Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Agama & Aliran

Bukti Praktik Tawassul Imam Ali dan Abu Bakar kepada Rasulullah yang Telah Wafat

Bukti Praktik Tawassul Imam Ali dan Abu Bakar kepada Rasulullah yang Telah Wafat

Dengan demikian, tawassul bukanlah ‎praktik yang kontroversial atau dipertentangkan. Sebaliknya, ia merupakan ‎sebuah tradisi yang memiliki dasar kuat dalam praktik dan keyakinan kaum Muslimin. Dengan ‎mempertimbangkan praktik tawassul oleh tokoh-tokoh besar ini, kita dapat menemukan landasan ‎keabsahan dan keutamaan dalam amalan ini.

Baca Yang lain

Tidak Bidah, Allah Ajarkan Nabi Adam Bertawasul Kepada Muhammad Saw dan Ahlulbaitnya

Tidak Bidah, Allah Ajarkan Nabi Adam Bertawasul Kepada Muhammad Saw dan Ahlulbaitnya Dari hadis ini, kita dapat memahami bahwa praktik tawasul bukanlah sesuatu yang terlarang dalam Islam. Sebaliknya, tawasul diakui sebagai bentuk ibadah yang dibenarkan oleh ajaran agama. Namun, kelompok Wahabi memiliki perbedaan pandangan dari kebanyakan kaum muslimin, yaitu tidak meyakini praktikal sarana ibadah ini.

Baca Yang lain

Islam Syiah Nusantara, Bahasa Persia dan Muharram (2)

Islam Syiah Nusantara, Bahasa Persia dan Muharram (2) “Setelah menyaksikan acara takziah dan arak-arakan tabut dan nakhl di Tehran dan Yazd d Iran, serta di Pariaman dan Bengkulu di Indonesia, penelitian atasnya sampai pada satu kesimpulan bahwa peringatan Muharam di kedua negri banyak kesamaanya. Baik pada pembagian tahapan- baik di Yazd dan di Pariaman serta Bengkulu semua itu sangat mirip.“ (Iqbal; 189)

Baca Yang lain

Masukanya Islam dan Budaya Syiah di Nusantara (1)

Masukanya Islam dan Budaya Syiah di Nusantara  (1) Buku-buku cerita sehari-hari masyarakat seperti Eskandar Nameh, Hikayat Amir Hamzah dan Hikayat Muhammad Hanafiah telah sepenuhnya diterjemahkan dari bahasa Persia ke dalam bahasa Indonesia. Karya-karya ini menunjukkan interaksi yang kuat antara sastra Persia dengan sastra Indonesia.

Baca Yang lain

Islam Syiah Nusantara, Bahasa Persia dan Muharram (2)

Islam Syiah Nusantara, Bahasa Persia dan Muharram (2) Terdapat bukti pengaruh bahasa Persia dalam kosakata Bahasa Melayu dan Bahasa Nusantara dan beberapa aspek tata bahasan memberi indikasi pengaruh tidak langsung bahasa Persia terhadap kosakata yang sebenarnya berasal dari bahasa Arab, Turki, dan Sansekerta.

Baca Yang lain

Masuknya Islam dan Budaya Syiah di Nusantara (1)

Masuknya Islam dan Budaya Syiah di Nusantara  (1) Sejak kapan Syiah masuk Indonesia ?. Pertanyaan ini biasanya dijawab dengan memaparkan fakta-fakta budaya yang berkelindan dengan sejarah, perdagangan, politik dan teologi syiah. Artikel ini akan memaparkan pendapat para pakar sejauh bukti-bukti yang mereka temukan.

Baca Yang lain

Wahabi Peringati Perayaan Pekan Muhammad bin Abdul Wahhab dan Seratus Tahun Kerajaan Arab Saudi

Wahabi Peringati Perayaan Pekan Muhammad bin Abdul Wahhab dan Seratus Tahun Kerajaan Arab Saudi Hal yang mengherankan ialah ketika mereka (Wahabi) membolehkan peringatan perayaan pekan Muhammad bin Abdul Wahhab yang berisi pujian terhadap pendiri Wahabi tersebut, namun kenapa peringatan maulid Nabi Saw yang di isi dengan salawat serta pujian terhadap Nabi Saw mereka Bid’ah dan sesatkan? Bukankah Nabi Saw orang yang paling agung dan paling Sempurna? Mereka (Wahabi) mengadakan perayaan peringatan seratus tahun Kerajaan Arab Saudi sebagai penghargaan atas Raja Saudi yang berjuang mendirikan kerajaan, namun mereka membid’ahkan perayaan yang mengingatkan kita pada perjuangan Nabi Saw dalam menegakkan agama Islam.

