Psikologi Islam

Psikologi Islam25%

Psikologi Islam pengarang:
: Muhamad Taufik Ali Yahya
: Muhamad Taufik Ali Yahya
Kategori: Buku Umum

Psikologi Islam
  • Mulai
  • Sebelumnya
  • 21 /
  • Selanjutnya
  • Selesai
  •  
  • Download HTML
  • Download Word
  • Download PDF
  • Pengunjung: 11349 / Download: 3389
Ukuran Ukuran Ukuran
Psikologi Islam

Psikologi Islam

pengarang:
Indonesia

Buku Ini di Buat dan di teliti di Yayasan Alhasanain as dan sudah disesuaikan dengan buku aslinya

PSIKOLOGI ISLAM

Membangun Kembali Moral Generasi Muda

Sayyid Mujtaba Musavi Lari

Tentang Penulis

Sayyid Mujtaba Musawi Lari lahir pada tahun 1935 di Lar, ibu kota Iran utara propinsi Laristan. Ayah nya Sayyid Ali Asghar Musawi dan kakek nya Sayyid Abdul Husein Musawi, termasuk di antara ulama terkemuka dalam teologi lslam. Sayyid Abdul Husein adalah juga salah seorang revolusioner besar awal perjuangan Iran untuk menggulingkan tirani Qajar dan memulai langkah nya demi kebebasan dan kemakmuran rakyat Iran.

Penulis kita ini belajar di sekolah-sekolah di Lar dengan mengikuti program pendidikan klasik dan juga menguasai spesialisasi studi-studi Islam. Dalam usia delapan belas tahun beliau pindah ke kota suci Qum untuk melanjutkan studi-studi nya di bawah bimbingan para profesor maupun guru, termasuk para marja’ (maraji'). Kota Qum terkenal dengan kubah emas, makam suci puteri dari Imam Musa Al-Kadzim, Fatimah Al-Ma'sumah, yang wafat pada tahun 816 sewaktu berada dalam perjalanan untuk mengunjungi saudara nya, Imam Ali Ar-Ridha di Tus. Di kota ini Mujtaba Musawi Lari mengikuti studi-studi teologi lslam selama sepuluh tahun di mana saat itu beliau telah mencapai kelas tertinggi.

Sayang sekali air di daerah Lar pada waktu itu tidak disuling dan memiliki tingkat polusi yang tinggi. sehingga beliau terjangkit gangguan pencernaan yang serius dan segala usaha pun dikerahkan untuk mengobati beliau. Pada usia dua puluh sembilan tahun, atas anjuran para dokter beliau masuk rumah sakit di Jerman. Beliau menetap lama di negeri itu di bawah perawatan medis untuk menghilangkan penyakit beliau. Tetapi dengan keteguhan hati beliau bangkit mengatasi kelemahan dan mengabdikan bakat besar beliau dalam intelektualisme, patriotisme dan dedikasi. Setelah kembali ke Iran beliau menulis sebuah buku yang berjudul The Face of Western Civilization. Buku ini memuat pembahasan komparatif tentang peradaban Barat dan lslam, dan di dalamnya beliau dengan cara komparatif, dalil dan perbandingan yang tepat, membuktikan keunggulan peradaban lslam yang luas dan multi dimensional dibandingkan dengan peradaban Barat. Buku ini telah dicetak sebanyak tujuh kali. Dalam tahun 1970 diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh seorang Orientalis Inggris, F.G. Goulding dan menarik perhatian di Eropa. Artikel-artikel mengenai buku ini muncul secara berkala di Barat, dan BBC pun mengadakan wawancara dengan penerjemah mengenai alasan nya menerjemahkan buku tersebut. Edisi Inggris nya hingga kini telah dicetak tiga kali di Inggris, lima kali di Iran dan dua kali di Amerika.

Sekitar tiga tahun setelah publikasi penerjemahan dalam bahasa Inggris, Rudolf Singler, seorang profesor universitas di Jerman, menterjemahkan nya ke dalam bahasa Jerman. Salah seorang pemimpin Partai Sosial Demokratik memberitahu penerjemah dalam surat nya bahwa buku tersebut telah memberi pengaruh yang mendalam pada dirinya sehingga menyebabkan nya merubah berbagai pandangan nya tentang lslam dan ia pun menganjurkan kepada teman-teman nya untuk membaca buku ini. Terjemahan dalam bahasa Jerman hingga kini telah dicetak sebanyak tiga kali.

Edisi Inggris dan Jerman dicetak ulang oleh Departemen Pembinaan lslam untuk disebarluaskan ke luar negeri melalui Departemen Urusan Luar Negeri dan Asosiasi-asosiasi pelajar lslam di luar negeri.

Pada saat cetakan pertama berbahasa Jerman diterbitkan, seorang Ulama Muslim India yang bernama Maulana Raushan Aji menterjemahkan nya ke dalam bahasa Urdu untuk dibagi-bagikan di India dan Pakistan. Terjemahan Urdu ini kini telah dicetak sebanyak lima kali.

Sayyid Mujtaba Musawi Lari juga telah menulis artikel untuk sebuah brosur tentang Tauhid, yang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dan dipublikasikan beberapa kali di Amerika.

Beliau adalah juga penyumbang tetap untuk majalah bulanan yang diterbitkan oleh para pemuka Islam di Qum, "Maktab-i-Islam", dan juga untuk terbitan-terbitan berkala lainnya yang berkaitan dengan ajaran-ajaran .Islam. Beliau telah memprakarsai sejumlah yayasan lembaga umum dan memperoleh kepercayaan yang sangat besar dari masyarakat sehingga sejumlah besar dana mengalir kepada beliau untuk mendirikan yayasan-yayasan ini. Itu semua meliputi sekolah-sekolah, klinik-klinik kesehatan, pusat-pusat pendidikan agama, dan masjid masjid; kebanyakan dana tersebut berasal dari penduduk asli Lar. Beliau juga mengorganisir suatu amanah yang bersifat amal bakti untuk membantu orang-orang kekurangan, sakit, janda dan pelajar-pelajar miskin. Banyak yang telah terselamatkan melalui usaha-usaha beliau dan banyak orang yang telah ditolong untuk memajukan kehidupan mereka, dan melalui orang-orang yang bertanggung jawab dengan bantuan yang diberikan mereka melalui kepercayaan ini.

Beliau melanjutkan pembahasan nya tentang etika lslam dengan menulis artikel-artikel baru. Dalam tahun 1974 kumpulan artikel ini menjadi sebuah buku yang berjudul The Function of Ethics in Human Development. Buku ini telah dicetak ulang sebanyak enam kali.

Tahun 1978 beliau berkunjung ke Amerika atas undangan sebuah organisasi lslam di negeri itu. Kemudian beliau ke Inggris dan Perancis dan setelah itu kembali ke Iran dengan mulai menulis serangkaian artikel tentang Ideologi lslam untuk majalah Soroush. Artikel-artikel ini terkumpul dalam empat jilid berisi akidah lslam (tauhid, keadilan Ilahi, nubuwah, imamah, dan kebangkitan) dengan judul The Foundation of Islamic Doctrine.

Keempat jilid buku ini telah diterjemahkan dalam bahasa Arab, beberapa bagian telah dicetak ulang beberapa kali. Terjemahan bahasa Inggris dalam jilid pertama nya telah diterjemahkan dan dipublikasikan. Terjemahan dalam bahasa Urdu, India dan Perancis telah dikerjakan; dua jilid berbahasa Perancis pun telah terbit.

Dalam tahun 1980 Sayyid Mujtaba Musawi Lari mendirikan sebuah organisasi di kota suci Qum yang disebut Lembaga untuk Penyebaran Budaya lslam ke Luar Negeri. Lembaga ini membagi-bagikan terjemahan karya-karya beliau kepada orang-orang yang berminat di seluruh dunia. Lembaga ini juga membagi-bagikan AI-Quran kepada kaum Muslimin, lembaga-lembaga dan sekolah-sekolah keagamaan di Afrika.

Pendahuluan

Setiap orang di dunia ini berusaha untuk mencapai 'kebahagiaan' dan 'ketenangan'; siang malam mereka berjuang untuk meraih cita-cita ini di berbagai sudut kehidupan yang tampak seperti medan perang. Dalam banyak hal, ia rela bertarung dalam arena ini dengan mengorbankan segalanya, demi menyaksikan merpati kebahagiaan terbang di atas kepala nya, sehingga ia dapat hidup di bawah bayang-bayang kehidupan nya.

Adalah menyedihkan melihat banyak individu yang memiliki berbagai bakat yang dengan hal itu dapat merubah diri mereka kepada suatu kehidupan bahagia dan memuaskan, harus hidup menderita; jiwa mereka menjadi permainan rasa gelisah dan khawatir yang disebabkan oleh berbagai faktor yang berbeda. Akibatnya, individu-individu ini menjadi korban dari mimpi palsu, bahwa hidup bahagia itu tidak lain kecuali khayalan semata, dan akhir yang tak terelakkan pun terjadi bagai jerami yang terhempas oleh gelombang-gelombang penderitaan dan kandas di dasar kubur kekecewaan dan kesengsaraan.

Rasa sakit dan penderitaan ini tidak lain merupakan akibat dari memilih bayang-bayang palsu di balik fakta dan kenyataan. Mereka tidak mengikuti sinar kebenaran, dan tidak mengambil bagian yang dapat dipercaya dari jalan kehidupan. Sesungguhnya pantulan baying-bayang yang diserap pikiran manusia ini berada dalam gelombang kegelisahan, dan cita-cita mereka yang kosong serta harapan mereka yang tidak realistis, merupakan faktor-faktor yang mengeluarkan manusia dari cahaya kepada kegelapan dan membuat mereka mengalami penderitaan yang membingungkan.

Manusia yang adalah makhluk tertinggi, diciptakan dari dua kekuatan yang berbeda, kekuatan rohani dan kekuatan mekanis. Selain karakteristik-karakteristik fisik yang terdapat pada hewan ini, manusia banyak memiliki kebutuhan rohani yang jika dipenuhi, akan memberi nya suatu kesempatan yang sangat besar dalam pencapaian kesempurnaan. Setiap salah satu dari dua sisi manusia menjadi lebih kuat dari yang lain, maka sisi yang satu nya akan melemah, dan karenanya terkalahkan.

