• Mulai
  • Sebelumnya
  • 24 /
  • Selanjutnya
  • Selesai
  •  
  • Download HTML
  • Download Word
  • Download PDF
  • Pengunjung: 7695 / Download: 3089
Ukuran Ukuran Ukuran
Dialog Antar Iman

Dialog Antar Iman

pengarang:
Indonesia

Buku Ini di Buat dan di teliti di Yayasan Alhasanain as dan sudah disesuaikan dengan buku aslinya

Dialog Antar Iman;

Ruhani Muslim-Cendekia Kristen

Imam Jawad Chirri-Wilson H. Guertin, Ph.D

Sekapur Sirih

Dr. Wilson

Pada abad-abad yang silam orang-orang Katolik mengusir kaum Muslimin dan ajaran-ajaran Muhammad keluar dari Eropa dan dari Dunia Barat. Apabila hal itu tidak terjadi maka orang-orang (Barat) akan lebih sedikit memerlukan orang-orang Arab yang terpelajar dan guru-guru seperti Imam Mohamad Jawad Chirri untuk membawa pesan Tuhan ke dunia Barat ini.

Orang ini meninggalkan keluarganya dan kerabatnya lantaran mereka melihat adanya kebutuhan penjelasan ajaran agama yang dibutuhkan oleh manusia dan tidak dipenuhi di Amerika.

Saya adalah salah satu di antara orang-orang yang beruntung yang dapat mengecap kelezatan dialog dari Muhammad Jawad Chirri. Saya adalah orang pertama yang ditata dan dirobah, kendati saya tidak pernah mempercayai ajaran Kristen, akan lebih jelas bila saya katakan bahwa saya belajar mempercayai Tuhan untuk yang pertama kali melalui Islam oleh imam saya (Chirri).

Bila anda adalah seorang Muslim bacalah buku ini di luar kewajiban untuk memperoleh pengetahuan. Jika Anda adalah seorang Yahudi atau Kristen bacalah buku ini untuk hal yang sama yaitu belajar mempercayai Tuhan.

Mempelajari perbandingan agama mungkin akan menggoyahkan bila Anda mempercayai Tuhan didasarkan pada alasan-alasan yang tidak rasional (menurut akal). Dan juga dapat memperoleh hasil lain yang diinginkan yaitu memperkokoh fondasi kepercayaan.

Kepercayaan pada Tuhan seperti digambarkan dalam argumen yang saya beberkan harus di arahkan sesuai dengan arah/tujuan yang diajarkan oleh ajaran agama itu. Bila Anda tidak dapat menyatakan bahwa Anda percaya pada Tuhan, Anda masih dapat memperoleh nilai dalam mempelajari agama.

Pada halaman-halaman yang berikut tentang dialog ini, Anda akan dibimbing kepada beberapa hal-hal penting yang bertautan dengan kemanusiaan dan sejarah. Pemikiran dan peristiwa-peristiwa sejarah adalah sangat penting, dan barangkali Anda juga menginginkan, seperti saya, menemukan jalan untuk mempercayai Tuhan melalui pemikiran dan sejarah.

Negara Inggris lebih beruntung daripada kita di Amerika dalam memiliki sejarah dan ajaran-ajaran Islam. Tiga penulis terkenal di Inggris mengakui kebesaran dan nilai Islam. Orang-orang tersebut adalah:

a. Arnold Toynbee, Sejarawan.

b. Bertrand Russell, Filosof.

c. George Bernard Shaw, Pengarang.

Di samping gambaran di atas, kita ingin mengetahui lebih lanjut tentang kebesaran dan nilai Islam melalui dialog antar iman ini.

Wilson H. Guertin, Ph.D.

University of Florida.

Sekapur Sirih

Imam Jawad Chirri

Imam Mohammad Jawad Chirri adalah orang Libanon dan memperoleh ijazah dari Hauzah Ilmiah Najaf (Seminary School), di Iraq. Dia adalah seorang Ulama dan Dosen. Masyarakat Islam mengundang dia ke Detroit, Michigan di tahun 1949. Imam Chirri adalah direktur dan Ketua Kerohanian di Islamic Centre di Detroit (15571 Joy Road). Ruang lingkup kerjanya cukup luas, termasuk Afrika Barat dan Timur Tengah.

Pada waktu diadakan tour dosen-dosen dari Afrika Barat dan Timur Tengah, tahun 1959, Imam Chirri diundang oleh Syaikh al-Azhar di Cairo, untuk mengenal sekolah-sekolah yang lain.

Sehubungan dengan diundangnya Imam Chirri, pemimpin mayoritas mengeluarkan pernyataan historis bahwa pengajaran untuk kedua mazhab itu harus mempunyai suara yang sama dan bahwa orang-orang Islam berhak untuk memilih satu di antaranya.

Dr. Wilson H. Guertin adalah seorang sarjana (cendekia) dan seorang yang terkemuka dalam bidang Psikologi.

Dia adalah orang yang menghormati agama dan memiliki ilmu pengetahuan tentang agama yang sangat luas.

Perhatiannya pada agama menggambarkan kesungguhan tipe seorang cendekia yang memikirkan bahwa agama pada umumnya, berisikan kebenaran, meskipun diselubungi oleh kesuraman yang disebabkan oleh orang-orang yang tidak mengerti dan salah mengartikan.

Kita akan mendapat kesukaran-kesukaran apabila kita mengharapkan seorang cendekia atau scientist, yang selalu berkecimpung dalam dunia serba empirik dan selalu mencoba menguak rahasia alam dan kehidupan, untuk mempercayai ajaran agama yang tidak sesuai dengan realitas empiris di alam atau tidak sesuai dengan sains yang telah ada. Seorang cendekia (scientist) bila dihadapkan dengan ajaran agama yang berlawanan dengan kenyataan empiris atau dengan sains, mungkin mengambil sikap-sikap berikut ini:

A. Dia mungkin akan mengambil sikap yang radikal dengan samasekali menolak agama apa pun bentuknya.

B. Dia mungkin mencoba menyesuaikan konsep agama dengan sains yang ada dengan mengarahkan ajaran agama pada jalan yang tidak akan bertentangan dengan sains.

C. Dia mungkin mencoba belajar agama lain yang berbeda dengan agamanya untuk mendapatkan agama yang tidak bertentangan dengan akal dan ilmu pengetahuan (sains).

Dr. Guertin mengambil sikap yang ketiga dan mencoba untuk mendapatkan kebenaran dengan melakukan riset dan penyelidikan agama. Penyelidikannya bersifat intensif. Dia menguji berbagai jenis agama,dan yang terakhir menguji ajaran agama Islam.

