6. Fitnah
• Masyarakat yang Ternodai Fitnah
• Mudarat-mudarat Fitnah
• Apakah yang Membuat Fitnah Berkembang
• Agama Terhadap Akhlak yang Buruk
Masyarakat yang Ternodai Fitnah
Tidak syak lagi bahwa saat sekarang ini masyarakat manusia menderita berbagai macam penyelewengan rohani dan korupsi sosial dan telah lalai dalam mengembangkan akhlak mereka, pada langkah yang sama mereka mampu menjaga kemewahan-kemewahan materi bagi diri mereka: Hari demi hari masyarakat semacam ini menghadapi sejumlah besar penyakit gawat yang telah membanjiri lautan kehidupan dengan berbagai penderitaan yang fatal. Orang-orang yang bersungguh-sungguh berjuang untuk menghindari berbagai penderitaan pun menyudahi keracunan mereka dengan dosa-dosa dan' mencari tempat berlindung dalam pangkuan kerendahan guna mengurangi berbagai penderitaan rohani dan kegelisahan mereka. Namun sinar matahari kebahagiaan tidak akan pernah mengalihkan cahayanya yang menerangi kehidupan mereka.
Orang-orang ini telah menipu diri sendiri dengan meyakini bahwa mereka telah bebas dari segala pembatasan dan peraturan-peraturan, dan kini mereka berlomba-lomba di medan-medan kerendahan dan kelalaian, Bila secara hati-hati kita memeriksa kehidupan orang-orang yang tanpa akhlak ini, kita temukan bahwa mereka menggunakan cara-cara peningkatan materi yang cepat terhadap berbagai tujuan yang mereka ciptakan untuk kepentingan itu. Mereka telah menjadikan fenomena materi sebagai suatu poros bagi berbagai hasrat dan keinginan mereka, dan mendung dosa-dosa pun telah membayangi masyarakat mereka.
Akan lebih produktif lagi jika mereka menggunakan harta kekayaan mereka yang melimpah, yang mereka habiskan untuk penyelewengan dan kekacauan, di wilayah akhlak yang baik yang tidak dapat dirubah. Meskipun begitu norma-norma perilaku yang mereka terima, secara terus menerus berubah.
Tiada gunanya untuk mengatakan bahwa kalau sifat-sifat yang mulia menjadi hakim bagi kepribadian-kepribadian yang baik, para anggota masyarakat tidak akan melaksanakannya melainkan akan selalu dipengaruhi oleh pikiran sosial yang mengarahkan mereka untuk meniru perbuatan-perbuatan masyarakat lain, mereka pun tidak tahu menahu tentang adanya kemungkinan pengaruh-pengaruh yang merugikan. Atas dasar ini kita harus menyadari bahwa peradaban kontemporer kurang mampu menciptakan watak-watak yang sehat dan mulia, mereka juga tidak dapat menjamin keselamatan atau kebahagiaan bagi masyarakat mana pun. Dr. Carl, seorang sarjana Perancis terkenal berkata:
Kira membutuhkan suatu dunia di mana setiap orang dapat menemukan suatu tempat yang pantas bagi dirinya tanpa membeda-bedakan antara kebutuhan materi atau kebutuhan rohani. Dengan ini kita mampu menyadari bagaimana kita bisa hidup, kemudian kita menyadari pula bahwa kemajuan pada jalan kehidupan tanpa suatu pedoman yang benar adalah suatu hal yang berbahaya. Kini kita menyadari bahaya ini, namun mengherankan betapa kita telah lalai untuk mencari cara-cara berpikir yang benar. Kenyataannya bahwa hanya sedikit yang benar-benar mengetahui bahaya ini. Kebanyakan manusia dikuasai oleh nafsu-nafsu mereka dan mereka begitu mabuk dengannya yang, tanpa menghiraukan seberapa tinggi teknologi mereka, mereka tidak berkehendak untuk menghentikan segala kesenangan yang haram itu demi suatu peradaban yang layak.
