Dialog Ke-19
Hari Kiamat
Wilson: Sekarang sampai waktunya membicarakan tentang keabadian. Perjanjian Lama tidak begitu jelas mengulas Hari Kiamat. Agama Yahudi tidak menekankan hidup setelah mati. Perjanjian Baru telah berhubungan dengan masalah itu, dan membicarakan dengan jelas dari Hari Kiamat. Oleh karena itu, Kristen, pada umumnya, mempercayai Hari Akhirat. Saya tahu bahwa Kitab Suci al-Qur'an mengakui Hari Kiamat, tetapi saya ingin tahu lebih jeluk bahwa apakah hal ini dianggap salah satu dari pokok kepercayaan Islam?
Chirri: Azas dari kebangkitan kembali adalah suatu bab penting dalam kepercayaan Islam. Islam menyatakan bahwa keberadaan umat manusia akan berhenti di planet ini dan pada suatu hari tertentu, ditentukan oleh Tuhan dan diketahui hanya oleh Dia, ia dibangkitkan lagi, untuk mempertanggung jawabkan apa yang telah ia lakukan selama hidupnya.
Setiap orang akan pada hari itu menerima ganjaran atau hukuman sesuai dengan perbuatannya baik atau jelek: "Segenap apa yang dibumi akan musnah, dan wajah Tuhan-mu akan tetap tinggal (selamanya), Yang Besar dan Mulia." (Qs. ar-Rahman [55]:26-27)
"Dan mereka telah pernah mengatakan: Apakah ketika kami telah mati, dan telah menjadi tanah dan tulang belulang, akan dibangkitkankah kami kembali? Katakan: Sesungguhnya orang-orang yang dahulu dan orang-orang kemudian, semuanya sudah tentu akan dikumpulkan bersama-sama di waktu yang ditentukan, di hari yang terkenal." (Qs. al-Waqiah [56]: 47)
Wilson: Konsepsi (pengertian) tentang Hari Kiamat sangat jauh dari lingkungan pengalaman empirik manusia. Tidaklah mudah untuk memikirkan bahwa seseorang yang meninggal secara fisik akan melanjutkan hidup secara rohani atau bahwa dia akan hidup kemudian, jauh setelah dia meninggal. Sains, tidak dapat membuktikan kemungkinan hidup setelah mati, dan juga tidak menyokong konsep yang sedemikian.
Chirri: Meskipun konsepsi Hari Kiamat di luar lingkungan pengalaman empiris kita, hal itu nampak logis. Untuk membuktikan konsepsi ini, kita harus menyetujui azas ini bahwak kita percaya pada Tuhan dan keadilanNya. Tuhan yang Adil, Yang Perkasa, tidak mungkin membiarkan orang yang melakukan kebaikan tanpa suatu hadiah (ganjaran), juga tidak mungkin Dia membiarkan orang-orang yang menindas untuk tidak dihukum.
Berjuta orang yang berbuat baik, menindas dan menggoda, hidup dan meninggal tanpa dibalas. Berjuta-juta orang yang berbuat kesalahan, pembunuhan, dan kekejaman hidup dan meninggal tanpa dihukum di dunia ini. Tuhan Yang Adil yang Perkasa, tidak akan membiarkan orang-orang yang melakukan kesalahan lepas dari hukumanNya, juga Dia tidak membiarkan orang-orang yang berbuat baik untuk tidak diberi balasan. Harus ada dunia lain dimana akan ada waktu untuk mempergunakan keadilan Tuhan
Kitab Suci Qur'an mendasarkan kebutuhan terhadap Hari Kiamat pada konsep keadilan Tuhan: "Di hari itu manusia berangkat dalam beberapa rombongan, supaya kepada mereka diperlihatkan perbuatannya. Dan siapa yang mengerjakan perbuatan baik seberat atom, akan dilihatnya. Dan siapa yang mengerjakan kejahatan seberat atom, akan dilihatnya." (Qs. al-Zalzalah [99]: 6-8)
Wilson: Argumen Anda yang mendukung doktrin Hari Akhirat tidak mencapai tujuan pokok. Argumen tersebut merupakan argumen yang baik, tetapi seluruhnya adalah yang akan kita harapkan suatu dunia di masa datang dimana Tuhan mengganjar orang-orang yang berbuat baik dan menghajar orang-orang yang berbuat salah, tetapi hal itu bukan bukti bahwa harapan akan adanya Hari Kiamat akan terwujud. Ada perbedaan besar antara apa yang harus terjadi dan apa yang akan terjadi.
