aku wasiatkan kepadamu untuk memaafkan kesalahan orang lain, menahan kemarahan dan menyambung tali silaturahmi. Berusahalah untuk memenuhi kebutuhan saudara Muslimmu. Jangan pernah berpisah dengan al-Quran dan laksanakanlah amr bil maruf nahi anil munkar.”
Nasehat Imam Hasan Askari ini merupakan piagam bagi kehidupan masyarakat agamis, di mana ketika setiap anggota masyarakat menerapkan nasehat tersebut maka mereka akan mampu memberikan bantuan bagi terciptanya sebuah masyarakat ideal. Ini adalah sebuah masyarakat ideal yang berhasil direalisasikan oleh Revolusi Islam Iran. Revolusi Islam ibarat cahaya terang di tengah kegelapan memberikan ide bahwa moral dan spiritual harus mengisi seluruh dimensi kehidupan manusia termasuk politik. Oleh karena itu, sangat penting bagi setiap pemimpin dan politikus untuk menjadikan takwa, keadilan dan kebenaran sebagai programnya sehingga perdamaian dan keadilan dapat diterapkan di dunia.
Seiring dengan munculnya Revolusi Islam, maka sirah Nabi dan hukum agama kembali dapat terealisasi. Revolusi Islam yang muncul di penghujung abad ke 20 merupakan awal dari gerakan dan perubahan baru di dunia. Munculnya fenomena ini yang diwarnai oleh esensi agama menunjukkan bahwa Islam sebagai oleh-oleh dari kerja keras Nabi Muhammad dan para Ahlul Baitnya tidak terbatas pada zaman dan tempat tertentu. Nilai-nilaidan kabar gembira universal Islam ditujukan kepada seluruh umat manusia. Sementara itu, harapan terkait petunjuk bagi umat manusia tetap hidup sepanjang masa. Imam Khomeini untuk menghidupkan Islam telah menempuh jalur kebangkitan yang pernah ditempuh oleh Nabi Muhammad dan Ahlul Bait beliau, yakni sebuah gerakan yang dilandasi oleh ketauhidan dan penuh dengan iman serta keikhlasan.
Memerangi kezaliman, salah satu dari ajaran lain Ahlul Bait Nabi as. Kabar gembira kemenangan kaum mustadhafin terhadap kaum arogan serta terealisasinya pemerintahan kaum saleh di atas muka bumi yang juga merupakan kabar gembira al-Quran, juga banyak ditemukan dalam perkataan para Imam Maksum as. Dalam hal ini, Imam Hasan Askari as dalam sabdanya kerap menyinggung masalah ini khususnya ketika berbicara mengenai kelahiran anaknya, Imam Mahdi as.
Dalam suratnya kepada Abu al-Hasan bin Husein Qomi, Imam Hasan Askari mengungkapkan posisi anaknya, Imam Mahdi as dan mempersiapkan opini publik untuk menghadapi masa ghaib anaknya serta beliau memberi kabar gembira bahwa ketika al-Mahdi muncul maka hari itu adalah hari kesealmatan dan terbebasnya orang-orang bertakwa. Dalam suratnya Imam Hasan Askari menulis, “Aku nasehatkan kepadamu untuk bersabar dan menanti kemunculan sang penyelamat yang dijanjikan. Ia adalah anakku dan ia akan bangkit pada suatu hari serta akan memenuhi bumi dengan keadilan setelah diselimuti oleh kegelapan dan kezaliman. Bersabarlah dan perintahkan kepada pengikutku untuk bersabar, karena kemenangan milik orang-orang bertakwa.”
Imam Hasan Askari mengerahkan segenap upayanya untuk menyadarkan manusia akan posisi Imam Mahdi as dan keimanan serta keyakinan mereka atas ghaibnya sang penyelamat tidak rusak. Imam Hasan Askari tengah mendidik generasi yang sadar sehingga terbuka keberlangsungan pendidikan kepada generasi berikutnya di era ghaibnya Imam Mahdi as. Di bagian lain, Imam Hasan Askari bersabda, “Wahai pengikutku! Kelompok yang beruntung dan suci adalah mereka yang menjaga ajaran kami dan mereka menjadi benteng terhadap orang-orang zalim serta membantu pekerjaan kami.”
Kebangkitan rakyat Iran menentang kezaliman dan kefasadan adalah gerakan mereka yang diberi kabar gembira oleh Imam Hasan Askari. Rakyat yang dengan mengambil pelajaran dari tuntutan Ahlul Bait berusaha untuk mempersiapkan kemunculan sang penyelamat dunia (al-Mahdi). Untuk mempersiapkan kemunculan Imam Mahdi diperlukan kesiapan, perubahan ideologi dan budaya umat manusia. Oleh karena itu, setiap mukmin harus melakukan kewajibannya dan siap menanti kemunculan al-Mahdi. Mereka pun harus mempersiapkan kemunculan Imam Mahdi dengan gerakan revolusioner dan memperbaiki kefasadan serta menyadarkan umat manusia. Revolusi Islam Iran juga muncul demi merealisasikan tujuan mulia ini.[]
Ahlul Bait Nabi Saw merupakan teladan kebenaran dan petunjuk bagi umat manusia. Oleh karena itu, Rasulullah menyebut mereka sebagai salah satu peninggalan dan warisannya yang sangat berharga yang beliau tinggalkan untuk umat manusia khususnya umat Islam. Menurut Nabi setelah al-Quran, Ahlul Baitnya menempati posisi kedua sebagai penyelamat umat manusia.