Kehidupan hari ini seperti sungai indah yang mengalir dari lereng yang curam, menghanyutkan harapan dan mimpi-mimpi kira ke dalam lautan kerusakan dan penyelewengan demi memuaskan keinginan-keinginan sementara dan kebutuhan-kebutuhan sesaat. Banyak orang telah menemukan kebutuhan-kebutuhan baru dan kini berjuang keras untuk memenuhi kebutuhan ini. Di samping kebutuhan ini, ada hal-hal lainnya yang membawa kebahagiaan sementara kepada mereka, seperti fitnah, bergunjing, perbincangan tanpa arah tujuan, dan lain-lainnya yang sebenamya lebih berbahaya daripada alkohol terhadap kesehatan.
Salah satu penyelewengan sosial yang hendak kami uraikan adalah fitnah; tidaklah perlu untuk menjelaskan makna teknis dari fitnah, karena setiap orang telah mengetahuinya.
Mudarat-mudarat Fitnah
Mudarat fitnah yang paling berbahaya adalah pengrusakan kepribadian rohani dari kesadaran orang yang memfitnah. Orang-orang yang menyimpang dari jalan pemikiran alami mereka akan kehilangan keseimbangan berpikir dan sistem perilaku mereka yang mulia; di samping itu juga merusak perasaan-perasaan manusia dengan menyingkap rahasia dan kesalahan mereka.
Fitnah menghancurkan singgasana moralitas manusia dan merampas martabat dan sifat-sifatnya yang tinggi dengan kecepatan yang menakjubkan. Sebenarnya, fitnah membakar lapisan-lapisan moralitas di dalam hati pemfitnah hingga menjadi abu. Fitnah menggelapkan pemikiran yang jernih hingga akhirnya gerbang-gerbang akal dan pemahaman menjadi mati. Bila kita berpikir tentang bahaya fitnah terhadap masyarakat, kira temukan bahwa fitnah telah membuat kerusakan besar terhadap para anggota masyarakat.
Fitnah memainkan suatu peranan yang menghancurkan dalam menyebabkan terjadinya permusuhan dan kebencian di antara para anggota masyarakat yang berbeda-beda. Jika fitnah dibiarkan berkembang dalam masyarakat, akan merampas kebesarannya, reputasi baiknya dan menciptakan perselisihan yang tidak dapat dipertanggungjawabkan di antara anggota masyarakat.
Patut disayangkan bahwa kita harus mengakui kenyataan bahwa fitnah telah menemukan jalannya menuju semua kelas sosial. Hal ini menunjukkan suam kenyataan bahwa berbagai peristiwa kehidupan itu saling terkait, sehingga penyelewengan-penyelewengan psikologis yang mungkin timbul dalam suatu kelas sosial akan merasuk ke semua kelas lainnya. Sebagai akibat dari berkembangnya fitnah ini; sifat pesimis dan prasangka pun membayang-bayangi masyarakat; manusia kehilangan kepercayaan satu sama lain dan berubah menjadi kecurigaan. Mengingat hal ini, kita dengan aman dapat mengatakan bahwa tanpa mencerahkan diri dengan berpikir secara bersaudara dan dengan sifat-sifat yang mulia, masyarakat tidak akan pernah memperoleh keharmonisan atau persatuan di dalamnya. Sebuah masyarakat yang kurang akan karunia sifat-sifat yang mulia sudah pasti jauh dari watak-watak kehidupan yang sesungguhnya.
Apakah yang Membuat Fitnah Berkembang
Dengan tidak menghiraukan fakta bahwa fitnah merupakan suatu pengejawantahan dari dosa-dosa praktis, ia secara langsung berhubungan dengan rohani manusia. Fitnah adalah suatu tanda dari bahaya yang mendasari kekacauan jiwa, yang karena itu kita harus mencari alam rohani dan kejiwaan.
