Psikologi Islam

Psikologi Islam25%

Psikologi Islam pengarang:
: Muhamad Taufik Ali Yahya
: Muhamad Taufik Ali Yahya
Kategori: Buku Umum

Psikologi Islam
  • Mulai
  • Sebelumnya
  • 21 /
  • Selanjutnya
  • Selesai
  •  
  • Download HTML
  • Download Word
  • Download PDF
  • Pengunjung: 11352 / Download: 3389
Ukuran Ukuran Ukuran
Psikologi Islam

Psikologi Islam

pengarang:
Indonesia

Buku Ini di Buat dan di teliti di Yayasan Alhasanain as dan sudah disesuaikan dengan buku aslinya


1

8. Dengki

• Dorongan yang Mendatangkan Kekacauan dan Kerusakan

• Orang-orang Dengki Terbakar dalam Api Kegagalan dan Kerugian

• Agama terhadap Sifat Dengki

Dorongan yang Mendatangkan Kekacauan dan Kerusakan

Manusia hidup dalam gerakan yang terus-menerus di antara gelombang permasalahan dan kesengsaraan dalam kehidupan yang tidak stabil ini. Ia berjuang guna mengurangi ketegangan dari berbagai kesulitan pada jiwa dan raganya, sehingga ia dapat memungut bunga-bunga harapannya dan mewujudkan harapan itu dalam kehidupannya, satu demi satu. Selama hubungan erat manusia dengan kehidupan tidak terputus oleh kematian, dan ia melihat suatu jalan menuju harapan, maka ia akan selalu berupaya mencapai kebahagiaan. Pada akhirnya, sinar harapan itulah yang memberi manusia kehidupan dan membuat kepahitannya menjadi manis.

Beberapa di antara kita berhasrat ingin menjadi kaya dan berharap memperoleh kekayaan serta berjuang untuk meraihnya dengan cara yang tidak kenal batas. Sedang yang lainnya mencari ketenaran dan kedudukan. Berbagai kebutuhan manusia terkait dengan keinginan-keinginan fisik (materi) dan derajat keutuhan rohaniah serta psikologis yang mereka capai. Berbagai dorongan keinginan. yang bermacam-macam, sejalan dengan berubah-ubahnya pemikiran. Tetapi kita harus menyadari, bahwa harapan-harapan membawa kebahagiaan kepada kehidupan kita tatkala harapan itu mengisi berbagai kebutuhan ruhaniah kita, memenuhi kebutuhan-kebutuhan mental kita, mengembangkan tingkat informasi kita, menerangi kehidupan kira, dan menyelamatkan kita dari penderitaan dan kesengsaraan.

Sifat, seperti kikir atau sombong, dapat menjadi akar dari berbagai kesengsaraan dalam hidup. Dengki, merupakan salah satu sifat naluriah semacam ini, yang menyelewengkan manusia dari jalan yang lurus dan memenjarakan kesadaran dengan menghalangi manusia dalam mencapai harapan-harapan yang realistis. Orang-orang yang dengki merasakan tekanan yang kuat, yang berakar dari pandangan yang pesimis terhadap keberuntungan orang lain. Diriwayatkan bahwa Socrates mengatakan:

Orang-orang yang dengki menghabiskan hari-harinya dengan menghancurkan dirinya dengan perasaan duka terhadap apa yang dapat diraih orang lain sedangkan dirinya tidak dapat. Ia merasa sedih dan menyesal, dan menginginkan semua orang hidup dalam kesengsaraan dan penderitaan seraya berencana untuk merampas kebahagiaan mereka (yang berhasil).

Dia melanjutkan:

Jiwa kita adalah seperti sebuah kota yang berada di tengah-tengah padang pasir tanpa benteng atau dinding untuk melindunginya ia adalah korban-korban para pencuri kebahagiaan. Angin terlembut pun dapat mengirim gelombang-gelombang lautan atas jiwa yang tidak mempunyai keserasian, dan lebih dari satu musuh jiwa pun memasuki kedalaman ruhani kita untuk memerintah dan melarang hingga hembusan nafas kita yang terakhir. Setiap orang awam pun tahu bahwa mereka harus pergi ke dokter jika mereka menderita sakit kepala. Tetapi orang yang menderita penyakit dengki akan menolaknya dan tidak akan pernah menemui siapa pun untuk berobat.

