peristiwa ghadir dalam perspektif ahlusunnah

peristiwa ghadir dalam perspektif ahlusunnah0%

peristiwa ghadir dalam perspektif ahlusunnah pengarang:
: Muhamad Taufik Ali Yahya
: Muhamad Taufik Ali Yahya
Kategori: Imam Ali as

peristiwa ghadir dalam perspektif ahlusunnah

Buku Ini di Buat dan di teliti di Yayasan Alhasanain as dan sudah disesuaikan dengan buku aslinya

pengarang: Muhammad Ridha Jabbariyan
: Muhamad Taufik Ali Yahya
: Muhamad Taufik Ali Yahya
Kategori: Pengunjung: 12149
Download: 4915

Komentar:

peristiwa ghadir dalam perspektif ahlusunnah
Pencarian dalam buku
  • Mulai
  • Sebelumnya
  • 12 /
  • Selanjutnya
  • Selesai
  •  
  • Download HTML
  • Download Word
  • Download PDF
  • Pengunjung: 12149 / Download: 4915
Ukuran Ukuran Ukuran
peristiwa ghadir dalam perspektif ahlusunnah

peristiwa ghadir dalam perspektif ahlusunnah

pengarang:
Indonesia

Buku Ini di Buat dan di teliti di Yayasan Alhasanain as dan sudah disesuaikan dengan buku aslinya

Bagian Ketiga

Kriteria-kriteria

Selain memperkenalkan Ali As sebagai khalifahnya dan kedudukan-kedudukan yang lain pada hari Ghadir dengan penjelasan yang berbeda-beda dengan tegas dan jelas, Rasulullah Saw juga memberikan penjelasan-penjelasan yang lain yang konsekuensinya adalah khilâfah Amirul Mukminin Ali As.

Dalam bagian ini, hadis-hadis yang kami sampaikan digunakan sebagai kriteria-kriteria dimana Nabi Saw berada pada tataran penetapan standar dan kriteria bagi umat Islam tatkala berada pada posisi ragu, atau tatkala hak dan batil bercampur, maka dengan bersandar kepadanya, mereka akan menemukan kebenaran dan menjauhi kebatilan.

Dalam hadis-hadis ini, Baginda Nabi Saw menetapkan bahwa Ali As adalah pelita hidayah, kriteria iman dan mizan kebenaran. Sesuai dengan hadis ini, Ali As bukanlah seorang pemimpin biasa. Akan tetapi, ia adalah seorang pemimpin Ilahi yang ucapan dan perbuatannya adalah sebuah ukuran; amalan menjadi benar ketika ia mengerjakannya; ucapan menjadi benar ketika ia menuturkannya, barisan yang benar adalah barisan tempat ia berdiri. Barangsiapa yang tidak berada dalam barisannya, maka ia adalah sesat dan batil.

1. Kecintaan

Salah satu kriteria yang dapat dijadikan sebagai kriteria pemimpin pasca Rasulullah Saw adalah mizan kecintaan dan kasih beliau kepada orang tersebut.

Sepanjang perjalanan sejarah yang berhasil merekam keadaan kaum Muslimin dan kejadian-kejadian yang mengitari mereka pada masa-masa awal datangnya Islam serta hadis-hadis dan riwayat-riwayat menjadi saksi bahwa tidak seorang pun yang lebih dicintai oleh Rasulullah Saw melebihi kecintaannya kepada Ali As.[114]

Seperti yang ditulis oleh Bin Hajar dalam kitabnya Al-Shawâiq: ‚Ali As adalah orang yang paling dicintai oleh Rasulullah Saw.‛[115]

Baginda Nabi Saw bukan saja sangat mencintai Ali As, ia juga meminta kaum Muslimin untuk mencintainya dan permintaan ini yang ditujukan kepada semua seukuran dengan firman Tuhan kepada semua manusia.[116]

Terkadang Nabi Saw bersabda, ‚Allah Swt lebih mencintainya melebihi diriku.‛[117]

Dan atau: ‚Orang yang paling dicintai di sisi Allah Swt adalah Ali.‛[118]

Aisyah berkata, ‚Allah Swt tidak menciptakan seseorang seperti Ali yang paling dicintai oleh Rasulullah Saw.‛[119]

Nabi Saw bersabda kepada para sahabat, ‚Tuhanku berfirman supaya aku mencintai empat orang sahabatku.’ Dia berfirman bahwa Dia juga mencintai mereka.’ Para sahabat bertanya, ’Siapakah mereka wahai Rasulullah? Kami berharap bahwa kami adalah mereka yang empat itu.’