Baca Yang lain

Wahabi: Tawassul dengan Kemuliaan Nabi Saw Bid’ah

Wahabi: Tawassul dengan Kemuliaan Nabi Saw Bid’ah Fatwa di atas menjelaskan bahwa menurut kelompok Wahabi, tawassul melalui Nabi Saw atau haqnya termasuk bid’ah dan tidak disyariatkan dalam Islam. Adapun jawaban atau bantahan terhadap amalan-amalan yang dianggap bid’ah oleh kelompok Wahabi, seperti yang sudah ditulis dalam tulisan-tulisan sebelumnya, akan dibahas di pembahasan selanjutnya, Insya Allah.

Baca Yang lain

Fatwa Aneh Wahabi: Membaca Al-Qur’an Berjamaah Bid’ah

Fatwa Aneh Wahabi: Membaca Al-Qur’an Berjamaah Bid’ah Akan tetapi ada sekelompok muslimin yang merasa paling berpegang teguh kepada sunnah Rasulullah saw., memiliki fatwa yang menyatakan bahwa membaca Al-Qur’an berjama’ah dikategorikan sebagai bid’ah. Fatwa ini tertera dalam buku rujukan fatwa wahabi, yaitu Fatawa al-lajnah al-daimah lilbuhuts al-ilmiah wa al-ifta’, jilid dua, halaman 342.

Baca Yang lain

Wahabi: Membaca Al-Quran untuk Mayyit adalah Bid’ah

Wahabi: Membaca Al-Quran untuk Mayyit adalah Bid’ah Soal: apa hukum membaca surat Yasin untuk orang-orang yang sudah meninggal dengan niat sampainya pahala pada mereka, dan apakah hal tersebut disyariatkan, jika demikian, apa dalil atas hal tersebut? Jawab: membaca Al-Quran dengan niat sampainya pahala untuk orang-orang yang sudah meninggal adalah bid’ah. karena tidak ada dalil atas hal tersebut. Adapun hadis lemah perihal membaca surat Yasin ketika datang ajal, tidak bisa dijadikan hujjah, maka tidak boleh melakukan hal tersebut.

Baca Yang lain

Wahabi: Berdoa atau Membaca Al-Quran Bersama-sama Setelah Salat adalah Bid’ah

Wahabi: Berdoa atau Membaca Al-Quran Bersama-sama Setelah Salat adalah Bid’ah Soal: kami orang-orang Maroko terbiasa membaca Al-Quran bersama-sama di pagi dan sore hari setelah salat subuh dan magrib. Dan disini ada yang mengatakan bahwa hal tersebut adalah bid’ah. Jawab: Komitmen membaca Al-Quran bersama-sama dengan satu suara setelah setiap salat Subuh dan Magrib atau selain keduanya adalah bid’ah. begitu juga dengan berdoa bersama-sama setelah salat.

Baca Yang lain

Wahabi: Memulai Seminar dan Pidato dengan Al-Qur’an tidak Diperbolehkan

Wahabi: Memulai Seminar dan Pidato dengan Al-Qur’an tidak Diperbolehkan “Jika pidato atau ceramah dan seminar-seminar berisikan sebuah tema tertentu, dan seseorang hendak membaca sesuatu dari Al-Qur’an yang berkaitan dengan tema tersebut sebagai pembukaannya, maka hal ini tidak menjadi masalah. Akan tetapi, selalu membuka seminar-seminar dan pidato atau ceramah dengan ayat-ayat Al-Qur’an seolah-olah hal tersebut adalah sebuah sunnah yang disyariatkan dalam agama, maka hal ini tidak boleh.

Baca Yang lain

Syaikh Al-Utsaimin: Tabaruk dan Memegang Kain Ka’bah Bid’ah

Syaikh Al-Utsaimin: Tabaruk dan Memegang Kain Ka’bah Bid’ah Kita masih di dalam pembahasan kelompok Wahabi. Seringkali kita menemukan kelompok ini membid’ahkan sesuatu, atau keyakian-keyakian mereka yang bertolak belakang dengan ummat muslim lainnya. Seperti di pembahasan sebelumnya, penulis menjelaskan bahwa mereka membid’ahkan peringatan Maulid Nabi Saw, perayaan ulang tahun, dan lain-lain. Fakta lain yang kami temukan, mereka juga membid’ahkan tabaruk atau ngalap berkah. Dan Mereka secara keras mengingkarinya.