Orang-orang yang dengki menjadikan keberuntungan orang lain sebagai sasaran mereka. mereka menggunakan segala cara untuk merampasnya. Dengan tanpa disadari, mereka mencari mangsa untuk memenuhi berbagai keinginan mereka yang rendah. Orang-orang dengki mewujudkan niat-niat jahat mereka dengan menyebarkan tuduhan-tuduhan dan kebohongan-kebohongan atas orang yang mereka tuju. Dan jika mereka merasa bahwa hawa nafsu mereka tidak terpuaskan dengan berbuat demikian, maka mereka akan berbuat melampaui batas terhadap kebebasan lawannya atau bahkan merampas hak hidupnya, hanya untuk memenuhi keinginan-keinginan mereka yang tiada habis-habisnya.

Sesungguhnya inilah kecenderungan. Apakah kecenderungan-kecenderungan ini sesuai dengan tujuan hidup manusia yang sesungguhnya? Dan apakah hal ini alamiah?

Orang-orang dengki bukan sekadar tidak manusiawi. tetapi mereka itu lebih rendah dari binatang. Sebab orang yang tidak peduli terhadap perasaan luka orang lain, tidak dapat menjadi perwujudan kemanusiaan yang sesungguhnya.

Orang-orang Dengki Terbakar dalam Api Kegagalan dan Kerugian

Salah satu unsur yang paling efektif dalam peningkatan dan pengembangan diri di arena kehidupan adalah memikat hati orang lain dan mempengaruhinya. Orang-orang yang mempunyai kemampuan atau kecakapan mengendalikan hati orang lain dengan perilaku dan perbuatan mereka yang mulia akan memperoleh dukungan dari masyarakat untuk kemajuan mereka dalam hidup ini; oleh sebab itulah mereka memperoleh kunci menuju keberhasilan. Orang-orang yang bijak adalah laksana cahaya di masyarakat, mereka menerangi dan membimbing pemikiran para anggotanya dengan meninggalkan pengaruh-pengaruh yang membekas dalam perilaku mereka.

Di lain pihak, sifat iri hati menyebabkan rusaknya perbuatan-perbuatan baik dan perilaku-perilaku mulia, dan menghalangi manusia dari kawan-kawan yang baik atau melarang orang lain dalam menemukan bintang cinta yang bersinar di langit-langit kehidupan mereka. Oleh karena itu, sifat iri hati menjegal manusia dari menikmati rasa kerja sama dan saling tolong-menolong. Lebih dari itu. ketika orang-orang dengki mengungkapkan perasaannya dengan lidah dan tindakan mereka dan mempertontonkan ketelanjangan dan kecabulan mereka kepada umat, mereka hanya akan memperoleh cemooh dan kemarahan. Dengan adanya kegelisahan yang tampak dan kesedihan yang mendalam dalam dirinya, maka kedengkian pun menekan jiwanya dan menyalakan api yang membakar jiwa yang dicintainya.

Alasan mengapa jiwa orang-orang dengki terbakar dalam kobaran rasa gelisah dan resah adalah jelas. Karena, orang yang dengki itu terus-menerus merasa sedih dan sakit hati. Sifat iri hati adalah seperti badai perusak yang mencabut pohon-pohon akhlak sampai ke akarnya, sehingga tidak ada jalan lagi untuk menghentikannya.

Ketika Qabil melihat bahwa pengorbanan Habil diterima sedangkan ia tidak, maka ia merasa iri dan berencana untuk membunuhnya. Sifat iri hari telah menancapkan cakar-cakarnya di hati Qabil dan mencabik rasa persaudaraan dan kemanusiaannya. Sifat ini mendorongnya untuk meremukkan kepala saudaranya dengan batu besar dan melumuri jasad yang Suci itu dengan darah. Qabil berbuat demikian karena tiada alasan lain kecuali karena Habil (saudaranya). mempunyai kehendak dan perilaku yang mulia. Alam semesta menjadi saksi atas kejahatan pertama sifat dengki ini sebagai suatu akibat dari kejahatan tercela yang dilakukan oleh putera Nabi Adam a.s. Qabil merasa menyesal setelah melakukan kejahatan yang mengerikan itu. tetapi kesedihan yang dideritanya tidak pernah membantunya. karena di sepanjang hidupnya ia tidak pernah menyadari perbuatannya yang tercela. yang telah menimbulkan korban. Jika Qabil merenung dengan pikiran yang jernih dan benar, ia akan menemukan alasan atas hilangnya Rahmat Allah dari dirinya, karena:

