• Mulai
  • Sebelumnya
  • 9 /
  • Selanjutnya
  • Selesai
  •  
  • Download HTML
  • Download Word
  • Download PDF
  • Pengunjung: 9511 / Download: 2967
Ukuran Ukuran Ukuran
Pernikahan Ummu Kulsum dengan Umar

Pernikahan Ummu Kulsum dengan Umar

pengarang:
Indonesia

Buku Ini di Buat dan di teliti di Yayasan Alhasanain as dan sudah disesuaikan dengan buku aslinya

Pernikahan Ummu Kultsum dan Umar

(Sebuah Analisa)

Ayatullah Sayid Ali Husaini Milanni

Prakata

Tujuan yang tersirat dalam kitab ini adalah analisa riwayat-riwayat pernikahan Ummu Kultsum –putri Amir Al-Mukminin Ali as- dengan Umar. Satu peristiwa yang selalu dijadikan dalil oleh sebagian kelompok untuk mengingkari sebuah fenomena pahit di zaman awal Islam berkaitan dengan imam Ali as dan sayidah Zahra as, mereka mengatakan:

"kalau benar peristiwa penyerangan Umar ke rumah imam Ali as yang kemudian menyebabkan kesyahidan Sayidah Zahra as, maka perkawinan ini tidak akan pernah terjadi, tapi hal ini terjadi, dari sini, peristiwa itu tidak terjadi dan antara imam Ali as dan Umar memiliki hubungan yang baik dan harmonis".

Tulisan ini adalah analisa terhadap perkawinan Ummu Kultsum dan Umar sampai jelas apakah dalil diatas benar atau tidak?

Jelas bahwa dalil seperti ini bisa digunakan ketika

1. Objeknya benar. Yaitu Imam Ali as memiliki seorang putri bernama Ummu Kultsum. Ketika putri seperti itu tidak ada atau dia bukan dari rahim Sayidah Zahra as – sebagaimana yang dikatakan sebagian ulama- maka dalil diatas tidaklah sempurna.

2. Penyebutan kata perkawinan Ummu Kultsum dengan Umar boleh kalau hanya didasarkan pada pelaksanaan akad nikah. Kalau peristiwa perkawinan keduanya bergantung pada adanya acara pelaminan, maka untuk kali keduanya, dalil ini tidaklah sempurna. Kalian akan lihat tidak ada dalil valid tentang terjadinya acara pelaminan.

3. Berdalil dengan perkawinan ini –dengan asumsi adanya objek- akan bernilai ketika perkawinan ini berdasar pada sebuah kerelaan dan keinginan. – sebagaimana yang ada di sumber-sumber kedua mazhab- kalau ditetapkan perkawinan ini terjadi atas dasar ketakutan, ancaman dan paksaan, sama sekali hal diatas tidak bisa dijadikan dalil. Bahkan peristiwa ini menjadi salah satu dalil terinjaknya Ahlul Bait as.

Pernikahan Ummu Kultsum dengan Umar

Puji syukur kepada Allah sang pencipta alam, shalawat dan salam kepada junjungan kita, Nabi besar Muhammad saw serta keluarganya yang maksum dan suci as dan laknat kepada semua musuh-musuh dari awal hingga akhir.

Dari abad pertama Islam hingga sekarang selalu ada analisa, pertanyaan dan jawaban tentang riwayat "Imam Ali as mengawinkan putrinya dengan Umar bin Khattab" dan ada juga banyak tulisan, buku dan risalah tentangnya.

Sebagai contoh, Syeikh Mufid ra. menulis dua risalah terpisah, salah satunya Ajwibah Al-Masâil Al-Sarawiyah sebuah buku dalam menjawab pertanyaan kesepuluh, yang lain sebuah buku berjudul Ajwibah Al-Masâil Al-Hâjibiyah untuk menjawab persoalan kelima belas.

Tulisan yang ada dihadapan kalian sekarang adalah sebuah analisa tentang hal ini. Dalam analisa ini, pertama kita menukil riwayat yang paling terkenal dalam kitab Ahlu Sunnah lalu kita bedah dari segi sanad dan denotasi.

Bagian pertama

Para periwayat dan riwayat

Para periwayat hadits dan riwayat-riwayat mereka

Salah satu riwayat terkenal Ahlu Sunnah yang menjadi sandaran adalah "Imam Ali as mengawinkan sang putri, Ummu Kultsum, dengan Umar", mereka mencatatnya dalam buku dan kita akan menukilnya dari buku-buku terkenal mereka.

1. riwayat Ibn Sa'ad dalam buku Al-Tabaqât Al-kubra.

-Menurut apa yang kita ketahui- periwayat dan penukil terlama hadits ini adalah penulis buku Al-Tabâqat Al-Kubra Muhammad bin Sa'ad bin Mani' Zuhri –w. 230 H.-dia mencantumkan beberapa riwayat dalam buku ini, seperti

Riwayat pertama:Ummu Kultsum adalah putri Ali bin Abu Thalib bin Abdul Muththalib bin Hasyim bin Abd Manaf bin Qusha, ibunya adalah Fathimah putri Rasulullah saw1 sedang ibunya Khadijah putri khuwailid bin Asad bin Abd Al-Uzza bin Qusha. Ketika Umar bin Khaththab mempersuntingnya, dia masih seorang putri yang belum balighah. Buah dari pernikahan ini, seorang

anak laki-laki bernama Zaid dan seorang putri bernama Ruqaiah. Ummu Kultsum menjadi istri Umar hingga dia terbunuh.

Setelah Umar, Ummu kultsum dipersunting oleh Aun bin Ja'far bin Abu Thalib bin Abdul Muththalib (!!)1 tetapi Aun meninggal lalu dipersunting oleh saudaranya Muhammad bin Ja'far bin Abu Thalib (!!) kemudian dia juga meninggal.

