Situs Al Imamain Al Hasanain Pusat Kajian Pemikiran dan Budaya Islam

Dosa-dosa besar (4)

0 Pendapat 00.0 / 5

Cara Bertaubat dari Dosa Besar

Sebagaimana seluruh dosa, pendosa harus segera bertaubat dari dosa besar yang dilakukannya. Cara bertaubat itu tidak sama, adakalanya memiliki ketentuan tersendiri sesuai dosa yang dilakukan. Sebagian dosa hanya berurusan dengan Allah swt, misalnya zina. Namun sebagian lainnya, di samping berurusan dengan Allah swt juga merugikan hak orang lain, seperti mencuri. Cara bertaubat dari dosa yang melanggar hak Allah swt adalah menyesali dengan sungguh-sungguh dan bertekad meninggalkan serta tidak akan mengulanginya. Jika ada kewajiban yang tertinggal harus ditunaikan dan diqadha, misalnya salat dan puasa.

Adapun cara bertaubat dari dosa yang merugikan hak orang lain, di samping menyesali dan tak mengulanginya adalah memberikan hak orang lain, kecuali jika orang yang bersangkutan telah merelakannya. Orang yang melakukan dosa besar dan tidak bertaubat sebelum meninggal tidak akan diampuni Allah swt. Jika Allah swt tidak mengasihinya maka dia akan menerima azab sebagai balasan atas dosa yang diperbuat. Di antara bentuk kasih sayang dan kelembutan Allah swt adalah memberikan syafaat melalui para kekasih-Nya. Rasulullah saw bersabda, “Aku siapkan syafaatku bagi para pendosa besar dari umatku. Adapun bagi mereka yang bertakwa (yang meninggalkan dosa) itu tidak ada hisab.”[30]

Pelaku Dosa Besar: Kafir atau Fasik?

Menurut kaum Khawarij, pelaku dosa besar adalah kafir. Bagi mereka, Imam Ali as itu telah kafir karena menerima Tahkim pada Perang Shiffin, sebab itu mereka membunuhnya. Menurut golongan Mu’tazilah, pelaku dosa besar itu tidak memiliki iman namun tidak sampai menjadi kafir, masih sebatas fasik. [31] Menurut golongan Asya’irah, pelaku dosa besar itu tidak bisa langsung dianggap sebagai orang yang tidak punya iman. Itu bukan lagi urusan manusia, hanya Allah swt yang dapat menilainya.[32]Menurut madzhab Syiah, jika seorang mukmin melakukan dosa besar dia tetap dikatakan mukmin, namun mukmin yang fasik.

Dampak Dosa Besar Secara Fikih

Seseorang yang melakukan dosa besar, meski hanya satu dosa, disebut orang fasik. Secara fikih dia bukanlah orang adil sehingga orang lain tidak sah bermakmum padanya dan kesaksiannya tidak diterima, kecuali jika dia telah bertaubat dan melaksanakan kewajiban-kewajibannya.

Sebagian dosa besar memiliki hukuman hudud, seperti zina, menuduh zina orang lain, minum-minuman keras dan lainnya, dan sebagian lainnya memiliki hukum takzir.[33]

Catatan kaki

Gonahan-e Kabireh, jld. 1, hlm. 11.
Ibid, hlm. 27.
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya”, (Surah An-Nisa: 48).
Ruhullah Khumaini, Terjumah Tahrirul Wasilah, jld. 1, Syarat Imam Jamaah.
Allah swt berfirman, “Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan surga baginya,” (Surah Al-Maidah: 72).
QS. Yusuf: 87.
QS. Al-A’raf: 99.
QS. Maryam: 82.
QS. An-Nisa’: 93.
QS. An-Nissa’: 10.
QS. Al-Anfal: 16.
QS. Al-Baqarah: 275.
QS. Al-Baqarah: 103.
QS. Al-Furqan: 68.
QS. Al-Nur: 23.
QS. Al-Baqarah: 283.
QS. Al-Maidah: 90.
Biharul Anwar, jld. 47, hlm. 17.
QS. Ar-Ra’d: 25.
QS. Ar-Ra’d: 25.
Gonah Syenasi, hlm. 25-31.
Imam Jakfar al-Shadiq as berkata, “Dosa yang diulang-ulang tidak lagi disebut sebagai dosa kecil.”
QS. Ali Imran: 135.
Biharul Anwar, jld. 50, hlm. 250.
Kalimah al-Taqwa, jld. 2, hlm. 294.
‘Uyun al-Hikam wa al-Mawaidh, hlm. 436.
Bihar al-Anwar, jld. 75, hlm. 159.
‘Uyun al-Hikam wa al-Mawaidh, hlm. 95.
Bihar al-Anwar, jld. 75, hlm. 193.
Man La Yahdhuruhu al-Faqih, jld. 3, hlm. 574.
Mu’tazilah, Ushul Madzhab
29. Tarikh Ilmi Kalam wa Mazaheb-e Islami, jld. 2, hlm. 475.
30. Jawahir al-Kalam, jld. 41, hlm. 448.