Dialog Ke-3
Mengapa Islam Sedemikian Mendunia?
Wilson: Sejarah menunjukkan bahwa Islam tersebar pada masa-masa awalnya di belahan dunia Asia, Afrika dan Eropa dengan sangat cepat. Barangkali tidak ada agama yang tersebar di seluruh penjuru dunia dengan sangat cepat dan pesat sebagaimana Islam. Pasti terdapat faktor-faktor tertentu dalam Islam yang menyebabkan perkembangan pesatnya dan membuatnya sedemikian fenomenal. Saya ingin tahu faktor-faktor tersebut yang memberikan kontribusi terhadap perkembangan pesat itu.
Chirri: Terdapat banyak faktor yang memberikan kontribusi, dan masih memberikan kontribusi bagi penyebaran Islam. Di antara faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut:
1. Kitab Suci Al-Qur'an
Merupakan sebuah kenyataan yang tidak dapat dinafikan bahwa Qur'an merupakan sebuah kitab hidup yang telah mempengaruhi jutaan manusia melalui keindahan dan pesonanya. Ketinggian wacana Qur'an melemparkan tantangan dan bahkan masih melemparkan tantangan. Qur'an sendiri menyeru orang-orang yang menentangnya untuk mengajukan sebuah wacana yang dapat menandingi wacana yang ia sampaikannya. Al-Qur'an berulang kali menyatakan bahwa jika orang-orang yang menentangnya dapat menyuguhkan wacana yang sebanding dengan kandungan al-Qur'an, mereka secara otomatis telah menggugurkan seluruh tatanan keyakinan Islam. Qur'an masih tetap bertengger di atas dan di atas seluruh perbandingan literatur Arab semenjak pewahyuannya pada abad ketujuh. Dengan demikian, Kitab Suci al-Qur'an masih tetap bertahan semenjak awal diperkenalkannya hingga sekarang menjadi sumber atraktif bagi keyakinan Islam.
2. Pesona Pribadi Nabi Muhammad Saw
Muhammad lahir di bawah pendar cahaya sejarah. Tidak ada awan yang menyelimuti kelahiran, keberadaan dan hidupnya di antara bangsanya. Jika para nabi yang lain dipandang sebagai bagian dari sejarah agama, Muhammad merupakan bagian dari keduanya, sejarah agama dan dunia.
Muhammad lahir di Mekkah dari seorang ayah dan ibu yang terkenal dan hidup dengan bangsanya selama empat puluh tahun sebelum ia terlantik sebagai seorang Nabi Allah. Ia disaksikan oleh bangsanya selama masa kecil dan dewasanya. Ia diperhatikan oleh seluruh kerabatnya sebagai seorang teladan dalam kejujuran dan integritas. Masyarakat Arab tidak pernah mendapatkannya berbuat salah. Mereka memanggilnya al-Amin, orang yang terpercaya.
Muhammad tidak hidup sebagai seorang yang terasing. Sebaliknya, ia senantiasa bergaul dengan masyarakat. Sebagai seorang peniaga, Muhammad mengadakan perjalanan dan bergaul dengan masyarakat dari seluruh lapisan, namun ia tidak pernah terpengaruh oleh nafsu rendah dan ambisi duniawi mereka. Ia hidup di tengah masyarakat kafir, yang didominasi oleh para penyembah berhala, namun ia tidak pernah tunduk terhadap pemikiran mereka, juga tidak toleran dengan mereka dalam keimanan. Ia hidup di dunia itu sebagai sebuah dunia bagi dirinya. Ia dihormati oleh musuh-musuhnya dan dipuja oleh sahabatnya, dan tidak ada nabi dalam sejarah yang menerima ketaatan secara spontan oleh sahabat-sahabatnya sebagaimana yang diterima oleh Muhammad.
3 Kekuatan Iman Kaum Muslimin Pada Masa-Masa Awal
Berkat kejujuran dan pengaruh pribadi Muhammad yang mempesona, iman para sahabatnya kepadanya luar biasa kuat. Hal ini bersandar kepada perkenalan pertama mereka dengan kehidupannya yang menjadi teladan.