"Allah hanya menerima dari orang-orang yang saleh."

Menurut Schopenhauer:

Sifat iri hati adalah yang paling berbahaya di ancam sitar-sifat manusia. Maka perlulah manusia memandangnya sebagai jejak musuh, dan berusaha menghapusnya dari jalan kebahagiaannya. Tambahan pula, jika sifat iri hati telah berkembang dalam masyarakat, maka akan banyak gejala yang muncul di dalam umat ini, seperti munculnya berbagai macam percekcokan, dan lain-lain. Dalam suatu masyarakat yang penuh dengan kesengsaraan dan problema, setiap orang menjadi rintangan atas jalan kebahagiaan orang lain, hal ini menggantikan unsur kesempurnaan dan kemanunggalan sosial. Ketika sifat iri hati memasuki suatu masyarakat, ia menghalangi kesejahteraan sosial, karena semangat kerja sama, kebahagiaan dan saling percaya di antara para anggota masyarakat terhapuskan olehnya, akhirnya hal ini akan mengarah kepada pengrusakan, bahkan terhadap peradaban dan perkembangan mereka.

Menurut Dr. Carl:

Dengki merupakan akibat dari kekikiran kita, karena ia merupakan rintangan untuk jalan pengembangan dari negara-negara industri kepada Dunia Ketiga. Dengki juga menghalangi banyak orang yang mumpuni dalam mengembangkan negara-negara mereka.

Kebanyakan kejahatan-kejahatan sadis yang terjadi akhir-akhir ini bermula dari sifat iri hati atau dengki. Hal ini mesti menjadi bahan telaah yang serius berkenaan dengan peristiwa-peristiwa sosial.

Agama Terhadap Sifat Dengki

Allah Yang Mahakuasa telah berfirman dalam Al-Quran bahwa sesungguhnya di dalam diri manusia terdapat naluri untuk mencinta dan memperoleh manfaat bagi dirinya. Manusia diminta untuk berlaku sesuai dengan hukum-hukum agama, logika: akal, dan kesejahteraan sosial, yaitu ketika ia berupaya menanggapi seruan naluriah tersebut.

Oleh karena itu, ketika Allah memberikan anugerah kepada seseorang, tidak ada seorang pun yang dapat melanggar atau mencabut karunia ini dengan alasan untuk memenuhi dorongan rasa iri atau untuk mengambil keuntungan darinya. Manusia dianjurkan untuk mengikuti jalan yang logis dan dapat diterima sesuai dengan harapan-harapannya dalam kehidupan ini. Allah Yang Mahakuasa berfirman.

"Dati janganlah kamu iri hati terhadap yang dikaruniakan Allah kepada sebagian kamu lebih banyak dari sebagian yang lain. (Karena) bagi orang laki-laki ada bagian daripada apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita pun ada bagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu". (QS.4:32)

Jadi kita harus berbuat sebaik-baiknya dan berdoa kepada Allah agar memberi kita dari kekayaan-Nya yang kekal, agar kesulitan-kesulitan kita menjadi kemudahan, dan agar membawa kita lebih dekat kepada berbagai tujuan dan harapan kita.

Banyak hadis-hadis yang diriwayatkan kepada kita oleh para Imam, yang memperingatkan kita terhadap perbuatan yang menyedihkan ini dan menyeru kita agar berlindung dari akibat-akibatnya yang berbahaya. Berikut ini adalah hadis dari Imam Ja'far Ash-Shadiq a.s. Beliau menunjukkan dua faktor yang membayangi sifat dengki:

Dengki berasal dari kebutaan hati dan pengingkaran terhadap rahmat Allah SWT, ia memiliki dua ikatan (dua faktor) keingkaran. Kedengkianlah yang membuat putra Adam menjatuhkan korban, yang membuat kesedihan yang kekal dan mendapat hukuman yang abadi sehingga ia tidak akan pernah tertolong.

