Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Imam Ali bin Husein as

Surga Milikmu!

Surga Milikmu!

Suatu ketika, Imam Ali Zainal Abidin as menemui Abdul Malik. Dari kedua mata Imam as tampaklah bahwa beliau sering menangis, wajah beliau pucat karena sering berjaga (di malam hari untuk beribadah), tanda-tanda sujud nampak jelas di kening beliau; dan tubuh beliau juga kurus (karena sering berpuasa). Semua itu dikarenakan Imam Ali Zainal Abidin as sering beribadah.

Baca Yang lain

Imam Ali Zainal Abidin dan Hajar Aswad

Imam Ali Zainal Abidin dan Hajar Aswad Abdul  Malik  meninggal dunia setelah  menyerahkan  tahta kekhalifahannya  kepada  Hisyam.  Pada  suatu  hari, Hisyam  menunaikan  ibadah  haji  dan  tawaf  di  sekitar Kabah.  Di  sana  ia  bermaksud   mencium  Hajar Aswad,  namun  tidak  berhasil  karena  banyaknya  para jamaah haji yang bersesakan.  

Baca Yang lain

Imam Ali Zainal Abidin Memaafkan Orang yang Menghinanya

Imam Ali Zainal Abidin Memaafkan Orang yang Menghinanya Seorang sahabat Imam Ali Zainal Abidin as meriwayatkan, bahwa salah seorang keluarganya mencaci-makinya di depan para pengikut Imam. Akan tetapi, imam sama sekali tidak bereaksi atau membalas dengan cacian. Selang beberapa lama, Imam berkata kepada para sahabatnya, “Kalian telah mendengar caci-maki lelaki itu terhadapku. Sekarang aku ingin mengatakan sesuatu kepadanya. Bila kalian ingin, marilah ikut aku ke rumahnya.”  

Baca Yang lain

Ia adalah Ali bin Husain as

Ia adalah Ali bin Husain as Sebuah kafilah haji sedang menuju Mekah. Saat tiba di Madinah, setelah beristirahat beberapa hari, kafilah itu kemudian melanjutkan perjalanan ke Mekah. Di tengah perjalanan, seorang pria bergabung dengan kafilah itu. Pria itu memperhatikan salah seorang dari mereka yang tampaknya sosok saleh. Ia sangat menyibukkan diri melayani jamaah haji. Pria itu mengenalinya. Dengan sangat terkejut, ia bertanya kepada para jamaah, apakah mengenal pria yang melayani mereka?

Baca Yang lain

Ber-Inabah (berserah diri) pada Allah

Ber-Inabah (berserah diri) pada Allah Popularitas Imam Ali bin Husain as dengan gelar beliau sebagai Zainul-Abidin (perhiasan para ahli ibadah) dan Sayyid as-sajidin (penghulu orang-orang yang bersujud) merupakan hal yang secara jelas mengindikasikan unsur kental inabah beliau kepada Allah Swt dan keterpautan total kepada-Nya, dalam hidup keseharian maupun sebagai personalitas yang beliau miliki.

Baca Yang lain

Wasiat Imam Ali Zainal Abidin kepada Anak Keturunan

Wasiat Imam Ali Zainal Abidin kepada Anak Keturunan Imam Ali Zainal Abidin as telah membekali putra putrinya dengan wasiat-wasiat yang penuh dengan pendidikan. Seluruh wasiat itu adalah hasil pengalamannya menjalani kehidupan ini dan dapat dijadikan konsep dan prinsip hidup. Berikut adalah sebagian wasiatnya: Wasiat ini beliau sampaikan kepada sebagian putra-putrinya. Dalam wasiat tersebut, beliau memaparkan masalah sahabat dan teman. Beliau menekankan kepada mereka agar menjauhi seluruh tipe sahabat yang memiliki karakateristik buruk agar tidak menular kepada teman-temannya. Beliau berkata, “Hai anak-anakku, camkanlah lima jenis manusia ini dan janganlah kalian menjalin persahabatan dan berbicara dengan mereka di jalan.”

Baca Yang lain

Risalah Perjuangan Imam Sajjad (2)

Risalah Perjuangan Imam Sajjad (2) Imam Sajjad di sepanjang era kepemimpinannya, senantiasa dimusuhi dan disakiti oleh para penguasa Umayah. Mereka terus berusaha untuk memadamkan cahaya agama. Niat jahat Umayah diwujudkan pada tahun 95 Hijriyah pada masa pemerintahan Walid bin Abdul Malik. Dengan demikian, era kepemimpinan Imam Sajjad as berakhir dengan meninggalkan pengabdian besar di bidang ilmu pengetahuan dan agama.

