Hawa Nafsu

Hawa Nafsu0%

Hawa Nafsu pengarang:
: Muhamad Taufik Ali Yahya
: Shohib Aziz Zuhri
Kategori: Akhlak

Hawa Nafsu

Buku Ini di Buat dan di teliti di Yayasan Alhasanain as dan sudah disesuaikan dengan buku aslinya

pengarang: Muhamad Taufik Ali Yahya
: Muhamad Taufik Ali Yahya
: Shohib Aziz Zuhri
Kategori: Pengunjung: 16065
Download: 11130

Komentar:

Hawa Nafsu
Pencarian dalam buku
  • Mulai
  • Sebelumnya
  • 11 /
  • Selanjutnya
  • Selesai
  •  
  • Download HTML
  • Download Word
  • Download PDF
  • Pengunjung: 16065 / Download: 11130
Ukuran Ukuran Ukuran
Hawa Nafsu

Hawa Nafsu

pengarang:
Indonesia

Buku Ini di Buat dan di teliti di Yayasan Alhasanain as dan sudah disesuaikan dengan buku aslinya

Hawa Nafsu

Prakata Penerjemah

Manusia merupakan makhluk ciptaan Allah SWT, yang diciptakan berbeda dengan ciptaan-Nya yang lain. la diciptakan dengan sempurna, memiliki dua dimensi, yakni dimensi biologis dan psikologis. Dimensi biologis, pada umumnya manusia sudah memiliki kemampuan untuk mengenal, memahami dan menanggulangi segala kemungkinan yang timbul dari dan akibat biologis. Berbagai masalah yang berkembang yang ada dewasa ini, sudah mampu diantisipasi dan ditanggulangi dengan berbagai upaya ilmiah dan teknologi. Sebaliknya dimensi psikologis (kejiwaan) masih banyak manusia yang belum atau tidak mengenal dan memahaminya. Para psikolog pun belum mampu menyingkap misteri psikologis/jiwa secara mendetail. Karena ilmu jiwa hanya mampu mendeteksi dari pantulan jiwa yang terekspresikan melalui temperamen, sikap dan perwujudan secara lahiriah. Sehingga secara ilmiah misteri jiwa (dengan berbagai sumbernya) belum terupayakan untuk dikenali dan dipahami dengan baik.

Pemahaman terhadap jiwa manusia bukanlah hal yang mudah dan sederhana, namun sangat urgen bagi setiap manusia untuk memahaminya. Masalah jiwa telah banyak ditulis oleh cendekiawan, ulama dan lainnya dengan berbagai sudut pandang mereka masing-masing. Namun, dalam kajian dan analisanya masih belum memberikan sistematika penyajian yang baik dan ruang lingkup yang komprehensif. Sehingga kesimpulan akhir yang diraihnya belum memberikan kepuasan ilmiah bagi setiap pembacanya. Tidaklah berlebihan bahwa kitab yang satu ini akan memberikan wawasan yang dalam perihal jiwa manusia dan meraih kepuasan ilmiah dari sistematika penyajian serta argumentasi yang akurasi. Kitab ini mengkaji perihal jiwa manusia dongan berbagai sumbernya secara mendalam dan detail.

Ruang lingkup telaah kitab ini sangat luas, sehingga tidak syak lagi akan luasnya wawasan penulisnya. Kandungannya sangat sarat dengan ungkapan-ungkapan Hadis Ahlul Bait Nabi SAWW Para Imam Ahlul Bait telah memberikan kejelasan tentang jiwa dengan segala sumbernya melalui sabda-sabda mereka yang dihimpun oleh penulis dengan sumber rujukan dari berbagai kitab yang memuat perihal tersebut. Tafsiran dan penjelasan tentang sumber-sumber jiwa manusia telah dipaparkan penulis dengan sangat sistematis dan rinci. Salah satu sumbernya adalah hawa nafsu.