Salah satu unsur yang menyebabkan sifat dengki adalah tidak terdidiknya seseorang di rumah (kurang perhatian). Jika orang tua meminta salah seorang di antara anak-anaknya dan memberikan cinta dan kasih sayang yang khusus padanya, sementara yang lainnya tidak mendapatkan perlakuan yang sama, maka anak-anak yang tidak diperhatikan akan tumbuh dengan perasaan hina dan memberontak. Jenis kedengkian yang diderita kebanyakan orang berasal dari rumah mereka dan menyebabkan kesedihan dan kemalangan bagi sebagian besar masyarakat pada umumnya. Dampak seperti ini pasti akan terjadi bila dasar-dasar peraturan dibangun atas dasar ketidakadilan, penindasan, rasisme, sektarianisme, fanatisme dalam masyarakat. Para anggora masyarakat semacam ini akan diliputi dengan pertikaian, dan kobaran api kebencian serta kedengkian akan menyala-nyala di lubuk hati mereka.

Rasulullah Saw. melarang umat lslam bersikap tidak adil terhadap anak-anak mereka, agar terhindar dari dosa dengki dan dosa lainnya sehingga tidak mengotori kehidupan mereka. Beliau bersabda:

“Perlakukanlah anak-anakmu secara sama ketika memberi mereka hadiah.”

(Nahjul Fashahah, hal. 366)

Professor Bertrand Russell mengutip penulis buku the Fairchila Family ketika beliau menulis bab mengenai metode menghindari dosa-dosa tersembunyi:

Lucy diberi sebuah buku kecil untuk mencatat segala pikiran buruk yang merasuki hatinya. Orang tuanya memberikan sebuah gelas kepada saudara lelakinya dan sebuah tape kepada saudara perempuannya di meja makan saat sarapan pagi, sedangkan Lucy tidak mendapatkan apa-apa. Dalam buku catatannya Lucy menulis bahwa pikiran buruk telah merasuki hatinya sebentar. Ia mengira bahwa orang tuanya kurang mencintainya ketimbang saudara lelaki dan saudara perempuannya ...

Imam Ali a.s. menjelaskan tentang kerusakan pada tubuh yang dapat ditimbulkan oleh sifat dengki:

Yang membuatku heran adillah ketidaktahuan orang-orang yang dengki tentang kesehatan tubuh mereka.

(Ghurar Al-Hikam. hal. 494)

Dr. Frank Haurk juga berkata:

Lindungilah dirimu dan pemikiran-pemikiranmu dari penyakit kejiwaan, karena ia adalah setan-setan jiwa yang tidak puas yang kemudian menghancurkan sistem pemikiran di dalam diri manusia dan juga menyebabkan kerusakan yang fatal pada tubuh. Penyakit seperti ini memperlambat jalannya peredaran darah, melemahkan sistem, menghambat aktivitas jasmani dan ruhani, merintangi salah satu tujuan dan harapannya dalam kehidupan, dan merendahkan -tingkat berpikir. Manusia harus membebaskan lingkungannya dari musuh-musuh ini, karena hal ini berakibat fatal. Ia harus dipenjarakan jauh dari kehidupan manusia. Orang-orang yang menjauhkan diri darinya akan menemukan bahwa kemauan mereka semakin kuat, dan akan membawa keberhasilan atas segala rintangan dalam kehidupan.

(Pirozi Fikr)

Imam Ali a.s. berkata:

Kedengkian menghambat (perkembangan) tubuh.

(Ghurar Al-Hikam. hal, 32)

Beliau a.s. juga menyebutkan tentang rusaknya jiwa akibat sifat dengki:

Jagalah dirimu dari sifat dengki, karena merendahkan jiwa.