Para sarjana behavioris menyebutkan sejumlah alasan bagi berkembangnya fitnah. Hal terpenting adalah: dengki, amarah, sombong, egois dan prasangka. Tidak syak lagi, setiap perbuatan yang dilakukan individu berangkat dari keadaan tertentu yang berada dalam kesadarannya, dan sebagai akibat dari pengejawantahan keadaan-keadaan semacam ini, yang adalah seperti bara api di bawah abu yang dingin, yakni lidah; penerjemah perasaan-perasaan manusia, mengeluarkan fitnah.
Ketika watak-watak tertentu secara mendalam telah berakar dalam kesadaran manusia, ia membutakan matanya dan menguasai pemikirannya. Salah satu alasan fitnah yang berkembang luas adalah bahwa para pemfitnah tidak mempedulikan dampak-dampak bahaya sesudahnya. Kita melihat orang-orang yang menahan diri dari dosa-dosa lainnya tetapi tidak berpikir dua kali terhadap perbuatan jahat yang menyengsarakan ini. Pengulangan fitnah tanpa mempertimbangkan dampak-dampak sesudahnya akan merampas kendali kemampuan manusia Untuk menahan diri dari mengikuti nafsu-nafsunya tanpa menghiraukan pengetahuannya tentang realitasnya yang berbahaya. Orang-orang ini berusaha untuk meraih integritas dan kesempurnaan. Orang-orang seperti ini melarikan diri dari realitas dan menolak untuk menanggung sedikit penderitaan dalam mencapai kebahagiaan. Dengan demikian mereka menjadi korban kekuasaan nafsu-nafsu mereka yang rendah.
Orang-orang yang tidak memperhatikan martabat dirinya sendiri atau orang lain, tidak patuh kepada hukum etika; dan seseorang yang membuat kehidupan sebagai arena bagi nafsu-nafsunya, akan menerima kesengsaraan akibat melanggar batas hak-hak orang lain.
Sifat akhlak yang miskin ini berasal dari keimanan yang lemah, sedangkan akhlak merupakan buah dari keimanan. Jika seseorang tidak mempunyai iman, ia tidak mempunyai motif untuk berkelakuan baik atau menjalankan moral yang mulia.
Setiap orang memiliki pendapat mengenai cara terbaik dalam menolong orang dari penyelewengan dan pengrusakan moral. Menurut pendapat saya cara yang paling efektif adalah mendorong, kehendak baik mereka dengan menyadarkan terhadap seruan-seruan kepada kebaikan dan berbagai naluri manusiawi serta mengarahkan mereka untuk menggali kekayaan pikiran manusia dalam meraih kebahagiaan. Dengan menarik perhatian manusia. kepada dampak-dampak akhlak yang buruk dan dengan memperkuat kehendak mereka, kita dapat mengalahkan segala watak buruk dan mengganti rel kegelapan dengan sifat-sifat yang mulia.
Dr. Jago menulis:
Bila kita berniat memerangi kebiasaan yang tidak baik pertama-tama kita harus menyadari akibat-akibat buruknya. Kemudian kita harus mengakui kebiasaan tersebut dan akhirnya merenungkan kejadian-kejadian yang membuat kita menjadi korban kebiasaan semacam ini. Jika kita mengenal diri kita sendiri melalui tahap-tahap kebiasaan ini. kita akan mengalahkan niat buruk itu dan merasa senang dalam menyingkirkannya.
Dengan adanya benih-benih integritas dalam jiwa manusia dan dengan tersedianya cara-cara untuk bertahan, kita mampu menyadari sebab-sebab di balik kesesatan dan kebingungan serta menyingkirkannya dari jiwa dan kesadaran kita membangun tembok yang kuat dalam menghadapi berbagai keinginan dan nafsu yang tiada habis-habisnya.