Setelah wafatnya saudari Ummu Kultsum, Zainab binti Ali bin Abu Thalib, Abdullah bin Ja'far bin Abu Thalib (saudara Muhammad) mempersuntingnya sebagai istri. Di saat ini Ummu Kultsum berkata "Aku takut pada

Asma’ binti Umais karena dua anak laki-lakinya meninggal disisiku, dan aku merasa tidak enak akan yang ketiga ini (!!)".

Tetapi Ummu kultsum meninggal di rumah Abdullah bin Ja'far dan dia tidak melahirkan satupun buah hati dari mereka".

Riwayat kedua: Anas bin Ayyad menukil dari Ja'far bin Muhammad (imam Shadiq as) dari ayah tercintanya bahwa dia berkata, "Umar bin Khaththab meminang Ummu Kultsum putri Ali as.

Ali as menjawab, "Aku siapkan para putriku untuk anak-anak Ja'far".

Umar berkata, "Hai Ali, kamu kawinkan dia denganku, demi Tuhan! Aku tidak menemukan di bumi ini seorang yang lebih baik dariku ketika bersanding dan berbicara (!!)".

Ali as menjawab, "Akan ku lakukan" (!!).

Setelah itu Umar pergi ke tempat Muhajirin -yang terletak diantara kuburan dan mimbar Rasulullah saw. Ali as, Utsman, Zubair, Thalhah, Abdurrahman bin Auf biasa duduk disana. Setiap kali ada berita yang sampai pada Umar tentang sekelilingnya, dia pergi kesana, memberitahukannya lalu bermusyawarah dengan mereka- sesampainya dia berkata, "Kalian ucapkan selamat padaku".

Mereka mengucapkan selamat lalu bertanya, "Wahai pemimpin mukminin, untuk siapa kami mengucapkan selamat?.

Dia menjawab, "Untuk putri Ali bin Abi thalib".

Kemudian dia menceritakan yang terjadi dan berkata, "Pernah Rasulullah saw bersabda,

“Kelak di hari kiamat, semua tali hubungan dan keturunan terputus kecuali hubunganku dan keturunanku", aku dahulu duduk bersama Rasulullah saw sehingga aku juga ingin ini -hubungan kekeluargaan- terlaksana".

Riwayat ketiga: Waki' bin Jarrah dari Husysyam bin Sa'ad dari Atha' Khurasani, "Umar memberikan uang sebesar 40,000 dirham kepada Ummu kultsum putri Ali as sebagai mahriah (!!)”.

Riwayat keempat: Muhammad bin Umar Waqidi dan yang lain mengatakan, "Ketika Umar meminang putri Ali as, dia menjawab, "Wahai pemimpin mukminin! Dia masih putri kecil".

Umar menjawab, "Demi Tuhan, bukan ini maksudmu, tapi aku tahu apa itu!".

Setelah itu, Ali as meminta Ummu Kultsum, mereka bersiap dan menghiasinya (!!). ketika itu Ali meminta sebuah kain, melipatnya lalu berkata kepada Ummu Kultsum, "Kamu pergi ke Amir Mukminin dan katakan padanya, aku diutus ayahku dan dia mengirim salam untukmu, lalu katakan, kalau kamu menerima kain ini, ambillah, kalau tidak, kembalikan (!!)".

Ketika Ummu Kultsum sampai, Umar berkata, "Semoga Allah memberkahimu dan ayahmu, aku terima".

Kemudian Ummu Kultsum pulang dan berkata, "Dia tidak membuka kain itu dan dia tidak melihat kecuali kepadaku (!!)".

Setelah itu Ali as mengawinkan Ummu Kultsum dengan Umar dan melahirkan cucu bernama zaid.

Riwayat kelima: Waki' bin Jarrah meriwayatkan dari Ismail bin Abu Khalid dari Amir Sya'bi, "Zaid bin Umar dan Ummu Kultsum putri Ali kedua-duanya wafat, Ibn Umar menshalati mereka dengan empat takbir. Dia meletakkan zaid disamping dia berdiri sedang Ummu Kultsum dihadapkan kiblat lalu shalat".

Riwayat keenam: Ubaidullah bin Musa berkata, "Israil menukil dari Abu Hashin dari Amir, "Ibn Umar menshalati Ummu Kultsum putri Ali dan buah hatinya Zaid. Dia meletakkan Zaid disampingnya lalu menshalati keduanya dengan empat takbir".

Sama seperti riwayat ini juga dinukil oleh Waki' bin Jarrah dari Zaid bin Habib dari Sya'bi dan menambahkan, "Ketika shalat, Hasan dan Husein putra Ali dan Muhammad bin Hanafiah, Abdullah bin Abbas dan Abdullah bin Ja'far ada dibelakang Ibn Umar".

Riwayat ketujuh: Ubaidullah bin Musa dan Israil meriwayatkan dari Jabir dari Amir Sya'bi, "Ibn Umar ketika menshalati jenazah zaid bin umar bin Khaththab

mengucapkan empat takbir sedang Hasan dan Husein ada di belakangnya. Kalau dia melihat sebuah kemaslahatan akan keutamaan takbir lebih dari empat niscaya dia akan menambahnya".

Riwayat kedelapan: Ubadullah bin Musa menukil dari Israil dari Sudda dari Abdullah bin Bahi, "Aku sendiri menyaksikan Ibn Umar menshalati Ummu Kultsum dan Zaid bin Ummar bin Khaththab. Zaid diletakkan disamping imam berdiri sedang Hasan dan Husein menyaksikannya".

Riwayat kesembilan: Waki' bin Jarrah menukil dari Hammad bin Salamah bahwa Ammar bin Abu Ammar – seorang budak merdeka (maula)1 Bani Hasyim-mengatakan, "Di hari itu aku hadir dan melihat Said bin Ash – pemimpin Madinah di waktu itu- menshalati mereka berdua dan 80 sahabat Nabi saw ada dibelakangnya".