Nabi Saw bersabda, ’Ketahuilah bahwa Ali adalah dari mereka (yang empat itu).’ Kemudian beliau diam. Kembali ia bersabda, ’Ketahuilah bahwa adalah Ali dari mereka’, dan kembali beliau diam.‛[120]

Beliau kembali bersabda:

يُحبُّ الله وَرَسُولُو وُيحُبُّو الله وَرُسُولُو

‚Allah dan Rasul-Nya mencintai Ali, sebaliknya Ali pun mencintai Allah dan Rasul-Nya.‛[121]

Anas bin Malik menuturkan, ‚Hadiah berupa ayam panggang dihadapkan kepada Rasulullah Saw. Nabi Saw menengadahkan tangannya untuk berdoa, ‚Allahumma, datangkanlah kepada kami orang yang dicintai Allah dan Rasul-Nya.

Ketika itu, Ali As datang dan mengetuk pintu. Karena aku berharap bahwa yang mengetuk pintu itu adalah seorang Anshar, aku berkata kepadanya bahwa Rasulullah Saw sedang sibuk, Ali As kembali. Selang beberapa lama kemudian, ia kembali mengetuk pintu. Aku tetap memberikan alasan yang sama kepadanya, ia pun kembali. Tatkala ia mengetuk pintu untuk yang ketiga kalinya, Rasulullah Saw bersabda kepadaku, ’Wahai Anas, biarkanlah ia masuk.’ Yang aku maksud ialah orangnya.‛[122]

Di samping itu, untuk mencintai Hadrat Ali As, karakteristik dan tipologi yang disebutkan dalam hadis atau riwayat, tidak seorang pun yang menyamai karakteristik dan tipologi yang dimiliki oleh Ali As. Di antara karakteristik tersebut adalah:

1.1. Kecintaan kepada Ali As adalah Kecintaan kepada Allah dan Rasul-Nya

Diriwayatkan dari Bin Abbas bahwa suatu hari Rasulullah Saw bersabda sembari memegang tangan Ali As keluar dari rumah, ‚Ketahuilah! Barangsiapa yang memiliki kebencian kepada Ali dalam dirinya, ia memillki kebencian kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan barangsiapa yang mencintai Ali As, ia mencintai Allah dan Rasul-Nya.‛[123]

Rasulullah Saw bersabda kepada Ali As:

يا عَلي ! أَنْتَ سَيٍّدٌ في الدُنْ يَا وَالْْخِرَةِ حَبيبُكَ حَبِيبي وَحَبِيبي حَبِيبُ الله

وَعَدُوُّكَ عَدُوٍّي وَعَدُوٍّي عَدُوَّ الله وَالْوَيْلُ لِمَن أبْ غَضَكَ بَ عْدِي

‚Wahai Ali! Engkau adalah tuan di dunia dan tuan di akhirat. Sahabatmu adalah sahabatku dan sahabatku adalah sahabat Allah, musuhmu adalah musuhku, musuhku adalah musuh Allah. Celakalah orang yang memusuhimu setelahku.‛[124]

Dan bersabda:

يَا عَلِيُّ مُحِبُّكَ مُحِبٍّي وَمُبْغِضُكَ مُبْغِضي

"Wahai Ali, barangsiapa yang mencintai Ali, ia mencintaiku, dan barangsiapa yang memusuhinya, ia memusuhiku".[125]

1.2. Mencintai Ali Mendatangkan Kebahagiaan

Rasulullah Saw bersabda, ‚Barangsiapa yang mecintai kedua anak ini (Hasan dan Husain), mencintai ayah dan ibunya, ia akan sederajat denganku pada hari kiamat.‛[126]