Tujuan kita tidak hanya menunjukkan kebutuhan untuk dunia masa depan, tetapi untuk membuktikan, bahwa dunia itu akan menjadi kenyataan.
Chirri: Adanya dunia masa depan tak dapat dibuktikan secara langsung dan empiris. Hal itu di luar lingkungan penglihatan atau pengertian dan pengalaman kita.
Hal itu adalah suatu masa depan yang tidak berhubungan dengan masa kita sekarang. Kenyataan dan bukti langsung pada masa depan yang demikian adalah tidak ada, tetapi kenyataan (bukti) secara tidak langsung pada masa depan itu ada.
Nabi-nabi dari Tuhan telah meramalkan dunia masa depan, dan kita boleh percaya pada penjelasan-penjelasan mereka. Bukti-bukti kebenaran nabi-nabi itu adalah bukti yang tidak langsung mengenai Hari Akhirat.
Kita boleh percaya pada pernyataan-pernyataan seorang nabi seperti Muhammad, sebab kenabiannya disokong oleh bukti-bukti nyata. Seorang nabi tidak menyesatkan rakyat, juga tidak akan menerangkan yang salah kepada mereka.
Kita harus menerima pernyataan-pernyataannya tentang masa depan sama seperti kita menerima pernyataannya tentang masa kini. Untuk menerima kenabiannya, dan meragukan penjelasannya merupakan suatu hal yang bertentangan.Oleh karena itu kedua-duanya harus diterima.
Wilson: Pentingkah bab kepercayaan dan iman kepada Hari Akhirat dalam Islam menurut al-Qur'an?
Chirri: Dalam banyak pelajaran-pelajaran dari Kitab Suci al-Qur'an, iman dan kepercayaan pada Hari Akhirat diletakkan setelah iman dan kepercayaan pada Tuhan, hal ini menunjukkan bahwa iman dan kepercayaan pada Hari Akhirat adalah lebih penting dari pada setiap masalah-masalah atau bab yang lain dari kepercayaan Islam setelah beriman kepada Tuhan:
"Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan orang-orang Yahudi dan orang-orang Kristen dan Shabiin, yaitu orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari akhirat dan mengerjakan perbuatan baik, mereka akan memperoleh pahala dari Tuhannya; mereka tidak merasa ketakutan dan tidak menaruh dukacita." (Qs. Al-Baqarah [2]: 62: 5: 60).
"Mereka beriman kepada Tuhan dan hari kemudian, mereka menyuruh mengerjakan yang benar dan melarang berbuat yang salah dan mengerjakan perbuatan baik. Mereka itulah yang termasuk orang-orang yang baik." (Qs. Ali Imran [3]: 114)
Wilson: Muhammad telah memberitahukan kepada manusia tentang Hari Kiamat. Penjelasannya jelas dan positif. Yesus, sebelum dia, menganjurkan beberapa penjelasan tentang masalah ini.
Musa nampaknya diam dalam hal ini. Hal ini menimbulkan pertanyaan: Tidak adanya penjelasan dalam masalah ini di dalam kitab Musa adalah membingungkan. Bila azas (doktrin) pembangkitan adalah sangat penting, hal itu akan diberikan juga pada Musa, sebagaimana yang terdapat pada Muhammad dan Yesus.
Chirri: Tidak adanya penjelasan dalam masalah ini pada kitab Musa tidak berarti bahwa Tuhan tidak memberikan padanya penjelasan tentang Hari Kiamat (Akhirat), juga hal itu membuktikan bahwa Musa tidak pernah memberitahukan pada rakyatnya tentang hidup di masa akan datang.
Lima kitab-kitab Musa barangkali telah mengalami beberapa perubahan-perubahan (distorsi) dan penghapusan.
Kitab Suci Qur'an memberitahukan pada kita bahwa Musa telah berbicara tentang Hari Kiamat (Akhirat).
