Penuntasan Hujjah
Demi menuntaskan hujjahnya, Imam Husain as kemudian berseru kepada manusia-manusia durhaka
itu:
"Hai orang-orang, coba kalian perhatikan kata-kataku. Kalian semua tahu siapa aku dan dengan
siapakah nasabku bersambung. Kembalilah kalian hati nurani kalian, niscaya kalian akan mencela diri
kalian. Cobalah kalian sadari, apakah maslahat untuk kalian jika kalian membunuhku?! Bukankah aku
adalah petera dari puteri Nabi kalian? Bukankah aku adalah putera washi dan sepupu nabi kalian?
Bukankah aku adalah putera washi Nabi yang telah beriman sebelum orang lain beriman serta
mengakui kebenaran apa yang dibawa Nabi dari Allah? Bukankah Hamzah, pemuka kaum syuhada,
adalah paman ayahku? Bukankah Jakfar yang terbang di dalam surga dengan kedua sayapnya itu
adalah pamanku? Bukankah tentang aku dan kakakku, Hasan, kalian telah mendengar sabda Rasulullah
SAWW: 'Sesungguhnya keduanya adalah pemuka kaum pemuda penghuni surga'?
"Hai orang-orang, jika kalian mengakui kebenaran kata-kataku, kalian akan pasti mengetahui mana
yang hak. Demi Allah, Allah memusuhi para pendusta, dan karenanya aku tidak akan berdusta. Hai
orang-orang, seandainya kalian meragukan kebenaran kata-kataku, apakah mungkin kalian meragukan
bahwa aku adalah putera dari puteri Nabi kalian? Demi Allah, baik di tengah kalian maupun di tengah
orang-orang lain, tidak ada putera dari puteri Nabi selain aku.
"Alangkah celakanya kalian. Adakah kalian hendak menuntut darahku sedangkan aku tidak pernah
membunuh siapapun diantara kalian? Adakah kalian akan meng-qisasku sedangkan aku tidak pernah
mengusik harta benda kalian atau melukai seseorang dari kalian?"
Semua orang terdiam mendengar kata-kata Imam Husain as. Tak seorang pun berani menjawab. Beliau
berseru lagi:
"Hai Syaits bin Rab'ii, Hai Hajjar bin Ajbar, hai Qais bin Asy'ats, hai Zaid bin Harits, bukan kalian telah menulis surat kepadaku dan menyatakan: 'Buah di pohon-pohon kami telah matang, kebun-kebun
kami telah hijau, dan jika engkau datang kepada kami niscaya kami akan mempersiapkan pasukan
untukmu'?"
Qais bin Asy'ats tiba-tiba menjawab: "Kata-katamu ini sudah tidak ada gunanya lagi. Kamu tak usah
berperang dan lebih baik menyerah kepada anak-anak pamanmu itu karena mereka tidak akan berbuat
buruk kepadamu."
Imam Husain as berkata: "Demi Allah, aku tidak akan menyerah kepada kalian. Aku tidak bersedia
menjadi orang hina di depan orang-orang durhaka. Aku tidak akan membebani diriku dengan ketaatan
kepada aturan manusia-manusia yang terbelenggu."
Puteri Fatimah Azzahra ini kemudian membacakan dua ayat suci dalam AlQuran dengan suara lantang:
وَاِنّي عُذْتُ بِرَبّي وَرَبّكُمْ اَن تَرْجُمُونِ
"Sesungguhnya aku hanya berlindung kepada Tuhanku dan Tuhan kalian dari kehendak kalian untuk
merajamku." (QS. Ad Dukhaan: 20)
وَنَعْمَةٍ كَانُوا فِيهَا فَاكِهِينَ
"Sesungguhnya aku berlindung kepada Tuhanku dan Tuhan kalian dari setiap manusia takabur yang
tak beriman kepada hari pembalasan." (QS. Ad Dukhaan: 27)
Imam Husain as kemudian meminta Umar bin Sa'ad datang mendekati beliau. Meski dengan berat hati
dan gengsi, Ibnu Sa'ad itu memenuhi permintaan Imam Husain as.