Dan bersabda, ‚Barangsiapa yang ingin mati dan hidup sebagaimana aku dan bermukim dalam surga untuk selamanya yang dijanjikan Tuhan kepadaku, maka cintailah Ali bin Abi Thalib.‛[127]

Rasulullah Saw bersabda:

‚Jibril mengabarkan kepadaku, ’Kebahagiaan yang hakiki didapatkan oleh orang yang mencintai Ali pada masa hidupnya dan setelah matinya. Sebaliknya, kecelakaan hakiki didapatkan oleh orang yang memusuhi Ali pada masa hidupnya dan setelah matinya.‛[128]

Bin Abbas berkata, ‚Aku bertanya kepada Rasulullah Saw, ’Wahai Rasulullah! Apakah ada jalan untuk selamat dari api neraka?’

Ia bersabda, ’Iya.’

Aku berkata, ’Apakah itu, wahai Rasulullah?’

Ia bersabda, ’Cinta kepada Ali bin Abi Thalib.’‛[129]

1.3. Mencintai Ali adalah Sebuah Amal Saleh

Rasulullah Saw bersabda:

حُبُّ عليٍّ بْنِ أبي طالِبْ يأكُلُ السيٍّئَاتِ كَمَا تأَكُلُ النَّارُ اَلْحَطَبَ

‚Kecintaan kepada Ali melenyapkan segala keburukan, sebagaimana api melenyapkan seluruh kayu bakar.‛[130]

Dan bersabda:

عنوان صحيفة المؤمن حب علي بن أبي طالب

‚Alamat lembar kebaikan orang-orang Mukmin adalah kecintaannya kepada Ali bin Abi Thalib.‛[131]

1.4. Tidak Mencintai Ali Membuat Seluruh Amalan Ditolak

Rasulullah Saw bersabda:

لو أن عبداً عبد الله ألف عام وألف عام وألف عام بين الركن والمقام ثمن

لقي الله عز وجل مبغضاً لعلي بن أبي طالب وعترتي أكبَّو الله على منخريو في النار

‚Apabila seorang hamba hidup selama seribu tahun, seribu tahun, seribu tahun beribadah kepada Tuhan di antara rukun dan makam (di sekitar Ka’bah terdapat empat rukun, dan makam Nabi Ibrahim As. Beribadah di tempat ini memiliki ganjaran yang sangat melimpah, AK), akan tetapi ia membenci Ali dan Ahlul Baitku, maka Tuhan akan melemparkannya ke dalam jahannam.‛[132]

Dan bersabda:

يا علي لو أن أمتي صاموا حتى يكونوا كالحنايا وصلُّوا

حتى يكونوا كالأوتار ثم أبغضوك لأكبهم الله على وجوىهم في النار

‚Wahai Ali! Apabila umatku sedemikian ia berpuasa sehingga badannya menjadi bungkuk dan sedemikian ia mengerjakan shalat sehingga raganya seolah-olah mengejang, lalu ia membencimu, maka Allah Swt akan melemparkannya ke dalam jahannam.‛[133]

1.5. Kebencian kepada Ali Tidak Akan Bersatu dengan Kecintaan kepada Rasulullah Saw

Rasulullah bersabda:

يا علي من زعم أنو يحبني وىو يبغضك فهو كذاب

‚Wahai Ali! Berdustalah orang yang mengatakan cinta kepadaku namun memiliki kebencian kepadamu.‛[134]

1.6. Kebencian kepada Ali Tidak Akan Bersatu dengan Iman

Rasulullah Saw bersabda:

من زعم أنو آمن بي وما جِئْتُ بو وىو يبغض علياً فهو كاذب ليس بمؤمن

‚Barangsiapa yang menyangka bahwa ia beriman kepadaku dan agamaku, tetapi membenci Ali maka ia berkata dusta. Ia bukanlah seorang Mukmin.‛[135]

1.7. Kebencian kepada Ali adalah Kekafiran

Rasulullah Saw bersabda, ‚Barangsiapa yang membencimu dan kemudian ia meninggal, ia meninggal dalam keadaan kafir; akan tetapi, ia akan dihisab seperti orang-orang Muslim.[136]