Baca Yang lain

Syaikh Al-Ustaimin: Majelis untuk Keluarga Jenazah Bid’ah

Syaikh Al-Ustaimin: Majelis untuk Keluarga Jenazah Bid’ah Ia juga menambahkan dalam buku tersebut selayaknya seseorang tidak menunggu orang yang hadir untuk berbelasungkawa dengan berkata: “dan selayaknya orang yang tertimpa musibah tidak duduk dan menunggu atau berharap orang-orang datang untuk berbelasungkawa.”

Baca Yang lain

Wahabi Bid’ahkan Perayaan Ulang Tahun Anak

Wahabi Bid’ahkan Perayaan Ulang Tahun Anak Inilah bukti bahwa kaum wahabi telah menolak dan membid’ahkan perayaan ulang tahun untuk anak-anak, dan mengaggap orang-orang yang melakukan hal ini berada dalam kesesatan, sesuai dengan kalimat andalan mereka, yaitu, seluruh bid’ah adalah sesat, dan seluruh kesesatan ada di neraka.

Baca Yang lain

Bin Baz: Maulid Nabi Saw Bid’ah

Bin Baz: Maulid Nabi Saw Bid’ah Dalam kitab Majmu’ Fatawa wa Maqolat Mutanawi’ah, bin Baz menfatwakan peringatan kelahiran Nabi Muhammad Saw atau selainnya adalah bid’ah dan tidak boleh dilakukan, karena peringatan seperti itu menurutnya tidak pernah dikerjakan oleh Rasulullah Saw, oleh sahabat, bahkan para tabiin yang mengikuti mereka.

Baca Yang lain

Dalil Bahwa Hisyam bin Al-Hakam Bukanlah Penganut Tajsim

Dalil Bahwa Hisyam bin Al-Hakam Bukanlah Penganut Tajsim Sebelumnya para penulis telah membahas riwayat-riwayat mengenai Hisyam bin Al-Hakam yang diindikasikan sebagai penganut tajsim. Di samping itu riwayat-riwayat tersebut termasuk riwayat yang lemah serta tidak bisa dijadikan sandaran.

Baca Yang lain

Mengkaji Riwayat Hisyam bin Al-Hakam yang Mengindikasikan Tajsim

Mengkaji Riwayat Hisyam bin Al-Hakam yang Mengindikasikan Tajsim Sehingga terdapat kemungkinan bahwa yang ditulis imam As dalam riwayat tersebut, (ليس القول ما قاله الهشامان) bermakna, perkataan yang engkau ceritakan wahai perawi bukanlah perkataan dua Hisyam. Bagaimanapun, riwayat ini lemah, dan tidak bisa dijadikan dalil bahwa Hisyam adalah penganut Tajsim.

Baca Yang lain

Hisyam dalam Catatan Ulama Rijal

Hisyam dalam Catatan Ulama Rijal Sayid al-Khui (1317-1413 H): “Sungguh saya tidak mengira-gira (yakin) riwayat-riwayat yang menunjukkan bahwasannya Hisyam pernah berbicara hal-hal yang berbau Tajsim, semua riwayat tersebut adalah buatan, dan penisbahan ini telah lahir dari hasud (kedengkian), sebagaimana yang diarahkan oleh riwayat al-Kessyi sebelumnya dengan sanad dari Sulaiman bin Jafar al-Jafari, berkata: Aku bertanya pada Abul Hasan al-Ridha As tentang Hisyam, beliau menjawab: Ia (Hisyam) adalah seorang hamba yang memberi nasihat dan disakiti oleh sahabat-sahabatnya karena kedengkian mereka terhadapnya.”

Baca Yang lain

Hisyam dalam Kacamata Sejarawan

Hisyam dalam Kacamata Sejarawan Oleh sebab itu, menurut hemat penulis dalam hal ini, al-Syahrastani sendiri tidak terlihat menghukumi sosok Hisyam bin al-Hakam sebagai penganut Tajsim atau Tasybih. Namun yang tampak dalam catatannya tersebut lebih mengarah pada pernyataan dan gambaran beberapa tokoh terhadap Hisyam yang kemudian dia benturkan dengan nukilan tentang metode debat Hisyam.

Baca Yang lain