Imam Hasan Askari dilahirkan di Madinah pada tahun 232 Hijriah. Setelah kesyahidan ayahnya (Imam Hadi as), Imam Hasan Askari di usia 22 tahun memegang tampuk imamah dan kepemimpinan umat Islam, untuk memberi hidayah umat manusia ke jalan kebenaran dan keadilan atas perintah Allah Swt. Masa keimamahan Imam Hasan selama enam tahun dan selama itu beliau banyak mendapat tekanan serta kesulitan yang besar. Sementara itu, penguasa Bani Abbasiyah menerapkan pembatasan ketat kepada Imam Hasan.
Fase kehidupan dan era keimamahan Imam Hasan Askari sangat sulit dan sensitif, khususnya mengingat kelahiran anak beliau yang menjadi imam keduabelas, Imam Mahdi as. Hal ini dikarenakan kehidupan Imam Hasan diawasi secara ketat oleh agen-agen Bani Abbasiyah dan ketika anak dari Imam Maksum ini lahir maka akan segera dibunuh. Namun dengan perlindungan Allah Swt, Imam Mahdi as lahir kedunia dengan selamat dan setelah syahidnya Imam Hasan Askari, beliau mengalami masa ghaib untuk kemudian muncul kembali di tengah masyarakat atas ijin Allah serta memerangi segala kezaliman, kekafiran dan menebarkan keadilan di atas muka bumi.
Program utama para Ahlul Bait Nabi as adalah upaya untuk mendidik moral umat Islam, memerangi kezaliman serta kefasadan di muka bumi. Ucapan dan sejarah hidup mereka dalam masalah ini menjadi penerang umat Islam setelah al-Quran. Revolusi Islam Iran juga terbentuk dengan mengilhami ajaran suci ini dan menemukan jalannya di dunia materialis modern. Revolusi Islam Iran sebagai salah satu fenomena penting dalam sejarah kontemporer memiliki tiga pilar utama yakni agama, rahbar (pemimpin) dan rakyat yang berdiri saling sejajar. Dalam hal ini yang mengkoordinasi ketiga pilar ini adalah inspirasi besar kebangkitan ini dari sejarah Nabi dan Ahlul Bait as. Pengaruh ini sangat kuat dan di segala bidang sehingga membuat Revolusi Islam tercatat sebagai kebangkitan yang muncul atas inspirasi tuntutan atas kebenaran dan menolak kezaliman yang diajarkan oleh Ahlul Bait as.
Revolusi Islam banyak mengambil pelajaran berharga dari Ahlul Bait as seperti merujuk pada ajaran murni Islam, resistensi terhadap kezaliman dan arogansi kekuatan dunia serta reformasi masyarakat Islam. Dalam peristiwa Revolusi Islam, dunia menyaksikan bahwa bangsa Muslim Iran meski melontarkan tuntutan ekonomi, namun mereka lebih menekankan isu spiritual seperti memerangi dekadensi moral, menghidupkan nilai-nilai agama serta merealisasikan keadilan.
Spirit seperti ini telah memberi kekuatan besar terhadap resistensi rakyat. Dalam logika Revolusi Islam, spiritualitas dan moral memiliki posisi sangat penting. Para revolusioner yang agamis selain memerangi diktator juga berusaha mendidik dan memperbaiki jiwanya. Imam Khomeini dalam berbagai nasehatnya sangat menekankan upaya mendidik dan memperbaiki diri. Dalam hal ini Imam Khomeini berkata, “Selama manusia belum terdidik, maka mereka membahayakan masyarakat. Tidak ada makhluk yang sangat berbahaya kecuali manusia dan manusia yang terdidik paling bermanfaat bagi masyarakat. Dan sekali lagi tidak ada makhluk yang sangat bermanfaat kecuali manusia terdidik. Poros dari alam semesta ini ada pada pendidikan manusia.”
Oleh karena itu, ketika Imam Hasan Askari menulis surat kepada salah satu muridnya yang bernama Abu al-Hasan Ali bin Husein Qomi yang tercatat sebagai salah satu ahli fiqih terkenal di zamannya, beliau menjelaskan dimensi manusia yang terdidik dengan ajaran Islam dan beliau pun menginginkan pengikutnya merupakan orang-orang yang terdidik dengan nilai-nilai agama.
Imam Hasan dalam suratnya menulis, “Wahai ahli fiqih dan orang kepercayaanku! Semoga Allah memberimu taufik untuk melakukan perbuatan terpuji. Aku nasehatkan kepadamu untuk bertakwa, mendirikan shalat dan mengeluarkan zakat. Aku wasiatkan kepadamu untuk memaafkan kesalahan orang lain, menahan kemarahan dan menyambung tali silaturahmi. Berusahalah untuk memenuhi kebutuhan saudara Muslimmu. Jangan pernah berpisah dengan al-Quran dan laksanakanlah amr bil maruf nahi anil munkar.”