Riwayat kesepuluh: Ja'far bin Aun menukil dari Juraij dari Nafi', "Jenazah Ummu kultsum putri Ali as –istri Umar bin khaththab- serta putranya Zaid dibawa untuk dishalati. Ketika itu Said bin Ash yang menjadi imam".

Riwayat kesebelas: Abdullah bin Numair menukil dari Ismail bin Abu Khalid dari Amir, "Ibn Umar menshalati jenazah saudaranya Zaid dan Ummu kultsum putri Ali as. Kedua jenazah mereka diletakkan dalam satu peti sedang jenazah Zaid dekat imam"1.

2. Riwayat Dulabi dalam kitab Al-Dzari'ah Al-Thâhirah

Periwayat lain seperti Abu Busyr Dulabi –w. 310 H.-menukil beberapa riwayat dalam kitab Al-Dzari'ah Al-Thâhirah di bab yang berkaitan dengan Ummu Kultsum binti Fathimah Putri Rasulullah saw, sebagai berikut;

Riwayat pertama: Dulabi mengatakan, "Aku mendengar Ahmad bin Abdul Jabbar mengatakan, aku mendengar Yunus bin Bukir dan dia dari Ibn Ishaq mengatakan, "Fathimah binti Rasulullah saw melahirkan tiga putra Ali as bernama Hasan, Husein dan Muhsin –Muhsin meninggal saat masih kecil- dan dua putri bernama Ummu Kultsum dan Zainab.

Riwayat kedua: Ibn Ishaq mengatakan, "'Ashim bin Umar bin Qatadah meriwayatkan kepadaku bahwa Umar bin Khaththab melamar Ummu Kultsum kepada ayahnya Ali bin Abi Thalib as.

Ali as menoleh dan menjawab, "Dia masih kecil".

Umar berkata, "Bukan, demi Allah! bukan ini……tapi kau ingin mencegahku, kalau memang perkataanmu ini yang kau inginkan, kirim dia kepadaku”.

Ali as berpaling lalu meminta Ummu Kultsum dan memberinya sebuah kain sambil berkata, "Bawalah ini ke pemimpin mukminin dan katakan padanya,"Ayahku bertanya apa pendapatmu tentang kain ini?".

Ummu Kultsum pergi dengan kain di tangan lalu menyampaikan pesan ayahnya, Umar memegang lengannya (!!) tapi dia menariknya sambil menghardik, "Lepaskan".

Umar melepasnya dan berkata, "Tubuh yang indah (!!), pergi dan katakan padanya sangat bagus …1 dan cantik (!!). Demi Allah, bukan seperti yang kau bilang".

Tak lama kemudian Ali as menyandingkannya dengan Umar.

Riwayat ketiga: Ahmad bin Abdul Jabbar dari Yunus bin Bukir dari Khalid bin Shaleh dari Waqid bin Muhammad bin Abdullah bin Umar dari beberapa orang dekatnya, menukil, "Umar melamar Ummu Kultsum -putri Ali as dan Fathimah binti Rasulullah saw- kepada ayahnya.

Ali as menjawab, "Dia memiliki wali yang lain, tunggu dulu sampai aku meminta izin darinya ". waktu itu juga, beliau as menghampiri putra-putra Fathimah dan menceritakan duduk persoalan.

Mereka berkata, "Ijinkan dia bersanding dengannya".

Lalu Ali as memanggil Ummu Kultsum –yang diwaktu itu masih kecil- dan bilang, "Pergilah ke pemimpin mukminin, sampaikan salamku untuknya lalu katakan, "Kita mengabulkan apa yang kau minta dulu"".

Setelah -Ummu Kultsum pergi dan mengatakan semua pesan ayahnya-Umar menariknya (!!) sambil berkata, "Aku melamar Ummu Kultsum kepada ayahnya lalu mengawinkannya denganku".

Mereka bertanya, "Wahai pemimpin Mukminin! Apa maksudmu? Dia masih kecil!?".

Umar menjawab, "Aku mendengar Rasulullah saw bersabda,

" Kelak di hari kiamat, semua tali hubungan dan keturunan terputus kecuali hubunganku dan keturunanku", aku ingin diantara aku dengan Rasulullah saw ada sebuah hubungan kekeluargaan".

Riwayat ke-empat: Abdurrahman bin Khalid bin muni' berkata, "Habib –sekretaris Malik bin Anas- menukil dari Abdul Aziz Darawirdi dari Zaid bin Aslam dari ayahnya – salah satu anak buah Umar bin Khaththab, "Umar melamar Ummu Kultsum pada ayahnya Ali bin Abi Thalib as. Lalu beliau as bermusyawarah dengan Abbas, Aqil dan Hasan.

Aqil marah sambil berkata pada Ali as, "Berlalunya hari dan bulan hanya menambah kebutaanmu, demi Allah, kalau kau melakukannya pasti akan terjadi ini dan itu".

Ali as berkata kepada Abbas, "Demi Allah, pendapatnya ini tidaklah berbuah baik, tapi baru-baru ini, Umar memaksanya atas apa yang kau lihat ini"2 .

Kemudian beliau as menghadap Aqil dan berkata, "Hai Aqil, demi Allah, ini bukan karena keinginan dan pendapatmu, tetapi Umar mengatakan kepadaku bahwa dia mendengar Rasulullah saw bersabda,

“Kelak di hari kiamat, semua tali hubungan dan keturunan terputus kecuali hubunganku dan keturunanku".