Dalam kitab ini telah diungkapkan dengan jelas tentang fungsi dan peranan hawa nafsu dalam kehidupan manusia; keterkaitan antara hawa nafsu dan sumber-sumber jiwanya masing-masing: mekanisme operasionalnya dan pengendaliannya dalam upaya mencapai kesempurnaan hidup manusia. Sungguh sangat urgen bagi kita untuk mengetahui masalah hawa nafsu dengan berbagai masalahnya yang telah diungkapkan dalam kitab ini. Sehingga saya memandang perlu untuk mengalihbahasakan ke dalam bahasa Indonesia guna tersebarluasnya wawasan baru ini kepada para pembaca yang belum mampu menelaah kitab aslinya, yang berbahasa Arab.

Buku yang ada di hadapan anda ini sangat penting untuk dibaca dan disimak secara seksama. Kandungan isinya sarat dengan berbagai argumentasi dan dalil. Penulis kitab ini telah mengungkapkan dalam kajiannya dengan landasan dalil nakli - Al-Quran dan hadis-hadis Nabi SAWW melalui jalur Ahlul Baituya. Sehingga semakin luas paparan dan jelas kesimpulan setiap pokok bahasan yang diungkapkan dan dipaparkan penulis kitab ini. Hal inilah yang akan diraih oleh setiap pembaca yang telah menelaahnya menuju kepada kesimpulan akhir bahwa hawa nafsu sangat esensial bagi manusia dalam menempuh kesempurnaan hidup.

Dalam penyelesaian alih bahasa buku ini, karni telah banyak melibatkan beberapa asatidz dan bahkan tidak segan-segan pula kami mendiskusikan istilah-istilah yang sering digunakan berkenaan dengan masalah "Hawa Nafsu". Sehingga selesailah terjemahan ini, yang semua itu berkat partisipasi dan dukungan berbagai pihak yang telah ambil bagian dalam proses penyelesaiannya.

Untuk itu, kami sampaikan banyak terimakasih kepacla Ustudz Musa Husein Al-Habsyi, Ustadz Ali Umar Al-Habsyi dun Ustadz M.T. Yahya yang telah membantu dan ikutambil bagian dalam penyelesaian penerbitan buku terjemahan ini. Semoga apa yang telah diberikan dalam tugas ini diterima sebagai amal kebajikan.

Kemudian, kami memobon kepada Allah SWT semoga pahala buku terjemahan ini, dianugrahkan kepada guru kami yang tercinta Al-Marhum Al-Ustadz Husein Al-Habsyi r.a dan Almarhum K.H. Abdul Kholiq yang telah banyak mendidik dan membimbing kami. Dan begitu pula pahala buku terjemaban ini kami haturkan kepada kedua orang tua kami, semoga Allah senantiasa merahmati dan memberkahinya. Ilahi Amin.

Akhirnya, kami berharap, semoga buku terjemahan ini akan bermanfaat bagi setiap insan yang ingin menyadari akan potensi jiwa dengan berbagai sumbernya yang telah diberikan Allah kepada dirinya, untuk difungsikan sebagai kekuatan yung mampu menyadarkan dan mengarahkan untuk menuju kesempurnaan hidup.

Bangil,

Penerjemah

Shohib Aziz Zuhri 1

Pengantar

Oleh: Musa Husein Al-Habsyi

Gunan Makun keh Chu To Beguzary Jahan Guzarad,

Hezar Syam' Bekusytan va Anjuinan Baqi-ist.

(Jangan pikir kareua kau hengkang,

duniapun turut hilang,

Ribuan lilin 'tlah tiada,

tapi anjuinan tetap ada.)

Puisi ini mengisyaratkan kedawaman gerak segenap anak manusia menuju Allah. Puisi Persia kaum Sufi ini rnenggambarkan bahwa meski manusia telah meninggalkan dunia, geraknya menuju Allah tiada pernah tuntas. Anjuman ialah perkumpulan kaum Sufi untuk menjalankan berbagai aktivitas mereka. Intisari yang ingin mereka ungkapkan adalah bahwa gerak ruhani manusia menuju Allah itu panjang nan terus-menerus. Dari satu alam ke alam yang lain. Demikian seterusnya.

Ada ungkapan lain kaum Sufi yang juga cukup unik. Khuliqal insanu lil abad walakinnahu intaqala min darin ila dar, kata mereka. Artinya, manusia itu dicipta untuk keabadian, tapi dia berpindah dari satu persinggahan ke persinggahan yang lain. Tujuan penciptaannya tidak akan pernah selesai. Karena itu, dia tidak akan punya "waktu kosong".

