Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Konsep Ideologi

Khulafaur Rasyidin

Khulafaur Rasyidin

Khulafaur Rasyidin (bahasa Arab: الخلفاء الراشدون) adalah sebuah defenisi yang diterapkan oleh Ahlusunah bagi para hakim pertama yang berkuasa setelah Nabi Muhammad saw. Khulafaur Rasyidin itu secara urut adalah Abu Bakar, Umar, Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib as. Di sebagian beberapa sumber Hasan bin Ali as juga diurutkan sebagai Khulafaur Rasyidin.

Baca Yang lain

Martir Ideologi

Martir Ideologi Menjadi syahid dan kedudukan syahadah yang diberikan kepada seseorang; semua itu bergantung pada wujud manusia, dalam diri manusia dan dalam perbuatannya. Seorang pemuda alim yang mencapai kedudukan maknawi semacam ini sehingga ia syahid, yang tanpanya, ia tidak mungkin dapat bergelar syahid.

Baca Yang lain

Syahadat Syiah Berbeda dengan Ahlusunah?

Syahadat Syiah Berbeda dengan Ahlusunah? Bersyahadat berarti mengungkapkan keyakinan secara verbal. Secara etimologis, syahadat berasal dari kata bahasa Arab yaitu syahida (شهد ), yang artinya ia telah menyaksikan. Asal kata syahida-yasyhadu artinya menyaksikan, penyaksian. Ketika seseorang bersyahadat untuk memeluk Agama Islam dia bersaksi atau menjadi saksi akan terhadap dan adanya Allah.  

Baca Yang lain

Penghamba Dunia Layaknya Hewan Ternak

Penghamba Dunia Layaknya Hewan Ternak Imam Ali kemudian melanjutkan, bahwa mereka yang terjerat oleh dunia ibarat sekawanan ternak yang terkena penyakit dan lepas dan dibiarkan di padang tandus yang kering; tidak ada gembala yang mengurusi mereka atau mengajak mereka untuk merumput. Mereka telah diajak dunia untuk bermain dan mereka pun menerima ajakannya sehingga mereka lupa diri dan terlena dalam permainan dunia. Karena mereka sibuk dengan dunia, mereka melupakan kehidupan akhirat yang ada di hadapannya. Nah, apabila keadaan dan kondisi orang-orang yang terjerat oleh dunia seperti ini adanya, manusia yang berakal tidak seharusnya meniru dan mengikuti jejak sesat mereka.

Baca Yang lain

Dunia dalam Agama Islam (Part 2)

Dunia dalam Agama Islam (Part 2) Yaitu orang-orang yang menjadikan agama mereka sebagai main-main dan senda gurau, dan kehidupan dunia telah menipu mereka”. Maka pada hari (kiamat ) ini, Kami melupakan mereka sebagaimana mereka melupakan pertemuan mereka dengan hari ini, dan (sebagaimana) mereka selalu mengingkari ayat-ayat Kami. (Surah al-Araf, ayat 51 )

Baca Yang lain

Meluruskan Pemahaman Jabariyah dan Kehendak Bebas Mutlak (Bagian 1)

Meluruskan Pemahaman Jabariyah dan Kehendak Bebas Mutlak (Bagian 1) Sementara mereka yang memiliki kesiapan pengetahuan yang memadai dan mengenal para pengajar dan penafsir hakiki Alquran, senantiasa terjaga dari penyimpangan-penyimpangan tersebut. Dari sisi lain, mereka percaya bahwa perbuatan mereka itu bersumber dari kekuatan yang Allah berikan kepada mereka, sehingga mereka bertanggung jawab atas perbuatannya masing-masing. Dari sisi lain, mereka pun menyadari adanya pengaruh Allah yang mandiri pada levelnya yang lebih tinggi, sehingga mereka mendapatkan kesimpulan yang jernih.