(Ghurar Al-Hikam, hal. 141)

Menurut seorang psikolog:

Kedengkian yang kuat merupakan salah satu dari penyakit jiwa yang gawat, yang menciptakan banyak penyakit, kesalahan-kesalahan yang tidak dapat diperbaiki serta menciptakan penindasan dan kezaliman terhadap jiwa. Ketahuilah bahwa banyak di antara tindakan orang yang dengki itu tidak didasari oleh kehendaknya, tetapi menurut perintah-perintah jahat sifat dengki.

Janganlah kita memberi peluang dalam diri kita kepada berbagai harapan dan dorongan nafsu yang rendah, yang merubah manisnya kehidupan menjadi pahit, membendung tujuan-tujuan dan harapan yang mulia untuk mencapai perbuatan-perbuatan manusia yang paling tinggi dan agung. Perbuatan-perbuatan seperti ini, yakni kemampuan mengarahkan pemikiran ke jalan yang benar, pada akhirnya akan membimbing manusia kepada tujuan-tujuan yang mulia.

Imam Ali a.s. berkata:

Berlombalah dalam berbuat baik, dalam cita-cita yang besar dan dalam gagasan-gagasan yang mulia, maka balasanmu akan lebih besar pula.

(Ghurar AI-Hikam, hal. 355)

Dr. Mardin berkata:

Jika anda memusatkan pikiran anda untuk mencapai perbuatan-perbuatan tertentu, pada akhirnya pasti akan tercapai. Kesatuan lahir alamiah adalah anak dari pikiran-pikiran alamiah. Oleh karena itu, jika anda bercita-cita hidup dengan harmonis, bahagia dan aman, maka anda harus hidup demikian. Jika anda mempunyai pandangan-pandangan yang suram dan melihat segala sesuatunya secara negatif, anda dapat membantu diri anda dari kelemahan ini sesingkat mungkin dengan mengarahkan pemikiran anda kepada yang berlawanan dengan sikap negatif, yakni dengan pemikiran yang mengharuskan aktivitas, kebahagiaan, dali keselamatan hidup. Kejarlah perbuatan-perbuatan mulia, ikutilah dengan ketegasan dan pemecahan, karena dengan adanya desakan untuk meraih itulah anda akan mempersiapkan pikiran-pikiran anda untuk menerima perbuatan-perbuatan mulia, dan konsekuensinya, anda dapat meraih ya. Janganlah ragu-ragu untuk mengulangi niat-niat anda untuk mencapai tujuan-tujuan dan cita-cita anda. Biarkan niat-niat anda itu tampak di wajah anda dan lihatlah setelah jangka waktu yang singkat, bagaimana secara magnetis pemikiran-pemikiran anda menarik anda ke tujuan-tujuan anda.

Dalam bukunya Dr. Mann menguraikan persoalan ini:

Kita telah mengalami dan menjelajahi bahwa pemikiran tentang suatu tindakan tertentu mengharuskan tindakan itil terjadi sebelum terjadi. Misalnya, jika kita berpikir tentang mengepal tinju kita, kita dapati bahwa otot-otot di tangan kita menjadi agak menegang dan urat syaraf bersiap-siap berkontraksi yang tampak pada alat docolanometer. Ada beberapa orang yang dapat membuat bulu mereka berdiri, membuat pupil mata mereka membesar, atau berkontraksi, atau menyempitkan pembuluh darah tangan mereka hanya dengan membayangkan bahwa mereka sedang berada di dalam air dingin. Semua ini dilakukan dengan konsentrasi.

(Ushul e Ravanshenashi)

Dengan melihat kenyataan-kenyataan ini, kita dapat membantu pikiran, kehendak dan kecenderungan-kecenderungan kita. Adalah selubung hawa nafsu yang membutakan pikiran-pikiran kita dan menciptakan kekacauan di dalamnya. Maka, merupakan tugas manusia untuk menjaga cermin berbagai kenyataan dan realitasnya. Ia juga harus menghapus jiwanya dari rasa benci yang menekan jiwa sehingga menjadi bebas dari berbagai penyakitnya. Kemudian ia harus mengimbangi jiwanya dengan berbuat baik kepada orang lain sesuai dengan tuntutan kemanusiaan.