Riwayat kelima: Abdul Aziz bin Muni' menukil dari Abu Al-Darda' Marwazi dari Khalid bin Khidas, begitu juga Ishaq bin Ibrahim bin Muhammad bin Sulaiman bin Bilal bin Abi Darda' Anshari menukil dari Abu Jamahir Muhammad bin Utsman, "Abdullah bin Zaid bin Aslam meriwayatkan dari ayahnya dari kakeknya bahwa Umar bin Khaththab mengawini Ummu Kultsum binti Ali bin Abi Thalib as dengan mahar empat puluh ribu dirham (!!)".

Riwayat ke-enam: Abu Usamah Abdullah bin Muhammad meriwayatkan dari Hajjaj bin Abi Muni' dari kakeknya dari Zuhri, "Umar bin Khaththab mengawini Ummu Kultsum binti Ali as dan Fathimah as lalu melahirkan seorang putra bernama Zaid".

Riwayat ketujuh: Ahmad bin Abdul Jabbar menukil dari Yunus bin Bukir dari Ibn Ishaq, "Umar bin Khaththab menikahi Ummu Kultsum putri Ali bin Abi Thalib as lalu melahirkan seorang putra bernama Zaid dan juga putri, kemudian Umar meninggal dimasa hidupnya".

Riwayat kedelapan: Abu Usamah Abdullah bin Muhammad Halabi meriwayatkan dari Hajjaj bin Abi Muni' dari ayahnya dari Zuhri, "Setelah Umar bin Khaththab meninggal, Aun bin Ja'far bin Abi Thalib menikahi Ummu Kultsum (!!) dan sampai dia meninggal dunia, Ummu kultsum tidak mendapatkan buah hati darinya".

Riwayat kesembilan: Ahmad bin Abdul Jabbar meriwayatkan dari Yunus bin Bukir dari Ibn Ishaq, "Ketika Umar –suami Ummu Kultsum binti Ali as-meninggal, Ummu Kultsum dinikahi Aun bin Ja'far (!!) lalu dia pun meninggal sedangkan Ummu Kultsum belum memperoleh keturunan darinya".

Riwayat kesepuluh: Ibn Ishaq mengatakan, "Ayahku, Ishaq bin Yasar menukil dari Hasan bin Hasan bin Ali bin Abi Thalib, "Ketika Ummu Kultsum putri Ali bin Abi Thalib as ditinggal suaminya, Umar bin Khaththab, kedua saudaranya Hasan dan Husein as mendatanginya lalu berkata, "Engkau adalah seorang wanita yang dikenal sebagai pemimpin dan putri wanita-wanita muslim. Demi Allah! Kalau apa yang kau miliki sekarang ini diserahkan kepada Ali niscaya dia akan menikahkanmu dengan salah satu anak-anak yatimnya (!!) dan kalau kau ingin mendapatkan harta berlimpah niscaya kau akan mendapatkannya.

Demi Allah! Mereka sampai sekarang belum bergerak dari kursinya sedangkan Ali - dengan bersandang pada tongkatnya- telah sampai, duduk dan memuji Tuhannya, kemudian memberitakan kedudukan dan keadaan mereka kepada Rasulullah saw dan berkata, "Wahai putra-putra Fathimah! Kalian tahu akan kedudukan kalian dan kalian tahu bahwa aku lebih mengutamakan kalian dari anak-anakku karena tali hubungan dan kekeluargaan kalian dengan Rasulullah saw".

Mereka menjawab, "Kau benar, semoga Allah merahmatimu dan melimpahkan pahalanya kepadamu".

Ali as menoleh ke putrinya dan berkata, "Putriku, Allah menyerahkan semuanya kapadamu, tapi aku ingin kau menyerahkannya kepadaku".

Ummu Kultsum menjawab, "Ayah, demi Allah! aku juga seorang perempuan yang juga menyukai apa yang perempuan-perempuan lain suka (!!). Aku suka memakai apa yang perempuan lain pakai (!!). Dalam hal ini aku ingin mengambil keputusan sendiri".

Ali as berkata, "Putriku, demi Allah!, ini bukan keinginanmu tapi keinginan dua orang ini (!!)".

Kemudian dia berdiri dan berkata, "Kau lakukan ini atau aku tidak akan berbicara lagi dengan mereka (!!)".

Hasan dan Husein as mengambilkan bajunya lalu berkata, "Ayah duduklah, demi Allah kami tidak bisa jauh darimu".

Lalu mereka berkata kepada Ummu Kultsum, "Perihal perkawinanmu, kau serahkan kepadanya".

Ummu Kultsum menjawab, "Baiklah". Ali berkata, "Aku akan mengawinkanmu dengan Aun bin Ja'far –yang waktu itu masih muda-".

Tak lama kemudian, Ali mendatangi Ummu Kultsum dengan membawa empat ribu dirham lalu mengadakan perjanjian dengan anak saudaranya dan mengirim Ummu Kultsum kepadanya.

Hasan bin Hasan mengatakan, "Demi Allah, dari awal penciptaan sampai sekarang aku belum pernah melihat cinta seagung cintanya kepada Aun".

Riwayat kesebelas: Abu Ishaq, Ibrahim bin Ya'qub bin Ishaq Juzjani meriwayatkan dari Yazid bin Harun dari Hammad bin Salamah dari Ammar bin Abu Ammar, "Ummu Kultsum binti Ali as dan Zaid bin Umar keduanya meninggal. Kami mengkafani keduanya lalu Said bin Ash menshalati mereka sedangkan Hasan, Husein dan Abu Hurairah berada dibelakangnya".

Riwayat kedua belas: Ibrahim bin Ya'qub menukil dari Yazid bin Harun dari Ismail bin Abu Khalid, "Amir ditanya tentang tata cara menshalati dua jenazah laki dan perempuan. Amir berkata, "ketika aku datang, Abdullah bin Umar menshalati saudaranya Zaid dan ibunya Ummu Kultsum binti Ali bin Abi Thalib as"1.