Berbagai tindakan merupakan gambaran dari si pelaku dan oleh karenanya merupakan pencerminan dari martabat dan realitas mereka. Dengan alasan ini jika seseorang mendambakan kebahagiaan, ia harus. memilih tindakan-tindakan yang benar guna merubahnya menjadi benih-benih kebahagiaan yang berharga. Manusia juga harus menyadari bahwa Allah mengetahui semua tindakannya, tidak pandang seberapa pun kecilnya.
Menurut seorang filosof:
Janganlah mengatakan bahwa alam semesta ini tidak memiliki akal atau perasaan, karena dengan berkata demikian berarti anda menuduh diri anda sendiri tidak berakal dan atau berperasaan. Jika alam semesta tidak berakal atau berperasaan, maka anda juga tanpa perasaan dan akal.
Dengan cara yang sama, masyarakat membutuhkan barang-barang materi agar mampu untuk terus hidup, ia membutuhkan sejumlah keharmonisan tertentu untuk memelihara berbagai ikatan rohani di antara anggotanya. Suatu masyarakat yang dengan teliti mengamati beban yang berat di antara tugas-tugas sosialnya dapat memanfaatkannya dalam memperoleh integritas.
Bagi kita. untuk mengeluarkan jiwa kita dari kegelapan kepada cahaya, kita harus memperkuat segala pemikiran yang mulia di dalam hati kita guna menangkis berbagai gagasan atau niat yang merusak. Dengan menjaga lidah kita dari fitnah, berarti kita mengambil langkah pertama untuk kebahagiaan. Bagi kita, menangkis berkembang pesatnya pengrusakan adalah wajib untuk menciptakan suatu revolusi psikologis di antara umat ini. Kita dapat melaksanakan ini dengan memperhatikan hak-hak orang lain yang nantinya akan menumbuhkan akar-akar kemanusiaan dan kerohanian, kemudian mengambil langkah lagi untuk membela sifat-sifat yang mulia, yang kepadanyalah perjuangan hidup setiap masyarakat bergantung.
Agama Terhadap Akhlak yang Buruk
Al-Quran mengungkapkan realitas fitnah dalam sebuah ayat yang singkat namun mengesankan:
“Apakah salah seorang di antara kamu senang memakan daging mayat saudaranya? Tentu kamu tidak menyukainya.”
Oleh karena itu, sewajarnyalah jika manusia menolak memakan daging orang yang telah mati, akalnya pasti membenci fitnah. Para pemimpin agama begitu banyak memberikan perhatian kepada perbaikan perasaan dan watak kejiwaan manusia sebanyak yang mereka berikan kepada perjuangan untuk menyingkirkan politeisme dan ateisme.
Rasulullah Saw. bersabda:
"Aku tidak diutus melainkan untuk menyempurnakan akblak yang mulia."
Manusia telah dibimbing kepada moralitas oleh mazhab besar lslam dan didukung dengan pemahaman yang kuat dan logis. lslam memandang segala pelanggaran batas dari sudut moralitas sebagai suatu dosa besar dan tercela.
Sesungguhnya, Islam tidak hanya berhenti pada penunjukan fitnah sebagai dosa yang mengerikan, tetapi juga mewajibkan kepada semua kaum Muslimin untuk mempertahankan martabat orang-orang yang terkena fitnah.
“Jika seseorang difitnah sementara kamu ada di sana, maka jadilah penolong orang tersebut, celalah pemfitnah dan asingkanlah kelompoknya.”
(Nahj Al-Fasahah, hal. 48)
Rasulullah Saw. bersabda:
"Barangsiapa yang mempertahankan martabat saudaranya di saat ketidakhadirannya, maka adalah haknya atas Allah untuk melindunginya dari api neraka."
(Nahj Al-Fasahah, hal. 613)
Rasulullah Saw. juga bersabda:
"Barangsiapa yang memfitnah seorang Muslim selama bulan Ramadhan, tidak akan ada pahala bagi puasanya."