"Dan seorang yang beriman itu (pada pesan dari Musa) berkata: Hai Kaumku! Turutlah aku! Kamu akan kupimpin kepada jalan kebenaran. Hai kaumku! Kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan sementara, dan akhirat itulah kampung yang kekal." (Qs. al-Mu’min *40+:38-39)
"Dan Musa memilih tujuh puluh orang laki-laki dari kaumnya untuk perjanjian (pertemuan) Kami. Dan ketika mereka digoncang gempa bumi, dia mengatakan: Wahai Tuhanku! Kalau Engkau menghendaki, Engkau binasakan sajalah mereka dan aku sebelum ini! Apakah Engkau hendak membinasakan kami, karena perbuatan orang-orang yang bodoh diantara kami? Hal ini adalah ujian Engkau, akan menyesatkan siapa yang Engkau kehendaki dan memimpin siapa yang Engkau sukai. Engkaulah Pemimpin kami! Sebab itu, ampunilah kami, dan berilah kami rahmat, dan Engkaulah Pemberi ampun yang sebaik-baiknya. Dan tuliskanlah untuk kami kebaikan di dunia ini dan di akhirat. Sesungguhnya kami kembali kepada Engkau. Tuhan mengatakan: Siksaku akan Kutimpakan kepada siapa yang Aku kehendaki, dan RahmatKu meliputi segala sesuatu, sebab itu akan Aku tuliskan rahmat, untuk mereka yang bertakwa, mereka yang membayar zakat dan yang mempercayai keterangan-keterangan Kami." (Qs. al-A’raf *7+: 155-156)
Kitab Suci Qur'an juga memberitahukan kepada kita bahwa Nabi Ibrahim telah berbicara dengan jelas tentang Hari Akhirat, dan bahwa dia meminta pada Tuhan untuk menunjukkan padanya bagaimana Dia menghidupkan yang telah mati:
"Dan ketika Ibrahim berkata: Tuhanku! Perlihatkan kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang mati! Kata Tuhan: Tidaklah engkau percaya? Kata Ibrahim: Percaya, tetapi untuk menenteramkan hatiku." (Qs. Ali Imran [2]:260)
Wilson: Anda telah menerangkan bahwa Islam mengajarkan bahwa setiap manusia, pada suatu hari yang telah ditentukan dan hanya diketahui oleh Tuhan akan dibangkitkan kembali. Hari itu adalah hari pengadilan. Sekarang, bolehkah saya bertanya tentang masa yang panjang yang memisahkan hidup (kehidupan) kita ini dari Hari Akhirat?
Apakah manusia melanjutkan hidup, dalam beberapa bentuk, setelah dia meninggal sampai Hari Pengadilan? Adakah pernyataan yang jelas dalam al-Qur'an tentang kehidupan kita atau kematian, kemudian terhadap kematian kita dan sebelum dibangkitkan?
Chirri: Jiwa manusia, sesuai dengan ajaran Islam, tidak akan dilenyapkan (dimatikan) oleh kematian. Jiwa itu akan melanjutkan hidup terus melalui periode yang panjang yang memisahkan kematian jasmani kita dari hari pembangkitan kita, dan hidup yang demikian dikehendaki untuk pembangkitan.
Kita tidak dapat memikirkan pembangkitan manusia bila hidupnya akan sama sekali diakhiri oleh kematian. Pembangkitan berarti membangkitkan orang yang mati menjadi orang yang hidup kembali. Bila hidup berhenti setelah kematian, maka tidak akan ada cara untuk membangkitkan kembali orang yang sama.
Tujuan Hari Akhirat adalah untuk memberi ganjaran bagi yang berbuat baik dan menghajar yang berbuat jelek. Seseorang yang diciptakan pada Hari Pengadilan tidak akan sama dengan orang yang hidup sebelumnya. Dia tidak akan menerima suatu ganjaran dan juga suatu hajaran, sebab dia tidak sama dengan yang hidup sebelumnya, juga dia tidak melakukan baik atau jelek.
Jadi, kita harus mengerti semua pesan-pesan Qur'an, yang bertalian dengan Hari Akhirat, bahwa manusia akan tetap hidup.