"Hai Ibnu Sa'ad!" Cecar Imam Husain as. "Apakah kamu akan membunuhku supaya Abdullah bin
Siyad si anak zina dan putera zina itu menyerahkan kekuasaan di Rey dan Jurjan kepadamu? Demi
Allah, apa yang kamu harapkan itu tidak dapat kamu capai. Kamu tidak menyaksikan hari yang kamu
harapkan akan menuai ucapan selamat atas kekuasaanmu di dua wilayah itu. Aku seakan sudah melihat
bagaimana kepala tertancap diujung tombak kemudian dilempari oleh anak-anak kecil di Kufah."
Kata-kata Imam Husain as ini memancing emosi Umar bin Sa'ad. Dia segera berpaling ke arah
pasukannya sambil berteriak: "Menunggu apa kalian? Cepat bereskan si pemalas ini. Seranglah Husain
dan para pengikutnya yang jumlahnya hanya segelintir itu."
Imam Husain as segera bergegas menunggangi kudanya. Orang-orang yang ada masih tetap dimintanya
untuk tenang lagi. Ketika mereka masih bersedia diam, beliau menyampaikan sebuah khutbah yangn
diawali dengan puja puji kepada Allah dan salam serta salawat kepada para nabi dan rasul serta para
malaikat Allah. Dalam khutbahnya beliau antara lain berkata kepada pasukan musuh sebagai berikut:
"Celakalah kalian semua! Kemiskinan dan kesengsaraan adalah nasib kalian tadinya dengan penuh
antusias telah menganggapku sebagai penyambung lidah kalian sehingga kamipun datang dengan
maksud menolong kalian. Namun, pedang-pedang yang tadinya adalah milik kami lalu kami serahkan
kepada kalian kini telah kalian hunus untuk menghabisi kami. Kobaran api yang tadinya kami kobarkan
untuk melawan musuh kami dan kalian kini kalian kobarkan terhadap kami. Kalian berkomplot dengan
musuh untuk menumpas teman-teman kalian sendiri. Padahal musuh-musuh itu tidaklah menerapkan
keadilan di tengah kalian sehingga kalian pun tidak memiliki harapan yang baik di tengah mereka.
"Karena itu celakalah kalian semua! Di saat pedang-pedang masih tersimpan di dalam sarangnya,
ketika jiwa semua orang masih tenang dan tak ada yang berpikir untuk berperang, mengapa sejak itu
pula kalian enggan membiarkan kami tenang?! Sebaliknya kalian malah seperti gerombolan hama
yang mengalir menuju bencana, dan ibarat kumpulan kupu-kupu yang terbang centang perenang di
tengah bencana.
"Celakalah kalian, hai para budak dan orang-orang pinggiran! Hai orang-orang yang berpaling dari
Kitab Allah! Hai para pendurjana! Hai air ludah yang mengalir dari mulut syaitan! Hai para pemadam
sunnah Ilahiah! Adakah kalian masih akan membantu kelompok musuh dan membiarkan kami tertindas
sendirian?"