Melihat kenyataan yang ada, adalah penting untuk dicatat bahwa industri benar-benar telah mengubah ciri-ciri kehidupan. Kemajuan industri, bersamaan dengan berbagai perubahan yang ditimbulkan nya dalam segala aspek kehidupan, telah memberi kejelasan atas berbagai ketidakpastian yang membingungkan, serta telah memecahkan persoalan-persoalan sulit yang tak terhitung jumlahnya. Kini, banyak bagian dari alam semesta, dari kedalaman laut sampai kepada kegelapan angkasa, telah menjadi wilayah-wilayah perjalanan dan petualangan manusia. Di lain pihak, berbagai kebutuhan rohani manusia menjadi lemah; di darat dan di laut pun timbul kerusakan akibat berbagai kejahatan yang dilakukan manusia di segala sudut kehidupan. Jumlah malapetaka dan kejahatan yang tidak manusiawi telah mencapai tingkat yang tidak dapat dipercaya. Faktor-faktor keselamatan telah menjadi lemah di hadapan gejala kerusakan dan kehancuran sosial, dan sisa-sisa kehidupan spiritual sedang terbakar di tengah-tengah api nafsu, kejalangan, dan kekotoran.

Hari ini secara jelas kita lihat, bahwa berbagai keuntungan materi merupakan prioritas utama di atas kebajikan. Manusia telah melengkapi dirinya dengan alat-alat industri dan ilmu pengetahuan eksperimental, dan telah menolak manfaat-manfaat baik yang diharapkan dan dibutuhkan untuk melindungi jiwa manusia dari kehancuran di bawah kaki kejahatan nafsu dan berbagai keinginan yang tidak terkendali. Bahkan emosi-emosi manusia sedang berjuang antara hidup dan mati.

Dusta, kikir, kemunafikan, penindasan, individualitas dan berbagai sifat rendah lainnya, menyerupai sebuah bendungan raksasa yang menghadang sungai kecil kebahagiaan dan kesempurnaan manusia; mereka telah merantai tangan-tangan manusia dan menjatuhkan nya ke dalam gelombang samudera kekotoran yang keras. Kemenangan para ksatria, kesepian, penderitaan pribadi, malapetaka sosial dan berbagai macam kesengsaraan pada umumnya, merupakan akibat dari jatuhnya nilai-nilai kebajikan manusia. Baik sosiolog maupun psikolog membuktikan suatu fakta, bahwa tanpa budi luhur dan bimbingan rohani, manusia akan menyimpang dari jalan keadilan yang menuntun nya ke puncak kebesaran dan kesempurnaan.

Individu-individu yang unggul di tengah masyarakat, dan yang namanya direkam dalam lembaran-lembaran tebal sejarah, semuanya memiliki berbagai kebajikan yang murni dan dihargai. Masyarakat yang tidak dilengkapi dengan senjata tatakrama yang baik, tidak dikendalikan oleh kaidah-kaidah yang bermanfaat, sebenarnya tidak berhak menerima hidup sebagaimana mestinya seorang manusia. Karena alasan inilah, kehancuran peradaban-peradaban besar dahulu kala tidak terjadi atas dasar krisis politik atau ekonomi, tetapi disebabkan oleh kemerosotan tingkah laku yang baik.

Hukum dan sistem buatan manusia tidak mampu menembus jiwa manusia, dan tidak dapat menjamin hubungan yang konstruktif antara masyarakat dan bangsa yang berbeda-beda, sebaik seperti yang dilakukan oleh cara-cara kerohanian. Hukum-hukum buatan manusia, yang merupakan perwujudan dari gagasan-gagasan manusia, tidak memenuhi syarat untuk menciptakan kebahagiaan yang sesungguhnya kepada umat manusia; hal ini karena manusia mempunyai kemampuan berpikir yang terbatas.

Jadi mereka tidak dapat memahami segala fenomena yang mengelilingi hidup mereka. Tambahan pula, bahkan jika manusia mengetahui kedalaman fenomena yang mengelilingi nya, ia selalu berada di luar pengaruh yang kemudian menjauhkan nya dari menerima kebenaran. Atas dasar ini kita amati bahwa hukum-hukum buatan manusia, selalu berubah bersama waktu dan kondisi-kondisi yang mengelilingi nya. Sebenarnya, timbul nya kerusakan dan kesengsaraan tidak lain merupakan akibat dari lemah nya hukum-hukum semacam ini.

Di lain pihak, kita memiliki ajaran suci dari para Nabi yang diilhami dengan mata air indah dari sinar wahyu, yang bergantung kepada Ilmu Ilahi yang tidak terbatas. Karenanya, hukum ini tidak mudah diterpa oleh pasang surut nya waktu, perubahan atau transformasi. Karena keluasan realitas kehidupan dan keberadaan nya, ajaran kenabian menawarkan kepada manusia suatu sistem yang paling akurat untuk mencapai kesempurnaan dan keunggulan akhlak serta moral, dan menyeru umat manusia agar mengarahkan jiwa kepada kebesaran. Dampak-dampak keyakinan yang positif dan bernilai atas manusia tidak dapat dipungkiri lagi, karena jelas, bahwa jika manusia tidak memiliki motif yang kuat dalam diri mereka yang sanggup mencegah mereka untuk tidak menjadi korban nafsu dan berbagai keinginan yang tidak ada atasnya, maka setiap langkah yang ia ambil pun akan menuju kepada kerusakan. Dengan alasan itu, tidaklah mungkin membangun suatu masyarakat yang tenteram dan sempurna tanpa melengkapi para anggota nya dengan akhlak dan kerohanian.

Atas dasar apakah akidah lslam yang kekal itu dibangun? Pada pribadi besar di segala zaman, Nabi Besar Muhammad Saw., yang sejak hari pertama nya mengandalkan ketakwaan, terdapat kebahagiaan yang mampu membawa kepada ketenangan di dunia ini dan di akhirat kelak.

Sesungguhnya seruan lslam dibangun di atas dasar-dasar yang dibutuhkan manusia untuk mengangkat nilai rohani nya hingga titik tertinggi; menaikkan tingkat kepercayaan nya kepada suatu rantai kemurnian dan nilai-nilai yang patut dipuji. Secara keras lslam melarang manusia mengorbankan akhlak nya yang mulia demi nafsu dan keinginan nya. lslam berdiri tegak menentang orang-orang yang berakhlak rendah. dan memerangi mereka secara keras. Oleh karena itu suatu masyarakat yang berada dalam ikatan individu dan sosial yang dibangun atas dasar nilai-nilai lslam dapat merasakan ketenteraman. ketenangan dan kepercayaan dalam segala aspek kehidupan. Semua anggota nya menikmati hak-hak yang sama. dan menjalankan hubungan antar pribadi yang didasarkan pada iman. Maka berikan lah kepada masyarakat suatu kesempatan untuk mencapai hal yang sama, yang merupakan suatu langkah sempurna menuju revolusi rakyat oleh umat manusia.

Dalam buku ini kami menyajikan beberapa persoalan penting yang mempengaruhi kehidupan sosial manusia serta bagaimana lslam berurusan dengan mereka.

Adalah wajib bagi saya untuk menyebutkan, bahwa bagian dari isi buku ini sebelumnya telah diterbitkan dalam majalah The Islamic Ideology yang terbit dalam bahasa Persia di kota suci Qum. Saya serahkan kepada para pembaca yang budiman untuk menilai buku ini yang telah dipuji oleh banyak ulama. Saya berharap kita semua maju dalam mengembangkan diri kita di atas jalan para ulama lslam dan menyelamatkan jiwa kita agar tidak tenggelam ke dalam noda-noda nafsu yang menyesatkan.

 Sayyid Mujtaba Musawi Lari

1. Sifat Buruk

• Nilai Persahabatan

• Rasa Benci, Individu Berwatak Buruk

• Rasulullah: Teladan Sempurna

Nilai Persahabatan

Cinta adalah fitrah alamiah manusia. Atas dasar inilah kita melihat, bahwa setiap manusia tertarik kepada anggota-anggota lain, di antara jenisnya dengan suatu kekuatan internal (batiniah). Jadi, Kebutuhan naluriah ini harus dipenuhi, dan setiap orang harus membangun hubungan persaudaraan dengan individu atau kelompok-kelompok lainnya sehingga bermanfaat secara sosial.

Cinta merupakan landasan dari rasa aman dan rasa senang. Ia merupakan kebutuhan rohani yang paling dapat dirasakan, dan tumbuh berkembang bersama waktu. Tidak ada yang bernilai di dunia ini lebih daripada cinta.

Kesengsaraan dan penderitaan yang berasal dari perasaan kehilangan sesuatu yang dicintai, merupakan malapetaka bagi manusia; jiwa membutuhkan teman untuk tempat berlindung, atau kita akan dicabik oleh tangan-tangan ketidakamanan dan kegelisahan, dan menjadi korban penindasan dunia kita sendiri. Dalam hal ini seorang ulama mengatakan, "Rahasia kebahagiaan adalah memelihara hubungan persaudaraan dengan dunia kita dengan tidak menciptakan kekacauan. Orang-orang yang tidak dapat mencintai sesama nya, tidak dapat hidup bebas dari kegelisahan dan ketidakamanan."

Tali ikatan yang terbaik antara satu sama lain dalam suatu masyarakat, adalah ikatan yang dibangun atas dasar perasaan dan cinta yang sesungguhnya. Keharmonisan yang ada antara dua jiwa akan membuat mereka berpadu dalam dunia cinta dan persatuan. Dari sini lah dasar kebahagiaan yang kekal itu tumbuh. Agar kebahagiaan Ini tetap terpelihara, masing-masing orang harus menyingkirkan berbagai perselisihan dan berkompromi tentang berbagai persoalan, mengenai apa yang mesti mereka tolak dengan sepantasnya.

Persahabatan yang paling bernilai adalah persahabatan yang tidak dibangun atas dasar kepentingan pribadi tetapi di atas kepentingan bersama dengan cinta, persaudaraan, dan mampu memuaskan jiwa manusia yang membutuhkan cinta dan kesenangan. Seseorang yang memperkenalkan dirinya sebagai seorang sahabat yang setia, tidak semestinya menimbulkan masalah yang dapat menggoncangkan perasaan sahabat nya; semestinya ia berusaha untuk menghilangkan berbagai penderitaan dan petaka yang menimpa hati sahabat nya, dan menunjukkan taman-taman harapan dan kemenangan kepada nya. Orang-orang yang mengharapkan cinta dari orang lain, mesti mempunyai kemampuan untuk memberikan hal yang sama lebih dari yang mereka bayangkan. Menurut seorang ulama, "Hidup kita seperti suatu daerah pegunungan, setiap seorang yang berteriak akan mendengar kembali gema nya, orang-orang yang hatinya penuh dengan kecintaan kepada orang lain akan mengalami hal yang serupa dari mereka. Memang benar, bahwa kehidupan materi terjadi karena ada saling memberi antara sesama manusia. Kami tidak bermaksud mengatakan kehidupan rohani itu juga dibangun di atas landasan yang sama, tetapi bagaimana mungkin mengharapkan kepercayaan dari orang lain tanpa juga bersikap amanah kepada mereka? Dan bagaimana mungkin seseorang mengharapkan cinta dari orang lain tanpa terlebih dahulu mencintai mereka?"