Mengenai Hari Pengadilan, Kitab Suci Al-Qur'an adalah jelas mengenai masalah ini:
"Janganlah kamu katakan orang-orang yang terbunuh di jalan Allah itu mati, tetapi mereka itu orang-orang hidup, sayang kamu tidak mengerti." (Qs. Al-Baqarah [2]:154)
"Janganlah kamu anggap mati orang-orang yang terbunuh di jalan Allah itu! Tidak! Mereka itu hidup, mereka mendapat rezeki dari sisi Tuhan. Mereka gembira karena kurnia yang telah diberikan Tuhan kepada mereka, dan mereka merasa girang terhadap orang-orang yang masih tinggal di belakang mereka, bahwa mereka tiada merasa takut dan tidak pula menanggung duka cita. Mereka girang karena kurnia dan pemberian Tuhan. Dan sesungguhnya Tuhan itu tidak akan menghilangkan pahala orang-orang yang beriman." (Qs. Ali Imran [3]: 169-171)
Wilson: Orang-orang yang menyetujui azab Hari Akhirat berbeda dalam beberapa hal penting: beberapa di antara mereka percaya bahwa hidup di Hari Akhirat hanya spiritualnya dan yang lain percaya bahwa hidup manusia pada Hari Pembangkitan akan hidup baik fisiknya maupun ruhnya. Bagaimana pandangan Islam mengenai masalah ini?
Chirri: Ajaran Islam sangat jelas tentang masalah ini. Manusia akan dibangkitkan kembali hidup pada Hari Pengadilan baik fisiknya ataupun rohaninya. Wujud manusia tidak hanya berdimensi rohani.
Penciptaan kembali manusia memerlukan kedua-dua badan (fisik) dan jiwa (ruh); kalau tidak, ia namanya malaikat dan bukan manusia.
Ada alasan-alasan lain untuk berpendapat tentang pembangkitan keduanya baik, fisik dan juga jiwa: Konsep pembangkitan tidak dapat dimengerti atau dilaksanakan tanpa membentuk kembali badan manusia itu. Karena manusia akan melanjutkan hidup ruhnya setelah kematiannya, pembangkitannya tidak dapat diartikan menciptakan kembali ruhnya sebab ruhnya tidak mati. Jadi, kehidupan ruh itu sendiri pada Hari Kiamat tidak dapat dikatakan pembangkitan, sebab hal itu tidak menambah sesuatu terhadap hidup dari seseorang yang telah melanjutkan didalam bentuk spiritual.
Pembangkitan hanya dapat dimengerti oleh menciptakan wujud lagi. Ini maksudnya pembangunan kembali badan yang sudah bercerai-berai dan menyatukan kembali dengan jiwa yang masih ada. Bahasa Qur'an sangat jelas dalam masalah ini dan tidak menerima setiap perbedaan penafsiran:
"Dan sangkakala ditiup, ketika itu lihatlah mereka bangun dari kubur, dan segera datang, kepada Tuhannya. Mereka akan berkata: Ah, nasib kami! Siapakah yang membangunkan kami dari tempat tidur kami? (Ada suara yang menyahut): Inilah dia yang dijanjikan oleh Tuhan Yang Pemurah, dan benarlah perkataan-perkataan Rasul-rasul!
(Yang terdengar) hanyalah satu suara keras, dan ketika itu lihatlah, mereka semuanya dibawa ke hadapan kami." (Qs. Yasin [36]: 51-53)
"Sebab itu, berpalinglah engkau dari mereka! Di hari orang yang menyeru memanggil (mereka) kepada sesuatu yang tiada menyenangkan. Pemandangan mereka menekur ke bawah, mereka dikeluarkan dari kubur bagai belalang yang beterbangan. Dengan cepat mereka datang kepada orang yang memanggil. Orang-orang yang tiada beriman itu berkata: Inilah hari yang penuh kesulitan!" (Qs. al-Qamar [54]: 6-8)
Wilson: Konsep pembangkitan yang berhubungan dengan fisik sarat dengan isykalan dan objeksi; Sekiranya seorang kanibal (orang yang makan orang) memakan badan seorang. Badan yang dimakan akan dijadikan satu dengan badan yang memakan. Bila badan atau jasmani dibangkitkan pada hari pengadilan, hal itu tidak akan mungkin untuk mengupas atau memutuskan apakah badan itu milik yang makan atau yang dimakan. Sekiranya badan seorang dimakan oleh seekor burung atau binatang. Badan yang memakan akan menjadi satu dengan badan yang dimakan.
Apa yang akan dibangkitkan pada Hari Kebangkitan (resurrection)? Apakah burung dan binatang atau badan manusia?