Layak kiranya hadis ini kita berikan ulasan yang jeluk dan menyingkap makna yang bersemayam dalamnya. Terdapat dua pendapat ihwal hisab orang-orang kafir:

Pendapat pertama, orang-orang kafir akan dihukum dan dijerat karena dosa-dosa mereka. Akan tetapi, meninggalkan amalan-amalan yang diwajibkan dalam Islam maka ia tidak akan dijerat dan dihukum. Sebagaimana apabila ia melakukan perbuatan yang diharamkan dalam Islam, ia tidak akan dihukum. Karena perhitungan ini terkhusus bagi mereka yang tidak ternodai dengan kekufuran, apabila tidak dengan adanya kekufuran (itu sendiri) setiap dosa adalah kecil.

Pendapat yang kedua, di samping ia akan dihukum lantaran kekufuran dan ketiadaan akidah yang benar, orang-orang kafir juga akan dihukum lantaran perbuatan dan tingkah lakunya. Artinya, dari dimensi akidah ia akan mendapatkan hukuman kekafiran, dan pada wilâyah perbuatan ia akan dihukum atas setiap perbuatan dosa yang ia lakukan dan setiap kewajiban yang ia tinggalkan. Para penyokong pendapat ini membuat sebuah kaidah yang menyebutkan:

‚Orang-orang kafir sebagaimana ia dihukum karena mengingkari ushuluddin, ia juga akan dihukum lantaran mengingkari furu’ddin.‛

Hadis yang disebutkan di atas, hukuman atas kebencian kepada Ali As ditetapkan berdasar kepada pendapat kedua.

1.8. Kecintaan kepada Ali adalah Alamat Keimanan dan Kebencian kepadanya adalah Alamat Kemunafikan

Rasulullah Saw bersabda:

يا علي لا يحبك إلا مؤمن ولا يبغضك إلا منافق

‚Tidak mencintaimu selain orang mukmin dan tidak membencimu selain orang munafik.‛[137]

Ali As sendiri bersabda, ‚Demi Allah! Rasulullah Saw bersabda kepadaku bahwa tidak mencintaiku kecuali orang mukmin dan tidak membenciku kecuali orang munafik.‛[138]

Berdasarkan alasan ini, para sahabat berkata kepadanya, ‚Kami mengenal orang-orang munafik dengan mengenal orang yang bermusuhan dengan Ali.‛[139]

2. Menyakiti Ali adalah Menyakiti Rasulullah Saw

Rasulullah Saw bersabda:

من آذى علياً فقد آذاني

‚Barangsiapa yang menyakiti Ali, sesungguhnya telah menyakitiku.‛[140]

Beliau juga bersabda:

‚Wahai Ali! Barangsiapa yang menyakitimu sama dengan menyakitiku dan barangsiapa yang menyakitiku sama dengan menyakiti Allah.‛[141]

3. Mencela Ali adalah Mencela Rasulullah Saw

Rasulullah Saw bersabda, ‚Barangsiapa yang mencela Ali, ia telah mencelaku. Barangsiapa yang mencelaku, ia telah mencela Allah. Barangsiapa yang mencela Allah, ia akan dilemparkan ke dalam jahannam.‛[142]

4. Meninggalkan Ali Meninggalkan Rasulullah Saw

Rasulullah Saw bersabda:

من فارق علياً فارقني ومن فارقني فارق الله عز وجل

‚Barangsiapa yang meninggalkan Ali, ia telah meninggalkan aku. Barangsiapa yang meninggalkan aku, ia telah meninggalkan Allah.‛[143]

5. Memerangi Ali adalah Memerangi Rasulullah Saw

Abu Hurairah berkata, ‚Rasulullah Saw datang menjenguk Ali, Fatimah, Hasan dan Husain dan bersabda:

أنا حرب لمن حاربكم وسلم لمن سالمكم

‘Barangsiapa yang berperang denganmu, maka aku berperang dengannya. Barangsiapa yang berdamai denganmu, maka aku berdamai dengannya.‛[144]