Imam Husain as kemudian membacakan ayat-ayat suci AlQuran sebagai berikut:
وَلاَ يَحْسَبَنّ الّذِينَ كَفَرُواْ اَنّمَا نُمْلِي لَهُمْ خَيْرٌ لّاَنفُسِهِمْ اِنّمَا نُمْلِي لَهُمْ لِيَزْدَادُواْ اِثْماً وَلَهْمُ عَذَابٌ مّهِينٌ
مّا كَانَ اللّهُ لِيَذَرَ الْمُؤْمِنِينَ عَلَى مَا اَنتُمْ عَلَيْهِ حَتّىَ يَمِيزَ الْخَبِيثَ مِنَ الطّيّبِ وَمَا كَانَ
اللّهُ لِيُطْلِعَكُمْ عَلَى الْغَيْبِ وَلَكِنّ اللّهَ يَجْتَبِي مِن رّسُلِهِ مَن يَشَاءُ فَامِنُواْ بِاللّهِ وَرُسُلِهِ وَاِن
تُؤْمِنُواْ وَتَتّقُواْ فَلَكُمْ اَجْرٌ عَظِيمٌ
"Dan janganlah sekali-kali orang-orang kafir menyangka bahwa pemberian tangguh Kami kepada
mereka adalah lebih baik bagi mereka. Sesungguhnya kami memberi tangguh kepada mereka
hanyalah supaya bertambah-tambah dosa mereka, dan bagi mereka azab yang menghinakan. Allah
sekali-kali tidak akan membiarkan orang-orang yang beriman dalam keadaan kamu sekarang ini,
sehingga Dia menyisihkan yang buruk (munafik) dari yang baik (mukmin)." (QS. Al Imran: 178-179)
"Demi Allah, perbuatan makar kalian ini bukanlah yang pertama kalinya. Perbuatan ini sudah
mengakar dan mendarah daging dalam diri kalian. Darinyalah dahan-dahan kalian tumbuh dan terawat.
Kalian adalah buah paling najis dari pohon ini dan kini sedang dikulum oleh pemilik yang
mengawasinya, tetapi di saat kalian nanti sudah menjadi duri dan tulang yang mengganjal tenggorokan
niscaya kalian akan ditelan begitu saja."
"Ketahuilah, Ubaidillah bin Siyad, anak zina putera si anak zina itu telah menghadapkanku pada dua
pilihan; berperang mengangkat pedang dan meneguk syahadah, atau pasrah kepada kehinaan, tetapi
alangkah jauhnya kehinaan itu dari kami.
"Allah tidak menerima kehinaan menimpa kami. Rasulullah dan orang-orang yang beriman juga tidak
menerimanya. Kesucian yang telah membina kami sama sekali tidak memperkenankan kami berada di
bawah kezaliman dan penganiayaan. Mereka semua tidak akan merestui keputusan kami untuk lebih
mengutamakan ketaatan kepada manusia-manusia durjana dan hina daripada kematian sebagai manusia
agung dan mulia.
"Ketahuilah bahwa aku bersama segelintir jamaahku ini telah siap berperang walaupun jumlah kami
kecil dan tak akan ada lagi orang yang membantu kami.
"Keengganan berkorban demi suatu kecintaan adalah pantangan bagi kami. Keengganan seperti ini agar
kami dapat tidur nyenyak adalah pantangan bagi kami. Kamilah orang-orang yang tak kenal lelah.
Dalam ajaran kami tidak akan ada pengenduran tali pinggang."
Imam Husain as kemudian mengaitkan kata-katanya dengan bait-bait syair Farwah bin Musaik
AlMuradi. Dari beberapa bait syair itu beliau mengungkapkan tamsil sebagai berikut:
"Seandainya kami menang dan berhasil mengalahkan musuh maka ini bukan sesuatu yang baru bagi
kami karena sejak dulu kehendak dan kejadian seperti ini sudah pernah kami alami. Namun, seandainya
kamipun tak berdaya maka itu bukan berarti kami telah kalah karena niat dan kehendak kami adalah
demi kebaikan dan takwa, dan makna sedemikian ini tidak akan pernah mengenal kata kalah.
"Seandainya kematian menarik diri dari suatu kaum, maka kematian akan mereggut suatu kaum yang
lain, dan sesungguhnya tak ada satupun manusia yang bisa lolos dari kematian. Kematian inilah yang
telah meniadakan para pemuka kaum kami, sebagaimana ia telah meniadakan kaum-kaum terdahulu.
"Seandainya para raja dan penguasa bumi di alam dunia dapat hidup abadi, niscaya kamipun akan
dapat hidup abadi. Seandainya orang-orang besar dapat bertahan hidup, maka kami pun juga akan
bertahan hidup. Akan tetapi keabadian (di alam dunia) tidak akan pernah ada.
"Maka dari itu, katakanlah kepada mereka yang menghujat kami: 'Sadarlah kalian, dan ketahuilah
bahwa kalian juga akan menyongsong kematian sebagaimana kami.'