"Saya beragama Kristen sejak lahir," dia katakan pada saya, "Tetapi sejak saya menjadi orang yang berpendidikan, saya menjadi sangsi."

"Sebagai seorang cendekia (saintis), saya tidak dapat menerima ajaran agama yang tidak sesuai dengan sains (ilmu pengetahuan). Saya mencoba untuk memuaskan kebimbangan saya dengan mencari beberapa ajaran agama yang lain dari agama saya. Saya telah mencoba beberapa agama tetapi saya tidak pernah dapat memuaskan kebimbangan saya."

"Akhirnya, saya membaca beberapa buku tentang Islam, dan hal ini membuat saya berminat memperoleh pengetahuan yang lebih banyak tentang agama ini."

"Sekarang saya datang pada Anda, saya mengharapkan bahwa saya akan dapat memperoleh gambaran yang jelas dari kepercayaan Anda."

"Saya mengerti bahwa Anda mendalami ilmu Islam, dan Anda adalah spesialis dalam bidang ini."

"Saya ingin mengaji dan meriset Islam melalui Anda, dan saya percaya bahwa Anda akan dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan saya."

Pertanyaan-pertanyaan yang diberikan pada saya mungkin juga akan terdapat pada setiap orang yang berpendidikan yang mencoba mendapatkan kebenaran tentang Islam.

Oleh karena itu, saya mengira, pertanyaan-pertanyaan dan jawaban-jawaban yang dilontarkan harus dicatat dan diterbitkan, dan buku yang berisikan dialog-dialog ini akan sangat berguna pada setiap pribadi yang memiliki kebimbangan-kebimbangan dan mencoba mendapatkan jawaban-jawabannya.

Beberapa dari mereka yang pura-pura tidak tahu, dan sebagian yang lain menjaga hubungannya dengan agama lain dengan tidak adanya kesungguhan mencari kebenaran.

Sebenarnya buku ini diutamakan untuk orang-orang yang merasa dahaga akan ilmu pengetahuan agama dan yang cukup giat untuk mencoba menghilangkan dahaganya.

Untuk orang-orang ini, saya perkenalkan dan menganjurkan buku untuk dibaca dan silahkan memperoleh kegunaan dan manfaat dari membaca buku ini.

Mohammad Jawad Chirri

Dialog Ke-1

Kebebasan Berdiskusi dalam Islam

Wilson: Beberapa agama melarang adanya sikap kritis dan gemar bertanya berkenaan dengan ajaran agama mereka. Mereka menganjurkan kepada para pengikutnya untuk mengikuti instruksi-instruksi mereka tanpa pengujian dan pengkajian. Mereka menuntut iman dan melarang mereka untuk bergaul dengan orang yang memeluk agama lain yang boleh jadi menuntunnya kepada keraguan. Bagaimana sikap Islam terhadap pertanyaan yang tertuju kepada ajaranya dan membandingkan ajarannya dengan keyakinan yang lain.

Chirri: Islam sangat liberal, free dan terbuka dalam masalah ini. Ia boleh jadi menuntut seseorang untuk beriman kepada ajaran-ajaran tertentu, namun pada saat yang sama ia menasihatinya untuk mencoba membangun keyakinannya berdasarkan dalil dan argumen. Islam memberinya kebebasan untuk mengajukan pertanyaan dan tidak mencelanya ketika ia memiliki keraguan, jika keraguannya diikuti oleh usaha intensif untuk menemukan kebenaran. Jika agama lainnya menasihatkan pengikutnya untuk menghindari diskusi ihwal masalah-masalah prinsipil selain darinya dan membuatnya takut bahwa ia telah memprovokasi murka Tuhan dengan melakukan hal tersebut, Islam membuat orang merasa aman dari murka Tuhan jika ia menindaklanjuti penelitiannya mencari kebenaran. Pada kenyataannya, Islam tidak pernah menasihatkan orang untuk menghindari diskusi yang menuntun kepada pengetahuan baru dan sebuah penemuan baru tentang kebenaran. Tapi jangan takut, Islam menganjurkan untuk mendiskusikan setiap prinsip-prinsip ajaran agama, apakah itu ajaran Islam atau non-Islam. Tidak pernah merasa risau dan kuatir akan murka Tuhan lantaran Dia merupakan Tuhan kebenaran. Sebaliknya, semakin orang mencari kebenaran dan melakukan penelitian intensif, semakin banyak ganjaran yang ia dapatkan dari Tuhan menurut pandangan Islam. Dalam pandangan Islam, ganjaran yang paling bernilai dan sikap yang paling berharga, adalah melakukan pendekatan terhadap isu-isu keagamaan dengan semangat dan spirit seorang ilmuan dan saintis yang menyambut setiap dalil yang dapat membuktikan atau membatalkan teorinya (atau teori yang ia dapatkan).

Wilson: Apakah Islam memiliki aturan spesifik atau anjuran berkenaan dengan riset dan pengkajian agama?

Chirri: Ada beberapa aturan tertentu yang tercantum dalam al-Qur'an yang harus digunakan dalam riset agama demi terjaminnya setiap kesimpulan yang boleh jadi dicapai.

1. Tidak dibenarkan memeluk sebuah doktrin ketika dalil dan argumen telah dibangun yang berseberangan dengan doktrin tersebut, dan tidak dibenarkan mengikuti sebuah prinsip tanpa adanya dalil.

Jika Tuhan menghendaki seseorang untuk beriman kepada sebuah doktrin, Dia membuatnya jelas dan berdalil. Dia adalah Mahaadil lagi Bijaksana. Dia mengetahui bahwa keyakinan dan iman bukan merupakan sebuah hal yang bersifat dipaksakan. Seseorang tidak dapat meyakini atau mengingkari segala sesuatu yang ia tidak pilih. Raga manusia berada di bawah kontrol perintah tapi jiwanya tidak demikian. Saya menaati sebuah titah yang memerintahkan untuk menggerakkan tanganku ke atas dan ke bawah, berjalan atau duduk, bahkan jika perintah tersebut nampaknya tidak bijaksana. Namun saya tidak dapat menaati sebuah perintah, misalnya, yang menitahkan aku bahwa dua kali dua sama dengan lima, atau angka tiga merupakan angka satu, atau api itu dingin atau salju itu panas. Pengetahuan manusiawi kita datang dari dalil langsung dan tidak langsung, dan ia tidak mengikuti kehendak dan kemauan kita sendiri. Keyakinan dan iman yang dapat diterima haruslah berdasarkan kepada ilmu pengetahuan. Ketika Tuhan menghendaki aku untuk mengetahui sesuatu, Dia membuat ilmu tersebut mungkin bagiku dengan menyediakan petunjuk dan jalan untuknya. Jika Dia menuntut aku untuk meyakini sesuatu sementara ada dalil yang bertentangan dengannya, Dia memintaku untuk melakukan sesuatu yang mustahil. Dan hal ini berseberangan dengan keadilan-Nya. Islam tidak pernah mencela seseorang apabila ia tidak meyakini sebuah ajaran lantaran kurangya dalil; sebaliknya, Islam mencela seseorang ketika ia mengikuti sebuah ajaran sementara ia meraba-raba dalam kegelapan tanpa adanya petunjuk yang menerangi, atau apabila ajaran tersebut tidak sesuai dengan kebenaran. Mengikuti sebuah ajaran yang bertetangan dengan petunjuk, atau kurangnya dalil, adalah ibarat sebuah pengadilan mahkamah yang memutuskan perkara ke atas terdakwa tanpa adanya bukti. Sikap semacam ini bukan merupakan sebuah perbuatan terpuji. Al-Qur'an menegaskan: "Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya." (Qs. al-Isra' [17]:36)

