Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Sejarah Syi'ah

Apakah Meratap dan Menangisi Imam Husain as Termasuk Bid’ah?

Apakah Meratap dan Menangisi Imam Husain as Termasuk Bid’ah?

Uraian diatas menunjukkan bahwa meratap dan menangis ada dalam sumber-sumber syariat Islam, maka perbuatan tersebut bukanlah termasuk daripada bid’ah apalagi disebut sebagai sebuah kebodohan seperti yang diucapkan oleh Ibnu Taimiyah. Jika meratap ataupun menangisi seseorang termasuk bid’ah, maka Rasulullah Saw pasti tidak akan melakukannya, dan melarang orang-orang untuk melakukannya. Namun faktanya tidak demikian, Rasulullah Saw menangis bahkan mencium sahabatnya yang gugur syahid, dan membiarkan para wanita untuk menangis.  

Baca Yang lain

Ulama-Ulama Sunni yang Membolehkan Melaknat Yazid (3)

Ulama-Ulama Sunni yang Membolehkan Melaknat Yazid (3) Dalam pernyataan di atas Al-Alusi bahkan memberikan sebuah kaidah umum bagi mereka yang merasa takut untuk secara langsung melaknat Yazid. Kaidah umum ini adalah laknat terhadap siapa pun yang ridho atas pembunuhan Al-Husein dan siapa pun yang menyakiti keluarga nabi. Dengan kaidah ini maka Yazid pun secara prioritas menjadi terlaknat sebab ia adalah dalang dibalik semua peristiwa yang terjadi di Karbala.

Baca Yang lain

Penilaian Ulama Ahlussunnah Terhadap Tindakan Yazid

Penilaian Ulama Ahlussunnah Terhadap Tindakan Yazid Yang ke dua: mengingat bahwa Ibn Urfah dan para peneliti yang mengikutinya meyakini kekafiran Yazid, padahal kejahatannya sama atau bahkan lebih kecil dari kejahatan Yazid, maka dapat disimpulkan bahwa Yazid juga layak dilabeli Kafir. Hal ini senada dengan apa yang diyakini Oleh al-Ajhuri.  

Baca Yang lain

Ulama-Ulama Sunni yang Membolehkan Melaknat Yazid (2)

Ulama-Ulama Sunni yang Membolehkan Melaknat Yazid (2) Dari semua penjelasan ini dapat kita simpulkan bahwa perbuatan Yazid bin Muawiyah dengan semua dalihnya, sudah jauh melampaui aturan-aturan Islam dan layak mendapatkan laknat. Dan bencana paling besar yang ia kerjakan adalah apa yang ia lakukan terhadap keluarga nabi saw, yaitu cucunya imam Husein bin Ali as.  

Baca Yang lain

At-Taftazani Melaknat Yazid dan Para Pengikutnya

At-Taftazani Melaknat Yazid dan Para Pengikutnya Dan perlu diketahui bahwa pelaknatan terhadap Yazid pernah dilakukan dan terucap dari lisan Suci Rasulullah Saw jauh sebelum adanya peristiwa Asyura. Pembahasan mengenai hal tersebut pernah kita kupas pada tema Caci Maki dan Laknat di seri-seri sebelumnya, dimana saat itu Rasulullah Saw melaknat Abu Sufyan, Muawiyah dan putranya Yazid ketika mereka bersama keledainya melewati Rasul Saw.

Baca Yang lain

Ulama-ulama Sunni yang Membolehkan Melaknat Yazid

Ulama-ulama Sunni yang Membolehkan Melaknat Yazid Orang yang menggunakan akalnya dengan baik, ia akan selalu berpikir dengan adil, tak terkecuali adil dalam menilai sikap Yazid yang zalim, apalagi kezaliman itu ia nisbahkan kepada cucu Baginda Nabi Saw. Maka, akal kita menilai bahwa tiada hal yang salah apabila kita melaknat orang-orang setamsil Yazid.

Baca Yang lain

Putra Yazid Membongkar Kebobrokan Ayah dan Kakeknya

Putra Yazid Membongkar Kebobrokan Ayah dan Kakeknya Catatan ini dapat memnjelaskan banyak hal. Disamping mengungkap keburukan Yazid berupa membunuh keturunan Nabi, membolehkan minum khamar dan menghancurkan ka’bah, literatur ini juga mengungkap bahwa khalifah yang berhak adalah Ali AS dan Imam Husain. Adapun Muawiayah dan Yazid telah melakukan perampasan.