"Demi Allah, setelah syahadahku nanti, kalian tidak akan bisa menggapai apa yang kalian dambakan.
Kalian tidak akan bisa lama-lama di dunia ini. Seperti saat kalian berkelana dengan mengendarai,
kalian akan merasakan waktu ini hanya seperti putaran batu penggilingan yang mengelilingi kalian.
Dan karena porosnya berkutat pada kalian maka kalian tertambat pada keraguan. Ini adalah suatu
perjanjian yang dijalin ayahku dengan restu kakekku.
"Sekarang coba kalian pertemukan pandangan kalian dengan pikran para komplotan kalian. Cobalah
kalian pikirkan lalu ambillah keputusan karena kalian tahu pasti urusan kalian sendiri. Pikirkan matang-matang agar kalian tidak menyesal dan tertimpa beban pikiran. Jika ini sudah kalian pikirkan, maka
kalian tak usah ragu-ragu dalam menyerangku. Habisilah aku sesegera mungkin!
"Aku bertawakkal kepada Allah, Tuhanku dan Tuhan kalian semua. Tak sesuatu yang bergerak di
muka bumi ini kecuali sudah ditentukan dalam kodrat-Nya. Saya yakin bahwa Tuhanku ada di pihak
yang benar."
Imam Husain as kemudian menghadapkan wajahnya ke arah para sahabatnya. Setelah mengucapkan
pujian kepada Allah beliau berkata:
"Sesungguhnya Allah Yang Maha Suci dan Maha Mulia telah meridhai terbunuhnya kalian dan aku
pada hari ini, maka sabarlah kalian dan bersiaplah untuk berperang."
Demi menuntaskan hujjahnya lagi, beliau berkata kepada para sahabat dan pengikutnya:
"Hai putera-putera yang mulia, bertabah kalian, karena sesungguhnya kematian ini tak lain adalah
jembatan yang akan kalian titi dari penderitaan menuju surga yang sangat luas, menuju kenikmatan
yang abadi. Maka janganlah kalian khawatir untuk berpindah dari penjara menuju istana, sedangkan
musuh-musuh kalian tak lain ibarat orang yang dipindahkan dari istana menuju penjara dan siksaan.
Mengutipkan sabda Rasulullah, ayahku pernah berkata kepadaku: 'Sesungguhnya dunia adalah penjara
bagi orang yang beriman dan surga bagi orang yang kafir. Kematian adalah jembatan menuju surga
bagi mereka yang beriman serta merupakan jembatan menuju neraka bagi mereka yang kafir. Aku
tidaklah berdusta dan tidak pula didustai."
Istighotsah Imam Husain as dan Taubat Hur
Imam Husain as kemudian berdoa:
"Ya Allah, janganlah Engkau turunkan air hujan dari langit untuk kaum ini. Azablah mereka dengan
kekeringan dan kelaparan seperti pada zaman nabi Yusuf. Kuasakan atas mereka nanti Astsaqafi agar
mereka merasakan kegetiran karena mereka telah mendustakan kami, menisbatkan kebohongan kepada kami, dan menyia-nyiakan kami.
"Ilahi, kami bertawakkal kepada-Mu. Kepada-Mulah kami dan segala sesuatu pasti akan kembali."
Imam Husain as kemudian mendekati para pengikutnya dan berkata: "Bersabarlah, sesungguhnya Allah
telah mengizinkan kalian untuk berperang hingga titik penghabisan. Sesungguhnya kalian semua akan
terbunuh kecuali Ali bin Husain."
Imam Husain as yang sudah siap bertempur berkata lagi:
"Adakah lagi seseorang yang akan menolongku demi mendapatkan keridhaan Allah? Adakah lagi
seseorang yang siap membela kehormatan Rasulullah?"
Syaikh Mufid ra dalam kitabnya mengisahkan: saat mendengar istighotsah Imam Husain as, perasaan
Hur bin Yazid tersentuh sehingga dia datang mendekati Umar bin Sa'ad.
"Hai Umar, apakah kamu akan tetap memerangi orang ini?" Tanya Hur.