6. Panji Hidayah

Rasulullah Saw bersabda kepada Abu Barzah:

يا أبا برزة إن رب العالمين عَهِد إليَّ عهداً في

علي بن أبي طالب صلوات الله عليو وآلو :

فقال : إنو راية الهدى ومنار الإيمان وإمام أوليائي ونور جميع من أطاعني

‚Wahai Abu Barzah, Allah Swt berfirman kepadaku ihwal Ali: ‚Ia adalah panji hidayah, tanda keimanan, pemimpin para wali Allah dan cahaya yang memberikan kecerlangan seluruh orang yang menaati Allah Swt.‛

7. Ali bersama Kebenaran

Rasulullah Saw bersabda:

علي مع الحق والحق معو حيثما دار

‚Ali bersama hak dan hak bersama Ali.‛[145]

8. Kebenaran bersama Ali

Rasulullah Saw bersabda:

“الحق مع علي حيث دار ”

‚Kemana pun Ali berputar, kebenaran senantiasa menyertainya.‛[146]

9. Ali, hak dan Al-Quran

Rasulullah Saw bersabda:

“علي مع الحق والقرآن والحق والقرآن مع علي لن يفترقا حتى يردا علىَّ الحوض

‚Ali bersama kebenaran dan Al-Quran, dan hak serta Al-Quran bersama Ali. Keduanya tidak akan berpisah hingga keduanya menemuiku di Al-Haudh.‛[147]

10. Ali dan Al-Quran

Rasulullah Saw bersabda:

“علي مع القرآن والقرآن مع علي لن يفترقا حتى يردا علىَّ الحوض

‛Ali bersama Al-Quran dan Al-Quran bersama Ali. Keduanya tidak akan berpisah hingga bertemu denganku di telaga Kautsar.‛[148]

11. Ali Laksana Ka’bah

Rasulullah Saw bersabda:

“أنت بمنزلة الكعبة تُؤتَى ولا تأتي ”

‚Wahai Ali! Engkau laksana Ka’bah ketika seluruh orang datang kepadanya; sementara engkau tidak akan pergi kepada seseorang.‛[149]

مثل علي فيكم كمثل الكعبة المُتَسَوَّرَة النظر إليها عبادة والحج إليها فريضة

‚Perumpamaan Ali bagi umatku laksana Ka’bah yang tatkala melihatnya adalah ibadah dan bagi orang yang melaksanakan haji wajib hukumnya untuk melihatnya.‛[150]

12. Ali adalah Gerbang Ampunan

Rasulullah Saw bersabda:

علي باب حطة فمن دخل منو كان آمناً ومن خرج منو كان كافر اً

‚Ali adalah gerbang ampunan. Barangsiapa yang memasukinya adalah mukmin dan barangsiapa yang keluarnya darinya adalah kafir.‛[151]

13. Mizan Iman

Rasulullah Saw bersabda:

لولاك يا علي ما عُرِف المؤمنون بعدي

‚Wahai Ali! Sekiranya kalau bukan karena engkau niscaya orang beriman tidak dikenali selepasku.‛[152]

14. Pembeda antara Hak dan Batil

Rasulullah Saw bersabda:

أنت الفاروق بين الحق والباطل

‚Wahai Ali! Engkau adalah pembeda antara hak dan batil.‛[153]

15. Tanda Keimanan

Rasulullah Saw bersabda:

جعلتك علماً فيما بيني وبين أمتي فمن لم يتَّبعك فقد كفر

‚Wahai Ali! Aku menjadikanmu sebagai tanda keimanan di antara umatku. Barangsiapa yang tidak mengikutimu adalah kafir.‛[154]

16. Pembagi Surga dan Neraka

Rasulullah Saw bersabda kepadanya:

أنت قسيم النار

‚Engkau adalah pembagi neraka.‛[155]

Dan Ali As sendiri bersabda, ‚Aku adalah pembagi neraka.‛[156]