2. Tidak pernah menerima populeritas secara lahir. Seorang periset dalam bidang agama tidak dibenarkan menerima populeritas sebuah doktrin agama dalam masyarakatnya sebagai sebuah bukti atas kebenarannya. Banyak ide dan gagasan populer yang terbukti kesalahannya. Pada suatu waktu, diyakini bahwa bumi ini datar dan matahari yang mengelilingi bumi. Orang-orang meyakini masalah ini selama ribuan tahun, tetapi kita ketahui bahwa tidak satupun ide dan gagasan ini yang benar. Terlebih, apa yang populer pada suatu komunitas belum tentu populer di komunitas lain. Kebalikannya juga benar. Jika populeritas merupakan simbol kebenaran, seluruh ide yang populer yang bertentangan satu sama lain akan menjadi benar, namun kebenaran tidak pernah bertentangan dengan dirinya. Tatlkala nabi pertama datang untuk memproklamasikan konsep tauhid (keesaan Tuhan), risalahnya tidak populer di setiap masyarakat lantaran masyarakat dunia ketika itu adalah kafir dan musyrik. Tidak populernya risalah Ilahi seperti itu tidak mencegah risalah itu dari kebenarannya. Pada kenyataannya, seluruh nabi datang ke masyarakatnya dengan risalah-risalah yang tidak populer. Maksud mereka adalah mengoreksi hal-hal yang keliru dan bersifat populer dan menggantinya dengan kebenaran yang bersifat tidak populer. Al-Qur'an menandaskan, "Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah). (Qs. al-An'am [6]:116).

3. Ajaran-ajaran agama yang bersifat warisan harus dikaji. Islam menganjurkan setiap orang dewasa untuk mengkaji agama yang ia warisi dari orang tuanya. Agama yang diwariskan, seperti agama yang lain, harus dibuktikan dengan dalil dan argumen. Seseorang dapat bersandar kepada penilaian orang tuanya selama ia masih kecil dan tidak mampu mengambil keputusan sendiri. Tatkala ia mencapai masa dewasa, agamanya menjadi tanggung jawabnya sendiri. Santun dan hormat kepada orang tua merupakan salah satu perintah Islam, namun hal itu tidak berarti menerima pendapat mereka dalam suatu perkara penting seperti agama jika pendapat mereka merupakan pendapat keliru. Sebenarnya, ketika orang tua memeluk sebuah ajaran agama yang salah dan menuntut anak-anaknya untuk mengikuti mereka, mereka tidak boleh ditaati lantaran tindakan tersebut bertentangan dengan kehendak Tuhan; artinya, jika seseorang menaati orang tuanya ketika mereka melakukan kesalahan, ia telah membangkang perintah Tuhan. Senada dengan hal ini, al-Qur'an berkata, "Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada kedua orang ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam Keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, Maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. (Qs. Luqman [31]:14-15)

Islam memerintahkan setiap orang untuk menguji ajarannya sebagaimana ia memerintahkan setiap orang untuk mengkaji dan menguji ajaran lain. Dengan demikian, seseorang dapat menilai Islam lebih dari yang sebelumnya.

4. Tidak dibenarkan adanya keragu-raguan pada diri seseorang. Ketika seseorang tidak komitmen terhadap satu agama dan meragukan seluruh konsep agama, ia tidak boleh puas dengan keraguannya. Adalah tugasnya melindungi dirinya dan kepentingan vitalnya di dunia ini dari segala bentuk musibah dan petaka. Sama saja, ia memiliki tanggung jawab dan tugas yang sama dalam melindungi kepentingan spiritual dari kerusakan. Pencarian seriusnya tentang apa yang menimpa atas kehidupan spritualnya sama pentingnya dengan pencariannya terhadap apa yang menimpa kehidupan fisikalnya. Supaya seseorang menunaikan tanggun jawab dan mengerjakan tugasnya, diwajibkan baginya untuk mencari, dan mencari secara serius tentang keraguan yang ia miliki tentang agamanya. Barangkali terdapat banyak fakta-fakta yang dapat diakses dalam wilayah keraguan; oleh karena itu, ia harus menemukannya. Ketika ia melakukan riset dan berupaya sekuat tenaga lalu gagal menemukan kebenaran, ia akan diampuni di hadapan Tuhan. Tuhan meminta setiap orang untuk melakukan apa yang dapat mereka lakukan. Al-Qur'an menyatakan, "Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya." (Qs. al-Baqarah [2]:286)

5. Ketika Anda melakukan riset agama, jangan biarkan orang lain memutuskan sesuatu untuk Anda. Jangan bersandar kepada peniliaian setiap orang, meski ia merupakan seorang tulus dan cerdik cendikia. Di setiap keyakinan terdapat beberapa guru yang tulus dan cendikia. Jika seseorang membolehkannya untuk membuat keputusan tentang agama baginya, ia akan terbiasi lantaran guru-guru ini pasti berbeda satu dengan yang lainnya. Jika ia bersandar kepada penilaian para guru hanya dalam satu bidang iman, melupakan guru-guru yang lain, ia akan memiliki bias dan subyektifitas. Seorang guru yang tulus dan cendikia dapat salah, dan seseorang tidak akan dimaafkan apabila ia mengikuti penilaian gurunya. Agama seseorang adalah tanggungjawabnya dan setelah ia melakukan pencarian yang bersifat ekstensif, ia adalah seorang penilai tunggal untuk mencapai kesimpulan dan membentuk beragam pendapat. Dalam al-Qur'an disebutkan, Dan orang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. (Qs. 35:18, 53:38)

Dengan demikian, kita dapat melihat kelima ayat al-Qur'an dimana Islam tidak takut untuk ditanyai atau dianalisa. Hanya mereka yang takut gagal yang melarang diskusi secara bebas terhadap ajaran agama mereka dan menghindari pengujian dari para periset dan peneliti.

