Dalil Ahlu Sunah tentang keutamaan Abu Bakar
Dalil Pertama
Dalam buku Al-Mawâqif dan Syarh Al-Mawâqif diriwayatkan:
"Maqshad kelima: tentang paling utamanya sahabat setelah Rasulullah saw. Kita dan mayoritas Mu'tazilah menganggap Abu Bakar sebagai orang yang paling utama setelah Rasulullah saw, sedang menurut Syiah dan mayoritas ulama terakhir Mu'tazilah, Ali adalah orang yang paling utama setelah Rasulullah saw".
Sesuai dengan apa yang telah kita bahas, jelas bahwa dalil Ahlu Sunah atas kepemimpinan Abu Bakar adalah ijma' dan keutamaannya, tetapi hal ini dapat diterima jika mereka mengakui keutamaan Abu Bakar dan mereka juga tidak mempunyai satu pun hadits tentang kepemimpinan Abu Bakar dari Rasulullah saw.
Kita bisa mencapai tujuan dalam hal penetapan kepemimpinan Imam Ali as dengan tiga jalan di atas (hadits secara terang-terangan dari Rasulullah saw, ijma' dan keutamaan), tetapi di sini kita tidak perlu menjelaskannya.
Mereka mengakui kalau mereka tidak punya satupun hadits tentang kepemimpinan Abu Bakar dari Rasulullah saw. Oleh karena itu, hanya ada dua jalan yang tersisa dalam menetapkan kepemimpinan Abu Bakar, yaitu ijma' dan keutamaannya.
Sekarang kita akan meneliti hadits-hadits tentang keutamaan Abu Bakar yang mereka paparkan.
Dalil kedua
Dalil kedua akan keutamaan Abu Bakar adalah sabda Rasulullah saw yang berbunyi:
"Setelahku, ikutilah dua orang ini: Abu Bakar dan Umar."
Kata "ikutilah" adalah kata perintah; dari satu sisi, semua Muslimin adalah lawan bicara Rasulullah saw dalam sabda-sabda beliau, yang juga mencakup Ali bin Abi Thalib as. Maka Ali juga termasuk orang yang diperintahkan untuk mengikuti dua pembesar itu (Abu Bakar dan Umar). Oleh Karenanya, wajib bagi Ali as untuk mengikuti dua orang tersebut sebagai seorang pemimpin."
Ahlu Sunah meriwayatkan hadits ini dalam kitab-kitab mereka. Dari sini, riwayat dari Rasulullah saw ini menjadi dalil atas kepemimpinan Abu Bakar, dan kepemimpinan Umar adalah konsekwensi dari kepemimpinan Abu Bakar. Yakni kalau kepemimpinan Abu Bakar dapat ditetapkan, maka kepemimpinan Umar juga dapat ditetapkan; meskipun sekarang kita tidak ingin mengulas kepemimpinan Umar.
Dalil ketiga
Dalil ketiga akan keutamaan Abu Bakar, sebuah hadits yang dinukil dari Rasulullah saw. Beliau saw bersabda kepada Abu Al-Darda': "Demi Allah swt, setelah para nabi dan rasul, matahari tidak terbit dan terbenam kepada seorang yang lebih mulia dari Abu Bakar."
Sesungguhnya hadits ini memiliki kelayakan untuk dikatakan sebuah hadits yang secara terang-terangan menunjukkan kepemimpinan Abu Bakar, dan dengan hadits ini Abu Bakar menjadi lebih mulia dari Ali as. Akal mengatakan, buruk kalau sesuatu yang biasa lebih didahulukan dari yang memiliki keutamaan atau mengedepankan pemilik keutamaan dari pemilik keutamaan yang lebih besar. Maka satu-satunya orang yang setelah Rasulullah saw berhak mencapai kedudukan sebagai khalifah adalah Abu Bakar.
Dalil keempat
Yaitu hadits Rasulullah saw yang menjelaskan keutamaan Abu Bakar dan Umar. Beliau saw bersabda:
"Abu Bakar dan Umar adalah pemimpin orang tua penghuni surga kecuali bagi para nabi dan rasul."