Beliau juga bersabda, ‚Aku adalah pembagi neraka. Pada hari kiamat, aku berkata kepada jahannam: ’Ini untukku dan itu untukmu.’ Atau ini yang kau ambil dan ini yang aku ambil.‛[157]

Qasîm dalam tiga hadis ini bermakna muqâsim; artinya masing-masing dari dua orang yang membagi sesuatu di antara mereka berdua. Oleh karena itu, ketika kita berkata, Ali adalah qasîm neraka, artinya adalah ia dan neraka membagi manusia masing-masing untuk mereka. Dengan demikian, maksud dari riwayat ini adalah bahwa zat suci Alawi berhadapan dengan jahannam; artinya sebagaimana sebagian manusia nasib mereka memasuki jahannam, sebagian yang lain adalah bagian Imam Ali As. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa Hadrat Ali adalah jelmaan surga.

Poin lain yang dapat disimpulkan dari hadis yang ketiga adalah wewenang untuk membagi ini berada di tangan Hadrat Ali. Lantaran ia berkata kepada neraka, ‘Apa yang engkau harus ambil dan yang engkau harus lepaskan.’

Demikian juga Rasulullah Saw bersabda kepadanya, ‚Engkau adalah pembagi surga dan neraka.‛[158]

Qasîm (isim musyabbahatun bil fi’l, hiperbola) dalam hadis ini bermakna qâsim (isim fâil, nomina pelaku). Artinya seseorang yang membagi sesuatu. Hadis ini secara lahir menegaskan bahwa Ali membagi orang-orang yang masuk ke dalam surga dan neraka. Akan tetapi pada hakikatnya, ia tidak memerlukan pembagian ini. Hadrat Ali sendiri merupakan kriteria pembagian. Artinya, Ali adalah standar dan kriteria surgawinya setiap orang. Setiap orang dapat menjadi surgawi atau ahli surga (orang yang masuk surga) sepanjang mereka bersama Ali dan tidak menyimpang dari jalannya. Akan tetapi apabila menyimpang dari jalannya, ia tidak layak untuk dapat bersama Ali yang suci dan kudus. Tidak ada yang lebih layak untuknya kecuali kayu bakar kering yang tidak lain untuk membakarnya dalam neraka jahannam. Oleh karena itu, kandungan hadis ini ekuivalen dengan kandungan hadis-hadis yang sebelumnya. Kandungan seluruh hadis tersebut adalah jelmaan surga dan kriteria surgawinya seseorang.

17. Surat Izin untuk Melintasi Shirath

Rasulullah Saw bersabda, ‚Tidak ada yang akan melintasi jembatan shirath kecuali Ali telah memberikan surat izin kepadanya untuk melintasinya.‛[159]

18. Kemenangan dengan Mengikuti Ali

Rasulullah Saw, seraya menunjuk kepada Ali, bersabda:

“والذي نفسي بيده إن ىذا وشيعتو ىم الفائزون يوم القيامة

‚Demi Zat yang jiwaku di tangannya, orang ini (isyarat kepada Ali) dan Syi’ahnya (pengikutnya) adalah orang-orang yang meraih kemenangan di hari kiamat.‛[160]

19. Para Syi’ah (Pengikut) Ali di Surga

Rasulullah Saw bersabda kepadanya,

“أنت وشيعتك في الجنة

‚Engkau dan Syi’ahmu adalah ahli surga.‛[161]

20. Partai yang Meraih Kemenangan

Rasulullah Saw, sembari menunjuk Ali, bersabda,

“ىذا وحزبو المفلحون

‚Orang ini (isyarat kepada Ali) dan partainya (hizbuhu) adalah orang-orang yang menang.‛[162]

21. Mengikuti Ali, Terpuji dan Ridha

Hadrat Ali As sendiri bersabda:

أن خليلي’ قال : يا علي أنك ستقدم

على الناس وشيعتك راضين

‚Rasulullah Saw mengabariku bahwa aku dan Syi’ahku ketika dikumpulkan di hari Masyhar, kami berada dalam keadaan ridha kepada Allah Swt dan Allah Swt ridha kepada kami.‛