Disebutkan bahwa para pengikut Musa menolak memasuki Yerusalem tatkala diperintahkan kepada mereka untuk melakukan hal tersebut dan berkata kepadanya bahwa ia dan Tuhannya yang harus memasuki kota itu dan berperang dengan musuh. Disebutkan bahwa banyak orang yang berkumpul di sekeliling Isa meninggalkannya tatkala kesusahan datang menerjang. Bahkan murid-muridnya sendiri yang meninggalkannya. Murid utamanya mengingkarinya selama tiga kali sebelum fajar menyingsing pada malam yang amat menentukan itu. Keadaan yang sama terjadi pada hampir kebanyakan para nabi. Tidak ada seorang pun dari mereka yang mendapatkan sokongan sejati dari para pengikut mereka ketika mereka menghadapi musibah dan petaka.
Para sahabat Muhammad, bagaimanapun, adalah berbeda dengan para sahabat nabi-nabi sebelumnya. Tatkala Muhammad berada di Mekkah, ia dan ratusan pengikutnya tidak berdaya dan tanpa perlindungan hukum. Semuanya berdiri di hadapan ujian musibah, dan tidak ada seorang pun yang menanggalkan imannya kepada Sang Nabi. Tindakan dan perbuatan kaum Muslimin ini membuktikan iman mereka kepada Islam dan Nabi Saw. Kesemuanya mendakwahkan Islam dan mengamalkan apa yang mereka dakwahkan, dan setiap Muslim yang asli memberikan iman mereka sebagai sokongan asli dalam ucapan dan perbuatan.
4. Ajaran Islam Merupakan Sumber Ketertarikan Lantaran Ajaran Tersebut Merupakan Ajaran Logis Dan Jelas
Dengan pemikiran serius, seseorang dapat dengan mudah menerima ajaran agama yang mendeklarasikan hal berikut ini: Tiada Tuhan selain Allah Yang menciptakan seluruh semesta; Tiada yang patut disembah selain-Nya; Dialah satu-satunya Tuhan, tanpa sekutu, mitra atau anak; Dia tidak beranak juga tidak diperanakkan dan tiada yang menyerupai-Nya; Dialah yang Mahaadil, Mahapengasih, dan Mahakuasa, tidak bersifat fisikal atau antropomorpis (berbentuk, jasmani); kekuasaan-Nya meliputi seluruh semesta.
Monotheisme sederhana dan tanpa kompromi semacam ini dapat diterima oleh akal sehat manusia yang mencari sebuah penjelasan bagi keberadaan dunia ini. Ia tidak membingungkan pikiran manusia dengan mengatakan bahwa Tuhan adalah Esa dan Dia pada saat yang sama, lebih dari satu. Juga tidak mencitrakan Tuhan sebagai manusia yang lahir dari manusia lainnya.
5. Ajaran Islam Merupakan Ajaran Yang Konsisten Dan Kohesif
Ajaran Islam tidak bertentangan satu dengan yang lain, dan juga tidak kontradiksi dengan kebenaran yang lain. Ajaran Kristen, Yahudi dan Islam mengajarkan keadilan Tuhan. Islam, betapapun, memegang konsep fundamental ini dan mengamalkannya secara keseluruhan. Konsep ini membangun konsep-konsep keagamaan lainnya yang mengikuti konsep keadilan. Tatkala Tuhan adalah adil dan bijaksana, Dia tidak memaksakan setiap jiwa untuk melakukan sesuatu yang berada di luar kemampuannya. Islam mengajarkan kita juga bahwa Sang Mahaadil tidak membebankan tanggung jawab kepada setiap orang atas apa yang ia lakukan kecuali ia lakukan dengan ikhtiar. Dia tidak membebani seseorang dengan tanggung jawab atas dosa yang dilakukan oleh orang tuanya atau kakek buyutnya lantaran ia tidak memiliki kendali atas perbuatan mereka.