Baca Yang lain

Yazid dalam Catatan Sejarawan dan Ahli Hadis (2)

Yazid dalam Catatan Sejarawan dan Ahli Hadis (2) Ahmad bin Hanbal, salah satu imam Mazhab Ahlussunnah ketika ditanya mengenai Yazid ia mengatakan bahwa Yazid adalah sosok yang telah membunuh beberapa sahabat Nabi Saw di Madinah, Yazid pula pernah merusak dan menjarah Madinah. Komentar tersebut termaktub dalam kitab As-Sunnah karya Abu Bakr Al-Khallal.

Baca Yang lain

Yazid dalam Catatan Sejarawan dan Ahli Hadis

Yazid dalam Catatan Sejarawan dan Ahli Hadis Dari beberapa catatan di atas terlihat jelas seperti apa sebenarnya sosok Yazid bin Muawiyah, dilihat dari bagaimana orang-orang pada masa itu mengomentari sifat dan prilakunya. Dengan karakternya yang seperti itu, mana mungkin ia layak menjadi pemimpin bagi seluruh muslimin, oleh karena itu Imam Husein as yang hingga akhir hayatnya dengan tegas menolak untuk berbaiat padanya.

Baca Yang lain

Mengenal Keutamaan Imam Husain as (3)

Mengenal Keutamaan Imam Husain as (3) Ketika turun ayat ini (ayat Mubahalah), Rasulullah saw. Menyeru Imam Ali, Sayyidah Fathimah, Imam Hasan dan Imam Husain, lalu nabi berkata, “Ya Tuhan (bersaksilah) mereka adalah Ahlulbaitku.”[1] Dari paparan di atas, sudah jelas, bahwa Imam Husain adalah keluarga Nabi saw. Kita tahu, mereka adalah manusia yang dipenuhi keutamaan dan kemuliaan, maka celakalah mereka yang memusuhi Imam Husain dan Ahlulbait Nabi saw.

Baca Yang lain

Mengenal Keutamaan Imam Husain as (2)

Mengenal Keutamaan Imam Husain as (2) Disamping mengungkap bahwa imam Husain As adalah dari Rasulullah dan begitu juga sebaliknya, riwayat ini juga mengungkap bahwa kecintaan terhadap imam Husain merupakan kecintaan terhadap Allah SWT.sebagaimana pada seri sebelumnya juga telah disebutkan.

Baca Yang lain

Mengenal Keutamaan Imam Husain as

Mengenal Keutamaan Imam Husain as Dan masih banyak lagi keutamaan keutamaan lainnya yang dimiliki oleh Imam Husain as yang bisa kita temukan dalam referensi-referensi lainnya. Dengan begitu jelasnya keutamaan yang dimiliki oleh Imam Husain as, sungguh celaka mereka yang berani berhadapan melawan imam Husain as dan membantai beliau beserta keluarganya secara keji di hari Asyura.

Baca Yang lain

Bukti “Maula” Bermakna Pemimpin dari Pernyataan Ghazali

Bukti “Maula” Bermakna Pemimpin dari Pernyataan Ghazali Dalam pernyataan di atas dengan jelas Imam Ghazali menghubungkan persoalan yang terjadi pada peristiwa Ghadir Khum dengan realita yang muncul khususnya pada masa kekhalifahan Umar bin Khattab. Pada pernyataan itu apabila sejenak kita renungkan, maka kita akan mendapati bahwa yang menjadi kata kunci atau inti dari penjelasan yang ingin ia sampaikan adalah perihal kepemimpinan.

Baca Yang lain

Peristiwa Di Yaman Tidak Berkaitan Dengan Ghadir Khum (2)

Peristiwa Di Yaman Tidak Berkaitan Dengan Ghadir Khum (2) Beberapa hadits di atas dengan tegas menyatakan bahwa peristiwa Ghadir Khum merupakan peristiwa yang berbeda dengan peristiwa Yaman. Sebab yang melatar belakangi peristiwa ini dan Hadits yang berkaitan dengannya adalah perintah Allah melalui ayatNya. Sedangkan hadits-hadits yang berkaitan dengan peristiwa yaman dilatari oleh protes sahabat terhadap sikap imam Ali AS.