Di bawah ayat ini, terdapat riwayat yang dinukil dari Rasulullah Saw bahwa tuntutan ayat ini, yang dimaksud adalah Ali dan Syi’ahnya. Derajat ini adalah derajat yang Allah ridha kepada manusia dan manusia ridha kepada Allah Swt. Hal ini merupakan kedudukan yang tertinggi dari kesempurnaan manusia; sebagaimana Al-Quran, menganggap orang-orang tersebut sebagai jiwa yang tenang dengan bersandar kepada mengingat Allah dan terlepas dari segala kepenatan duniawi, menegaskan

يا أيتها النفي المطمئنة ارجعي إلى ربك راضية مرضية

"Wahai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dalam keadaan engkau ridha dan diridhai."

22. Mengingat (Dzikir) Ali adalah Ibadah

Rasulullah Saw bersabda:

ذكر علي عبادة

‚Mengingat nama Ali adalah ibadah.‛[163]

23. Memandang Wajah Ali adalah Ibadah

Diriwayatkan dari Aisyah bahwa ia berkata, ‚Aku melihat ayahku yang banyak memandang wajah Ali. Aku berkata kepadanya: ’Wahai ayah! Mengapa engkau sedemikian banyak memandang wajah Ali?’

Ia berkata kepadaku, ‘Putriku, aku mendengar dari Rasulullah yang bersabda, ‘Memandang wajah Ali adalah ibadah.’‛[164]

24. Ali adalah Gerbang Surga

Rasulullah Saw bersabda,

“أنا مدينة الجنو وعلي بابها ، يا علي كذِب من زعم أنو يدخلها من غير بابها

‚Aku adalah kota surga dan Ali adalah gerbang kota ini. Kelirulah orang yang beranggapan bahwa ia dapat memasuki kota tanpa melalui gerbangnya.‛[165]

25. Pendaran Cahaya Ali di Surga

Rasulullah Saw bersabda,

‚‘علي يُزىِرُ لأىل الجنة كما يُزىِرُ كوكب الصبح لأىل الدنيا

‚Ali menyinari penduduk surga sebagaimana bintang fajar menyinari penduduk bumi.‛[166]

26. Ali adalah Bapak Kaum Muslimin

Rasulullah Saw bersabda,

‚حق علي على كل مسلم حق الوالد على ولده

‚Haknya Ali atas umat ini sebagaimana hak seorang ayah atas anaknya.‛[167]

27. Menaati Ali

Rasulullah Saw bersabda,

من أطاعني فقد أطاع الله ومن أطاعك أطاعني ، ومن عصاني فقد عصى الله ومن عصاك فقد عصاني

“Barangsiapa yang menaatiku, ia telah menaati Allah Swt. Barangsiapa yang menaati Ali, ia telah menaatiku. Barangsiapa yang membangkang terhadapku, ia telah membangkangi Allah Swt. Barangsiapa yang membangkangi Ali, ia telah membangkang kepadaku.‛[168]

28. Penjaga Rahasia Rasulullah Saw

Rasulullah Saw bersabda,

صاحب سري علي بن أبي طالب

‚Penjaga rahasiaku adalah Ali.‛[169]

Aisyah menukil dari ayahnya bahwa Ali As adalah penjaga rahasia Rasulullah Saw.[170]

29. Ali adalah Kepala bagi Rasulullah Saw

Rasulullah Saw bersabda,

علي مني مثل رأسي من بدني

‚Hubungan Ali kepadaku ibarat hubungan kepala terhadap badan.‛[171]

30. Gelar-gelar Imam Ali As

Salah satu kriteria yang dapat dijadikan sebagai ukuran untuk menentukan khalifah Rasulullah Saw. Pelbagai gelar (laqab) dan julukan (kuniyah) yang diberikan oleh Rasulullah Saw selama masa hidupnya kepada orang tersebut. Sejauh yang dapat dijadikan sebagai referensi di antara riwayat dan hadis, tidak satu pun di antara para sahabat yang memiliki gelar kehormatan dan laqab agung sebanyak yang diterima oleh Amirul Mukminin As. Di antara gelar yang diberikan oleh Rasulullah Saw kepada Amirul Mukminin As selama masa hidupnya adalah:

a. Shiddîq;[172]

b. Shadîqul Akbar;[173]

c. Sayyidul ‘Arab;