Sikap saling mempengaruhi satu sama lain bisa memburuk jika tidak dibangun di atas cinta dan kejujuran dari kedua belah pihak.

Jika kemunafikan menguasai hati dan kehidupan manusia; jika penjilatan menggantikan kejujuran dan persahabatan, keharmonisan dan simpati akan menjadi lemah dan semangat kerja sama akan terampas dari kehidupan masyarakat.

Tidak diragukan lagi, banyak di antara kita yang pernah bertemu dengan orang lain dalam masyarakat yang di dalam hatinya terdapat cinta atau emosi yang palsu; mereka menyembunyikan diri mereka yang sesungguhnya di balik topeng cinta. Tetapi seringkali kita mampu melihat yang sebenarnya ada di balik topeng nya, dan akibatnya. hubungan kita yang terus menerus dengan mereka dapat merusak topeng-topeng mereka.

Sesungguhnya, salah satu prasyarat kebahagiaan dan metode yang efektif dalam mengembangkan rohani adalah persahabatan yang sesungguhnya dengan orang-orang yang berbudi luhur. Karena berbagai pemikiran pribadi itu berkembang di bawah bayang persahabatan semacam ini, maka di dalamnya rohani akan tumbuh sampai ke tingkat kesalehan dan akhlak yang mulia. Oleh karena itu, adalah penting untuk secara hati-hati menguji orang-orang yang akan menjadi sahabat, Adalah suatu kesalahan yang tidak dapat dimaafkan bila membangun persahabatan dengan orang-orang yang kejujuran dan kesucian nya tidak teruji, sebab manusia mudah sekali terbentuk oleh watak-watak orang lain melalui hubungan timbal balik di antara mereka. Hubungan yang negatif merupakan suatu ancaman atas kebahagiaan umat manusia.

Rasa Benci

Berbagai watak tertentu dan kebiasaan-kebiasaan yang tidak dikehendaki akan melemahkan ikatan cinta, bahkan kadang-kadang memutuskan hubungan yang baik. Individu-individu yang berwatak keras, yang tidak mampu memelihara cinta orang lain, sebenarnya membangun dinding yang tidak dapat dihancurkan di antara mereka dan masyarakat nya; ia menghalangi mereka dalam menyadari adanya sinar cinta. Oleh karenanya, watak buruk itu menghancurkan dasar kebahagiaan dan menghilangkan watak manusia yang sesungguhnya.

Tidak dapat dipungkiri, bahwa perilaku-perilaku yang tidak baik dapat menjauhkan manusia satu sama lain. Perilaku buruk memaksa manusia untuk meninggalkan berbagai kemampuan nya, yang sebenarnya sangat berguna dalam memajukan mereka kepada suatu kehidupan yang sopan dan mulia.

Perlu lah bagi seseorang yang hendak berhubungan dengan masyarakat nya, untuk terlebih dahulu menyadari tentang seni berhubungan (the art of interaction), dan setelah memahami nya, gunakan lah sesuai dengan peraturan-peraturan sosial yang dapat diterima. Tanpa adanya proses ini seseorang tidak dapat hidup secara harmonis dengan masyarakat nya, serta tidak dapat mendorong tingkah laku antar pribadi dalam masyarakat menuju kesempurnaan. Oleh karena itu, akhlak yang baik merupakan landasan utama kebahagiaan umat manusia. Akhlak yang baik juga merupakan faktor penting dalam memperbaiki kepribadian seseorang.

Sebenarnya, akhlak yang baik mendorong manusia untuk dapat menggunakan berbagai kemampuan nya, dan menjadi sesuatu yang efektif dalam mengelola masyarakat. Tidak ada watak atau sifat lain yang sebanding dengan akhlak yang baik dalam menarik cinta dan kasih sayang orang lain, serta dalam mengurangi penderitaan yang mungkin dihadapi dalam kehidupan ini.

Orang-orang yang memiliki perilaku seperti ini tidak menampakkan rasa sedih nya kepada orang lain. Orang-orang seperti ini berjuang menciptakan suatu pelangi kebahagiaan dan kasih sayang di sekeliling diri mereka, sehingga orang lilin yang berhubungan dengan mereka lupa akan penderitaan nya, karena mereka membuat orang lain merasa tenteram dan aman. Meskipun mereka mengalami berbagai kesulitan, namun mereka tetap menampilkan ketenteraman dalam diri mereka sendiri. Oleh karenanya, sikap ini meningkatkan mereka dalam meraih keberhasilan dan kemenangan.

Bagi semua orang, akhlak mulia merupakan umur yang kuat dalam memelihara keberhasilan. Tidak perlu kami katakan, bahwa keberhasilan suatu perusahaan komersial secara langsung berkaitan dengan tingkah laku yang baik dari para karyawan nya.

Seorang manajer sebuah perusahaan yang memiliki perilaku yang baik, biasanya aktif dan banyak memperoleh hubungan atau koneksi-koneksi penting dan vital. Kesimpulan nya, perilaku yang baik merupakan rahasia yang dapat membuat seseorang dapat diterima orang lain. Orang tidak suka terhadap sifat buruk seseorang, tidak peduli apa pun kedudukan nya. Berkenaan dengan ini, seorang sarjana Barat menulis pengalaman nya sebagai berikut:

"Suatu hari aku memutuskan untuk melakukan eksperimen tentang bagaimana wajah yang penuh perhatian dan kegembiraan berpengaruh dalam hidup ku. Sebelumnya, hari itu aku merasa sedih dan tertekan, akhirnya pagi itu aku meninggalkan rumah dengan niat untuk bergembira. Aku mengerti, menurut pengalaman ku selama ini, bahwa wajah yang penuh perhatian dan penuh kegembiraan mampu memberi ku kekuatan. Aku ingin mencoba apakah diriku juga mampu mempengaruhi orang lain dengan cara yang sama. Aku ulangi hal ini terus menerus sambil bekerja, yakni ketetapan ku agar menjadi orang yang penuh perhatian dan berwajah ceria; aku bahkan meyakinkan diri, bahwa aku adalah orang yang sangat beruntung. Alhasil, aku merasakan suatu perasaan bahagia. merasuki tubuh ku. Aku seolah-olah sedang terbang melayang. Aku memandang ke sekeliling ku dengan senyum lebar di wajah ku; aku masih melihat wajah-wajah di sekeliling ku yang menampakkan ciri-ciri kesedihan. Haiku terbakar melihat orang-orang ini, dan aku berharap dapat memberi mereka secercah sinar dari dalam hati ku.

"Pagi itu aku memasuki kantor dan memberi salam kepada akuntan dengan cara yang tidak seperti biasanya. Sebelumnya jarang sekali aku tersenyum, dan tidak pernah menyambut mereka dengan cara seperti ini. Sang akuntan memberikan salam yang hangat dan ramah. Pada saat itu aku merasa bahwa kebahagiaan ku benar-benar mempengaruhi nya.

"Presiden di tempat aku bekerja ada orang yang tidak pernah mengangkat kepala nya bila berbicara dengan orang lain; ia tidak ramah. Pada hari itu, dengan kasar ia memarahi ku, bahkan hampir setiap hari. Aku tidak tahan dengan hal ini, karena ketetapan ku bahwa aku tidak ingin terganggu oleh apa pun juga. Aku pun menjawab dengan cara yang dapat membuat kerut di wajah nya hilang. Ini merupakan kejadian yang kedua kalinya pada hari itu. Kemudian pada hari itu juga aku berusaha untuk tetap bersikap penuh perhatian dan berwajah ceria.

"Aku pun mampu mempraktekkan cara ini terhadap keluarga ku sehingga membawa hasil yang positif. Walhasil aku menjadi aktif, bahagia dan membuat orang lain di sekeliling ku merasakan hal yang serupa.

"Hal ini juga mungkin bagi Anda. Bertemu dengan orang Jain dengan wajah ceria, pasti bunga-bunga kebahagiaan akan mekar dalam kehidupan Anda, seperti bunga mawar yang berkembang di musim semi, dan Anda akan banyak memperoleh sahabat yang membawa kedamaian dan ketenangan kepada kehidupan Anda selama-lamanya".

Tiada seorang pun dapat menyangkal pengaruh besar sikap ini dalam melembutkan hati musuh. Rasa hormat dan perilaku yang baik juga memainkan peranan penting dalam meyakinkan lawan agar tunduk kepada ideologi.

Dalam hal ini penulis Barat lainnya mengatakan:

"Semua gerbang terbuka bagi orang-orang yang berwajah ceria dan berperilaku mulia, sedang bagi orang-orang yang berkelakuan buruk, harus mendobrak gerbang itu untuk membuka nya, seperti para gangster. Yang terbaik di antara berbagai persoalan adalah hal-hal yang berhubungan dengan kebaikan, akhlak yang baik, dan keceriaan".

Selain itu saya ingin menambahkan, bahwa perilaku yang baik itu menjamin kebahagiaan dan membimbing tingkah laku yang baik menuju kesempurnaan; tetapi hanya jika cara-cara dan perilaku seperti ini benar-benar mengakar ke dalam lubuk hati seseorang yang jauh dari sifat munafik dan pura-pura.

Dengan kata lain, perasaan cinta harus merupakan manifestasi dari apa yang ada di dalam hati. Penampilan nya di luar tidak perlu mencerminkan apa yang tersembunyi di dalam hatinya. Mungkin saja beberapa perilaku baik seseorang bertentangan dengan hatinya yang terganggu dan tersesat. Memang banyak orang-orang jahat menghiasi diri mereka dengan pakaian malaikat, dengan cara itu mereka menyembunyikan wajah yang menakutkan di balik tirai kecantikan.

Rasulullah: Suri Teladan yang Sempurna

Kita semua tahu, bahwa salah satu faktor terpenting dari kemajuan lslam adalah akhlak mulia Rasulullah Saw. Ini adalah fakta yang dinyatakan dalam AI-Quran, di mana Allah Yang Maha Perkasa berfirman:

"Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekeliling mu".