Baca Yang lain

Risalah Perjuangan Imam Sajjad (1)

Risalah Perjuangan Imam Sajjad (1) Imam Sajjad di sepanjang era kepemimpinannya, senantiasa dimusuhi dan disakiti oleh para penguasa Umayah. Mereka terus berusaha untuk memadamkan cahaya agama. Niat jahat Umayah diwujudkan pada tahun 95 Hijriyah pada masa pemerintahan Walid bin Abdul Malik. Dengan demikian, era kepemimpinan Imam Sajjad as berakhir dengan meninggalkan pengabdian besar di bidang ilmu pengetahuan dan agama.

Baca Yang lain

Ali Zainal Abidin di Karbala: Hikmah dan Keberanian dalam Tragedi Memilukan

Ali Zainal Abidin di Karbala: Hikmah dan Keberanian dalam Tragedi Memilukan Kesimpulannya, cerita Ali Zainal Abidin di Karbala dan khutbahnya di istana Yazid adalah cerminan ketabahan dan keberanian dalam menghadapi tragedi yang memilukan. Kisah ini harus menjadi pengingat bagi kita semua untuk selalu berjuang demi kebenaran, keadilan, dan kemanusiaan dalam segala situasi yang kita hadapi.

Baca Yang lain

Imam Sajjad, Keteladanan dalam Spritualitas dan Pengabdian

Imam Sajjad, Keteladanan dalam Spritualitas dan Pengabdian Salah satu alasan bulan Sya’ban dimuliakan umat Islam, karena merupakan bulan kelahiran sejumlah manusia agung yang memiliki spiritualitas tinggi dalam sejarah Islam, diantaranya Imam Ali Zainal Abidin as-Sajjad as yang dilahirkan pada hari kelima bulan ini.

Baca Yang lain

Imam Sajjad, Muara Spiritualitas dan Pengabdian (2)

Imam Sajjad, Muara Spiritualitas dan Pengabdian (2) Dalam sebuah perjalanan seseorang mengenalinya dan berkata, "Apakah kalian tahu siapa pemuda ini " Ia tidak lain adalah Ali bin Husein. Rombongan itu berlari mendekati Imam Sajjad dan memberi hormat serta memohon maaf karena tidak mengenalinya. Imam Sajjad berkata, Aku ingin melayani keperluan mereka. Inilah alasanku tidak ingin dikenali oleh mereka."

Baca Yang lain

Imam Sajjad, Muara Spiritualitas dan Pengabdian (1)

Imam Sajjad, Muara Spiritualitas dan Pengabdian (1) Kemuliaan bulan Sya'ban turut dihiasi dengan kelahiran manusia-manusia agung dalam sejarah Islam. Hari kelima bulan Sya'ban bertepatan dengan hari kelahiran salah satu keluarga suci Rasulullah Saw, yaitu Imam Ali Zainal Abidin as-Sajjad as.

Baca Yang lain

Imam Sajjad, Penyampai Risalah Asyura

Imam Sajjad, Penyampai Risalah Asyura Setelah mengucapkan puji-pujian kepada Allah Swt, beliau berkata, “Wahai warga Madinah! Allah Swt menguji kami dengan musibah yang agung. Tidak ada musibah yang dapat menyamainya. Wahai warga Madinah! Siapa yang hatinya dapat bergembira ketika mendengar tragedi besar ini? Hati siapa yang tidak sedih setelah mengetahui kesyahidan Husein bin Ali? Mata siapa yang tidak menangis? Kita semua berasal dari Allah dan akan kembali kepada-Nya. Kami berlindung kepada Allah dari musibah luar biasa ini. Kami mengorbankan jiwa di jalan Allah demi menghadapi segala musibah. Karena kami tahu Allah akan membalas semuanya.”

Baca Yang lain

Imam Sajjad, Manusia Agung dalam Sejarah Islam

Imam Sajjad, Manusia Agung dalam Sejarah Islam Imam Sajjad as dilahirkan pada tanggal 5 Sya’ban tahun 38 Hijriah di kota Madinah. Beliau as selama hidupnya mempertahankan pelita petunjuk agama Islam di masa yang suram dan penuh dengan fitnah, sekaligus meneruskan revolusi agung ayahnya Imam Husein as. Imam Sajjad as menyandang sifat-sifat mulia dan keutamaan luhur yang diwariskan dari ayahnya. Peristiwa Karbala terjadi saat Imam Sajjad as belum berumur 23 tahun. Saat itu, beliau tidak mampu turun ke medan perang karena berada dalam kondisi sakit.