9. Sifat Sombong

• Sinar Cinta dalam Cakrawala Kehidupan

• Sombong Mengundang Kebencian Manusia

• Para Pemimpin Kita dan Kerendahan Hati

Sinar Cinta dalam Cakrawala Kehidupan

Cintalah yang menerangi horison kehidupan. Cinta memainkan peranan yang mendalam dan luas dalam perkembangan materi dan rohani; ia memiliki kekuatan yang besar dan mengagumkan. Kekuatan ini muncul dalam kesadaran manusia dan terus tumbuh, hingga dalam beberapa hal menjadi seperti lautan yang tiada bertepi.

Jika kita mematikan sinar cinta dari horison kehidupan, gelapnya kekecewaan dan ngerinya kesendirian akan hadir membayangi rohani manusia, dan wajah dunia pun akan berubah suram.

Manusia diciptakan untuk dapat bermasyarakat, oleh karena itu, hidup bermasyarakat perlu bagi perjuangan hidupnya. Karenanya, yang membuat manusia membenci masyarakat dan lebih suka menyendiri dan terasing berangkat, dari ketidakseimbangan mental. Adalah suatu fakta yang jelas bahwa seseorang tidak dapat meraih kebahagiaan tanpa orang lain. Karena, sebagaimana berbagai kebutuhan jasmani mendorongnya untuk bermasyarakat dengan orang lain, jiwa juga mempunyai berbagai tuntutan bagi ketahanan hidupnya, yang adalah hidup bermasyarakat. Jiwa membutuhkan cinta, dan manusia terus mencari pemenuhan kebutuhan rohaninya.

Manusia berada dalam kebutuhan yang terus menerus akan cinta dan kasih sayang sejak hari pertama ia memasuki dunia ini dan memulai keberadaannya, hingga saat-saat gerbang kehidupan tertutup di jalannya. Manusia merasakan buah-buah cinta di dalam dirinya dan dalam kesadarannya, Ketika berbagai tujuan hidup menguasainya, kemalangan pun menimpa jiwanya; dan ketika terisi dengan kesedihan, sinar harapan pun berhenti menerangi kehidupannya. Pada saat ini, rasa haus manusia akan cinta dan kasih sayang meningkat pesat. Rasa haus ini adalah apa yang menyinari hati manusia dengan harapan akan pertolongan dan ketenteraman. Adalah setelah itu ia tidak akan menjamin ketenangan dan kesenangan untuk menyelamatkan kesadarannya dalam bayangan cinta. Benarlah jika dikatakan bahwa tidak ada obat bagi penderitaan, kesedihan dan kesengsaraan kecuali cinta.

Cinta manusia kepada saudaranya merupakan pengejawantahan sesungguhnya dari rasa kasih sayang manusia. Bahkan ia dapat dianggap sebagai akar segala moral yang mulia dan berbagai manfaatnya yang patut dihargai. Cinta dapat diberikan dan digunakan kepada siapa saja. Gara, yang dengan itu kita mampu memperoleh cinta dari orang lain adalah dengan bermurah hati untuk berbuat baik kepada mereka, dan dengan menyadari bahwa tanggung jawab kita terhadap kebaikan kita sendiri adalah memberi mereka cinta dan kasih sayang.

Menunjukkan kasih sayang kepada orang lain sangatlah berguna, karena jika seseorang memberikan seporsi perasaan yang mulia ini kepada orang lain, maka sebaliknya ia akan merasakan hal yang sama. Kunci semua ini berada di tangan manusia. Orang yang berharap mengikuti suatu jalan menuju permata yang indah ini harus mengisi hatinya dengan sinar ketenteraman dan kejujuran, serta menghapus segala kebencian.

Para filosof meyakini bahwa kesempurnaan suatu kesatuan lahir diwujudkan dalam berbagai kepelikan dan pengaruhnya, dan kepelikan manusia berada dalam hidup bermasyarakat dan cinta. Hubungan cinta dan rohani yang ada di antara manusia merupakan dasar kehidupan yang stabil dan sekaligus damai.