(Ali-Imran. 3:159)

Rasulullah Saw memperlakukan semua orang secara sama. Cinta nya yang mendalam dan tak terlukis kan atas umat manusia tercermin secara sempurna di dalam dirinya, Beliau memenuhi segala kebutuhan kaum Muslimin secara sama.

"Dan Rasulullah Saw. membagi waktunya di antara para sahabat nya; beliau akan hadir untuk ini dan itu secara sama".

(Raudah AI-Kafi, hal. 268)

Beliau juga mengecam sifat buruk, berulangkali beliau berkata:

"Sifat buruk itu kejahatan, dan yang terburuk di antara kamu adalah yang bersifat buruk".

(Nahjul Fasahah, hal. 371)

dan:

"Wahai putera-putera Abdul Muthalib, sesungguhnya kalian tidak akan (sanggup) untuk memuaskan umat dengan uang kalian, oleh karena itu temui lah mereka dengan wajah ceria dan tingkah laku yang menyenangkan".

(Wasa’il Asy-Syi'ah, jilid II, hal. 222)

Anas bin Malik, hamba sahaya Rasulullah Saw., berkata tatkala ia ingat akan akhlak mulia Rasulullah Saw.:

Aku telah membantu Nabi Saw selama sepuluh tahun, selama itu beliau tidak pernah berkata 'uh'(seolah-olah mengeluh) kepada ku sehubungan dengan memandang apa-apa yang aku kerjakan atau tidak aku kerjakan.

(Fadhail Al-Khamsah, jilid I, hal. 119)

Selain itu akhlak yang baik dan wajah ceria merupakan penyebab yang memanjangkan umur. Dalam hal ini Imam Ja'far Ash-Shadiq a.s. berkata:

Kebaikan dan tingkah laku yang baik membuat tanah menjadi subur dan memanjangkan umur.

(Wasa’il Asy-Syi'ah, jilid II, hal. 221)

Berkenaan dengan ini Dr. Sanderson menulis:

Kebaikan merupakan faktor penting dalam berperilaku dan ia mencegah keburukan penyakit. Banyak obat yang mempunyai efek sampingan yang tidak diinginkan bersamaan dengan penyembuhan nya yang bersifat sementara; sedangkan kebaikan menyebabkan kesembuhan untuk selama-lamanya terhadap semua bagian tubuh... Kebaikan menggerakkan segala kekuatan tubuh. Peredaran darah pada orang-orang yang berkelakuan baik itu bagus, dan pernafasan mereka pun lebih baik....

(Pirozi Fikr)

Ada suatu pernyataan yang indah dari Imam Ja'far a.s. Beliau berkata, bahwa ada suatu hubungan langsung antara kebaikan dan perilaku yang baik, keduanya berada di antara faktor-faktor yang memperpanjang kehidupan. Alasan di balik ini adalah, bahwa orang-orang yang baik merasakan suatu perasaan bahagia dan puas, jadi kebaikan dan perilaku yang baik itu memiliki efek-efek yang sama. Imam Ja'far as. juga memandang unsur-unsur tingkah laku ini guna mencapai kebahagiaan tatkala beliau' berkata:

Bagian dari kebahagiaan manusia adalah akhlak nya yang baik.

(Mustadrak Wasa'il, jilid II, hal. 83)

Dalam hal ini Samuel Smiles menambahkan:

Perilaku yang baik dan emosi yang seimbang mempunyai efek atas perkembangan dan kebahagiaan manusia, seperti kekuatan dan naluri lainnya. Sebenarnya kebahagiaan seseorang sebagian besar berhubungan dengan kasih sayang dan perilaku yang baik.

(Akhlaq)

Di samping itu perilaku yang baik memudahkan kehidupan dan meningkatkan nafkah atau penghidupan dan keharmonisan. Imam Ali a.s. berkata:

Tingkah laku yang baik memberikan penghidupan secara royal dan membuat para sahabat (lebih) dekat.

(Ghurar Al-Hikam, hal. 279)

S. Marden menulis dalam buku nya sebagai berikut:

Saya kenal, manajer restauran yang menjadi sangat kaya dan populer karena tingkah laku nya yang baik. Saya perhatikan, bahwa para pelancong dan turis datang dari tempat yang jauh untuk mencapai restaurannya, mereka berbuat demikian karena mereka menyukai lingkungan nya yang leluasa dan menyenangkan dalam restauran ini. Ketika para pelanggan tiba di restauran, sang manajer dengan wajah yang ceria menyambut mereka dengan cara yang tidak ada bandingnya. Mereka tidak mengeluh sebagaimana biasa Anda temukan di restauran-restauran lainnya. Di restauran ini karyawan nya mencoba menunjukkan sifat ramah dan membina hubungan secara akrab dengan para pelanggan nya. Para karyawan nya banyak tersenyum dan memberikan perhatian khusus dalam melayani para pelanggan, perhatian ini berangkat dari cinta dan kasih terhadap para tamu nya. Para karyawan ini membina suatu hubungan dengan para tamu nya sedemikian rupa, sehingga para tamu tidak hanya merasa bahwa mereka pasti kembali lagi, tetapi juga berharap membawa teman-teman mereka. Jelas, betapa metode ini efektif dalam menarik para pelanggan baru.

Ia menambahkan:

Perilaku yang baik tidak begitu memainkan peranan penting di sepanjang sejarah dibandingkan dengan saat ini. Ia telah menjadi modal bagi orang-orang yang hendak membawa kebahagiaan dan keberhasilan dalam hidup mereka.

(Khisthan Sazi)

Imam Ja'far a.s. memasukkan sifat ceria di antara tanda-tanda seseorang yang berakal. Beliau berkata:

Orang-orang yang memiliki akal yang paling sempurna di antara manusia, adalah orang-orang yang memiliki tingkah laku yang paling baik.

(Wasa'il Asy-Syi'ah, jilid II, hal. 201)

Samuel Smiles berkata:

Sejarah menunjukkan kepada kita, bahwa orang-orang yang paling jenius adalah orang-orang yang bahagia dan optimis, karena mereka menyadari makna hidup yang sesungguhnya, dan mereka mencoba mewujudkan akal budi mereka di dalam daging mereka. Bila seseorang berpikir tentang berbagai prestasi mereka, secara jelas dapat dipahami jiwa dan pemikiran mereka yang sehat serta kebaikan dan antusiasme mereka. Orang-orang yang berjiwa besar dan orang-orang yang paling cerdas memiliki wajah ceria dan bahagia. Tingkah laku mereka merupakan teladan bagi orang-orang yang setia kepada mereka, dan terpengaruh oleh tingkah laku mereka, karenanya mengikuti sinar kebaikan mereka dan kebahagiaan yang alami.

(Akhlaq)

Yang mulia Rasulullah Saw. bersabda:

"Sifat yang paling penting yang akan membawa umat ke surga, adalah takut kepada Allah dan Akhlak yang mulia."

(Wasa'il Asy-Syi'ah, jilid II, hal. 221)

Maka dari itu, adalah suatu kewajiban atas siapa pun yang mempunyai akal, dan yang berkeinginan untuk membina hidup mulia untuk mencapai modal spiritual yang tak ternilai ini, yaitu akhlak yang baik. Untuk menghapus sifat yang tidak diinginkan, manusia membutuhkan dorongan yang sungguh-sungguh untuk mencapai tujuan ini. Pandangan sekilas terhadap orang-orang yang merugi -yakni yang memiliki perilaku buruk- akan memberikan dorongan kepada nya untuk berjuang keras menghapus perilaku-perilaku buruk semacam itu.

2. Optimisme

• Kepercayaan dan Kedamaian Pikiran

• Efek-efek Sifat Optimis

• Seruan lslam Kepada Sifat Optimis dan Kepercayaan

Kepercayaan dan Kedamaian Pikiran

Dalam kehidupan nya yang tidak stabil, manusia lebih membutuhkan kestabilan ketimbang hal-hal lainnya. Orang-orang yang mengikutsertakan diri mereka dalam perjuangan demi mencapai berbagai tujuan, bila tidak diperlengkapi dengan senjata kestabilan akan menemui kegagalan dan kekalahan. Sebenarnya, jika tanggung jawab seseorang bertambah, kebutuhan nya terhadap kestabilan dan ketenangan pun bertambah pula. Atas dasar kenyataan ini, menjadi tugas setiap insan untuk mempelajari bagaimana menghindari kegelisahan dan kembali kepada kestabilan dan ketenangan.

Perjuangan untuk memperoleh harta, kekuasaan, popularitas dan berbagai pendapatan materi lainnya, tidak lain merupakan kebohongan atau dusta belaka. Usaha-usaha yang dibuat untuk ini akan mengarah kepada sesuatu yang sia-sia, karena, kebahagiaan manusia terletak di dalam jiwanya, seperti juga mata air kesengsaraan di lubuk hati yang terdalam. Menurut Amirul Mukminin a.s., obat untuk ini ada di dalam jiwa manusia itu sendiri, kita tidak dapat menemukan dampak yang sama dari pengaruh luar; ia terletak di dalam sumber-sumber kekuatan jiwa manusia. Karena pengaruh-pengaruh dari luar itu bersifat sementara, jadi tidaklah mungkin akan menuntun manusia kepada kepuasan sepenuhnya.

Apictatus berkata:

Biarlah orang mengetahui bahwa mereka tidak dapat menemukan kebahagiaan dan keberuntungan di tempat-tempat yang secara sembarang mereka cari sendiri-sendiri. Kebahagiaan yang sesungguhnya tidak terletak dalam kekuasaan dan kemampuan seseorang.

Baik Mirad maupun Aglius adalah orang-orang yang sengsara, meskipun mereka memiliki kekuasaan yang besar. Demikian pula, kebahagiaan tidak terletak pada harta dan jumlah uang yang banyak. Croesus misalnya, tidak bahagia sekalipun ia memiliki harta dan kekayaan tak terhingga. Kebahagiaan juga tidak dapat dicapai melalui kekuasaan pemerintahan atau dengan cekikan-cekikan politik. Kaisar-kaisar Romawi tidak merasa bahagia, meskipun mereka memiliki kekuasaan yang besar.