"Ya, demi Allah" Jawab Umar Bin Sa'ad. "Kita akan kobarkan perang yang paling dahsyat dimana
paling tidak kepala-kepala mereka harus terpenggal sebagaimana tangan-tangan mereka harus
terpotong dari jasad-jasad mereka.", tambah Umar.
"Apakah tidak mungkin perbuatan ini dipertimbangkan lagi?"
"Itu mungkin saja seandainya kekuasaan ada di tanganku, namun pemimpinmu, Ubaidillah, tidak
menghendaki perdamaian dan pembenahan kebijakan seperti itu."
Dengan hati kecewa Hur beranjak dari tempat Umar bin Sa'ad lalu terpaku di sebuah tempat di dekat
Qurrah bin Qais, salah satu orang dekatnya. Hur bertanya kepada Qurrah: "Hai Qurrah, sudahkah kamu
memberi minum kudamu hari ini?". "Belum" Jawab Qurrah.
"Maukah kamu memberinya minum sekarang?" Tanya Hur lagi.
Dari pertanyaan ini, Qurrah curiga bahwa Hur berniat keluar dari rombongan pasukan, pergi, dan
seterusnya. Namun, di luar dugaan itu, Hur ternyata perlahan-lahan bergerak mendekati Imam Husain
as. Begitu sampai di hadapan beliau, Hur meletakkan telapak tangan di kepalanya sambil berseru:
"Ya Allah, aku kembali kepada-Mu. Ya allah, ampunilah aku yang telah membuat para pecinta dan
putera-puteri rasul-Mu menderita dan ketakutan."
Saat melihat Hur mendekati Imam Husain itu, sebagian orang menduganya akan memulai peperangan.
Namun, mereka baru sadar dugaan itu salah setelah melihat Hur membalikkan perisainya. Saat itu Hur
datang menyapa Imam Husain as dimulai dengan ucapan salam takzim dan hormat lalu menyusulnya
dengan kata-kata:
"Hai putera Rasul, aku siap berkorban untukmu. Aku adalah orang yang beberapa waktu lalu telah
mencegat perjalananmu, mencegahmu pulang, lalu menggiringmu ke tanah yang penuh dengan petaka
ini tanpa aku tahu sebelumnya bahwa orang-orang ini akan menolak kata-katamu dan memperlakukan
dirimu sedemikian rupa. Demi Allah, seandainya aku tahu inilah yang akan terjadi, tidak mungkin akan
berbuat seperti itu kepadamu. Sekarang aku menyesal, tetapi apakah mungkin Allah akan menerima
taubatku?"
Imam Husain as menjawab: "Allah pasti akan menerima taubatmu." Beliau meminta Hur supaya
beristirahat, namun Hur malah meminta restu beliau untuk segera memulai perjuangan di depan musuh.
Imam pun berkata: "Semoga Allah merahmatimu. Aku mengizinkanmu berjuang."
Hur kemudian meminta diri dari Imam Husain as dan pergi mendekati pasukan Umar bin Sa'ad yang
kini sudah menjadi musuhnya. Di depan mereka Hur memberondongkan kata-kata pedas dan kutukan.
Begitu kata-kata Hur tuntang, beberapa orang pasukan Ibnu Sa'ad membidikkan anak panah ke arah
Hur. Hur bergegas pergi menghadap Imam Husain as untuk memohon instruksi penyerangan.
Serentak dengan ini, Umar bin Sa'ad berteriak kepada budaknya: "Hai Darid, cepat maju!" Umar
mengambil sepucuk anak panah dan memasangnya ke tali busur sambil berteriak lagi: "Hai orangorang,
saksikanlah bahwa akulah orang pertama yang membidikkan anak panah ke arah pasukan
Husain." Anak panah itupun melesat.
Sayid Ibnu Thawus meriwayatkan, melesatnya anak panah Umar bin Sa'ad segera disusul dengan hujan
panah dari anak buahnya ke arah pasukan Imam Husain as. Imam Husain pun menurunkan instruksi
untuk melakukan perlawanan.