3. Riwayat Hakim Neisyaburi dalam Al-Mustadrak.

Hakim, Abu Abdullah Neisyaburi, wafat tahun 405, dalam hal ini hanya menukil satu riwayat:

Hasan bin Ya'qub dan Ibrahim bin Ishmat –keduanya adil- menukil dari Sarra bin Khuzaimah dari Mu'alla bin Asad1 dari Wuhaib bin Khalid dari Ja'far bin Muhammad (imam Shadiq as) dari ayahnya dari Ali bin Husein bersabda, "Umar bin Khaththab meminang Ummu Kultsum dari Ali as, dia berkata, "Nikahkanlah dia denganku".

Ali as menjawab, "Aku menyiapkannya untuk keponakanku Abdullah bin Ja'far".

Umar berkata, "Kau kawinkanlah dia denganku, demi Allah! tidak ada seorangpun yang menjaganya seperti aku (!!)".

Kemudian Ali menikahkannya dengan Umar.

Umar mendatangi Muhajirin dan berkata, "Apa kalian tidak memberikan selamat padaku?".

Mereka menjawab, "Wahai pemimpin mukminin, untuk sapa?".

Dia berkata, "Untuk ummu Kultsum putri Ali as dan Fathimah binti Rasulullah saw. Aku mendengar beliau saw berkata,

Kelak di hari kiamat, semua tali hubungan dan keturunan terputus kecuali hubunganku dan keturunanku. Dan aku ingin antara aku dan Rasulullah saw ada tali hubungan dan kekeluargaan".

Setelah menukil hadits ini, Hakim berpendapat bahwa hadits ini shahih dari segi sanad tetapi Bukhari dan Muslim tidak meriwayatkannya1.

4. Riwayat Baihaqi dalam Al-Sunan Al-Kubra.

Abu Bakar Baihaqi –wafat pada tahun 458 H.- perihal ini menukil beberapa riwayat sebagai berikut:

Riwayat pertama: Abu Abdillah, Hafid –yaitu Hakim penulis Al-Mustadrak- meriwayatkan dari Hasan bin Ya'qub dan Ibrahim bin Ishmat, "Sarra bin Khuzaimah meriwayatkan dari Wuhaib bin Khalid bahwa Ja'far bin Muhammad (imam Ja'far as) menukil dari ayahnya dari Ali bin Husein. Beliau as juga meriwayatkan dari Abu Al-Abbas, Muhammad bin Ya'qub dari Ahmad bin Abdul Jabbar dari Yunus bin Bukir dari Ibn Ishaq dari Abu Ja'far (imam Bagir as) dari ayahnya dari Ali bin Husein, "Ketika Umar bin Khaththab menikahi Ummu Kultsum binti Ali bin Abu Thalib, dia pergi ke tempat khusus para Muhajirin yaitu diantara kuburan dan mimbar Rasulullah saw lalu meminta berkah kepada mereka.

Umar berkata, "Demi Allah! Apa yang menarikku untuk menikahinya adalah satu riwayat yang aku dengar sendiri dari Rasulullah saw, Beliau saw bersabda,

Kelak di hari kiamat, semua tali hubungan dan keturunan terputus kecuali hubunganku dan keturunanku".

Baihaqi setelah menukil riwayat ini mengatakan, "Ini adalah isi riwayat Ibn Ishaq, tapi riwayat ini mursal dan hasan dari segi sanad; karena diriwayatkan dengan mursal meskipun dalam bentuk yang lain.

Riwayat kedua: Abu husein bin Bisyran meriwayatkan dari Da'laj bin Ahmad dari Musa bin Harun dari Sufyan dari Waki' bin Jarrah dari ruh bin Ubadah dari Ibn Juraij dari Ibn Abi Malikah dari Hasan bin Hasan dari ayahnya, "Umar bin Khaththab meminang Ummu Kultsum dari Ali bin Abi Thalib as.

Ali menjawab, "Dia masih kecil untuk ukuran nikah".

Umar berkata, "Aku mendengar Rasulullah saw bersabda,

Kelak di hari kiamat, semua tali hubungan dan keturunan terputus kecuali hubunganku dan keturunanku. Aku ingin ada jalinan kekeluargaan dengan Rasulullah saw".

Kemudian Ali as menoleh pada Hasan dan Husein as dan berkata, "kalian nikahkan Ummu Kultsum dengan paman kalian ini".

Mereka menjawab, "Ummu Kultsum seperti wanita yang lain, dia bisa memilih suami yang dia inginkan".

Lalu Ali as berdiri dengan marah (!!) tapi Hasan as memegang bajunya sambil berkata, "Ayah kita tidak kuasa jauh darimu".

Ali as menjawab, "Maka kalian kawinkan dia dengan Umar"3 .

Baihaqi membawa hadits ini untuk kedua kalinya dalam bagian "riwayat-riwayat tentang para ayah yang menikahkan anak perempuannya"4 .

Turkmani penulis kitab Al-Jauhar Al-Naqi mengatakan, "Baihaqi dalam kitabnya ini menjelaskan tentang pernikahan Rasulullah saw dengan Aisyah –yang masih 6 tahun-, Umar dengan Ummu Kultsum putri Ali as –yang masih kecil- dan beberapa sahabat yang menikahkan putrinya diwaktu masih kecil… sedangkan Aisyah dan putri Ali keduanya masih kecil (belum sampai umur baligh)".