Dialog Ke-2

Definisi Islam

Wilson: Salah satu masalah penting dalam setiap pembahasan adalah mendefinisikan subyek sebuah pembahasan. Lantaran kita ingin membahas Islam, saya ingin mendengarkan sebuah definisi ihwal Islam, karena kalimat ini bersumber dari bahasa Arab. Saya telah mendengar lebih dari satu definisi tentang kalimat ini; saya ingin mendengarkan definisi Anda ihwal Islam. "Muslim" merupakan kalimat yang lain yang harus didefinisikan untuk didengarkan oleh kalangan non-Arab yang boleh jadi membacanya berulang kali tanpa mengerti makna yang sebenarnya dari kata itu, atau kebingungan dengan kata Islam.

Chirri: Makna asli "Islâm" adalah penerimaan sebuah pendapat atau sebuah kondisi yang sebelumnya tidak diterima. Dalam bahasa al-Qur'an, Islam bermakna kesediaan seseorang untuk menerima titah dan perintah dari Tuhan dan mengikutinya. "Muslim" adalah kata yang diambil dari kata Islam. Kata ini digunakan pada seseorang yang telah menerima dan mengikuti titah dari Tuhan.

"Ibrahim bukan seorang Yahudi dan bukan (pula) seorang Nasrani, akan tetapi Dia adalah seorang yang lurus, lagi berserah diri Musliman dan sekali-kali bukanlah Dia Termasuk golongan orang-orang musyrik." (Qs. Ali Imran [3]:67)

Dua kata yang dimaksud, bagaimanapun, dua makna spesifik yang diperoleh setelah pengenalan risalah yang dibawah oleh Nabi Muhammad Saw. Risalah yang diwahyukan kepada Muhamamad disebut sebagai Islam, dan beriman kepada risalah yang dibawanya juga disebut Islam. Muslim, juga berarti orang yang mengikuti risalah Muhammad dan meyakini akan kebenarannya.

Wilson: Apa hubungan antara makna asli Islam dan makna spesifik yang diambil setelah kedatangan Muhammad?

Chirri: Makna baru dari kata tersebut adalah berdekatan dengan makna aslinya lantaran Muhammad menyebutkan bahwa ajarannya mengandung ajaran-ajaran para nabi sebelumnya dan seluruh perintah-perintah Tuhan. Ketika seseorang beriman kepada kebenaran Muhammad dan berikrar untuk mengikuti risalahnya, ia sesungguhnya, menyatakan kesediaannya untuk mentaati perintah dan titah dari Tuhan tanpa syarat.

Wilson: Ada prosedur tertentu yang diatur, misalnya, oleh Kristen bagi seseorang yang ingin memeluk Kristen. Contohnya, Baptis yang merupakan salah satu sakramen (penyucian) yang menurut hampir seluruh sekte dalam Kristen, harus dijalankan oleh seseorang muallaf untuk menjadi seorang Kristian. Apakah ada prosedur yang dianjurkan bagi seseorang untuk beriman kepada ajaran Islam?

Chirri: Tidak ada sakramen atau prosedur yang ditentukan bagi seseorang untuk memeluk Islam. Yang diperlukan oleh seseorang ketika ia ingin memeluk Islam hanyalah pengucapan atau iman kepada syahadah (Deklarasi Iman), "Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah."

Wilson: Mengapa pengucapan semacam itu memadai bagi seseorang untuk dapat memeluk Islam?

Chirri: Tatkala seseorang menyatakan bahwa ia beriman kepada kebenaran Muhamamad, ia benar-benar menyatakan beriman kepada seluruh yang diperkenalkan oleh Muhammad dan seluruh ajarannya. Hal ini termasuk seluruh ajaran al-Qur'an, seluruh perbuatan dan sabda Muhammad, baik dalam masalah aqidah atau masalah hukum syariat.

Ketika seseorang beriman kepada syahadah (deklarasi iman), ia secara otomatis menjadi seorang Muslimin. Ucapan syahadah merupakan sebuah bukti bagi Muslim yang lain bahwa ia adalah seorang yang beriman kepada Islam. Lantaran hal ini, tidak seorang Muslim yang dapat mengingkarinya, karena ia merupakan seorang yang beriman kepada Islam dan tidak memerlukan hal yang lain untuk membuktikan hal itu.

Wilson: Apakah seorang muallaf dipandang sama dan ekual dengan seorang yang menjadi Muslim semenjak lahir?

Chirri: Seorang muallaf adalah ekual dan sama derajatnya dengan Muslim yang lain dalam pandangan al-Qur'an. Lebih dari itu, seorang muallaf memiliki banyak keuntungan daripada seorang yang menjadi Muslim semenjak lahir karena dua alasan:

1. Seorang muallaf mendapatkan ganjaran yang lebih besar dari Tuhan ketimbang seorang yang menjadi Muslim semenjak lahir. Seorang muallaf yang menjadi Muslim biasanya setelah ia mengadakan riset yang panjang dan detail serta harus menghadapi berbagai tekanan psikologis, lantaran mengganti agama bukanlah sebuah pekerjaan mudah. Hal ini menuntut keberanian dan usaha si muallaf, sementara orang yang semenjak kecilnya telah memeluk Islam (Muslim) menerima agamanya melalui warisan dari orang tuanya.

2. Seorang muallaf dipandang, dengan masuknya ia ke dalam Islam, suci dan terbebas dari dosa-dosa sebelumnya. Seluruh dosa-dosa yang ia kerjakan semasa ia memeluk Kristen dihapus secara keseluruhan. Ia hanya akan bertanggung jawab dengan dosa-dosa yang ia lakukan setelah ia menjadi seorang Muslim. Oleh karena itu, jika seseorang menjadi Muslim pada pagi hari, setelah matahari terbit, kemudian ia meninggal pada siang harinya, ia berhak memasuki surga tanpa melakukan atau mengerjakan ritual-ritual keagamaan yang diwajibkan bagi setiap Muslim. Ia tidak harus mengerjakan shalat subuh lantaran ia memeluk Islam setelah matahari terbit, juga tidak harus mengerjakan shalat Zhuhur karena ia meninggal sebelum waktu shalat Zhuhur tiba.