Sebenarnya, kebahagiaan tidak dapat dicapai melalui hal-hal tersebut di atas. Nero, Sandnapal dan Aghamnin, dikenal dengan tangisan mereka yang terus menerus, karena mereka adalah seperti mainan di tangan kemalangan. Mereka juga memiliki segala harta, kekuasaan dan popularitas. Oleh karena itu, manusia harus mencari kebahagiaan yang sesungguhnya di dalam jiwa dan kesadaran mereka sendiri.

Kita harus mengakui, bahwa pemecahan untuk berbagai persoalan yang tak terpecahkan di alam ini. dan kemajuan yang pesat dalam dunia industri, tidaklah cukup untuk membawa kepada suatu kehidupan yang bebas dari rasa khawatir. Mesin baru ini bukan hanya tidak mampu mengurangi jumlah penderitaan di dunia ini, terapi juga telah menimbulkan berbagai problema baru dan berbagai ketidakpastian.

Oleh karana itu, untuk membebaskan diri kita dari derita hidup yang terus menerus, dan dari kemungkinan awan hitam yang menggelapi jiwa kita, diperlukan pikiran yang terbimbing dan benar. Pikiran dapat mengamankan kebahagiaan manusia, ia juga sanggup membawa berbagai kemajuan dalam kehidupan material kita. Di sini lah kekuatan berpikir secara jelas terwujud, dan menunjukkan pengaruhnya yang mengagumkan atas kehidupan manusia.

Pikiran yang jernih merupakan mata air yang mengalir deras, yang membawa manusia kepada derajat yang lebih mulia ketimbang pendapatan materi, ia juga dapat memperkenalkan manusia kepada dunia baru yang luas. Pemikiran yang benar mencegah para cendekiawan agar tidak menjadi mainan di bawah penguasaan uang. Orang-orang yang kemampuan berpikirnya tumbuh menjadi pusat eksistensi, dengan tabah dapat berdiri tegak ketika penderitaan menimpanya dan mereka mengambil cara pandang yang positif.

Untuk mengamankan diri kita agar tidak menjadi korban berbagai macam peristiwa, dan untuk melindungi diri kita dari gelombang kelalaian dan pemikiran yang berlebih-lebihan, maka kita harus membangun suam pola berpikir bagi diri kita, sehingga dengan cara itu kita dapat memutuskan arah menentukan sikap dan tingkah laku kita. Oleh karenanya, kita dapat membimbing jiwa kita kepada pemikiran yang benar yang dapat melengkapi kita dengan kekuatan rohani untuk mengalahkan kegelisahan.

Seorang sarjana Barat berkata:

Mungkin kita tidak sanggup memilih orang-orang yang sikap dan cara berpikirnya mirip seperti kita, tetapi kita bebas untuk memilih cara berpikir kita. Kita adalah hakim atas pikiran kita. Kita dapat memilih pertimbangan manakah yang tepat. Sebab-sebab dan pengaruh yang datang dari luar yang kita perhatikan bukanlah bagian dari kita, bahwa itu semua dapat mengontrol dan memaksa kita untuk berpikir dengan suatu cara tertentu. Oleh karena itu, kita harus memilih cara berpikir yang benar dan menyingkirkan cara berpikir yang merugikan. Jiwa kita diarahkan kepada jalan pemikiran kita. Dengan kata lain, berbagai pemikiran kita mengarahkan kita dengan suatu cara yang ia kehendaki; oleh karena itu, jangan sampai kira membiarkan diri kita mengambil segala pemikiran yang buruk. Pemikiran semacam ini dapat menangkap kita, dan menjadikan kita sebagai korban berbagai macam kesengsaraan yang berbeda-beda. Kita harus berjuang secara terus menerus guna meraih kesempurnaan, dan mencapai berbagai cita-cita yang paling mulia dan berbagai tujuan yang paling agung, karena rahasia keberhasilan dan kebahagiaan hanya terletak dalam pemikiran yang benar.

Pengaruh-pengaruh Sifat Optimis

Demikian pula, dalam sistem tubuh yang rusak karena berbagai macam penyakit, keharmonisan pemikiran yang dimiliki seseorang juga akan rusak karena berbagai faktor yang berbeda-beda dan sifat-sifat yang buruk. Meskipun ada kekuatan berpikir, namun ia tidak dapat berdiri sendiri dan tidak bebas dari sikap perilaku seseorang. Oleh karena itu, manusia hanya dapat merasa bahagia bila ia melaksanakan cara-cara yang baik yang sesuai dengan pemikiran, sikap dan antusiasnya. Adalah tanggung jawab manusia untuk mencabut akar dari sifat-sifat yang menggelapi kesenangan dan kebahagiaannya.

Dua unsur yang membantu menciptakan pemikiran yang harmonis adalah optimisme dan pandangan positif terhadap kehidupan dan lain-lainnya. Optimisme dan harapan-harapan yang positif tentang hal-hal di sekeliling Anda, merupakan jaminan kesenangan atas mereka yang hidup dalam lingkungan kemanusiaan.

Lawan dari optimisme adalah pesimisme dan pikiran yang buruk tentang sesuatu: sifat ini menjaga kemampuan berpikir secara benar dan mengurangi kemampuan untuk bergerak ke arah kesempurnaan. Sifat optimis dapat digambarkan sebagai cahaya dalam kegelapan dan memperluas wawasan berpikir. Dengan optimisme, cinta akan kebaikan tumbuh di dalam diri manusia, dan menumbuhkan perkembangan baru dalam pandangan nya tentang kehidupan. Ia memberi kemampuan kepada manusia untuk melihat warna kehidupan menjadi lebih indah, karena ia memiliki kemampuan untuk mengamati semua orang dengan suatu sinar dan kekuatan baru guna memutuskan secara sama dan adil satu sama lain. Derita orang yang optimis akan sirna dan harapannya bertambah, jika memelihara bubungan lahiriah dan batiniah dengan berbagai macam unsur masyarakat melalui perilaku yang paling baik.

Tidak ada satu penyebab pun yang mampu mengurangi jumlah problema dalam kehidupan manusia seperti yang diperankan optimisme. Ciri-ciri kebahagiaan itu lebih rampak pada wajah-wajah orang yang optimis, tidak saja dalam hal kepuasan tetapi juga seluruh kehidupan, baik dalam situasi yang positif maupun negatif. Di setiap saat sinar kebahagiaan menerangi jiwa orang yang optimis.

Kebutuhan untuk memperoleh kepercayaan orang lain itu penting. Agar kepercayaan itu ada di antara individu, maka sikap optimis itu haruslah menjadi bagian dari kehidupan mereka. Ini merupakan fakta yang memiliki pengaruh langsung atas kebahagiaan individu dan masyarakat. Kepercayaan di antara para anggota masyarakat merupakan sebab yang penting dalam memajukan masyarakat tersebut. Lawan dari sifat ini adalah curiga; kecurigaan selalu dapat menjadi unsur yang merusak di masa mendatang. Komunikasi yang lebih dalam antara berbagai macam unsur dalam masyarakat akan membawa perkembangan dan kemajuan lebih cepat. Di antara akibat dari sikap optimis adalah keharmonisan, kerja sama atau gotong royong dan kepercayaan. Selain itu, kedamaian dalam kehidupan sosial hanya dapat dinikmati jika hubungan antara para anggota nya dibangun atas dasar kasih sayang, serta kepercayaan dan prasangka-prasangka yang baik terhadap sesama nya.

Seorang sarjana yang bergelut dalam bidang ini berkata:

Prasangka baik itu merupakan suatu ciri dari kepercayaan, dan tiada yang bisa diraih tanpa kepercayaan dan harapan.

Bila kepercayaan seseorang bertambah kepada orang lain, maka kepercayaan kepada dirinya pun bertambah, ini adalah salah satu di antara kejadian yang pasti terjadi dalam masyarakat. Hingga di sini jangan sampai kita tidak mengetahui, bahwa ada suatu perbedaan besar antara sifat optimis dan percaya kepada. orang lain, serta lekas percaya yang tiada alasan. Kepercayaan bukanlah berarti bahwa seorang muslim harus sepenuhnya tunduk kepada orang yang tidak ia kenal, atau mendengarkan apa yang mereka katakan tanpa menyelidiki yang sebenarnya dan mengujinya. Sebaliknya, kita tidak dapat menyamaratakan konsep kepercayaan dengan memasukkan orang-orang yang secara jelas kejahatan dan kezaliman mereka. Dengan kata lain, kepercayaan memiliki kekecualian dan harus memisahkan beberapa anggota masyarakat di bawah kondisi-kondisi tertentu. Sebenarnya, orang yang penuh kepercayaan akan mempraktekkan penelitian yang cermat, dan menelaah berbagai kesimpulan yang diharapkan dalam setiap masalah. Oleh karana itu, tingkah laku nya dibangun di atas jalan pencegahan dan kehati-hatian, dan berbagai tindakannya bergantung kepada pengujian yang hati-hati dan pemikiran yang mendalam.

Seruan Islam kepada Sifat Optimis dan Percaya Diri

Islam telah menanam akar kepada orang-orang yang beriman dengan mengisi keyakinan ke dalam hati mereka. Dengan cara seperti ini, agama kira membimbing para pengikutnya kepada ketenteraman dan kestabilan. AI-Quran menyatakan, bahwa Rasulullah Saw. begitu yakin hingga orang-orang munafik mengecam beliau karena keyakinannya ini.

lslam memerintahkan kepada para pengikutnya untuk saling percaya satu sama lain dan untuk menganggap niat-niat orang lain adalah baik. Oleh karena ini, tidak diperbolehkan bagi siapa pun juga untuk memutuskan hukuman kepada seorang muslim sebagai orang yang bersalah sebelum adanya bukti-bukti yang jelas.

Amirul Mukminin Ali a.s. berkata:

Berprasangka baiklah terhadap saudara-saudaramu, kecuali kalau ada sesuatu yang membuatmu memutuskan sebaliknya; dan janganlah mengeluarkan suatu kata yang buruk tentangnya bila masih ada kemungkinan yang baik padanya.

(Jami' As-Sa'adat, jilid II, hal. 28)

Bila masyarakat saling percaya satu sama lain, hal ini akan meningkatkan kecintaan mereka satu sama lain, dan membawa mereka kepada kehidupan yang harmonis. Para Imam kaum Muslimin mengungkapkan tentang pentingnya sifat percaya melalui berbagai cara.

Imam Ali a.s. berkata:

Barangsiapa yang percaya kepada orang lain, ia akan memperoleh cinta dari mereka.