Baca Yang lain

Peristiwa di Yaman Tidak Berkaitan dengan Ghadir Khum

Peristiwa di Yaman Tidak Berkaitan dengan Ghadir Khum Jadi, peristiwa di Yaman tidak ada hubungan sama sekali dengan peristiwa Ghadir Khum. Peristiwa Ghadir Khum terjadi dua tahun setelah peristiwa di Yaman. Dan apa yang disampaikan Nabi di Ghadir Khum tidak ada kaitan sama sekali dengan peristiwa penaklukkan Yaman oleh Imam Ali as.

Baca Yang lain

Penjelasan Syekh Al-Utsaimin tentang Makna “Maula”

Penjelasan Syekh Al-Utsaimin tentang Makna “Maula” Dari makna yang terpilih, dapat kita pahami jika hal itu (pemelihara urusan kaum mukminin) disandarkan pada sosok Nabi saw maka hal tersebut akan mengarah pada sisi kepemimpinannya yang bersifat duniawi maupun ukhrawi. Sebab urusan kaum mukminin yang dipikul oleh beliau adalah bercerita tentang masalah kedudukannya sebagai pemimpin agama. Hal ini diperkuat dengan pernyataan beberapa sahabat dalam menanggapi proklamasi yang dilontarkan oleh Nabi saw pada peristiwa Ghadir Khum, seperti yang sudah jelas dibahas pada seri ini.

Baca Yang lain

Di Ghadir Khum Umar bin Khattab Mengucapkan Selamat Kepada Imam Ali

Di Ghadir Khum Umar bin Khattab Mengucapkan Selamat Kepada Imam Ali Hal ini mengingat bahwa Umar bin Khattab mengatakan “engkau telah menjadi maula setiap muslim” maka jika dimaknai dengan penolong atau sosok yang dicintai, konsekwensinya adalah sebelum peristiwa Ghadir Khum, berarti imam Ali belum menjadi penolong maupun yang dicintai oleh kaum muslimin. Padahal sudah dapat dipastikan bahwa imam Ali AS sebelum peristiwa inipun merupakan penolong dan sosok yang dicintai oleh kaum muslimin.

Baca Yang lain

Makna “Maula” dalam Hadis Ghadir Khum (2)

Makna “Maula” dalam Hadis Ghadir Khum (2) Dan untuk mengetahui maksud dari kata aula tersebut, kita akan merujuk pada tafsir ayat tersebut. Salah satu Ulama tersohor Az-Zamakhsyari dalam tafsirnya Al-Kasyaf menerangkan bahwa Nabi Saw lebih utama bagi kaum mukminin dari pada diri-diri mereka sendiri dalam setiap segala hal dari seluruh urusan agama dan dunia.

Baca Yang lain

Makna “Maula” dalam Hadis Ghadir Khum Secara Kontekstual

Makna “Maula” dalam Hadis Ghadir Khum Secara Kontekstual Sehingga dari semua penjelasan di atas, hadis Ghadir Khum akan sejalan dengan semua konteksnya apabila lafal “maula” dipahami dengan makna “aula” atau lebih utama, yang mana dari hal itu dipahami konsep wilayah atau yang sederhananya disebut sebagai kemimpinan. Dan tentu jelas bahwa hal ini merupakan urusan yang sangat penting bagi seluruh kaum muslimin dan wajib untuk diketahui.

Baca Yang lain

Makna “Maula” Dalam Hadits Ghadir Khum

Makna “Maula” Dalam Hadits Ghadir Khum Dari riwayat maupun penjelasan para ahli tafsir di atas dapat disimpulkan bahwa makana kata “maula yang ada di dalam beberapa riwayat yang ada adalah “aula” dan maksud dari “aula” (lebih utama) adalah lebih utama dalam mengambil kebijakan, mengatur dan menetapkan hukum. Dan makna ini sangat selaras dengan makna pemimmpin yang diyakini oleh mazhab Syiah.

Baca Yang lain