Wilson: Kadang-kadang saya menemukan bahwa Islam disebut sebagai "Din at-Tauhid" dan terkadang "Din-al-Fitrah." Karena kedua istilah tersebut merupakan istilah Arab, keduanya harus didefinisikan untuk kepentingan orang-orang non-Arab. Alasan-alasan mengapa Islam disebut dengan istilah ini juga harus dijelaskan.

Chirri: "Din at-Tauhid" bermakna agama yang beriman kepada Keesaan Tuhan, dan "Din al-Fitrah" berarti agama yang sesuai dan selaras dengan tabiat manusia. Islam disebut sebagai agama Tauhid lantaran muatan utama yang terkandung di dalamnya adalah keesaan Tuhan. Doktrin Tuhan Esa merupakan doktrin yang sangat ditekankan dan berulang kali diulas dalam al-Qur'an. Tatkala Islam diperkenalkan kepada dunia, hampir kebanyakan orang-orang adalah penyembah berhala. Beberapa agama mendakwahkan Keesaan Tuhan namun dalam bentuk yang kurang jelas. Beberapa dari mereka menisbahkan Tuhan sebagai sosok yang berbentuk (anthropomorphic image). Poin yang paling penting dari kandungan risalah samawi baru ini adalah membenarkan dan mengoreksi para penyembah berhala dan menghilangkan segala kabut keburaman konsep Keesaan Tuhan. Islam disebut sebagai agama fitrah lantaran ajarannya dapat diterima oleh akal manusia ketika akal manusia bebas dari segala bentuk berpikir takhayul dan tidak logis. Nabi Muhamamad Saw bersabda: "Setiap manusia lahir dalam keadaan fitrah; pengaruh ibu bapaknyalah yang menjadikan ia sebagai non-Muslim."

Tatkala seseorang bebas dari pemikiran yang tidak logis, ia dapat dengan mudah, hanya dengan melihat tatanan semesta, menyimpulkan bahwa semesta ini memiliki hanya Satu Pencipta. Adalah mudah diterima sebuah ajaran yang menyeru kita untuk meyakini bahwa semesta yang berusia lebih dari empat milyar tahun lamanya telah dicipta oleh Pencipta Tua Yang Tak-Terbatas. Namun tidak mudah atau tidak gampang mengidentifikasi bahwa Pencipta itu fana yang kelahirannya terjadi empat billion tahun setelah penciptaan semesta. Adalah natural menerima sebuah ajaran yang menyeru meyakini bahwa Pencipta semesta adalah Mutlak Adil dan Pengasih. Bahwa Pencipta yang Mahaadil dan Pengasih itu tidak akan membebani setiap jiwa dengan dosa orang lain; dan bahwa Dia tidak meminta setiap orang untuk membayar dosa orang lain. Ajaran Islam nampaknya dapat diterima akal manusia, kalaulah akal tersebut belum terkontaminasi oleh ajaran-ajaran yang tidak logis. Atas alasan inilah mengapa Islam disebut sebagai agama fitrah.

Dialog Ke-3

Mengapa Islam Sedemikian Mendunia?

Wilson: Sejarah menunjukkan bahwa Islam tersebar pada masa-masa awalnya di belahan dunia Asia, Afrika dan Eropa dengan sangat cepat. Barangkali tidak ada agama yang tersebar di seluruh penjuru dunia dengan sangat cepat dan pesat sebagaimana Islam. Pasti terdapat faktor-faktor tertentu dalam Islam yang menyebabkan perkembangan pesatnya dan membuatnya sedemikian fenomenal. Saya ingin tahu faktor-faktor tersebut yang memberikan kontribusi terhadap perkembangan pesat itu.

Chirri: Terdapat banyak faktor yang memberikan kontribusi, dan masih memberikan kontribusi bagi penyebaran Islam. Di antara faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut:

1. Kitab Suci Al-Qur'an

Merupakan sebuah kenyataan yang tidak dapat dinafikan bahwa Qur'an merupakan sebuah kitab hidup yang telah mempengaruhi jutaan manusia melalui keindahan dan pesonanya. Ketinggian wacana Qur'an melemparkan tantangan dan bahkan masih melemparkan tantangan. Qur'an sendiri menyeru orang-orang yang menentangnya untuk mengajukan sebuah wacana yang dapat menandingi wacana yang ia sampaikannya. Al-Qur'an berulang kali menyatakan bahwa jika orang-orang yang menentangnya dapat menyuguhkan wacana yang sebanding dengan kandungan al-Qur'an, mereka secara otomatis telah menggugurkan seluruh tatanan keyakinan Islam. Qur'an masih tetap bertengger di atas dan di atas seluruh perbandingan literatur Arab semenjak pewahyuannya pada abad ketujuh. Dengan demikian, Kitab Suci al-Qur'an masih tetap bertahan semenjak awal diperkenalkannya hingga sekarang menjadi sumber atraktif bagi keyakinan Islam.

2. Pesona Pribadi Nabi Muhammad Saw

Muhammad lahir di bawah pendar cahaya sejarah. Tidak ada awan yang menyelimuti kelahiran, keberadaan dan hidupnya di antara bangsanya. Jika para nabi yang lain dipandang sebagai bagian dari sejarah agama, Muhammad merupakan bagian dari keduanya, sejarah agama dan dunia.

Muhammad lahir di Mekkah dari seorang ayah dan ibu yang terkenal dan hidup dengan bangsanya selama empat puluh tahun sebelum ia terlantik sebagai seorang Nabi Allah. Ia disaksikan oleh bangsanya selama masa kecil dan dewasanya. Ia diperhatikan oleh seluruh kerabatnya sebagai seorang teladan dalam kejujuran dan integritas. Masyarakat Arab tidak pernah mendapatkannya berbuat salah. Mereka memanggilnya al-Amin, orang yang terpercaya.

Muhammad tidak hidup sebagai seorang yang terasing. Sebaliknya, ia senantiasa bergaul dengan masyarakat. Sebagai seorang peniaga, Muhammad mengadakan perjalanan dan bergaul dengan masyarakat dari seluruh lapisan, namun ia tidak pernah terpengaruh oleh nafsu rendah dan ambisi duniawi mereka. Ia hidup di tengah masyarakat kafir, yang didominasi oleh para penyembah berhala, namun ia tidak pernah tunduk terhadap pemikiran mereka, juga tidak toleran dengan mereka dalam keimanan. Ia hidup di dunia itu sebagai sebuah dunia bagi dirinya. Ia dihormati oleh musuh-musuhnya dan dipuja oleh sahabatnya, dan tidak ada nabi dalam sejarah yang menerima ketaatan secara spontan oleh sahabat-sahabatnya sebagaimana yang diterima oleh Muhammad.