5. Riwayat Khathib Baghdadi dalam Tarikh Baghdad.

Khathib Baghdadi, wafat pada tahun 463 H. dalam kitabnya, ketika menjelaskan tentang Ibrahim bin Mihran Marwazi, menukil sebuah riwayat dengan mata rantai sanadnya sendiri, "Laits bin Sa'ad Qisi –salah satu budak Bani Rafa'ah- meriwayatkan hadits, pada tahun 171 di Mesir, dari Musa bin Ali bin Rabah Lakhmi dari ayahnya dari Uqbah bin Amir juhani, "Umar meminang putri Ali dan Fathimah kepada ayahnya Ali as. Dia bolak-balik dan berkata pada Ali, "Wahai Abu Hasan, yang memaksaku untuk bolak balik ketempat tinggalmu ini hanyalah sebuah sabda Rasulullah saw yang aku dengar

Kelak di hari kiamat, semua tali hubungan dan keturunan terputus kecuali hubunganku dan keturunanku, sedang aku ingin menjalin hubungan kekeluargaan denganmu Ahlul Bait as.

Kemudian Ali as berdiri dan berbicara dengan Ummu Kultsum. Diapun dihiasi lalu diutus kerumah pemimpin mukminin.

Ketika Umar melihat ummu Kultsum, dia berdiri lalu memegang kakinya (!!) sambil berkata, "Katakan pada ayahmu aku setuju, aku setuju, aku setuju".

Kemudian Ummu Kultsum pulang, Ali bertanya, "Apa yang dikatakan pemimpin mukminin?".

Ummu Kultsum menjawab, "Dia memanggilku lalu mencium (!!), ketika aku berdiri dia memegang kakiku sambil berkata, "katakan pada ayahmu aku setuju".

Lalu Ali menikahkannya dengan Umar dan melahirkan Zaid bin Umar bin Khaththab. Zaid hidup sampai dewasa lalu meninggal5 .

6. Riwayat Ibn Abd Al-Bar dalam Al-Istiâb.

Ibn Abd Al-Bar Qurthubi, wafat pada tahun 643 H., juga meriwayatkan beberapa riwayat perihal ini:

Riwayat pertama: Ummu Kultsum binti Ali bin Abi Thalib as lahir sebelum wafatnya Rasulullah saw. bundanya adalah Fathimah binti Rasulullah saw.

Umar meminangnya kepada Ali bin Abi Thalib as. Ali menjawab, "Dia masih kecil". Lanjut Umar, "Nikahkanlah dia denganku, aku akan menjaga kesuciannya lebih dari yang lain".

Ali as menjawab, "Akan kusuruh dia pergi ke tempatmu, kalau kau terima aku akan mengawinkannya denganmu".

Waktu itu Ali as menyuruhnya pergi dengan membawa sebuah kain sambil berpesan, "Katakan padanya bahwa ini adalah kain yang aku bilang padanya".

Ummu Kultsum menyampaikan pesan ayahnya, Umar menjawab, "Katakan pada ayahmu aku setuju, semoga Allah merelakanmu".

Ketika itu Umar memegang betis dengan menyingkap roknya (!!).

Ummu Kultsum berkata, "Kenapa kamu melakukan ini? Kalau kau bukan pemimpin mukminin aku telah mematahkan hidungmu".

Lalu Ummu Kultsum pulang mendekati ayahnya dengan menceritakan peristiwa itu dan berkata, "Kau kirim aku kepada lelaki tua buruk".

Ali as menjawab, "Putri! Dia adalah suamimu".

Setelah itu, Umar pergi ketempat para muhajirin di raudloh Rasulullah saw –tempat pertama Muhajirin berkumpul- duduk dengan mereka sambil berkata, "Kalian ucapkan selamat padaku". Mereka menjawab, "Kenapa?".

Umar menjawab, "Aku sudah menikah dengan ummu Kultsum putri Ali bin Abi Thalib, aku mendengar Rasulullah saw selalu bersabda

Kelak di hari kiamat, semua tali hubungan dan keturunan terputus kecuali hubunganku dan keturunanku. Sebelumnya aku punya jalinan kekeluargaan dengan Rasulullah saw dan sekarang aku ingin memperkuatnya dengan menjadi mantunya". Kemudian Muhajirin mengucapkan selamat padanya.

Riwayat kedua: Abd Al-Warits menukil dari Qasim dari Khusyani dan Ibn Abi Umar dari Sufyan dari Amr bin Dinar dari Muhammad (bin Hanafiah) putra Ali, "Umar meminang Ummu Kultsum dari ayahnya Ali as dan beliau as memperingatinya akan umurnya yang masih kecil.

Mereka berkata pada Umar, "kau ditolak oleh Ali".

Untuk kedua kalinya Umar pergi melamar lalu Ali menjawab, "aku akan mengirimnya kepadamu, kalau kau terima dia akan jadi istrimu".

Tak lama kemudian beliau utus Ummu Kultsum ke rumah Umar lalu Umar menarik roknya (!!). Ummu Kultsum menghardik, "singkirkan tanganmu! Kalau kau bukan pemimpin sudah ku butakan matamu".

Riwayat ketiga: Ibn Wahab meriwatkan dari Abdurrahman bin Zaid bin Aslam dari ayahnya dari kakeknya, "Umar menikahi Ummu Kultsum putri Ali as dengan mahriah empat ribu dirham (!!)".

Riwayat ke-empat: Abu Umar berkata, "Ummu Kultsum binti Ali melahirkan dua buah hati dari Umar, lelaki bernama Zaid bin Umar Akbar dan Ruqaiah. Lalu keduanya meninggal di hari yang sama.

Zaid terluka disaat perang malam antara Bani Adi. Dia pergi untuk mendamaikan dua kelompok, tapi karena petang, salah satu dari mereka melukainya lalu terjatuh. Beberapa saat dia bisa bertahan hidup tak lama kemudian dia meninggal bersamaan dengan bundanya.

Ibn Umar, dengan dorongan Hasan bin Ali, menshalati mereka.

Banyak yang mengatakan bahwa dalam hal ini, telah dilaksanakan dua sunnah dan metode.

1.Keduanya tidak saling mewarisi, karena tidak jelas mana yang lebih dahulu meninggal.