(Bihar Al-Anwar, jilid XVI, hal. 179)
Rasulullah Saw. juga menggambarkan tentang kedudukan seorang Muslim sebagai berikut:
"Seorang Muslim adalah orang yang menjaga Muslim yang lain dari tangan dan lidahnya."
Jelaslah bahwa jika seseorang membiarkan lidahnya memfitnah saudara Muslimnya yang lain maka ia telah melanggar aturan-aturan moralitas dan menjadi seorang kriminal di mata kemanusiaan dan lslam. Semua mazhab Islam dengan suara bulat setuju bahwa fitnah merupakan dosa besar; karena pemfitnah melanggar perintah-perintah Ilahi dan melanggar hak-hak orang lain dan tidak mengindahkan perintah-perintah Sang Pencipta.
Sebagaimana seorang yang tidak hadir tidak dapat mempertahankan martabat dan kehormatannya, orang yang telah mati pun tidak dapat mempertahankan diri, oleh karena itu, adalah tugas setiap orang untuk menghormati hukum mengenai kehormatan orang yang telah mati.
Fitnah dan gunjingan adalah semacam tekanan rohani. Imam Ali a.s. berkata:
Fitnah adalah suara orang yang lemah.
(Ghurar Al-Hikam, hal. 38)
Dr. H. Shakhter berkata:
Kekecewaan dalam memperoleh berbagai kebutuhan mengakibakan siksaan rohani. Siksaan rohani ini menghasut kita untuk melukiskan suatu bentuk pertahanan. Dalam keadaan seperti ini manusia berbeda-beda dalam jenis perbuatan yang mereka lakukan. Jika seseorang merasa bahwa orang lain tidak memberinya perhatian yang ia harapkan, karena merasa takut akan ditolak, ia memilih jalan pengasingan dan penyendirian dari hidup bermasyarakat. Ia mungkin duduk di sudut suatu perkumpulan dengan berdiam diri dan terpisah, tidak berbicara kepada siapa pun, mengkritik mereka, atau tertawa sendiri tanpa ada alasan. Atau mungkin ia berdebat dengan orang lain, memfitnah yang tidak hadir dan mengecam sampai ia membuktikan kehadirannya dengan cara seperti ini.
(Rushd e Syakhshiat)
Dr. Mann dalam bukunya yang berjudul The Fundamentals of Psychology menulis:
Untuk memelihara martabat kita, kita mungkin mencoba untuk mengganti kekalahan atau kelemahan kita dengan mengecam orang lain. Misalnya, jika kira gagal dalam ujian, maka kita mengecam guru dengan pertanyaan-pertanyaan yang diberikannya; atau jika kita tidak diangkat ke suatu kedudukan, kita melepaskan kedudukan kita atau memfitnah orang yang mendapat kedudukan tersebut. Atau kira mungkin mengambil tanggung jawab orang lain karena ketidakmampuan kita.
Kesimpulannya, untuk Dr. Mann dalam bukunya yang berjudul The Fundamentals of Psychology menulis:
Untuk memelihara martabat kita, kita mungkin mencoba untuk mengganti kekalahan atau kelemahan kita dengan mengecam orang lain. Misalnya, jika kira gagal dalam ujian, maka kita mengecam guru dengan pertanyaan-pertanyaan yang diberikannya; atau jika kita tidak diangkat ke suatu kedudukan, kita melepaskan kedudukan kita atau memfitnah orang yang mendapat kedudukan tersebut. Atau kira mungkin mengambil tanggung jawab orang lain karena ketidakmampuan kita.
Kesimpulannya, untuk mengembangkan sifat-sifat yang baik, kita harus memperhatikan diri kita dan memelihara niat-niat yang bersih kita harus memulai dari diri kita sendiri sehingga kita dapat memperoleh landasan yang tepat bagi kebahagiaan kita dan bagi kebahagiaan masyarakat kita di segala bidang.