Islam mengajarkan kepada kita bahwa karena Tuhan tidak membebankan seseorang tanggung jawab atas apa yang dilakukan oleh ayahnya, Dia tidak mencela seluruh umat manusia lantaran sebuah dosa yang dikerjakan sebelum keberadaan generasi umat manusia. Celaan semacam ini adalah bertentangan dengan konsep keadilan Ilahi. Alih-alih membebani manusia dengan dosa warisan, Islam mengajarkan bahwa setiap manusia lahir dalam keadaan suci dan kudus dari segala bentuk dosa, akan berlaku demikian, hingga ia mengerjakan dosa sebagai seorang dewasa.
6. Ajaran Islam Memiliki Sikap Positif Terhadap Seluruh Aspek Kehidupan Manusia
Islam, tidak seperti agama lainnya, menekankan pentingnya aspek spiritual dan material kehidupan manusia. Tuhan, menurut Islam, tidak menghendaki manusia melupakan kebutuhan biologisnya, juga tidak menginginkan adanya konflik intrinsik antara tanggapan kita terhadap kebutuhan ini dan pertumbuhan spiritual kita. Sebaliknya, kedua sisi masing-masing saling bergantung satu dengan yang lainnya. Keduanya berhimpun satu dengan yang lain dan dapat disatukan dalam kebanyakan kegiatan manusia. Seorang manusia yang kekurangan kebutuhan makanan, kehangatan, perlindungan, dan melakukan meditasi, mengerjakan tugas-tugas ibadah, atau mengerjakan kebaikan kepada manusia lainnya. Namun, tatkala kebutuhan tersebut terpuaskan, manusia dapat dengan mudah mengarahkan dirinya secara langsung kepada Tuhannya.
Oleh karena itu, pekerjaan yang diniatkan dengan baik untuk memenuhi kebutuhan ragawinya menjadi sebuah porsi dalam tugas keagamaan kita. Agama, menurut ajaran Islam, tidak bermaksud untuk menekan nafsu-nafsu biologis; agama bermaksud untuk membina nafsu-nafsu biologis tersebut dan mencegah setiap orang untuk berlaku ekstrim dan merugikan dirinya sendiri atau masyarakatnya.
7. Ajaran Islam Merupakan Ajaran Universal
Universalitas ajaran Islam dapat terlihat dari ajarannya yang tak memandang bulu dan berlaku diskriminatif terhadap umat manusia, dan ia mengakui seluruh nabi-nabi sebelumnya.
Semenjak kedatangannya, Islam telah membawa merek universalitas. Ia mengalamatkan dirinya kepada seluruh umat manusia, tidak memandang bulu di antara seluruh bangsa dan kelompok etnis. Setiap umat manusia merupakan sebuah anggota dari sebuah keluarga besar. Tidak ada seorang invidu atau bangsa yang merupakan pilihan Tuhan atau ciptaan favorit karena kelahirann, kebangsaan, atau keyakinan terhadap sebuah dogma tertentu. Manusia adalah sama dan setara di hadapan Tuhan, dan setiap orang memiliki akses terhadap kerajaan Tuhan, jika ia merupakan seorang yang benar.