Nasehat Imam Hasan Askari ini merupakan piagam bagi kehidupan masyarakat agamis, di mana ketika setiap anggota masyarakat menerapkan nasehat tersebut maka mereka akan mampu memberikan bantuan bagi terciptanya sebuah masyarakat ideal. Ini adalah sebuah masyarakat ideal yang berhasil direalisasikan oleh Revolusi Islam Iran. Revolusi Islam ibarat cahaya terang di tengah kegelapan memberikan ide bahwa moral dan spiritual harus mengisi seluruh dimensi kehidupan manusia termasuk politik. Oleh karena itu, sangat penting bagi setiap pemimpin dan politikus untuk menjadikan takwa, keadilan dan kebenaran sebagai programnya sehingga perdamaian dan keadilan dapat diterapkan di dunia.
Seiring dengan munculnya Revolusi Islam, maka sirah Nabi dan hukum agama kembali dapat terealisasi. Revolusi Islam yang muncul di penghujung abad ke 20 merupakan awal dari gerakan dan perubahan baru di dunia. Munculnya fenomena ini yang diwarnai oleh esensi agama menunjukkan bahwa Islam sebagai oleh-oleh dari kerja keras Nabi Muhammad dan para Ahlul Baitnya tidak terbatas pada zaman dan tempat tertentu. Nilai-nilaidan kabar gembira universal Islam ditujukan kepada seluruh umat manusia. Sementara itu, harapan terkait petunjuk bagi umat manusia tetap hidup sepanjang masa. Imam Khomeini untuk menghidupkan Islam telah menempuh jalur kebangkitan yang pernah ditempuh oleh Nabi Muhammad dan Ahlul Bait beliau, yakni sebuah gerakan yang dilandasi oleh ketauhidan dan penuh dengan iman serta keikhlasan.
Memerangi kezaliman, salah satu dari ajaran lain Ahlul Bait Nabi as. Kabar gembira kemenangan kaum mustadhafin terhadap kaum arogan serta terealisasinya pemerintahan kaum saleh di atas muka bumi yang juga merupakan kabar gembira al-Quran, juga banyak ditemukan dalam perkataan para Imam Maksum as. Dalam hal ini, Imam Hasan Askari as dalam sabdanya kerap menyinggung masalah ini khususnya ketika berbicara mengenai kelahiran anaknya, Imam Mahdi as.
Dalam suratnya kepada Abu al-Hasan bin Husein Qomi, Imam Hasan Askari mengungkapkan posisi anaknya, Imam Mahdi as dan mempersiapkan opini publik untuk menghadapi masa ghaib anaknya serta beliau memberi kabar gembira bahwa ketika al-Mahdi muncul maka hari itu adalah hari kesealmatan dan terbebasnya orang-orang bertakwa. Dalam suratnya Imam Hasan Askari menulis, “Aku nasehatkan kepadamu untuk bersabar dan menanti kemunculan sang penyelamat yang dijanjikan. Ia adalah anakku dan ia akan bangkit pada suatu hari serta akan memenuhi bumi dengan keadilan setelah diselimuti oleh kegelapan dan kezaliman. Bersabarlah dan perintahkan kepada pengikutku untuk bersabar, karena kemenangan milik orang-orang bertakwa.”
Imam Hasan Askari mengerahkan segenap upayanya untuk menyadarkan manusia akan posisi Imam Mahdi as dan keimanan serta keyakinan mereka atas ghaibnya sang penyelamat tidak rusak. Imam Hasan Askari tengah mendidik generasi yang sadar sehingga terbuka keberlangsungan pendidikan kepada generasi berikutnya di era ghaibnya Imam Mahdi as. Di bagian lain, Imam Hasan Askari bersabda, “Wahai pengikutku! Kelompok yang beruntung dan suci adalah mereka yang menjaga ajaran kami dan mereka menjadi benteng terhadap orang-orang zalim serta membantu pekerjaan kami.”
Kebangkitan rakyat Iran menentang kezaliman dan kefasadan adalah gerakan mereka yang diberi kabar gembira oleh Imam Hasan Askari. Rakyat yang dengan mengambil pelajaran dari tuntutan Ahlul Bait berusaha untuk mempersiapkan kemunculan sang penyelamat dunia (al-Mahdi). Untuk mempersiapkan kemunculan Imam Mahdi diperlukan kesiapan, perubahan ideologi dan budaya umat manusia. Oleh karena itu, setiap mukmin harus melakukan kewajibannya dan siap menanti kemunculan al-Mahdi. Mereka pun harus mempersiapkan kemunculan Imam Mahdi dengan gerakan revolusioner dan memperbaiki kefasadan serta menyadarkan umat manusia. Revolusi Islam Iran juga muncul demi merealisasikan tujuan mulia ini.[]