(Ghurar AI-Hikam)

Dr. Mardin dikutip mengatakan:

Bila anda membina suatu persahabatan dengan seseorang, cobalah untuk menjalankan hal-hal yang positif saja; lalu cobalah dengan kesadaran anda untuk menghargai perilaku-perilaku baik yang telah anda dapatkan darinya. Jika anda mampu memusatkan nasehat ini ke dalam benak anda, anda akan hidup dengan baik dan memuaskan, serta akan menemukan, bahwa setiap orang memberikan sisi-sisi yang baik dan menyenangkan kepada anda, seraya mencoba untuk memikat persahabatan bersama anda.

(Piruzi Fikr)

Bahkan, boleh jadi sifat optimis dan percaya itu akan mempengaruhi pemikiran dan tingkah laku orang-orang yang tersesat. Ringkasnya, sifat percaya dan optimis memberikan landasan bagi keselamatan orang-orang semacam ini.

Imam Ali a.s, berkata:

Sifat percaya menolong orang yang tenggelam dalam dosa.

Dr. Dale Carnegie menyatakan:

Baru-baru ini, saya bertemu dengan seorang manajer suatu pengumpul hak suara berbagai restaurant. Ikatan khusus restauran ini disebut "The Honorable Deal" (Transaksi Mulia). Dalam restaurant-restauran ini, yang didirikan tahun 1885, para karyawan nya tidak pernah memberi bon penagihan kepada para pelanggan nya. Sebaliknya para pelanggan memesan apa-apa yang ingin mereka makan, dan setelah selesai makan mereka sendiri yang menghitung biayanya dan membayar kepada kasir tanpa ada persoalan apa pun. Saya berkata kepada manajer itu: 'Tentu anda punya seorang pengawas rahasia! Anda tidak dapat begitu saja percaya kepada semua pelanggan restauran anda?!' Dia menjawab: 'Tidak, kami tidak mengawasi para pelanggan kami. Kami tahu bahwa cara kami ini tepat. Sebelum ini kami tidak pernah mampu untuk maju dan berkembang selama separuh abad terakhir". Para pelanggan restauran ini merasa, bahwa mereka mengadakan transaksi dengan cara yang dihargai, hal ini berangkat dari ide bahwa yang miskin, yang kaya, pencuri dan pengemis, semua mencoba untuk menyesuaikan diri dengan tingkah laku yang baik yang sama-sama diharapkan dari mereka.

Mr. Louis, seorang psikolog berkata:

Jika anda berhubungan dengan orang yang tidak Stabil, memiliki sifat buruk, lalu anda mencoba membimbingnya menuju kebaikan dan kestabilan, cobalah membuatnya merasa bahwa anda memberikan kepercayaan kepada nya, perlakukanlah dia seperti orang yang dihormati dan dihargai. Anda akan mendapati bahwa ia mencoba menjaga kepercayaan yang telah anda berikan. Walhasil, untuk itu ia akan membuktikan bahwa ia menghargai kepercayaan anda. Ia akan mencoba melakukan apa yang membuatnya sesuai dengan kepercayaan yang anda berikan.

(How To Win Friends)

Dr. Gilbert Roben menulis:

Percayailah anak-anak. Yang saya maksud adalah, berurusanlah dengan mereka seolah-olah mereka tidak pernah membuat suatu kesalahan. Dengan kata lain hapuslah masa lalu mereka dan maafkanlah perilaku mereka yang salah. Cobalah untuk memberikan tugas-tugas penting kepada orang-orang yang tidak berkelakuan baik. Dengan setiap tugas baru yang anda berikan kepada mereka buatlah seolah-olah mereka telah memperbaiki tingkah laku mereka dan bahwa mereka telah memenuhi syarat bagi tugas yang anda berikan. Hal ini memungkinkan untuk menyingkirkan berbagai rintangan dalam memperbaiki melalui perilaku yang baik dan memberi kepercayaan kepada mereka. Dari sini dapat kami katakan bahwa kebanyakan di antara berbagai tindakan yang tidak diinginkan, merupakan reaksi-reaksi untuk mengisi waktu dalam kehidupan individu.

Sir Yal Bint menyarankan agar memberi kepercayaan kepada anak-anak yang memiliki kebiasaan mencuri uang, dan memberi mereka tugas-tugas yang sesuai dengan kemampuan orang-orang yang malas. Kepercayaan menjamin kesenangan kepada seseorang.

Imam Ali a.s. berkata:

Kepercayaan adalah suatu kesenangan bagi hati dan keamanan dalam iman.

(Ghurar AI-Hikam, Hal. 376)

Kepercayaan juga membebaskan dari rekanan yang diciptakan oleh kesengsaraan dan kemalangan dalam kehidupan.

Imam Ali a.s. menyatakan:

Kepercayaan mengurangi depresi.

Dr. Mardin berkata:

Tidak ada sesuatu yang membuat kehidupan lebih-indah dalam pandangan kita yang mengurangi penderitaan-penderitaan kita dan meratakan jalan bagi keberhasilan sebagaimana sifat optimis dan kepercayaan. Oleh karena itu, hati-hatilah terhadap pemikiran-pemikiran yang menyakitkan, sebagaimana anda berhati-hati terhadap penyakit-penyakit dan berbagai pengaruhnya yang berbahaya. Bukalah pikiran anda terhadap pemikiran yang optimis, dan anda akan melihat betapa mudahnya anda dapat menolong diri sendiri dari berbagai pemikiran yang ada.

(Piruzi Fikr)

Adalah penting bagi kaum Muslimin untuk bersikap satu sama lain dengan suatu cara yang tidak memberi peluang bagi dugaan-dugaan buruk merasuki masyarakat. Mengenai hal ini Imam Ali a.s. menasehati kaum Muslimin agar berpikir secara positif terhadap satu sama lain, dan bertindak dengan cara yang tidak membuat orang lain curiga. Beliau juga mengingatkan, bahwa manusia harus menjauhkan diri dari hal-hal yang mengandung prasangka. Sebagaimana dikutip dari beliau:

Barangsiapa yang berharap kepada anda, (berarti) telah memberi anda kepercayaan nya. Oleh karena itu janganlah mengecewakannya.

(Ghurar Al-Hikam, hal. 680)

Imam Ali membuat suatu keputusan bagi akal manusia, berkenaan dengan pemikiran manusia terhadap orang lain. Beliau berkata:

Harapan-harapan manusia adalah ukuran bagi akalnya dan perilakunya adalah saksi yang paling benar terhadap kebenarannya.

(Ghurar Al-Hikam, hal. 474)

Seseorang yang dugaan-dugaannya terhadap orang lain negatif, akan mengurangi kemampuan akal secara logis. Penolakan mentah-mentah prasangka buruk terhadap kaum Muslimin adalah tanda dari kekuatan spiritual mereka. Imam Ali a.s. berkata:

Orang yang menolak prasangka buruk terhadap saudara nya, memiliki akal yang sehat dan hati yang damai.

(Ghurar Al-Hikam, hal. 678)

Samuel Smiles berkata:

Telah terbukti, bahwa orang-orang yang memiliki perilaku dan ruh yang kuat, secara alamiah akan bahagia dan penuh harapan dalam kehidupan nya. Mereka melihat setiap orang dan segala sesuatunya dengan kepercayaan dan kemudahan. Orang-orang bijak melihat sinar matahari akan segera menembus setiap mendung, dan menyadari bahwa di balik setiap kemalangan dan penderitaan terdapat kebahagiaan yang mereka rindukan. Orang-orang ini akan menemukan kekuatan baru setiap tertimpa problema baru dan menemukan harapan dalam setiap depresi atau kesedihan. Perilaku seperti ini akan merasakan kebahagiaan yang sesungguhnya, dan para penyokongnya adalah keberuntungan. Cahaya kegembiraan bersinar di mata mereka, dan mereka selalu terlihat tersenyum. Hati orang-orang ini berkilauan laksana bintang, dan mereka melihat segalanya dengan mata pemahaman dan dengan warna yang mereka kehendaki.

Imam Ja'far Ash-Shadiq a.s. memandang dugaan yang baik sebagai salah satu hak seorang Muslim atas Muslim yang lain:

Di antara hak seorang Mukmin atas Mukmin yang lain adalah tidak mencurigainya.

(Ushul Al-kafi, jilid I, hal. 394)

Sebenarnya, unsur yang paling mampu memberikan kepada manusia sikap optimis, adalah iman atau keyakinan. Bila semua orang menjadi satu bangsa yang beriman kepada Allah, Rasul-Nya dan Hari Kiamat, akan mudah bagi setiap orang untuk benar-benar saling percaya. Kurangnya iman di antara manusia adalah suatu alasan bagi adanya penyakit curiga dalam masyarakat. Seorang yang beriman, yang hatinya senang dalam beriman dan percaya kepada Allah, akan bergantung kepada kekuatan yang tak terbatas bila dirundung kelemahan. Selama menderita, ia mencari perlindungan kepada Allah. Hal ini akan melatih jiwanya, dan secara mendalam, mempengaruhi akhlaknya.

3. Pesimisme

• Titik Terang dan Gelap Dalam Kehidupan

• Dampak-dampak Negatif Sifat Pesimis

• Sikap lslam Terhadap Sifat Pesimis

Titik Terang dan Gelap Dalam Kehidupan

Kehidupan manusia merupakan suatu campuran antara sedih dan senang. Dua sifat ini ikut andil dalam kehidupan di dunia ini. Setiap orang mengalami pengalamannya sendiri dan menjadi korban rasa sedih dan senang atas berbagai problema dan malapetaka kehidupan. Sesuai dengan fakta yang pahit ini, kehidupan manusia senantiasa berubah antara kesedihan dan kemudahan.

Kita sebagai manusia tidak dapat merubah Sunnatullah yang menguasai hidup kira ini agar tunduk kepada kehendak kita sendiri. Kini, setelah kita menyadari makna yang mendalam dari kehidupan ini, kita dapat mengarahkan pandangan kita kepada sisi eksistensi yang indah dan membuang sesuatu yang buruk yang menyuramkan fakta kehidupan di alam semesta yang luas ini. Alam semesta ini, yang dipenuhi dengan ciptaan yang menakjubkan dan kebijaksanaan yang penuh keseksamaan, semua ini mengatakan kepada kita bahwa setiap makhluk yang ada memiliki suatu tujuan bagi penciptaannya. Di lain pihak, boleh jadi kita tidak tahu atau lupa terhadap titik-titik terang di alam semesta dan hanya terfokus kepada bintik-bintik suramnya. Akhirnya ini semua terserah kepada setiap orang untuk memilih arah pemikirannya, ia dapat memilih warna dan pandangan hidup yang ia kehendaki.