Sebuah kebenaran tidak pernah bertentangan dengan kebenaran yang lain. Oleh karena itu, Islam memproklamirkan bahwa hanya ada satu agama samawi yang telah diwahyukan pada waktu yang berbeda kepada para nabi yang ditugaskan oleh Tuhan untuk menyampaikan risalah kepada umat manusia. Merupakan sebuah hal yang tidak dapat diterima bahwa Tuhan akan mewahyukan sebuah doktrin tertentu kepada seorang rasul atau nabi dan kemudian mewahyukan ajaran yang lain kepada nabi yang lain yang menentang ajaran sebelumnya. Tuhan telah mewahyukan ajaran samawi-Nya, perintah-perintah dan hukum pada tingkatan peradaban yang berbeda sesuai dengan kapasitas pemahaman dan pemikiran manusia. Pewahyuan berikutnya merupakan pelengkap, dan tidak menentang pewahyuan sebelumnya. Oleh karena itu, Islam berkata bahwa merupakan tugas setiap Muslimin untuk mengenal dan menghormati Isa, Musa dan seluruh nabi-nabi dan ajaran-ajarannya yang benar. Hal ini secara berulang terekam dalam al-Qur'an, "Katakanlah (hai orang-orang mukmin): "Kami beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada Kami, dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Isma'il, Ishaq, Ya'qub dan anak cucunya, dan apa yang diberikan kepada Musa dan Isa serta apa yang diberikan kepada nabi-nabi dari Tuhannya. Kami tidak membeda-bedakan seorangpun di antara mereka dan Kami hanya tunduk patuh kepada-Nya". (Qs. al-Baqarah [2]:136)
Kaum Krisitian yang bersinggungan dengan kaum Muslimin pada masa-masa awal kedatangan Islam menyaksikan penghormatan kaum Muslimin terhadap Nabi Isa. Sebagai hasilnya, jutaan dari mereka memeluk Islam, bukan karena mereka meninggalkan ajaran Isa, namun karena mereka menghendaki tetap melanjutkan ketaatan mereka terhadap ajarannya yang benar secara lekat dalam ajaran Islam.
Wilson: Apakah Islam menganjurkan pengutusan misionaris untuk mengislamkan orang-orang non-Muslim sebagaimana yang dilakukan dan dipraktikkan dalam ajaran Kristen selama ini?
Chirri: Islam, sebagaimana Kristen, mengajak orang-orang kepada ajarannya dan menyeru kepada non-Muslim untuk bergabung dengan para pengikutnya. Namun, Islam tidak pernah mengorganisir misi-misi seperti yang dilakukan oleh Kristen. Manakala seorang non-Muslim menunjukkan ketertarikan untuk mengkaji Islam, merupakan tugas setiap Muslim untuk memberi tahu ihwal Islam kepadanya. Pekerjaan semacam ini, bagaimanapun, adalah jauh dari misi yang terorganisir.
Ketiadaan ulama Islam merupakan salah satu sebab ketiadaan misi yang terorganisir ketika dibandingkan dengan Kristen. Faktor lain adalah bahwa sekelompok besar kaum Muslimin cenderung meyakini bahwa Islam akan tersebar tanpa misionaris. Kecendrungan ini merupakan sebuah hasil dari ragam prestasi spektakuler yang dicapai oleh Islam tanpa usaha dan kerja keras dari kaum Muslimin.
Jutaan orang di berbagai negara memeluk Islam, bukan melalui misi yang terorganisir, tapi melalui kontak mereka dengan beberapa Muslim yang meninggalkan kesan terhadapnya dengan integritas dan kebenaran ajarannya. Orang-orang Muslim yang menanamkan gagasan iman mereka terhadap yang lain, bukan karena mereka diutus oleh beberapa lembaga berpengaruh sebagai misionaris, tapi karena mereka percaya bahwa Islam merupakan urusan setiap Muslimin.
Berapa kali, saya mengadakan muhibah ke Afrika Barat. Saya jumpai banyak misionaris Kristen di belahan dunia tersebut, namun saya tidak melihat adanya misi kaum Muslimin yang terorganisir. Kendati demikian, hasil pendapat dalam lingkaran ini mengabarkan bahwa Islam lebih berkembang dengan pesat daripada Kristen di daerah tersebut.
Wilson: Apakah Anda memiliki data ihwal jumlah misionaris Kristen di seluruh dunia?