3 Kekuatan Iman Kaum Muslimin Pada Masa-Masa Awal

Berkat kejujuran dan pengaruh pribadi Muhammad yang mempesona, iman para sahabatnya kepadanya luar biasa kuat. Hal ini bersandar kepada perkenalan pertama mereka dengan kehidupannya yang menjadi teladan.

Disebutkan bahwa para pengikut Musa menolak memasuki Yerusalem tatkala diperintahkan kepada mereka untuk melakukan hal tersebut dan berkata kepadanya bahwa ia dan Tuhannya yang harus memasuki kota itu dan berperang dengan musuh. Disebutkan bahwa banyak orang yang berkumpul di sekeliling Isa meninggalkannya tatkala kesusahan datang menerjang. Bahkan murid-muridnya sendiri yang meninggalkannya. Murid utamanya mengingkarinya selama tiga kali sebelum fajar menyingsing pada malam yang amat menentukan itu. Keadaan yang sama terjadi pada hampir kebanyakan para nabi. Tidak ada seorang pun dari mereka yang mendapatkan sokongan sejati dari para pengikut mereka ketika mereka menghadapi musibah dan petaka.

Para sahabat Muhammad, bagaimanapun, adalah berbeda dengan para sahabat nabi-nabi sebelumnya. Tatkala Muhammad berada di Mekkah, ia dan ratusan pengikutnya tidak berdaya dan tanpa perlindungan hukum. Semuanya berdiri di hadapan ujian musibah, dan tidak ada seorang pun yang menanggalkan imannya kepada Sang Nabi. Tindakan dan perbuatan kaum Muslimin ini membuktikan iman mereka kepada Islam dan Nabi Saw. Kesemuanya mendakwahkan Islam dan mengamalkan apa yang mereka dakwahkan, dan setiap Muslim yang asli memberikan iman mereka sebagai sokongan asli dalam ucapan dan perbuatan.

4. Ajaran Islam Merupakan Sumber Ketertarikan Lantaran Ajaran Tersebut Merupakan Ajaran Logis Dan Jelas

Dengan pemikiran serius, seseorang dapat dengan mudah menerima ajaran agama yang mendeklarasikan hal berikut ini: Tiada Tuhan selain Allah Yang menciptakan seluruh semesta; Tiada yang patut disembah selain-Nya; Dialah satu-satunya Tuhan, tanpa sekutu, mitra atau anak; Dia tidak beranak juga tidak diperanakkan dan tiada yang menyerupai-Nya; Dialah yang Mahaadil, Mahapengasih, dan Mahakuasa, tidak bersifat fisikal atau antropomorpis (berbentuk, jasmani); kekuasaan-Nya meliputi seluruh semesta.

Monotheisme sederhana dan tanpa kompromi semacam ini dapat diterima oleh akal sehat manusia yang mencari sebuah penjelasan bagi keberadaan dunia ini. Ia tidak membingungkan pikiran manusia dengan mengatakan bahwa Tuhan adalah Esa dan Dia pada saat yang sama, lebih dari satu. Juga tidak mencitrakan Tuhan sebagai manusia yang lahir dari manusia lainnya.

5. Ajaran Islam Merupakan Ajaran Yang Konsisten Dan Kohesif

Ajaran Islam tidak bertentangan satu dengan yang lain, dan juga tidak kontradiksi dengan kebenaran yang lain. Ajaran Kristen, Yahudi dan Islam mengajarkan keadilan Tuhan. Islam, betapapun, memegang konsep fundamental ini dan mengamalkannya secara keseluruhan. Konsep ini membangun konsep-konsep keagamaan lainnya yang mengikuti konsep keadilan. Tatkala Tuhan adalah adil dan bijaksana, Dia tidak memaksakan setiap jiwa untuk melakukan sesuatu yang berada di luar kemampuannya. Islam mengajarkan kita juga bahwa Sang Mahaadil tidak membebankan tanggung jawab kepada setiap orang atas apa yang ia lakukan kecuali ia lakukan dengan ikhtiar. Dia tidak membebani seseorang dengan tanggung jawab atas dosa yang dilakukan oleh orang tuanya atau kakek buyutnya lantaran ia tidak memiliki kendali atas perbuatan mereka.

Islam mengajarkan kepada kita bahwa karena Tuhan tidak membebankan seseorang tanggung jawab atas apa yang dilakukan oleh ayahnya, Dia tidak mencela seluruh umat manusia lantaran sebuah dosa yang dikerjakan sebelum keberadaan generasi umat manusia. Celaan semacam ini adalah bertentangan dengan konsep keadilan Ilahi. Alih-alih membebani manusia dengan dosa warisan, Islam mengajarkan bahwa setiap manusia lahir dalam keadaan suci dan kudus dari segala bentuk dosa, akan berlaku demikian, hingga ia mengerjakan dosa sebagai seorang dewasa.

6. Ajaran Islam Memiliki Sikap Positif Terhadap Seluruh Aspek Kehidupan Manusia

Islam, tidak seperti agama lainnya, menekankan pentingnya aspek spiritual dan material kehidupan manusia. Tuhan, menurut Islam, tidak menghendaki manusia melupakan kebutuhan biologisnya, juga tidak menginginkan adanya konflik intrinsik antara tanggapan kita terhadap kebutuhan ini dan pertumbuhan spiritual kita. Sebaliknya, kedua sisi masing-masing saling bergantung satu dengan yang lainnya. Keduanya berhimpun satu dengan yang lain dan dapat disatukan dalam kebanyakan kegiatan manusia. Seorang manusia yang kekurangan kebutuhan makanan, kehangatan, perlindungan, dan melakukan meditasi, mengerjakan tugas-tugas ibadah, atau mengerjakan kebaikan kepada manusia lainnya. Namun, tatkala kebutuhan tersebut terpuaskan, manusia dapat dengan mudah mengarahkan dirinya secara langsung kepada Tuhannya.

Oleh karena itu, pekerjaan yang diniatkan dengan baik untuk memenuhi kebutuhan ragawinya menjadi sebuah porsi dalam tugas keagamaan kita. Agama, menurut ajaran Islam, tidak bermaksud untuk menekan nafsu-nafsu biologis; agama bermaksud untuk membina nafsu-nafsu biologis tersebut dan mencegah setiap orang untuk berlaku ekstrim dan merugikan dirinya sendiri atau masyarakatnya.

7. Ajaran Islam Merupakan Ajaran Universal

Universalitas ajaran Islam dapat terlihat dari ajarannya yang tak memandang bulu dan berlaku diskriminatif terhadap umat manusia, dan ia mengakui seluruh nabi-nabi sebelumnya.