Adalah wajib bagi kira untuk mempersiapkan diri guna menghadapi dan memilih yang manakah yang pantas bagi kita untuk menghindari faktor-faktor yang merugikan, sehingga kita tidak kehilangan kemampuan untuk bermawas diri. Sebaliknya, bisa-bisa kita menghadapi kemalangan yang tak dapat dihindari, atau bahkan menjadi korban topan kesengsaraan.

Banyak di antara kita yang membayangkan bahwa jika rangkaian peristiwa dalam kehidupan kita berbeda, kita akan menjadi orang yang bahagia. Sebenarnya problem orang-orang ini tidaklah berhubungan dengan berbagai peristiwa dalam hidup mereka tetapi berhubungan dengan cara-cara. mereka bergelut di dalamnya. Adalah mungkin bagi kita untuk merubah pengaruh peristiwa-peristiwa semacam ini, atau bahkan merubah beberapa akibatnya menjadi hal-hal yang bermanfaat.

Seorang pemikir terkenal menulis:

Pemikiran kita selalu berjalan di daerah kebencian dan ketidakpuasan, sehingga kita selalu mengeluh dan menangis. Alasan di balik tangisan ini berada dalam kesadaran, Kita dibangun dengan cara semacam ini, yakni, keberadaan kita tumbuh dengan jalan yang tidak sesuai dengan jiwa dan rohani kita.

Setiap hari kita berkeinginan dan berharap kepada sesuatu yang baru, atau mungkin kita benar-benar tidak mengetahui apa yang kita inginkan. Kita percaya bahwa orang bin telah memperoleh kebahagiaan, sehingga kita iri terhadap mereka karena kita hidup menderita. Kita adalah seperti anak-anak yang berbuat tidak senonoh yang mem buat-buat alasan-alasan haru dali mulai menangis. Jiwa kita menderita terhadap tangisan mereka dan kita tidak bisa tenang hingga kita membuat mereka memahami fakta-fakta dan membuang apa yang mereka bayangkan secara keliru sena meninggalkan berbagai keinginan mereka yang sukar dikendalikan.

Anak-anak ini, sebagai akibat dari keinginan mereka yang banyak, menjadi buta terhadap segala sesuatu kecuali kesengsaraan. Adalah kewajiban kita untuk membuka mata mereka terhadap sisi kehidupan yang baik. Kita harus membuat mereka memahami bahwa tidak ada seorang pun kecuali orang-orang yang membuka mata mereka terhadap taman kehidupan, akan dapat menanam bunga-bunga dan mawar-mawarnya, sementara orang-orang yang buta tidak akan memperoleh apa pun kecuali duri-duri. Jika kita sanggup melewati perbatasan depresi dan pesimisme serta melihat kenyataan yang ada, maka akan kita dapati bahwa bahkan di saat-saat sekarang ini, yakni ketika kita telah jatuh ke dalam lubang yang menakutkan, masih ada mawar-mawar dan bunga-bunga di taman kehidupan yang memanggil mata para pembidiknya di setiap saat.

Pemikiran mempunyai pengaruh yang mendalam terhadap kebahagiaan manusia, Sebenarnya, satu-satunya faktor yang paling efektif untuk kebahagiaan manusia adalah kemampuannya dalam berpikir dan bercalar. Suatu kejadian yang belum pernah terjadi sebelumnya tidaklah dapat ditanggung dan akan merusak pandangan mata orang-orang yang pesimis. Tetapi, dari sudut pandang orang yang optimis, yang melihat segalanya dengan cara yang positif, kejadian semacam ini tidak membuat mereka takluk dan tidak menyebabkannya kehilangan daya tahan dalam segala keadaan. Orang yang optimis tidak pernah meninggalkan kerendahan hati, kendali diri dan kesabaran.

Orang-orang yang selalu berpikir bahwa poros kejahatan mengelilingi mereka, hanya akan membuat kehidupan mereka menderita, suram dan tidak menyenangkan, akan kehilangan banyak kekuatan dan kemampuan diri sebagai akibat kepekaan perasaan mereka yang berlebih-lebihan, dan akan melarikan diri dari rahmat dan hal-hal yang baik di dunia ke dalam kejahilan yang fatal.

Menurut seorang ulama:

Dunia bereaksi terhadap manusia seperti manusia berurusan dengan dunia. Maka, jika anda tertawa pada dunia, ia akan tertawa dengan anda. Jika anda melihat dunia secara suram, ia akan tampak suram. Jika anda bersemedi dari dunia, ia akan menganggap anda di antara para petapa, dan jika anda bermurah hati dan benar, anda akan dapati orang-orang di sekeliling anda mencintai anda dan membuka harta karun cinta dan rasa hormat dari hati mereka untuk anda.

Meskipun penderitaan itu tampaknya pahit, ia menghasilkan buah yang istimewa bagi pikiran dan jiwa. Kemampuan rohani manusia menjadi lebih jelas terwujud dalam gelapnya kesedihan. Akal dan ruh manusia berkembang dalam gulungan pengorbanan yang terus menerus dan dalam perjuangan yang tak kenal takluk ke puncak kesempurnaan manusia.

Dampak-dampak Negatif Sifat Pesimis

Sifat pesimis adalah suatu penyakit rohani yang berbahaya. Ia penyebab banyak kerugian, cacat dan kekecewaan. Sifat pesimis adalah suatu kemalangan yang menyedihkan yang menyiksa jiwa manusia dan meninggalkan cacat-cacat yang tidak dapat diterima oleh kepribadian manusia dan tidak terhapus.

Ketika mengalami kesedihan dan atau penderitaan, manusia cenderung menjadi peka. Dalam keadaan demikian itu sifat pesimis dapat muncul sebagai akibat dari pemberontakan yang kuat di dalam emosi dan perasaan seseorang. Sifat pesimis yang memasuki pikiran dengan cara seperti ini meninggalkan pengaruhnya pada proses berpikir manusia.

Keindahan penciptaan tidak terwujud di mata orang yang cermin rohaninya telah dilumuri oleh bayang-bayang pesimisme. Lebih jauh, bahkan baginya kebahagiaan tampak sebagai kejenuhan dan bencana, dan cara berpikirnya yang negatif tidak dapat memahami perilaku orang-orang yang tidak berdosa itu bersih dari niat-niat jahat. Orang-orang yang pemikirannya telah menjadi sedemikian negatif akan kehilangan segala kemampuannya yang berfaedah, karana dengan imajinasinya yang tidak benar mereka menciptakan banyak problema bagi diri mereka sendiri; oleh karenanya mereka membuang percuma bakat-bakat mereka dengan terus bersikap khawatir terhadap berbagai kejadian yang tidak mereka terima dan mungkin tidak akan mereka hadapi.

Sebagaimana telah kami katakan sebelumnya, dampak sifat optimis berkembang ke sekelilingnya dan menggembirakan rohaninya dengan harapan. Sebaliknya, sifat pesimis mendiktekan kegelisahan dan kesedihan ke sekelilingnya, dan bahkan menarik mereka dari sinar harapan yang membersihkan jalan kehidupan bagi umat manusia.

Dampak-dampak sifat pesimis yang merugikan tidak hanya terbatas pada jiwa, ia secara merugikan juga mempengaruhi tubuh. Berbagai telaah menunjukkan bahwa para penderita pesimisme memiliki tingkar penyembuhan lebih rendah. Menurut seorang dokter medis:

Lebih sulit mengobati orang-orang yang curiga terhadap segala sesuatu dan setiap orang, daripada menolong orang yang melompat ke laur mencoba untuk bunuh diri. Memberi obat kepada orang yang selalu hidup gelisah seperti menuang air ke dalam minyak yang mendidih. Agar supaya segala obar membantu, adalah penting bagi si penderita untuk memelihara rasa senang dan percayanya.

Orang yang menderita rasa pesimis dengan jelas mengalami suatu perasaan kesepian dan curiga ketika berurusan dengan orang lain. Sebagai akibat dari keadaan yang tidak menyenangkan ini, orang-orang tersebut menghancurkan kemampuan mereka untuk maju dan berkembang; dan menakdirkan diri mereka kepada kehidupan yang tidak diinginkan. Dari kenyataan ini, sifat pesimis didapati sebagai faktor utama dalam penyebab bunuh diri.

Jika kita melihat di segala lapisan masyarakat manusia, kita akan dapati bahwa bergunjing dan gosip berangkat dari sifat prasangka ditambah dengan kurangnya sifat introspeksi diri dan mau berpikir. Kendati mereka lemah dalam memutuskan dan berimajinasi luas, mereka sering mendakwa orang lain tanpa membuktikan pokok masalah yang terkait. Orang-orang ini berimajinasi tanpa membuktikan pra sangkanya, sehingga dengan mudah tujuan-tujuan pribadi mereka dapat diketahui. Kelemahan besar ini menyebabkan tali persatuan dan hubungan yang tulus menjadi putus, dan mencabut manusia dari saling percaya serta mengarah kepada penghancuran moral dan juga jiwa.

Kebanyakan di antara peristiwa permusuhan, benci dan dengki yang berbahaya, baik terhadap individu maupun masyarakat, merupakan hasil dari prasangka yang berbeda dengan kenyataannya. Prasangka berkembang di masyarakat bahkan dapat merasuki pikiran para filosof dan ulama. Kami dapat menunjukkan banyak contoh dalam sejarah ketika para ulama berbuat berbagai kesalahan besar dengan memandang masyarakat mereka dari sudut pesimistis; mereka membuat gagasan-gag3san atas dasar kritik dan mencari-cari kelemahan dalam sistem sosialnya. Mereka bukannya memberikan hal-hal yang membahagiakan, ulama bingung ini malah meracuni ruh masyarakat dengan pemikiran mereka yang berbahaya. Mereka juga menundukkan dasar-dasar akidah dengan kritik dan kebencian.

Abu Al-‘Ala Al-Mauri termasuk di antara para ulama yang pesimis. Pemikiran filosof terkenal ini sangat negatif terhadap kehidupan yang ia katakan sebagai pencegahan dari pergaulan untuk memusnahkan umat manusia; walhasil menanggung sendiri berbagai penderitaan hidup ini.

Sikap Islam Terhadap Sifat Pesimis

Al-Quran secara jelas memasukkan sifat pesimis dan pemikiran buruk di antara perbuatan dosa yang jahat, dan memperingatkan kaum Muslimin dari berpikir secara negatif satu sama lain.