Chirri: Jumlah misionaris Kristen di seluruh dunia (menurut harian Detroit News yang terbit hari Minggu, April 2, 1961) adalah 212,250. Angka ini termasuk 170.000 misionaris Katolik dan 42,250 misionaris Protestan. (Coba Anda bayangkan dialog ini terjadi empat puluh lima tahun yang lalu, sekarang pasti lebih banyak dan lebih besar jumlahnya, AK). Serdadu besar misionaris ini didukung oleh ribuan organisasi keagamaan yang menghabiskan triliunan Dolar setiap tahunnya untuk pelaksanaan misi ini. Dibandingkan dengan kenyataan ini, kaum Muslimin memiliki sentral-sentral penerangan yang di seluruh dunia tidak mencapai ribuan jumlahnya. Sentral-sentral ini tidak menikmati dukungan finansial sebagaimana yang diterima oleh misionaris Kristen. Juga tidak bermaksud untuk mengganti agama orang lain. Pekerjaan mereka hanyalah memberikan informasi, dalam keterbatasan mereka, kepada mereka yang mencari informasi tentang Islam.
Wilson: Beberapa orang menisbahkan bahwa penyebaran Islam terlaksana berkat kelonggarannya. Mereka berpikir bahwa Islam tidak banyak menuntut para pengikutnya sebagaimana agama yang lain seperti Kristen. Apa komentar Anda?
Chirri: Saya pikir gagasan ini tidak benar. Islam menuntut lebih dari para pengikutnya daripada agama-agama lain. Islam menuntut kaum Muslimin untuk beribadah sebanyak lima kali sehari: sebelum fajar, tengah hari, petang dan senja dan malam hari. Islam meminta kaum Muslimin untuk berpuasa 30 puluh hari berturut-turut selama bulan Ramadhan. Seorang yang berpuasa diminta untuk tidak makan, minum dan merokok semenjak waktu subuh hingga matahari tenggelam. Islam meminta setiap orang dewasa yang mampu secara fisikal dan finansial untuk menunaikan ibadah haji ke Mekah dan seluruh tempat suci di dalamnya dan sekitarnya, dimana manusia meninggalkan seluruh kemewahan dan harta benda duniawi termasuk pakaian yang terjahit untuk beberapa waktu tertentu.
Islam juga meminta setiap Muslim untuk memberikan sebagian harta kekayaannya setiap tahun untuk ia dermakan. Ia mengharamkan minuman keras dan babi. Tidak ada satu pun dari aturan ini yang mudah, dan tidak ada yang menunjukkan bahwa adanya kelonggaran dalam ajaran Islam. Juga tidak ada kelonggaran dalam tuntutannya terhadap pengikutnya untuk melayani yang lain dengan sebuah perlakuan yang penuh persaudaraan, melindungi martabatnya dan mencegahnya dari perkataan yang dapat menyingkap keburukannya, bahkan pada mereka yang melakukan keburukan terhadapnya.
Wilson: Beberapa orang mengkritisi bahwa Islam menjanjikan kaum Muslimin yang berbuat baik firdaus yang di dalamnya mereka akan mendapatkan kesenangan segala sesuatu yang mereka senangi. Para pengkritik ini berpikir bahwa Islam melebihi Kristen dalam mengumbar janji, dan dengan demikian, menarik orang-orang dengan janjinya.
Chirri: Sebuah janji menjadi atraktif hanya jika berasal dari sebuah sumber yang terpercaya. Jika sebuah perusahaan yang memiliki reputasi menawarkan seseorang dengan sebuah pekerjaan yang bergaji lumayan besar, ia akan senang menerima posisi tersebut. Di sisi lain, jika orang yang sama ditawari sebuah kedudukan dari sebuah perusahaan yang tidak dapat dipercaya atau sebuah perusahaan yang menderita kepailitan, ia pasti menolak tawaran tersebut lantaran ia tidak akan memiliki kepercayaan dalam reliabilitas keuangan perusahaan.
Sama halnya, saya pikir bahwa sebuah pergantian agama tidak akan menunaikan sedemikian banyak tugas agama dan meninggalkan banyak hal yang disenangi demi segepok janji jika ia tidak memiliki kepercayaan terhadap Islam. Bukan janji yang menarik jika ditawarkan oleh sebuah sumber yang tidak dapat dipercaya. Menariknya sebuah janji merupakan sebuah hasil dari kepercayaan. Iman terhadap Islam, oleh karena itu, mendahului menariknya sebuah janji, bukan sebaliknya.