Semenjak kedatangannya, Islam telah membawa merek universalitas. Ia mengalamatkan dirinya kepada seluruh umat manusia, tidak memandang bulu di antara seluruh bangsa dan kelompok etnis. Setiap umat manusia merupakan sebuah anggota dari sebuah keluarga besar. Tidak ada seorang invidu atau bangsa yang merupakan pilihan Tuhan atau ciptaan favorit karena kelahirann, kebangsaan, atau keyakinan terhadap sebuah dogma tertentu. Manusia adalah sama dan setara di hadapan Tuhan, dan setiap orang memiliki akses terhadap kerajaan Tuhan, jika ia merupakan seorang yang benar.

Sebuah kebenaran tidak pernah bertentangan dengan kebenaran yang lain. Oleh karena itu, Islam memproklamirkan bahwa hanya ada satu agama samawi yang telah diwahyukan pada waktu yang berbeda kepada para nabi yang ditugaskan oleh Tuhan untuk menyampaikan risalah kepada umat manusia. Merupakan sebuah hal yang tidak dapat diterima bahwa Tuhan akan mewahyukan sebuah doktrin tertentu kepada seorang rasul atau nabi dan kemudian mewahyukan ajaran yang lain kepada nabi yang lain yang menentang ajaran sebelumnya. Tuhan telah mewahyukan ajaran samawi-Nya, perintah-perintah dan hukum pada tingkatan peradaban yang berbeda sesuai dengan kapasitas pemahaman dan pemikiran manusia. Pewahyuan berikutnya merupakan pelengkap, dan tidak menentang pewahyuan sebelumnya. Oleh karena itu, Islam berkata bahwa merupakan tugas setiap Muslimin untuk mengenal dan menghormati Isa, Musa dan seluruh nabi-nabi dan ajaran-ajarannya yang benar. Hal ini secara berulang terekam dalam al-Qur'an, "Katakanlah (hai orang-orang mukmin): "Kami beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada Kami, dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Isma'il, Ishaq, Ya'qub dan anak cucunya, dan apa yang diberikan kepada Musa dan Isa serta apa yang diberikan kepada nabi-nabi dari Tuhannya. Kami tidak membeda-bedakan seorangpun di antara mereka dan Kami hanya tunduk patuh kepada-Nya". (Qs. al-Baqarah [2]:136)

Kaum Krisitian yang bersinggungan dengan kaum Muslimin pada masa-masa awal kedatangan Islam menyaksikan penghormatan kaum Muslimin terhadap Nabi Isa. Sebagai hasilnya, jutaan dari mereka memeluk Islam, bukan karena mereka meninggalkan ajaran Isa, namun karena mereka menghendaki tetap melanjutkan ketaatan mereka terhadap ajarannya yang benar secara lekat dalam ajaran Islam.

Wilson: Apakah Islam menganjurkan pengutusan misionaris untuk mengislamkan orang-orang non-Muslim sebagaimana yang dilakukan dan dipraktikkan dalam ajaran Kristen selama ini?

Chirri: Islam, sebagaimana Kristen, mengajak orang-orang kepada ajarannya dan menyeru kepada non-Muslim untuk bergabung dengan para pengikutnya. Namun, Islam tidak pernah mengorganisir misi-misi seperti yang dilakukan oleh Kristen. Manakala seorang non-Muslim menunjukkan ketertarikan untuk mengkaji Islam, merupakan tugas setiap Muslim untuk memberi tahu ihwal Islam kepadanya. Pekerjaan semacam ini, bagaimanapun, adalah jauh dari misi yang terorganisir.

Ketiadaan ulama Islam merupakan salah satu sebab ketiadaan misi yang terorganisir ketika dibandingkan dengan Kristen. Faktor lain adalah bahwa sekelompok besar kaum Muslimin cenderung meyakini bahwa Islam akan tersebar tanpa misionaris. Kecendrungan ini merupakan sebuah hasil dari ragam prestasi spektakuler yang dicapai oleh Islam tanpa usaha dan kerja keras dari kaum Muslimin.

Jutaan orang di berbagai negara memeluk Islam, bukan melalui misi yang terorganisir, tapi melalui kontak mereka dengan beberapa Muslim yang meninggalkan kesan terhadapnya dengan integritas dan kebenaran ajarannya. Orang-orang Muslim yang menanamkan gagasan iman mereka terhadap yang lain, bukan karena mereka diutus oleh beberapa lembaga berpengaruh sebagai misionaris, tapi karena mereka percaya bahwa Islam merupakan urusan setiap Muslimin.

Berapa kali, saya mengadakan muhibah ke Afrika Barat. Saya jumpai banyak misionaris Kristen di belahan dunia tersebut, namun saya tidak melihat adanya misi kaum Muslimin yang terorganisir. Kendati demikian, hasil pendapat dalam lingkaran ini mengabarkan bahwa Islam lebih berkembang dengan pesat daripada Kristen di daerah tersebut.

Wilson: Apakah Anda memiliki data ihwal jumlah misionaris Kristen di seluruh dunia?

Chirri: Jumlah misionaris Kristen di seluruh dunia (menurut harian Detroit News yang terbit hari Minggu, April 2, 1961) adalah 212,250. Angka ini termasuk 170.000 misionaris Katolik dan 42,250 misionaris Protestan. (Coba Anda bayangkan dialog ini terjadi empat puluh lima tahun yang lalu, sekarang pasti lebih banyak dan lebih besar jumlahnya, AK). Serdadu besar misionaris ini didukung oleh ribuan organisasi keagamaan yang menghabiskan triliunan Dolar setiap tahunnya untuk pelaksanaan misi ini. Dibandingkan dengan kenyataan ini, kaum Muslimin memiliki sentral-sentral penerangan yang di seluruh dunia tidak mencapai ribuan jumlahnya. Sentral-sentral ini tidak menikmati dukungan finansial sebagaimana yang diterima oleh misionaris Kristen. Juga tidak bermaksud untuk mengganti agama orang lain. Pekerjaan mereka hanyalah memberikan informasi, dalam keterbatasan mereka, kepada mereka yang mencari informasi tentang Islam.

Wilson: Beberapa orang menisbahkan bahwa penyebaran Islam terlaksana berkat kelonggarannya. Mereka berpikir bahwa Islam tidak banyak menuntut para pengikutnya sebagaimana agama yang lain seperti Kristen. Apa komentar Anda?