Chirri: Tidak ada makanan yang akan menjadi satu dengan badan yang memakan, dan pembangkitan tidak membutuhkan adanya semua elemen-elemen (unsur-unsur) dari badan. Selama zat atau beberapa zat dari badan tinggal tidak menjadi satu dengan badan yang memakan, pembentukan kembali dari masing-masing badan akan mungkin.
Selanjutnya, Tuhan mempunyai kekuasaan terhadap segala sesuatu. Dia kuasa membedakan antara bagian-bagian asli dari badan pemakan dan apa yang dijadikan satu dengan itu dari badan lain. Dia dapat memisahkan dan membentuk kembali dua badan yang terpisah.
Sekiranya pemisahan tidak mungkin terjadi, Tuhan dapat menciptakan suatu badan dari elemen-elemen yang berbeda lain dari pada yang hilang dan menyatukan badan yang diciptakan dengan jiwa manusia pada Hari Pengadilan.
Wilson: Beberapa Agama mengajarkan bahwa nyawa manusia adalah tunggal dan tidak dapat dibagi, dan beberapa filosof menyetujui pandangan ini. Apakah Islam mengajarkan hal yang sama atau Islam mempunyai ajaran yang berbeda mengenai hal ini?
Chirri: Al-Qur'an diam dalam masalah ini (tidak membahasnya, AK). Al-Qur’an tidak membenarkan juga tidak menyangkal ketunggalan, tidak terbaginya atau tidak dapat diubahnya nyawa manusia. Juga tidak menyatakan bahwa nyawa manusia adalah suatu zat atau bahwa hal itu adalah jasmani atau bukan jasmani. Qur'an benar-benar diam dalam semua dari segi ini, dan Qur'an menghentikan semua pertanyaan-pertanyaan ini.
Hal itu berada di luar ilmu pengetahuan manusia dan jawaban dari setiap pertanyaan-pertanyaan ini tidak akan memuaskan maksud beragama.
Dari Kitab Suci Qur'an: "Mereka bertanya kepada engkau tentang ruh. Jawablah: Ruh itu termasuk urusan Tuhan, dan kepada kamu hanyalah sedikit diberikan pengetahuan tentang ruh itu." (Qs. al-Israa [17]: 85)
Wilson: Beberapa agama mengajarkan bahwa ruh manusia setelah mati akan menempati seorang anak yang haru dilahirkan atau akan menempati badan dari beberapa binatang. Apakah Islam menyetujui konsep reinkarnasi?
Chirri: Kitab Suci al-Qur'an dengan jelas menolak konsep reinkarnasi. Ruh manusia, meninggalkan badan pada saat mati dan tidak akan dibiarkan hidup kembali ke dunia ini melalui bentuk lain.
Dari kitab suci Qur'an: "Ketika kematian telah datang kepada seseorang di antara mereka, dia berkata: Wahai Tuhanku! Kembalikanlah aku (hidup)! Supaya aku mengerjakan perbuatan baik yang telah aku tinggalkan itu. Jangan! Sesungguhnya perkataan itu hanya sekedar dapat diucapkan. Di hadapan mereka ada barzakh, dinding yang membatasi sampai hari mereka dibangkitkan." (Qs. al-Mu’minun *23+: 99-100)
Dengan demikian, kitab suci Qur'an menyatakan bahwa ruh manusia tidak akan hidup dua kali di dunia ini, dengan demikian ruh itu tidak akan dibiarkan menempati badan hidup yang lain, baik manusia ataupun bukan manusia. Beberapa kenyataan faktual mendukung ajaran ini. Bila ruh manusia menempati badan-badan manusia yang baru, maka tidak akan menambah kepadatan penduduk, sebab ruh seseorang dapat menempati hanya satu badan. Kepadatan penduduk pada abad yang lalu sekitar satu milyar. Sekarang sekitar tiga milyar (sekarang kurang lebih 6 miliar, AK). Bagaimana kita dapat bertambah dua miliar bila tidak ada ruh-ruh baru diciptakan. Sesungguhnya bila konsep reinkarnasi adalah benar adanya, jumlah penduduk tidak akan lebih dari dua orang, sebab pada mulanya hanya ada dua ruh manusia yaitu Adam dan Hawa.