Seseorang yang menjadi penghulu sebuah kaum, maka dia juga akan menjadi pemimpin mereka, yaitu orang lain haruslah mengikuti dia. Karena Ali bin Abi Thalib as adalah salah satu dari kaum itu, maka dia harus mengikuti Abu Bakar dan Umar karena mereka berdua adalah penghulu para orang tua penghuni surga.
Dalil kelima
Dalil kelima, hadits dari Rasulullah saw yang mana beliau saw bersabda:
"Sebuah kelompok yang didalamnya ada Abu Bakar, tidak sepatutnya mendahulukan yang lain selain dia."
Oleh karena ini, tidak boleh bagi seseorang mendahulukan dirinya dari Abu Bakar dan ini juga berlaku bagi Ali bin Abi Thalib as.
Maka Ali as tidak boleh mengedepankan dirinya dari Abu Bakar, dan tidak ada satu orangpun yang berhak mengklaim Ali as lebih tinggi dari Abu Bakar karena pendapat ini bertentangan dengan sabda Rasulullah saw di atas.
Dalil keenam
Dalil keenam adalah perlakuan Rasulullah saw terhadap Abu Bakar. Beliau saw mengedepankan Abu Bakar dalam shalat jama'ah (paling mulianya shalat) Ketika Rasulullah saw sakit, Abu Bakar shalat bersama dengan yang lain di mihrab beliau saw dan shalat yang dilakukan Abu Bakar ketika itu (sesuai dengan yang diriwayatkan) adalah shalat atas perintah Rasulullah saw.
Kalau seorang shalat di tempat Rasulullah saw dan dia menjadi imam atas perintah beliau saw, maka dia layak untuk menjadi imam dan pemimpin umat setelah Rasulullah saw.
Dalil ketujuh
Dalil ketujuh adalah sebuah sabda Rasulullah saw tentang Abu Bakar dan Umar, yang berbunyi:
"Paling mulianya umatku adalah Abu Bakar kemudian Umar."
Ini adalah hadits yang diriwayatkan Ahlu Sunah dalam kitab-kitab mereka.
Dalil kedelapan
Dalil kedelapan adalah sebuah sabda Rasulullah saw yang menjelaskan tentang persahabatan dengan Abu Bakar. Beliau saw bersabda:
"Kalau aku ingin memilih seorang teman selain Tuhanku swt maka aku akan memilih Abu Bakar sebagai temanku."
Dalil kesembilan
Dalil kesembilan adalah sebuah riwayat Rasulullah saw tentang Abu Bakar, yang berbunyi:
"Mana orang yang seperti Abu Bakar? Ketika orang-orang tidak mempercayai aku, dia mempercayaiku, mengimaniku, mengawinkanku dengan putrinya, menolongku dengan jiwa dan hartanya dan berjihad bersamaku di saat sendiri dan ketakutan di medan perang."
Dalil kesepuluh
Dalil kesepuluh adalah riwayat Ali bin Abi Thalib as yang berbunyi:
"Orang yang paling mulia setelah para nabi adalah Abu Bakar kemudian Umar setelahnya Allah swt yang maha tahu." (!!)
Apa yang telah dijelaskan adalah dalil-dalil yang diutarakan oleh Ahlu Sunah tentang keutamaan Abu Bakar. Dalil-dalil ini tertulis dalam kitab-kitab yang terpercaya mereka seperti kitab milik Fakhr Razi, Al-Shawâiq Al-Muhriqah, Syarh Al-Mawâqif, Syarh Maqâshid.
Yang jelas, dalil-dalil yang telah disebutkan ada dalam kitab-kitab Ahlu Sunah baik yang dahulu maupun yang sekarang. Mu'tazilah juga sama seperti Asya'irah dalam berdalil dengan dalil-dalil ini, kecuali ulama Mu'tazilah akhir-akhir ini mengakui bahwa banyak sahabat yang lebih mulia dan utama dari pada Abu Bakar, namun kemaslahatan menuntut agar yang biasa (Abu Bakar) didahulukan atas yang lebih utama (Ali bin Abi Thalib as) dalam perkara kekhalifahan.