Baca Yang lain

Sejarah Dramatis Kaidah Fikih Mazhab Syafi’i

Sejarah Dramatis Kaidah Fikih Mazhab Syafi’i Kelahiran kaidah dasar fikih mazhab Syafi’i, yang berjumlah lima, terbilang cukup terlambat. Ia baru muncul setelah abad ke 4 dengan serentetan kisah yang menarik. Imam Suyuthi menjadikan cerita tersebut sebagai sebuah prolog dalam masterpiecenya “Al-Asybah Wa An-Nadhair”.

Baca Yang lain

Islam Sebagai Agama dan Arab Sebagai Budaya

Islam Sebagai Agama dan Arab Sebagai Budaya Sedangkan Arab sebagai budaya yaitu adanya Ka’bah yang dahulu sebelum Islam datang  terletak di tengah-tengah kota dijadikan sebagai pusat kegiatan keagamaan agama lokal dan dijadikan tempat berziarah, di dalamnya terdapat sekitar 360 berhala yang dikelilingi. Arab sebagai budaya bisa dikatakan dari cara berpakaian baik laki-laki dan perempuan yang menggunakan jubah atau gamis dan bercadar serta memelihara jenggot dan juga dari segi bahasa merupakan budaya.

Baca Yang lain

Mengapa mazhab Syiah merupakan sebaik-baiknya mazhab?

Mengapa mazhab Syiah merupakan sebaik-baiknya mazhab? Kami serahkan kepada akal sehat Anda untuk menilai dan menghukumi apakah ajaran-ajaran ini sejalan dengan fitrah dan al-Qur’an. Inikah kecintaan terhadap Ahlulbait yang dipandang sebagai upah risalah? Bukankah al-Qur’an menegaskan bahwa para syahid itu hidup dan mendapatkan rezeki di sisi Tuhan. Dan apakah kedudukan Nabi Saw lebih rendah dari para syahid? Dan seterusnya.

Baca Yang lain

Ghulat di Mata Sayid Muhammad Baqir al-Sadr

Ghulat di Mata Sayid Muhammad Baqir al-Sadr yang menjadi catatan adalah apakah pengutamaan yang dilakukan oleh Syiah terhadap Imam Ali As atau Ahlulbait Nabi Saw adalah sesuatu yang berlebihan atau ghuluw? Jawabannya tentu saja tidak, sebab semua itu tidak bertentangan dengan apa yang dibahas di atas, bahkan berlandaskan apa yang disampaikan oleh al-Qur’an serta hadis-hadis mu’tabar seperti yang telah kita bahas pada awal-awal kajian shiaologi.

Baca Yang lain

Imam Ali AS Peringatkan Syiah dan Musuhnya

Imam Ali AS Peringatkan Syiah dan Musuhnya Syiah sejati adalah mereka yang mengikuti jejak serta perkataan para Imam mereka. Tidak berlebihan dalam mencintai sebagaimana pembahasan “Abdullah bin Saba”, ataupun sebaliknya sebagaimana kebencian musuh-musuh Ali dan para Imam-imam AS. Maka dari itu, Syiah yang sejati adalah mereka yang telah diterangkan oleh Rasulullah SAW berkenaan dengan ayat هم الفائزون.

Baca Yang lain

Benarkah Syiah Mengkafirkan Kelompok Ahlussunnah?

Benarkah Syiah Mengkafirkan Kelompok Ahlussunnah? Adapun posisi Ahlusunnah dalam Mazhab Syiah ialah saudara muslim dimana shalat bersama mereka sah dan di ibaratkan seperti shalat di belakang Rasulullah Saw. Seperti yang termaktub dalam sebuah riwayat di kitab Al–Furu’ minal Kafi karya Al-Kulaini, dari Abu Abdillah As, ia berkata: Sesiapa yang shalat bersama mereka (Ahlussunnah) di saf pertama seperti shalat di belakang Rasulullah Saw.

Baca Yang lain

Puncak dari Beragama

Puncak dari Beragama Dengan begitu, kita akan menyaksikan dunia ini dengan penuh kedamaian dan kasih sayang. Lalu, mungkin ada yang bertanya, bagaimana dengan sebagaian orang yang mengklaim dirinya sebagai ulama, namun sikapnya tak sesuai dengan ajaran nabi; sering menyesatkan orang lain, bahkan mengkafirkan?