2.Jenazah Zaid ditempatkan lebih dekat dengan imam dari pada jenazah bundanya6 .

7. riwayat Ibn Atsir dalam Usud Al-Ghâbah.

Ibn Atsir Jazari wafat pada tahun 630 H. juga meriwayatkan hadits perihal ini. Dia mengatakan:

Riwayat pertama: Ummu Kultsum adalah putri Ali as sedangkan bundanya adalah Fathimah binti Rasulullah saw. Dia lahir sebelum Rasulullah saw wafat.

Umar melamarnya kepada ayahnya. Ali menjawab, "Dia masih kecil". Umar berkata, "Kamu nikahkan dia denganku karena aku lebih baik dari yang lain dalam menjaga kehormatan dan kesuciannya".

Jawab Ali, "Aku akan mengirimnya padamu, kalau kau terima akan kunikahkan denganmu". kemudian Ali mengirimnya dengan membawa secarik kain sambil berpesan, "Katakan pada Umar ini adalah kain yang pernah aku bilang dulu".

Ummu Kultsum menyampaikan pesan ayahnya lalu Umar menjawab, "Katakan pada ayahmu aku setuju semoga Allah meridloimu". Setelah itu dia memegang Ummu Kultsum (!!). Ummu Kultsum menghardiknya, "Kenapa kau lakukan ini? Seandainya kau bukan pemimpin mukminin sudah ku patahkan hidungmu".

Kemudian pulang, menceritakan kejadian ini pada ayahnya dan berkata, "Kau mengirim aku pada orang tua buruk". Jawab Ali, "Putriku dia adalah suamimu".

Umar pergi ke tempat Muhajirin, duduk di raudloh Rasulullah saw bersama-sama –pertama kali tempat yang biasa dijadikan perkumpulan- dan berkata, "Ucapkan selamat untukku". Mereka menjawab, "Untuk apa?".

Umar menjawab, "Aku menikah dengan Ummu Kultsum putri Ali. Aku mendengar Rasulullah saw bersabda,

Kelak di hari kiamat, semua tali hubungan dan keturunan terputus kecuali hubunganku dan keturunanku. Sebelumnya aku memiliki hubungan kekeluargaan dan sekarang aku ingin mempereratnya dengan menjadi mantunya".

Setelah itu mereka mengucapkan selamat.

Umar menikahi Ummu Kultsum dengan mahriah empat puluh ribu dirham. Buah dari pernikahan ini, dua anak bernama Zaid bin Umar Akbar dan Ruqaiah. Kemudian bunda dan anaknya yang bernama Zaid meninggal di waktu yang sama.

Zaid pergi ketengah keributan di antara Bani Adi untuk mendamaikan mereka. Diwaktu petang dia menjadi salah satu titik serangan, terpukul dan terluka lalu terjatuh. Beberapa hari dia masih bertahan tapi di hari bundanya meninggal dia turut meninggal.

Abdullah bin Umar menshalati mereka atas dorongan Hasan bin Ali.

Ketika Umar terbunuh, Ummu Kultsum menikah dengan Ja'far bin Aun (!!).

Riwayat kedua: Abd Al-Wahab bin Ali bin Ali Amin menukil dari Abu Fadl Muhammad bin Nashir dari Khathib Abu Thahir Muhammad bin Ahmad bin Abu Shaqar dari Abu al-Barakat Ahmad bin Abd Al-Wahid bin Fadl bin Nadhif bin Abdullah Fara', "Aku bertanya pada Ahmad, "Apakah Abu Muhammad Hasan bin Rasyiq meriwayatkan hadits kepadamu". Dia menjawab, "Ya, Abu Busyr Muhammad bin Ahmad bin Hammad Dulabi meriwayatkan dari Ahmad bin Abd Al-Jabbar dan Yunus bin Bukir dari Ibn Ishaq dari Hasan bin Hasan bin Ali bin Abi Thalib as, "Ketika Ummu Kultsum binti Ali bin Abi Thalib menjanda, kedua saudaranya Hasan dan Husein as menghampirinya dan berkata, "kamu telah dikenal sebagai pemimpin muslimah, putri dan istri pemimpin muslim. Demi Allah! Kalau kau serahkan semua ini kepada Ali, dia pasti akan mengawinkanmu dengan salah satu anak-anak yatimnya (!!) dan kalau kau putuskan sendiri dan ingin mendapat harta berlimpah (!!) niscaya kau akan mendapatkannya.

Demi Allah, sampai sekarang mereka belum bangun dari kursinya sedangkan Ali telah sampai –dengan hanya bersandar pada tongkatnya-. Dia duduk dan memuji Tuhannya, kemudian mengingatkan kedudukan mereka dan berkata, "Wahai putra-putra Fathimah, kalian mengetahui kedudukan kalian disisiku, aku lebih mengutamakan kalian dari anak-anakku dikarenakan hubungan kalian dengan Rasulullah saw dan kekeluargaannya dengan kalian".

Mereka menjawab, "Kau benar, semoga Allah merahmatimu dan memberkahimu".

Ali berkata, "Putriku, Allah menyerahkan semuanya ditanganmu sedang aku ingin kau menyerahkannya kepadaku".

Ummu Kultsum menjawab, "Ayahanda! Aku juga seorang wanita, juga memiliki cita-cita (!!) aku ingin menikmati dunia ini sebagaimana wanita-wanita lain menikmatinya (!!) aku ingin dalam hal ini mengambil keputusan sendiri.

Ali menjawab, "Tidak, demi Allah, putriku ini bukanlah keinginanmu, ini pasti dari dua orang ini (!!)". kemudian dia berdiri sambil berkata, "Kau lakukan ini atau aku tidak akan berbicara lagi dengan dua orang ini (!!)".