Mungkin tidak ada yang tidak sepakat bahwa manusia itu bergerak. Manusia tidak kenal diam. Gerak itu sendiri adalah suatu manifestasi penyempurnaan. Walaupun, sering kali manusia salah dalam mengidentifikasi kesempuvnaan. Maka, dia menganggap yang tidak sempurna sebagai sesuaiu yang sempurna.

Walhasil, tidak ada dua kepala yang berselisih, ihwal adanya gerak pada manusia. Dan, karena manusia adalah «abungan ruh dan jism (badan), maka geraknya pun ada yang bersifat ruhaniy (metafisik) dan ada yang bersifat jismany (fisik).

Ruh adalah kutub yang berkilauan cahaya dalam jiwa manusia. Sedang jism adalah kutub yang penuh kegelapan. Adapun nafs (jiwa) ialah zona netral yang dijadikan ajang tarik-menarik manusia. la adalah media yang bisa mengantarkan manusia menuju kepada Allah, tapi ia juga bisa nienjadi media untuk menggulung manusia dengan jilatan api jahanam.

Gerak ruhani, ialah gerak menuju Allah (liqa'ullah) atau mendekat kepada-Nya (taqarrub). Perlu diingat bahwa gerak ruhani dan jismani itu tentu berbeda. Perbedaan itu antara lain karena keduanya terjadi di "alam" yang berbeda dengan hukum-hukum yang berbeda. Namun, bagaimanapun juga, ada pei'samaan antara keduanya.

Sebagai contoh, keduanya sama-sama butuh kepada penggerak, obyek gerak. tiaclanya penghalang, dst. Tengoklah kepada gerak pintu. Pada peristiwa itu, ada beberapa hal yang mesti terjadi. Antara lain adanya pintu (1), adanya tangan yang menggerakkan (2), sentuhan antara tangan dan pintu (3), tiadanya batu yang melintang atau mermtang (4), dll.

Gerak ruhanipun demikian juga, meski unsur yang terlibat jauh lebih banyak dan kompleks. Gerak ruhani butuh kepada jiwa (nafs) sebagai tempat gerak (1), fitrah sebagai penggerak (2), akal sebagai "bahan utama" gerak (3), terkuasamya hawa nafsu dan setan (4), dll. Masing-masing bagian ini merupakan suatu bidang studi yang sangat panjang. Namun, ada baiknya kalau saya, semampunya. menganalisis bagian-bagian di atas.

Jiwa manusia adalah tempat gerak ruhani. Jiwa adalah media insani menuju kepada Nur Ilahi, bila yang menggerakkannya adalah fitrah yang suci dengan bahan akal sejati. Tetapi, jika penggeraknya adalah hawa nafsu yang berbahan sifat-sifat syaithany, maka jiwa akan menjadi skateboard yang meluncurkan manusia ke lubang neraka.

Di dalam jiwa, terpatrilah juga fitrah. la selalu menggerakkan manusia kepada Allah dan seluruh kebaikan. la mengendarai jiwa manusia dengan bahan akal menuju kepada Allah.

Akal adalah bahan jiwa menuju Allah. la membakarjiwa manusia dengan api yang sangat panas. la "memaksa" manusia bergerak menuju Allah Dalam sebuah riwayat, yang juga termuat dalam buku ini, disebutkan bahwa akal mempunyai 75 bala tentara. Dari masing-masingnya akal mendapat bantuan. Dengan demikian, kita dapat mengerti bahwa akal adalah suatu kemampuan yang luar biasa dahsyatnya.

Akan tetapi, bila hawa nafsu mampu menguasai akal dan memaksakan pelbagai kehendaknya atas akal, maka la akan menjadi bahan api neraka. Hawa nafsu akan menggunakannya untuk mencerap seluruh sifat setan, bahkan mungkin lebih jauh dari itu.

Dalam "perang" yang terjadi dalam jiwa manusia itu, barangkali hawa nafsu adalah kerajaan yang paling luas wilayahnya dan dominan kekuatannya. Tak diragukan lagi, bahwa hawa nafsu adalah faktor yang penting sekali dalam jiwa manusia. la selalu bertempur dengan akal untuk memperebutkan jiwa secara utuh.