Baca Yang lain

Apa saja yang menjadi kriteria dalam masalah-masalah teologis?

Apa saja yang menjadi kriteria dalam masalah-masalah teologis? Ungkapan ini tidak bermakna bahwa pada setiap masalah teologis harus, secara langsung dan tanpa perantara menjadikan akal sebagai satu-satunya media. Dan juga tidak bermakna bahwa secara keseluruhan akal dapat dimakzulkan dalam sebuah masalah teologis. Terkadang dalam sebuah pembahasan teologis akal dapat dijadikan sandaran dengan satu atau beberapa mediasi. Pada sebagian masalah juga penyandaran pertama secara lahir merupakan sebuah dalil rasional (aqli). Akan tetapi sejatinya ia merupakan sebuah dalil referensial (naqli) yang bersandar pada dalil rasional.

Baca Yang lain

“MENCELA SAHABAT”

“MENCELA SAHABAT” Di luar poin-poin di atas, Ayatullah Khamenei dan Ayatullah Sistani, sebagai dua ulama paling disegani oleh umat Syiah mengharamkan segala tindakan yang bisa dianggap merendahkan simbol dan figur yang domuliakan oleh umat Islam. Itu artinya, tak perlu lagi mengangkat isu ini meski mungkkn terdapat teks-teks tak populer mengesankan hal itu.

Baca Yang lain

Jangan Didustakan!

Jangan Didustakan! Lantas, apa yang wajib terkait bagian ketiga ini yang menjadi proposisi-proposisi keagamaan? Ulama mengatakan: “Satu kewajiban, yaitu jangan didustakan!”, bahwa apa yang dikatakan Alquran atau yang dikabarkan oleh Nabi (saw) adalah benar. Mendustakannya, berarti tidak meyakini kenabian Rasulullah saw, dan tidak meyakini kenabian beliau adalah kufur. Karena, makna kenabian (di antaranya) adalah bahwa beliau orang jujur yang menyampaikan kabar dari Allah swt.

Baca Yang lain

Mengenal Tafsir Filosofis

Mengenal Tafsir Filosofis Mungkin Ya’qub bin Ishaq al Kindi (meninggal tahun 246 H) adalah filsuf Muslim pertama yang menggunakan metode filosofis dalam menjelaskan bagaimana aflak bersujud kepada Allah Swt Zat Yang Mahakuasa dan tidak terjangkau dengan konsepsi pemikiran. Dalam hal ini dia menulis sebuah risalah.  

Baca Yang lain

Manusia dalam Perspektif Syahid Mutahari(2)

Manusia dalam Perspektif Syahid Mutahari(2) Manusia dengan pengetahuannya dalam mengejar dan memenuhi kecenderungan atau apa yang dia inginkan, di satu sisi sama dan di sisi lain beda dengan binatang.

Baca Yang lain

Tentang Hujan dan Malaikat Mikail

Tentang Hujan dan Malaikat Mikail Kehadirannya. Dari rintiknya, menyapa siapa, menghanyutkan apa, berada di mana, kapan, dan berbentuk apa, semuanya telah dicatat di Lauh Mahfud oleh Allah sejak 50.000 tahun sebelum kelahiran bumi dan langit, sebagaimana yang lainnya.

Baca Yang lain

Mengenal Ifrath dan Tafrith Demi Mencegah Pemikiran Menyimpang

Mengenal Ifrath dan Tafrith Demi Mencegah Pemikiran Menyimpang Pentingnya mengenal Ifrath dan tafrith يا بَني‏ آدَمَ …….وَ كُلُوا وَ اشْرَبُوا وَلا تُسْرِفُوا إِنَّهُ لا يُحِبُّ الْمُسْرِفينَ Kullu wasyrabu wala tusrifu Hai anak Adam, …… makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.

Baca Yang lain