Suatu hari Rasulullah Saw bersabda kepada Aisyah: ‚Apabila engkau ingin melihat tuan dan sayid orang Arab, lihatlah Ali bin Abi Thalib.‛ Aisyah berkata, ‚Wahai Rasulullah! Bukankah engkau ini adalah sayid Arab. Ia bersabda, ‚Aku adalah tuan bagi seluruh manusia dan Ali adalah tuannya bangsa Arab.‛[174]

d. Sayyidul Musliminin wa Imâmul Muttaqin;[175]

e. Sayyidul Mukminin wa Imâmul Muttaqin wa Qâ’idul Ghurra al-Muhajjalin;

Artinya: tuan kaum Mukminin, pemimpin orang-orang yang bertakwa dan junjungan orang-orang yang wajahnya bercahaya cemerlang pada hari kiamat.

Rasulullah Saw bersabda, ‚Pada malam Mikraj, tiga hal yang diwahyukan kepadaku tentang Ali bin Abi Thalib: Ia adalah Sayyidul Mukminin dan Imâmul Muttaqin dan Qâ’idul Ghurra al-Muhajjilin.‛[176]

f. Ya’subul Mukminin;[177]

g. Amirul Mukminin;[178]

h. Sayyidu Syababul Ahli Jannah;[179]

Penjelasan: ‚Dari hadis yang dapat digunakan untuk menjelaskan gelar ini adalah bahwa seluruh ahli surga adalah pemuda. Artinya, orang-orang tua juga tatkala memasuki surga akan menjadi muda. Karena itu, apabila seseorang menjadi tuan pemuda ahli surga bermakna tuan seluruh ahli surga.

i. Khairul Bariyyah;[180]

Gelar ini sedemikian masyhur untuk Ali bin Abi Thalib As sehingga para sahabat tatkala melihatnya, mereka berkata: ‚Sebaik-baik makhluk telah datang.‛[181]

j. Hujjatullâh;

Rasulullah Saw bersabda:

أنا وعلي حجة الله على عباده

‚Aku dan Ali adalah hujjah Allah atas seluruh hamba-Nya.‛[182]

k. Wâziru Rasulullâh Saw;

Anas bin Malik berkata, ‚Tatkala surah Al-Nashr turun, kami memahami bahwa surat ini membawa warta akan wafatnya Rasulullah Saw. Kami berkata kepada Salman Farisi, ‘Coba engkau tanyakan kepada Rasulullah Saw bahwa setelah ia, siapakah yang akan menjadi tempat rujukan dan tempat berlindung kami, dan siapakah yang lebih ia cintai dari semuanya.’ Salman Farisi datang menghadap kepada Rasulullah Saw dan ia menanyakan masalah ini. Rasulullah Saw berpaling dan tidak memberikan jawaban. Salman kembali bertanya. Kembali Rasulullah Saw berpaling dan tidak memberikan jawaban. Salman merasa cemas jangan-jangan ia telah membuat Rasulullah Saw gundah. Setelah itu ia tidak lagi bertanya. Selang beberapa lama, Rasulullah Saw bersabda kepadanya, ;Apakah engkau ingin mendengar jawaban soalanmu itu?’ Salman menjawab, ’Benar wahai Rasulullah! Aku takut aku telah membuatmu marah.’ Rasulullah Saw bersabda, ’Tidak. Ketahuilah bahwa saudaraku, wazirku, khalifah dan penggantiku dalam keluargaku. Ia adalah sebaik-baik orang yang tinggal selepasku, menjalankan agamaku dan menunaikan janji-janjiku. Ia adalah Ali bin Abi Thalib As.’‛[183]

Amirul Mukminin As, dalam memberikan isyarat tentang keutamaannya ini, berucap, ‚Aku adalah saudara dan wazir Rasulullah Saw. Tidak seorang pun sebelumku dan setelahku yang berkata tentang hal ini, kecuali pendusta.‛[184] []