Di samping itu, hawa nafsu juga memiliki peran yang sangat positif dan konstruktif bagi kehidupan manusia. Tanpanya, spesies manusia akan punah. Dengannya, manusia bisa melejit ke haribaan Ilahi mengungguli segala makhluk lainnya. Itu semua, bila akal yang menjadi sopir jiwa. Tetapi, sebaliknya, bila hawa nafsu sudah memegang kendali jiwa, maka semuanya akan berbalik. Manusia akan menjadi lebih keji dan sesat dari segala macam setan. Oleh sebab itu, penting bagi kita untuk mengenali hawa nafsu ini dengan baik dan sempurna.

Untuk dapat sedikit mengenali buku ini, dan yang serupa dengannya, saya ada suatu permisalan yang kiranya baik untuk kita simak bersama.

Pada suatu pertandingan sepak bola, Anda bisa mendapatkan komentar dari berbagai kalangan.

Dari para penonton, pengamat, pemain dan pelatih.

Dari para penonton, mungkin sekali Anda hanya akan mendengar teriakan. Baik itu teriakan kemenangan atau teriakan kekalahan.

Pengamat, kemungkinan besar akan memberi komentar yang agak lebih jelas. Pengamat mungkin mempunyai pendapat yang sama dengan si pemain atau pelatih. Tetapi, pengamat adalah tetap pengamat. Dia tetap tidak akan tahu yang terjadi sebenarnya. Sebab, dia hanya melihat pertandingan dari kejauhan. Pengamat, betapapun mahir dan pandainya, tetap second hand.

Sedang pemain adalah first hand. Dia mengetahui apa yang terjadi karena dia bermain dan bertandmg di lapangan. Dengan kata lain, pengetahuannya sudah diterapkan dan menjadi suatu pengalaman dan penghayatan. Dia benar-benar involued. Lain halnya dari semua itu ialah komentar yang diberikan oleh pelatih.

Pelatih adalah orang yang niscaya lebih "menguasai" lapangan ketimbang pemain, apalagi pengamat. Dia adalah orang yang sudah pasti menguasai geografi lapangan, teknik permainan, psikologi para pemain, lawan, dan tidak jarang, psikologi para penonton. Karena tanpa semua itu, dia tidak akan jadi pelatih yang sebenarnya. Begitulah kira-kira yang terjadi dalam suatu pertandingan sepak bola.

Dengan beberapa perbedaan, pergumulan dalam jiwa manusia pun demikian. Nah, buku yang di hadapan Anda ini, menurut hemat saya, adalah buku yang ditulis oleh seorang pemain yang taat pada instruksi pelatih. Dan pelatih yang kita maksud adalah para Nabi dan ma'shumin (orang-orang suci). Buku ini penuh dengan wacana para Nabi dan Imam yang suci. Mereka adalah pelatih yang hakiki bagi seorang yang ingin bermain di lapangan untuk menuju kepada Allah.

Secara pribadi, sekali dua kali saya pernah melihat penulis buku ini. Bahkan, bersama teman-teman yang lain, saya juga pernah menerjemahkan karya beliau yang berjudul Muatan Cinta Ilahi dalam Doa-doa Ahhd Bayt (diterbitkan oleh Pustaka Hidayah maret 1994). Dari pengalaman yang itu dan yang ini, saya mendapati bahwa penulis memang cukup menguasai warisan intelektual Ahlul Bayt -untuk tidak menyebutnya tekstual-.

Buku ini memang bukan benar-benar "buku". la adalah kumpulan ceramah Syaikh Muhammad Mahdi Al-Ashify. Karena itulah, pembaca akan sering melihat adanya loncatan dalam pembahasan-pembahasan beliau. Begitupun juga, "buku" ini sangat layak terbit (publishable).

Akhirul kalam, kami memohon ampunan kepada Allah atas segala kesalahan dan kekeliruan yang mungkin luput dari jangkauan pikiran kami. Dan kepada-Nya pula kami berharap Anda sekalian dapat mengambil sebaik-baik manfaat dari buku ini. Wabillahi Taufiq Wal Hidayah War Ridha Wal 'lnayah.

Musa Husein Al-Habsyi2