Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Agama & Aliran

Wahabi dan Penyerangan Ke Thaif

Wahabi dan Penyerangan Ke Thaif

“Lalu mereka (Utsman bin Abdurrahman dan para pendukungnya) berangkat menuju Thaif, sementara di sana sudah ada Ghalib al-Syarif yang menjadikan kota tersebut sebagai tempat berlindung seraya melakukan persiapan untuk memerangi mereka. Setelah itu kelompok tersebut memeranginya di sana. Allah menjadikan rasa takut di dalam hatinya yang menyebabkannya meninggalkan Thaif dan melarikan diri ke Makkah. Utsman dan pasukannya kemudian memasuki Thaif serta menaklukkannya dengan kekerasan tanpa peperangan. Mereka membunuh penduduknya di pasar dan rumah-rumah mereka. Jumlah yang terbunuh ketika itu sekitar dua ratusan orang. Meraka merampas barang berharga, harta benda, senjata, kain, perhiasan dan komoditas mahal dari penduduknya. Utsman mengambil alih kekuasaan negri tersebut lalu diserahkan kepadanya kawasan sekitarnya. Mereka mengumpulkan Khumus kemudian diserahkan kepada Abdul Aziz. Lantas Abdul Aziz mengukuhkan Utsman sebagai penguasa Thaif serta menjadikannya amir daerah tersebut dan Hijaz.

Baca Yang lain

Peristiwa Penolakan Kelompok Wahabi untuk Haji dan Memasuki Mekkah di Masa Utsmani

Peristiwa Penolakan Kelompok Wahabi untuk Haji dan Memasuki Mekkah di Masa Utsmani Setelah Syarif Surur meninggal, kepemimpinan dipegang oleh Syarif Ghalib bin Musaid. Dan atas perintah kekaisaran Utsmani ia ditugaskan untuk mengakhiri pengaruh Dirriyah secara militer yang saat itu telah memperluas pengaruhnya ke kawasan Jabal Syamar dan Al-Ihsa. Namun Syarif Ghalib mengalami kekalahan dan akhirnya warga Dirriyah bisa berhaji tanpa hambatan.

Baca Yang lain

Kerajaan Saudi dan Awal Mula Perkembangan Wahabi

Kerajaan Saudi dan Awal Mula Perkembangan Wahabi Kemudian Ibnu Basyar juga mencatat bahwa Utsman bin Muammar yang merupakan penguasa di wilayah Uyainah (tempat yang di datangi Muhammad bin Abdul Wahhab sebelum memasuki Diriyyah), ketika mengetahui bahwa Muhammad bin Saud melindungi serta membantu Muhammad bin Abdul Wahhab dalam gerakannya, juga kenyataan bahwa Diriyyah menjadi tempat hijrah (kedatangan orang-orang) dan bertambahnya para pengikut putra Abdul Wahhab, ia pun menyesal dengan apa yang telah ia lalukan dengan mengusir muhammad bin Abdul Wahhab dari wilayahnya.

Baca Yang lain

Kerajaan Saudi dan Awal Mula Gerakan Ajaran Wahabi

Kerajaan Saudi dan Awal Mula Gerakan Ajaran Wahabi Keterangan di atas menunjukkan bagaimana Muhammad bin Abdul Wahhab diberi kebebasan untuk mendakwahkan ajarannya disana oleh Muhammad bin Saud. Dan Muhammad bin Saud memberikan dua syarat padanya yaitu agar penggagas Wahabi itu tidak berkhianat padanya dan tidak mencampuri urusan atau hukum yang ditetapkan oleh pendiri kerajaan Saud itu di kota Diriyah. Muhammad bin Abdul Wahhab menjawab persyaratan tersebut dengan memberikan baiat dan mendoakan Muhammad bin Saud dengan kelimpahan harta rampasan yang lebih baik.

Baca Yang lain

Takut Mendapat Perintah Pembunuhan, Sulaiman bin Abdul Wahab Pindah Ke Madinah untuk Tetap Dapat Menasehati Saudaranya Muhammad bin Abdul Wahab

Takut Mendapat Perintah Pembunuhan, Sulaiman bin Abdul Wahab Pindah Ke Madinah untuk Tetap Dapat Menasehati Saudaranya Muhammad bin Abdul Wahab “Ketika perselisihan antara Sulaiman dan saudaranya Muhammad berlarut-larut untuk waktu yang lama, Sulaiman terpaksa pindah ke Madinah karena takut saudaranya akan mengeluarkan perintah pembunuhannya. Kemudian ia mengirim surat untuk membantah pendapatnya, namun dia tidak mengindahkan hal tersebut. Banyak juga cendekiawan Hanbali dan non-Hanbali yang  menulis dan mengirim surat kepadanya, tetapi ia tidak bergeming sama sekali.”