Chirri: Saya pikir gagasan ini tidak benar. Islam menuntut lebih dari para pengikutnya daripada agama-agama lain. Islam menuntut kaum Muslimin untuk beribadah sebanyak lima kali sehari: sebelum fajar, tengah hari, petang dan senja dan malam hari. Islam meminta kaum Muslimin untuk berpuasa 30 puluh hari berturut-turut selama bulan Ramadhan. Seorang yang berpuasa diminta untuk tidak makan, minum dan merokok semenjak waktu subuh hingga matahari tenggelam. Islam meminta setiap orang dewasa yang mampu secara fisikal dan finansial untuk menunaikan ibadah haji ke Mekah dan seluruh tempat suci di dalamnya dan sekitarnya, dimana manusia meninggalkan seluruh kemewahan dan harta benda duniawi termasuk pakaian yang terjahit untuk beberapa waktu tertentu.

Islam juga meminta setiap Muslim untuk memberikan sebagian harta kekayaannya setiap tahun untuk ia dermakan. Ia mengharamkan minuman keras dan babi. Tidak ada satu pun dari aturan ini yang mudah, dan tidak ada yang menunjukkan bahwa adanya kelonggaran dalam ajaran Islam. Juga tidak ada kelonggaran dalam tuntutannya terhadap pengikutnya untuk melayani yang lain dengan sebuah perlakuan yang penuh persaudaraan, melindungi martabatnya dan mencegahnya dari perkataan yang dapat menyingkap keburukannya, bahkan pada mereka yang melakukan keburukan terhadapnya.

Wilson: Beberapa orang mengkritisi bahwa Islam menjanjikan kaum Muslimin yang berbuat baik firdaus yang di dalamnya mereka akan mendapatkan kesenangan segala sesuatu yang mereka senangi. Para pengkritik ini berpikir bahwa Islam melebihi Kristen dalam mengumbar janji, dan dengan demikian, menarik orang-orang dengan janjinya.

Chirri: Sebuah janji menjadi atraktif hanya jika berasal dari sebuah sumber yang terpercaya. Jika sebuah perusahaan yang memiliki reputasi menawarkan seseorang dengan sebuah pekerjaan yang bergaji lumayan besar, ia akan senang menerima posisi tersebut. Di sisi lain, jika orang yang sama ditawari sebuah kedudukan dari sebuah perusahaan yang tidak dapat dipercaya atau sebuah perusahaan yang menderita kepailitan, ia pasti menolak tawaran tersebut lantaran ia tidak akan memiliki kepercayaan dalam reliabilitas keuangan perusahaan.

Sama halnya, saya pikir bahwa sebuah pergantian agama tidak akan menunaikan sedemikian banyak tugas agama dan meninggalkan banyak hal yang disenangi demi segepok janji jika ia tidak memiliki kepercayaan terhadap Islam. Bukan janji yang menarik jika ditawarkan oleh sebuah sumber yang tidak dapat dipercaya. Menariknya sebuah janji merupakan sebuah hasil dari kepercayaan. Iman terhadap Islam, oleh karena itu, mendahului menariknya sebuah janji, bukan sebaliknya.

Wilson: Sejarah menunjukkan bahwa kaum Muslimin pada masa-masa awal merupakan serdadu dan orang-orang yang militan. Banyak konflik bersenjata yang terjadi antara kaum Muslimin dan non-Muslim di Suriah, Mesir, Afrika Utara, Spanyol dan banyak tempat lainnya. Beberapa orang melontarkan kritik bahwa Islam disebarkan dengan kekuatan, bukan dengan dakwah dan diskusi.

Chirri: Kekuatan boleh jadi menundukkan raga, tapi ia tidak mampu menjinakkan jiwa. Anda dapat menundukkan seseorang atau sebuah komunitas dengan menggunakan kekuataan, tapi Anda tidak dapat membuatnya percaya bahwa Anda benar. Orang-orang Aljazair yang dikuasai oleh penjajah Prancis selama ratusan tahun, tapi tidak membuat mereka mencintai kaum penguasa. Segera setelah mereka mendapatkan kesempatan, mereka angkat senjata melawan tuan mereka dan mengenyahkan penindasan yang dilakukan oleh bangsa penjajah.

Merupakan sebuah hal yang tidak logis untuk diyakini bahwa Islam tersebar dengan kekuatan. Muhammad, sebagai seorang pribadi, tidak dapat memaksa ribuan atau ratusan orang untuk memeluk agama yang ia yakini. Sejarah membuktikan bahwa Muhamamad hidup selama 13 tahun di Mekah setelah memproklamasikan iman yang ia yakini, ia senantiasa mendapat ancaman dari musuh-musuhnya yang merupakan mayoritas penduduk Mekah. Setiap orang yang ingin masuk Islam didera, diancam dan dianiaya oleh penduduk Mekah; dan kendati demikian, jumlah populasi kaum Muslimin naik secara mantap. Dapatkah kita menerima bahwa Muhammad di bawah keadaan seperti ini dapat merubah agama seseorang dengan kekuatan sementara ia sendiri merupakan sasaran penganiayaan?

Pada tingkatan berikutnya, kaum Muslimin telah menjadi kekuatan yang diperhitungkan untuk berperang melawan musuh-musuh mereka; dan sejarah menunjukkan bahwa mereka berjuang demi membela Islam. Tapi hal ini tidak bermakna bahwa Islam telah merubah agama seseorang dengan kekuataan dan paksaan. Kini terdapat lebih 100 juta kaum Muslimin di Indonesia dan jutaan lainnya di Afrika Barat. Keseluruh jumlah populasi yang mencapai jutaan ini menjadi pemeluk Islam melalui kontak dan hubungan damai antara kaum Muslimin yang datang ke daerah-daerah ini sebagai peniaga atau pengajar.

Bagaimanapun, tidak ada alasan untuk mengingkari bahwa kaum Muslimin merupakan orang-orang militan. Kaum Muslimin sebenarnya merupakan pembela yang baik atas kebebasan mereka yang miliki. Kita tahu bahwa tidak ada ideologi akan tersebar atau hidup pada sebuah komunitas yang tidak bebas. Kebebasan beriman, beramal dan berbicara adalah diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan setiap ideologi. Tiadanya sebuah perlindungan konstitusional bagi kebebasan, akan menjadi tugas orang-orang yang menganut ideologi untuk melindungi dan mengamankan kebebasan yang mereka punyai. Jika hal ini tidak dapat dijadikan sebagai justifikasi kekuatan kaum Muslimin pada masa-masa awal, maka tidak ada jalan untuk menjustifikasi kekuatan militer setiap bangsa pada masa kini yang bangkit dan angkat senjata untuk membela kebebasan dan kedaulatannya tatkala mendapat ancaman dari musuh-musuhnya.