Hasan dan Husein as mengambilkan bajunya dan berkata, "Ayahanda, duduklah, demi Allah kita tidak bisa jauh darimu". Lalu menoleh ke Ummu Kultsum sambil berkata, "Serahkan urusanmu padanya".

Ali berkata, "Aku akan menikahkanmu dengan Aun bin Ja'far –yang saat itu masih muda-". Kemudian memberikan empat ribu dirham pada Ummu Kultsum dan menyerahkannya kesisi Aun.

Riwayat ini juga diriwayatkan oleh Abu Umar7 .

8. Riwayat Ibn Hajar dalam Al-Ishâbah

Ibn Hajar Asqalani, wafat pada tahun 852 H., juga meriwayatkan beberapa hadits perihal ini, dia mengatakan:

Riwayat pertama: Ummu Kultsum Abi Thalib, keturunan Hasyim, Fathimah binti Rasulullah saw. Rasulullah saw masih hidup.

Abu Umar mengatakan, "Dia lahir di masa hidupnya Rasulullah saw".

Ibn Abu Umar Maqdisi mengatakan, "Sufyan menukil dari Umar dari Muhammad bin Ali (imam Bagir as) bahwa beliau bersabda, "Umar bin Khaththab meminang Ummu Kultsum dari Ali as. Ali as mengingatkan kalau anaknya itu masih kecil.

Mereka berkata pada Umar, "Ali menolakmu".

Umar menghampirinya untuk kedua kalinya dan Ali as menjawab, "Aku akan suruh dia pergi kerumahmu, kalau kau terima dia akan menjadi istrimu".

Kemudian beliau as mengirim putrinya. Kemudian Umar menarik roknya (!!), Ummu Kultsum menghardik, "Lepas, kalau kau bukan pemimpin mukminin sudah kubutakan matamu".

Riwayat kedua: Ibn Wahab menukil dari Abdurrahman bin Zaid bin Aslam dari ayahnya dari kakeknya bahwa Umar menikahi ummu Kultsum dengan mahar empat puluh ribu dirham(!!).

Riwayat ketiga: Zubeir mengatakan, "Ummu Kultsum melahirkan dua anak dari Umar bernama Zaid dan Ruqaiah. Ummu Kultsum dan anaknya Zaid meninggal di hari yang sama.

Zaid pergi ketengah peperangan antara bani Adi untuk perdamaian. Salah seorang, karena petang, tidak mengenalnya sehingga melukainya. Zaid hidup beberapa hari sedangkan bundanya berbaring karena sakit kemudian keduanya meninggal di hari yang sama".

Riwayat ke-empat: Abu Busyr Dulabi menukil dari jalan Ibn Ishaq dalam kitab Al-Dzurriyah Al-Thâhirah, "Hasan bin Hasan bin Ali mengatakan, "Waktu Umar, suami Ummu Kultsum putri Ali, meninggal dan ummu Kultsum menjanda, kedua saudaranya menziarahinya dan berkata, "Kalau kamu memutuskan sendiri dan ingin mendapatkan harta melimpah(!!) niscaya kamu akan mendapatkannya".

Kemudian Ali masuk rumah serta memuji Tuhannya dan berkata, "Putriku! Allah menyerahkan segalanya padamu, kalau kau ingin kau bisa menyerahkannya padaku".

Ummu Kultsum menjawab, "Ayahanda! Aku juga wanita, juga memiliki harapan yang dimiliki wanita lain (!!), juga ingin menikmati dunia sebagaimana mereka menikmati (!!)".

Ali menjawab, "Ini bukan keinginanmu, tapi ini adalah pendapat dua orang ini (!!)".

Kemudian dia berdiri sambil berkata, "Demi Allah! Kau lakukan ini atau aku tidak akan pernah lagi berbicara dengan mereka berdua (!!)".

Lalu mereka meminta Ummu Kultsum untuk menerimanya dan Ummu Kultsum pun melakukannya lalu dinikahkan dengan Aun bin Ja'far.

Riwayat kelima: Dar Quthni dalam buku Al-Ikhwah menyebut nama Ummu Kultsum sambil berkata, "Ketika Aun meninggal, saudaranya, Muhammad menikahi Ummu Kultsum (!!). selang beberapa lama, dia pun meninggal, kemudian saudaranya, Abdullah menikahinya dan dia meninggal di rumah Abdullah".

Riwayat seperti ini juga dinukil oleh Ibn Sa'ad lalu diakhirnya menyatakan, "Ummu Kultsum mengatakan,

"Aku takut akan Asma’ binti Umais karena dua putranya meninggal disisiku dan begitu juga dengan yang ketiga ini".

Dia menambahkan, "Ummu Kultsum meninggal dunia di rumah Abdullah dan tidak melahirkan satu anakpun dari mereka".

Riwayat ke-enam: Ibn Sa'ad meriwayatkan dari Anas bin Ayadl dari Ja'far bin Muhammad dari ayahnya, "Umar meminang Ummu Kultsum dari ayahnya. Ali menjawab, "Aku siapkan putri-putriku untuk putra-putra Ja'far".

Umar menjawab, "Kamu nikahkan dia denganku, demi Allah! Tidak ada seorangpun di bumi ini yang lebih baik dariku dalam menjaga kehormatannya". Ali menjawab, "Aku terima".

Umar pergi ke perkumpulan para Muhajirin dan berkata, "Ucapkan selamat untukku". Mereka bertanya, "Dengan sapa kau akan menikah?".

Umar menjawab, "Dengan putri Ali. Sungguh Rasulullah saw bersabda,

Kelak di hari kiamat, semua tali hubungan dan keturunan terputus kecuali hubunganku dan keturunanku. Aku pernah memberikan putriku pada Rasulullah saw tapi aku juga menginginkan ini (mengambil putri dari keturunannya)"8 .