Baca Yang lain

Menerawang Kesesatan Muhammad bin Abdul Wahhab dari Kacamata Guru-gurunya

Menerawang Kesesatan Muhammad bin Abdul Wahhab dari Kacamata Guru-gurunya Tak berhenti di situ, bahkan sekelompok dari guru-gurnya, menuturkan kalau Abdul Wahhab adalah orang yang bakal tersesat. Pernyataan ini dapat kita baca di dalam kitab seorang mufti dari Makkah yang dikenal juga dengan sebutan Syekh Islam, Zaini Dahlan.

Baca Yang lain

Mendakwahkan Ajarannya, Muhammad bin Abdul Wahhab Diusir dari Bashrah

Mendakwahkan Ajarannya, Muhammad bin Abdul Wahhab Diusir dari Bashrah Dari catatan di atas kita bisa melihat bahwa Muhammad bin Abdul Wahhab ketika di Bashrah  mencoba untuk mendakwahkan ajarannya. Dibungkus dengan kembali pada tauhid yang hakiki ia mempromosikan ajarannya tersebut dikalangan orang-orang dan para pemimpin di Bashrah. Namun yang terjadi mereka menolaknya sampai mengusirnya dari Bashrah.

Baca Yang lain

Ibnu Hajar Al-Haitami: Ibnu Taimiyah Pelaku Bidah, Sesat Menyesatkan, Bodoh, Ghuluw dan Perkataannya tidak Berbobot

Ibnu Hajar Al-Haitami: Ibnu Taimiyah Pelaku Bidah, Sesat Menyesatkan, Bodoh, Ghuluw dan Perkataannya tidak Berbobot Kesimpulannya, perkataannya tidak memiliki bobot. Dan ia (Ibnu Hajar) meyakini bahwa dia (Ibnu Taimiyah) merupakan seorang pelaku bidah, sesat menyesatkan, bodoh dan ghuluw. Semoga Alllah memberlakukan keadilannya kepadanya dan menjauhkan kita dari jalan, akidah serta perbuatannya. Amin.

Baca Yang lain

Syekh Yusuf ad-Duja’i: Ibnu Taimiyah Menentang Akal dan Riwayat!

Syekh Yusuf ad-Duja’i: Ibnu Taimiyah Menentang Akal dan Riwayat! Masih berkutat di dalam mengenal sosok Ibnu Taimiyah, di tulisan ini, penulis hendak menunjukkan Ibnu Taimiyah dari ulama lain. Sebut saja Syekh Yusuf ad-Dujai. Salah seorang ulama Sunni sekaligus dosen di Universitas al-Azhar, Mesir.

Baca Yang lain

Ibnu Taimiyah dalam Kitab Ad-Durarul Kaminah Milik Ibnu Hajar Asqalani

Ibnu Taimiyah dalam Kitab Ad-Durarul Kaminah Milik Ibnu Hajar Asqalani Sekaitan dengan pandangan terakhir diatas yang menyebut Ibnu Taimiyah sebagai seorang munafik karena perkataannya yang buruk terhadap Ali bin Abi Thalib, sebagaimana telah dijelaskan, hal itu sesuai dengan perkataan Nabi Saw kepada Ali bin Abi Thalib yang mengatakan bahwa tidak ada yang membencimu kecuali seorang munafik. Riwayat tersebut bisa kita lihat dalam kitab Musnad Al-Imam Ahmad bin Muhammad bin Hanbal.

Baca Yang lain

Muhammad bin Muhammad al-Ala al-Bukhari al-Hanafi: Ibnu Taimiyah Pelaku Bidah dan Kafir

Muhammad bin Muhammad al-Ala al-Bukhari al-Hanafi: Ibnu Taimiyah Pelaku Bidah dan Kafir Pernyataan ini sebenarnya ditujukan untuk menunjukkan ketidak layakan Ibnu Taimiyah dalam mengemban gelar tersebut. Karena ia telah melakukan berbagai kesalahan dan bidah dalam banyak pendapatnya.

Baca Yang lain

Ibnu Taimiyah dalam Pandangan Abu Bakar Al-Hishni

Ibnu Taimiyah dalam Pandangan Abu Bakar Al-Hishni Ungkapan diatas menjelaskan bahwa Abu Bakar Al-Hishni menyebut Ibnu Taimiyah sebagai seorang pembid’ah dan menyebut setan sebagai imamnya, karena apa yang dilakukan oleh Ibnu Taimiyah persis sama dengan apa yang dilakukan Syetan terhadap Bani Adam, yaitu menyesatkan mereka dengan kata-kata tipuan dan membungkusnya dengan sedemikian rupa sehingga terlihat indah.

Baca Yang lain

Akar Pemikiran Wahabi pada Ibnu Taimiyah (Tajsim)

Akar Pemikiran Wahabi pada Ibnu Taimiyah (Tajsim) Dengan demikian, menjadi jelas bahwa Ibnu Taimiyah memiliki pandangan akidah berupa Tajsim yang mana hal tersebut masih berkembang dan ada hingga saat ini, seperti yang kita ketahui sama dengan pemikiran Wahabi yang insyaAllah kedepannya akan dibahas secara lebih khusus.