"Hai orang-orang yang beriman! Jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian dari prasangka itu adalah dosa".

(QS.49:12)

Agama Islam melarang sifat prasangka jika bukti yang meyakinkan tidak ada. Rasulullah Saw. berkata:

"Seorang Muslim aman dari Muslim yang lain: darahnya, hartanya dan (dilarang) bagi seorang Muslim untuk berpikir secara negatif terhadap yang lain."

(Tirmidzi, Bab 18, Ibnu Majah, Bab 2)

Jadi, karana diharamkan memindahkan harta seseorang kepada orang lain tanpa bukti yang cukup, diharamkan juga mencurigai orang dan menuduhnya berbuat jahat sebelum membuktikan kesalahannya dengan bukti yang meyakinkan. Amirul Mukminin Ali a.s. berkata:

Tidak dibenarkan menghukum sesuatu yang dapat dipercaya hanya atas dasar spekulasi.

(Nahjul Balaghah, hal. 174)

Kemudian beliau menjelaskan hal-hal yang mudarat dan merugikan dari sifat prasangka ketika beliau berkata:

Berhati-hatilah terhadap prasangka, karana prasangka meruntuhkan ibadah dan membuat dosa menjadi lebih besar.

(Ghurar Al-Hikam, hal. 154)

Bahkan beliau menggambarkan prasangka baik sebagai sifat yang menindas.

Berprasangka (kepada pelaku perbuatan baik) merupakan dosa yang paling buruk dan jenis penindasan yang paling buruk.

(Ghurar Al-Hikam, hal. 434)

Beliau juga mengatakan bahwa berprasangka kepada orang yang anda cintai menyebabkan hubungan menjadi lebih buruk dan pada akhirnya akan memutuskannya. Imam Ali as. menyatakan:

Barangsiapa yang berlebih-lebihan dalam berprasangka. tidak meninggalkan kedamaian antara dia dan yang dicintainya.

(Ghurar Al-Hikam, hal. 698)

Prasangka memiliki dampak yang bertentangan dengan batin dan tingkah laku orang lain. juga kepada mereka yang berprasangka. Kadang-kadang sifat prasangka menyeret orang-orang tersangka dari jalan yang lurus dan mengarahkan mereka kepada kerusakan dan kerendahan. Imam Ali a.s. berkata:

Prasangka merusak berbagai urusan dan menghasut kejahatan.

(Ghurar Al-Hikam, hal. 433)

Dr. Mardin menulis:

Beberapa pemilik usaha mencurigai para karyawannya mencuri. sebaliknya, hal ini memaksa tersangka untuk menjadi apa yang mereka sangkakan. Walaupun prasangka tidak rampak dalam kata-kata atau perbuatan, ia mempengaruhi batin si tersangka dan mengarahkannya untuk melakukan apa yang disangkakan kepadanya.

(Pirozi Fikr)

Mengenai prasangka, Imam Ali a.s. juga menyatakan:

Jauhilah prasangka ketika tidak pantas, karena hal ini memanggil orang ya.ng sehat kepada sakit; dan orang yang tidak berdosa kepada keraguan.

(Ghurar Al-Hikam, hal. 152)

Beliau juga menyatakan bahwa orang-orang yang menderita penyakit prasangka terampas kesehatan jasmani dan rohaninya:

Orang yang suka berprasangka tidak pernah dapat ditemukan dalam keadaan sehat.

(Ghurar AI-Hikam, hal. 835)

Dr. Carl menulis mengenai hal ini:

Beberapa kebinasaan, seperti mengeluh dan mencurigai orang, mengurangi kemampuan seseorang untuk hidup. Kebiasaan perilaku yang. negatif ini secara merugikan mempengaruhi orang tersebut dan juga mempengaruhi kelenjar tubuh. Ia juga menyebabkan kerusakan praktis pada tubuh.

(Rah Wa Rasm Zindaqi)

Dr. Mardin menambahkan:

Prasangka menghilangkan kesehatan dan melemahkan kekuatan-kekuatan perilaku. Jiwa-jiwa yang seimbang tidak pernah mendambakan kerusakan. Mereka mengharapkan kebaikan di setiap saat. karena mereka tahu bahwa kebaikan merupakan kenyataan yang kekal. dan bahwa kejahatan tidak lain kecuali pekerjaan yang melemahkan kekuatan kebaikan. Karena kegelapan merupakan akibat dari kurangnya cahaya. maka carilah jalan yang terang, karana ia menghapus kegelapan hati.

(Pirozi Fikr)

Orang-orang yang suka berprasangka merasa takut terhadap orang lain, sebagaimana dikatakan oleh Imam Ali a.s.:

Barangsiapa yang suka berprasangka merasa takut kepada siapa saja.

Dr. Farmer mengatakan:

Orang-orang yang .takur berbicara tentang berbagai gagasan dan sudut pandangnya di muka umum, di mana justru setiap orang secara terang-terangan menyatakan berbagai pendapat mereka, dan yang mencari tempat berlindung di tepi jalan dan di ujung lorong untuk menghindari pertemuan dengan para sahabatnya (yang berkumpul) di jalan-jalan yang lebar atau di taman-taman umum, mereka dikuasai oleh rasa takut, prasangka dan pesimis.

(Raz Khusbbakhti)

Salah satu faktor yang menyebabkan prasangka adalah kenangan-kenangan buruk yang disembunyikan di dalam batin seseorang. Imam Ali a.s, berkata:

Hati mempunyai dugaan-dugaan buruk dan hati membencinya.

(Ghurar Al-Hikam, hal. 29)

Dr. Haleem Shakhter berkata:

Orang-orang yang kurang percaya diri mempunyai kepekaan yang tinggi sehingga mereka akan mengalami penderitaan-penderitaan hanya dari hal-hal kecil.

Bekas-bekas dari penderitaan-penderitaan semacam ini tetap berada dalam benak bawah sadar mereka dan mempengaruhi berbagai tindakan, ucapan dan pemikiran mereka. Segera setelah itu mereka jatuh menjadi korban penyakit prasangka dan tidak menyadari alasan di balik berbagai penderitaan mereka.

Berbagai kenangan yang menyakitkan menyembunyikan diri ke dalam perasaan kita dan sangar sulit bagi kita untuk mengetahuinya. Dengan kata lain, memang wajar bagi manusia untuk menghindarkan diri dari berbagai kenangan pahit dan mencoba menghilangkannya dari pikiran. Musuh yang bersembunyi ini tidak pernah berhenti menimbulkan kejahatan dan kebencian atas jiwa, tingkah dan perilaku kita. Bahkan kadang-kadang kita mendengar atau menemukan kata-kata atau tindakan kira sendiri atau orang lain, yang karenanya kita menyadari tidak adanya penjelasan yang dapat dipertanggungjawabkan. Maka jika kira dengan hati-hati memeriksa diri, kira dapat menemukan bahwa itu semua disebabkan oleh kenangan atau ingatan-ingatan yang buruk.

(Rusdhe Shahkhsiat)

Orang yang berwatak rendah memilih diri mereka menjadi hakim atas tindakan-tindakan orang lain, sehingga berbagai kelakuan buruk orang lain berpengaruh padanya. Imam Ali a.s. menunjukkan fakta ini ketika beliau berkata:

Para pelaku kejahatan tidak pernah berpikir baik tentang orang lain karena mereka melihat orang lain dengan wataknya sendiri.

(Ghurar Al-Hikam, hal. 80)

Sebagaimana dikutip Dr. Mann mengatakan:

Beberapa orang menguruk orang lain dengan mengeluh tentang perbuatan-perbuatan mereka sedangkan mereka, diri mereka sendiri, melakukan perbuatan yang sama; mereka melakukan hal ini untuk menebus kekurangan-kekurangan mereka sendiri dan untuk semacam pertahanan diri. Sikap ini digambarkan sebagai suatu cara menghindari rasa gelisah; membandingkan orang lain dengan dirinya merupakan suatu tindakan kemarahan. Ketika keadaan tersebut memuncak dan pertahanan diri semakin bertambah, mereka akhirnya berada pada situasi 'kerusakan mental'. Sistem pertahanan ini dapat timbul dengan melakukan SCSU3ru yang secara sosial tidak dapat diterima dan pada gilirannya menciptakan suatu 'perasaan ingin' menghubung-hubungkannya dengan orang lain.

(Ushul e Ravanshenashi)

Ketika Rasulullah Saw. memasuki kota Madinah setelah berhijrah dari Makkah, seorang lelaki mendatangi beliau dan berkata: 'Wahai Rasulullah, orang-orang di kota ini adalah orang-orang baik, mereka semua baik; engkau celah melakukan suatu hal' yang tepat dengan datang ke sini". Rasulullah Saw. berkata kepada lelaki itu: "Engkau berkata benar". Kemudian lelaki lain mendatangi Nabi dan berkata:

“Rasulullah, orang-orang di kota ini jahat, akan lebih baik bila engkau tidak hijrah kemari!" Kemudian Rasulullah berkata: "Engkau berkata benar". Ketika orang-orang mendengar jawaban Nabi kepada kedua lelaki itu, maka mereka pun bertanya kepada beliau. Nabi memberi jawaban kepada mereka: "Tiap-tiap orang itu berkata dengan apa yang ada dalam benaknya, oleh karenanya kedua-duanya benar". Yang Nabi Saw. maksudkan bahwa kedua lelaki itu benar terhadap dirinya masing-masing.”

Jenis prasangka yang dilarang secara jelas dapat dipahami sebagai suatu pemikiran yang sesat, dan sebagai kecenderungan jiwa kepada pemikiran yang buruk serta bersikeras terhadapnya. Yang lebih dilarang daripada jenis prasangka ini adalah berbuat atasnya. Karena, berbagai pemikiran dan dugaan yang ada dalam pikiran namun tanpa ada perbuatan nyata dari individu, tidak dapat dianggap berada di bawah wewenang hukum fiqih. Pemikiran-pemikiran ini muncul di luar kemauan, menghindarinya juga di luar kemauan; tetapi adalah kehendak individu untuk mewujudkan atau tidak mewujudkannya dalam tindakan-tindakan.

Berbagai kesengsaraan orang-orang pesimis -berasal dari kekacauan yang mengerikan ini. Oleh karena itu, adalah wajib bagi orang-orang yang dapat menunjukkan dengan tepat suatu alasan yang menyebabkan mereka menjadi terlalu berprasangka demi mengobati dan melepaskan diri mereka dari kemalangan-kemalangan semacam ini.


3

4

5

6

7

8