Baca Yang lain

Belajar Menjadi Hamba Tuhan Sejati dari Imam Sajjad as

Belajar Menjadi Hamba Tuhan Sejati dari Imam Sajjad as Imam Khomeini terkait ibadah Imam Sajjad as berkata, apakah kalian berpikir bahwa tangisan para Imam Maksum dan tangisan Imam Sajjad as adalah untuk pendidikan dan mereka ingin mengajar orang lain? Mereka menangis karena takut akan Tuhan dengan segala spritualitas dan kebesaran mereka; Dan mereka tahu betapa sulit dan berbahayanya jalan ke depan. Mereka tahu tentang kesulitan dan ketidakrataan melintasi jalan, satu sisi adalah dunia dan sisi lain adalah akhirat dan melewati neraka; Mereka sadar akan alam barzakh, api penyucian, kebangkitan, dan konsekuensinya yang mengerikan; Oleh karena itu, mereka tidak pernah istirahat dan selalu mencari perlindungan kepada Allah dari azab keras di akhirat.

Baca Yang lain

Syair Pujian Farazdaq kepada Cucu Nabi, Sayyidina Ali Zainal Abidin

Syair Pujian Farazdaq kepada Cucu Nabi, Sayyidina Ali Zainal Abidin Farazdaq adalah salah seorang penyair ulung zaman dinasti Umayah. Karya-karya syairnya begitu banyak dan fenomenal, di antara karya-karyanya terkodifikasi dalam diwannya, yaitu Diwan al-Farazdaq. Nama asli beliau adalah Hammam bin Ghalib bin Sha’sha’ah dari bani Attamimi.

Baca Yang lain

Membimbing Umat Dengan Jalan Doa Dan Munajat

Membimbing Umat Dengan Jalan Doa Dan Munajat Setelah Imam  Sajjad As menetap di Madinah, beliau secara ketat diawasi oleh orang-orang Yazid, yang ingin mencari tahu kalau-kalau Imam Sajjad As memulai kegiatan yang merongrong pemerintahan Yazid. Imam Ali Zainal Abidin As bertugas untuk mengajarkan dan membimbing kaum Muslimin, dan ia melakukannya dengan berbagai cara.

Baca Yang lain

Shahifah Sajjadiyah Tangga Meraih Ma’arif Ahlul Bait as

Shahifah Sajjadiyah Tangga Meraih Ma’arif Ahlul Bait as Imam Sajjad as, selama 34 tahun ini mempersiapkan lahan untuk madrasah ilmu-ilmu Ahlul Bait as. Imam Baqir dan Imam Shadiq as menjadi pelanjut gerakan ilmiah beliau. Beliau menjelaskan berbagai ma’arif dalam bingkai doa. Sebagian mengira bahwa Shahifah Sajjadiyah hanya kitab doa semata, padahal ia adalah kitab irfan, kitab politik, kitab hikmah, kitab akhlak dan kitab kehidupan.

Baca Yang lain

Kepedulian Imam Sajjad as terhadap Perubahan Masyarakat Lebih dari Ibadah dan Munajat

Kepedulian Imam Sajjad as terhadap Perubahan Masyarakat Lebih dari Ibadah dan Munajat Bila kota Madinah pada masa Imam Baqir dan Imam Ja’far Shadiq berubah menjadi majlis-majlis ilmiah, hal itu bukan karena kondisi dengan sendirinya membaik, karena kondisi masa kekuasaan Abbasiyah juga kurang mendukung. Hal yang lebih penting diketahui bahwa Imam Ali Zainal Abidin selama 35 tahun aktif berjuang di Madinah tanpa lelah, yaitu dari tahun 61 H hingga 94 H dan hasilnya dapat dirasakan pada masa Imam Baqir dan Imam Shadiq as.

Baca Yang lain

Dialog Imam Ali Zainal Abidin a.s. dan Penduduk Syam

Dialog Imam Ali Zainal Abidin a.s. dan Penduduk Syam Ahli sejarah lainnya menyebutkan bahwa tatkala Imam Ali bin Husain a.s. tiba di Syam bersama tawanan, Ibrahim bin Thalhah bin Ubaidillah meghampiri Imam a.s. Ia kemudian bertanya: “Wahai Ali bin Husain, siapakah yang menang?”

Baca Yang lain