Wilson: Sejarah menunjukkan bahwa kaum Muslimin pada masa-masa awal merupakan serdadu dan orang-orang yang militan. Banyak konflik bersenjata yang terjadi antara kaum Muslimin dan non-Muslim di Suriah, Mesir, Afrika Utara, Spanyol dan banyak tempat lainnya. Beberapa orang melontarkan kritik bahwa Islam disebarkan dengan kekuatan, bukan dengan dakwah dan diskusi.
Chirri: Kekuatan boleh jadi menundukkan raga, tapi ia tidak mampu menjinakkan jiwa. Anda dapat menundukkan seseorang atau sebuah komunitas dengan menggunakan kekuataan, tapi Anda tidak dapat membuatnya percaya bahwa Anda benar. Orang-orang Aljazair yang dikuasai oleh penjajah Prancis selama ratusan tahun, tapi tidak membuat mereka mencintai kaum penguasa. Segera setelah mereka mendapatkan kesempatan, mereka angkat senjata melawan tuan mereka dan mengenyahkan penindasan yang dilakukan oleh bangsa penjajah.
Merupakan sebuah hal yang tidak logis untuk diyakini bahwa Islam tersebar dengan kekuatan. Muhammad, sebagai seorang pribadi, tidak dapat memaksa ribuan atau ratusan orang untuk memeluk agama yang ia yakini. Sejarah membuktikan bahwa Muhamamad hidup selama 13 tahun di Mekah setelah memproklamasikan iman yang ia yakini, ia senantiasa mendapat ancaman dari musuh-musuhnya yang merupakan mayoritas penduduk Mekah. Setiap orang yang ingin masuk Islam didera, diancam dan dianiaya oleh penduduk Mekah; dan kendati demikian, jumlah populasi kaum Muslimin naik secara mantap. Dapatkah kita menerima bahwa Muhammad di bawah keadaan seperti ini dapat merubah agama seseorang dengan kekuatan sementara ia sendiri merupakan sasaran penganiayaan?
Pada tingkatan berikutnya, kaum Muslimin telah menjadi kekuatan yang diperhitungkan untuk berperang melawan musuh-musuh mereka; dan sejarah menunjukkan bahwa mereka berjuang demi membela Islam. Tapi hal ini tidak bermakna bahwa Islam telah merubah agama seseorang dengan kekuataan dan paksaan. Kini terdapat lebih 100 juta kaum Muslimin di Indonesia dan jutaan lainnya di Afrika Barat. Keseluruh jumlah populasi yang mencapai jutaan ini menjadi pemeluk Islam melalui kontak dan hubungan damai antara kaum Muslimin yang datang ke daerah-daerah ini sebagai peniaga atau pengajar.
Bagaimanapun, tidak ada alasan untuk mengingkari bahwa kaum Muslimin merupakan orang-orang militan. Kaum Muslimin sebenarnya merupakan pembela yang baik atas kebebasan mereka yang miliki. Kita tahu bahwa tidak ada ideologi akan tersebar atau hidup pada sebuah komunitas yang tidak bebas. Kebebasan beriman, beramal dan berbicara adalah diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan setiap ideologi. Tiadanya sebuah perlindungan konstitusional bagi kebebasan, akan menjadi tugas orang-orang yang menganut ideologi untuk melindungi dan mengamankan kebebasan yang mereka punyai. Jika hal ini tidak dapat dijadikan sebagai justifikasi kekuatan kaum Muslimin pada masa-masa awal, maka tidak ada jalan untuk menjustifikasi kekuatan militer setiap bangsa pada masa kini yang bangkit dan angkat senjata untuk membela kebebasan dan kedaulatannya tatkala mendapat ancaman dari musuh-musuhnya.