Baca Yang lain

Akar Pemikiran Wahabi pada Ibnu Taymiyah

Akar Pemikiran Wahabi pada Ibnu Taymiyah Pemikiran pemurtadan atau pengkafiran kelompok lain seperti ini juga ada dalam pandangan Muhammad bin Abdul Wahhab. Hal ini pernah dibahas di tulisan sebelumnya dimana ulama yang sezaman dengannya menceritakan bahwa pemimpin kelompok Wahabi ini mengkafirkan siapa saja yang berbeda dengannya bahkan menghalalkan darahnya dan ia hanya memperhatikan perkataan Ibnu Taymiyah atau muridnya Ibnul Qayyim.

Baca Yang lain

Akar Pemikiran Wahabi pada Al-Barbahari

Akar Pemikiran Wahabi pada Al-Barbahari Oleh sebab itu dapat disimpulkan bahwa fenomena pemikiran Wahabi yang ada sekarang ini bukanlah hal yang baru, melainkan terdapat para pendahulunya seperti yang telah disebutkan di atas yang memiliki kemiripan dalam pemikiran, sikap dan tindakannya, sehingga dengan ini terbukti bahwa gerakan serupa telah terjadi jauh sebelum kemunculan Ibnu Taimiyah dan Muhammad bin Abdul Wahhab yang menjadi tokoh penting dalam fenomena Wahabi yang ada saat ini.

Baca Yang lain

Akar Pemikiran Wahabi pada Ibnu Batthah

Akar Pemikiran Wahabi pada Ibnu Batthah Keterangan di atas menjelaskan bahwa Ibnu Batthah mengkategorikan perjalanan untuk ziarah kubur para nabi atau orang-orang shaleh sebagai perjalanan maksiat, dan hal itu menurutnya sebagai perjalanan yang dilarang. Jika perjalanannya saja dilarang dan termasuk maksiat, lalu bagaimana dengan ziarahnya itu sendiri? Pemikiran seperti ini mungkin serupa dengan pemikiran kelompok Wahabi yang dikenal juga sebagai kelompok yang anti dengan ziarah kubur.

Baca Yang lain

Akar Pemikiran Wahabi di Dalam Kitab Ulama Asal Kuwait

Akar Pemikiran Wahabi di Dalam Kitab Ulama Asal Kuwait Pernyataan di atas memberikan penjelasan kepada kita, bahwa Ibnu Taimiyah, jauh sebelum keberadaan Muhammad bin Abdul Wahhab telah melakukan hal tersebut, melarang masyarakat untuk ziarah kubur, terlebih menziarahi kuburan keluarga Nabi Kaw.

Baca Yang lain

Akar Pemikiran Wahabi pada Hajjaj bin Yusuf

Akar Pemikiran Wahabi pada Hajjaj bin Yusuf Sejalan dengan pemikiran Hajjaj, maka tak heran Muhammad bin Abdul Wahhab yang merupakan pemerkrasa dari kelompok Wahabi, ketika berbicara tentang Nabi Saw, ia mengatakan bahwa Nabi tuli. Bahkan sebagian pengikutnya mengatakan bahwa sebuah tongkat lebih bermanfaat daripada Nabi Muhammad, karena tongkat bisa dimanfaatkan untuk membunuh hewan seperti ular, sedangkan Nabi telah mati dan tidak ada manfaat darinya, sehingga ia dikatakan tuli oleh mereka. Hal ini seperti yang tertulis dalam kitab Ad-Durarus Saniyyah fi Ar-Rad ‘alal Wahabiyyah milik Sayyid Ahmad bin Zaini Dahlan.

Baca Yang lain

Akar Pemikiran Wahabi dalam Riwayat Marwan

Akar Pemikiran Wahabi dalam Riwayat Marwan Namun kemudian Abu Ayyub menjawabnya bahwa yang ia ziarahi itu adalah Nabi Saw bukan tumpukan batu, dan ia juga menukil perkataan Nabi Saw yang menurut hemat penulis ditujukan sebagai bentuk protes kepada Marwan karena tidak ahli atau memahami agama dengan baik.

Baca Yang lain

Nidzahl bin Abdullah: Wahabi adalah Kelompok Ahli Bid’ah

Nidzahl bin Abdullah: Wahabi adalah Kelompok Ahli Bid’ah “Adapun (kelompok Wahabi)  adalah tukang bid’ah dari kelompok Khaswiyyah, telah muncul isyarat di dalam ucapan Nabi Saw. tentang sifat-sifat mereka (Wahabi) dan penjelasan kedudukan mereka, bahwa mereka adalah khawarij umat terdahulu maupun umat berikutnya.” Pandangan di atas semakin memantapkan keyakinan kita tentang kelompok Wahabi, yang jauh dari ajaran Islam yang sebenarnya. Wallahu a’lam bi shawab.

Baca Yang lain