Menurut Dr. Carl:

Agar suatu masyarakat mencapai kebahagiaan adalah penting bahwa semua anggotanya hidup secara harmonis satu sama lain, seperti batu bara dalam strukturnya. Cintalah satu-satunya yang memberikan keharmonisan kepada masyarakat seperti: kebaikan yang ada di antara para anggota seluruh keluarga manusia. Ada dua bagian cinta seseorang kepada orang lain: yang pertama membutuhkannya untuk mencinta, dan yang kedua membimbingnya untuk mencoba memperoleh cinta mereka pada tingkat yang sama. Namun tanpa setiap orang bersungguh-sungguh mencoba membuang segala kebiasaan yang penuh kebencian, pertukaran cinta tidaklah dapat dicapai. Kita tidak dapat mencapai tujuan ini dengan membebaskan diri kita melalui revolusi psikologis terhadap pengrusakan yang mengasingkan kita dari orang lain. Kita akan merasakan para tetangga bergaul dengan murah hati satu sama lain, dan para karyawan dan atasan saling menghormati. Cinta adalah satu-satunya unsur yang menyebabkan terciptanya suatu tatanan yang ada dalam masyarakat semut dan lebah selama berjuta-juta tahun.

Sombong Mengundang Kebencian Manusia

Cinta diri merupakan naluri dasar manusia. Ia adalah suatu faktor yang sangat penting bagi perjuangan hidup, karena hubungan luas manusia dengan alam semesta muncul dari naluri ini. Meskipun demikian, kendati ia menjadi suatu kekuatan yang berguna, yang mana dari sifat ini muncul sifat-sifat mulia lainnya, jika sumber alamiah ini dibesar-besarkan, banyak pula dosa dan berbagai macam tindakan amoral yang akan timbul darinya.

Ancaman pertama terhadap akhlak adalah berlebih-lebihan dalam cinta diri. Karena ia dapat mencapai suatu titik di mana tidak ada lagi tempat di dalam hati untuk mencintai orang lain. Keberlebihan inilah yang menghalangi manusia untuk mengakui kesalahan-kesalahannya, atau menerima fakta-fakta, yang adalah tidak sesuai dengan kesombongan emosional mereka.

Profesor Robinson berkata:

Seringkali terjadi bahwa kita merubah pemikiran atau cara-cara tingkah laku kita tanpa adanya kegelisahan atau gangguan, namun jika seseorang menemukan berbagai kesalahan atau kelemahan kita, kira mengalami suatu revolusi rohani yang membuat kita bersikap defensif terhadapnya. Dengan mudah kita pindah kepada ideologi-ideologi baru. Tetapi ketika seseorang. mencoba untuk merubah kita, secara membuta kita menentangnya, sedangkan sebenarnya, secara jujur kita tidak memiliki perasaan yang kuat semacam ini terhadap keyakinan kita. Kita merasa bahwa perasaan-perasaan kita sangat terancam jika seseorang berkata kepada kita: 'Jam anda lambat' atau 'mobil anda tua'. Kemudian kita menderita lebih daripada jika dikatakan kepada kita: 'Pengetahuan anda mengenai Mars' atau 'peradaban Mesir itu salah'.

Bahaya paling fatal terhadap kebahagiaan dan musuh manusia yang paling buruk adalah sifat sombong dan sifat percaya diri yang berlebihan. Kebencian manusia akan segala sifat yang buruk tidak menandingi kebencian mereka terhadap sifat sombong. Tidak saja kesombongan itu menyebabkan tali cinta dan keharmonisan di antara persaudaraan menjadi putus, tetapi juga merubah mereka kepada perasaan bermusuhan dan membuka gerbang kebencian terhadap kesombongan. Dengan cara yang sama orang yang mengharapkan cinta dan rasa hormat dari orang lain, harus mencoba memperhatikan martabat mereka.

Masyarakatlah yang menjamin hak-hak dan tanggung jawab setiap orang. Tiap-tiap individu merasakan cinta dan rasa hormat dari masyarakatnya sebanyak kecakapan dan kemampuan yang ia berikan. Orang yang hanya mencintai dirinya saja, hanya melihat apa yang ia inginkan dan lalai terhadap berbagai perasaan dan urusan orang lain. Ia terus menerus mencoba membuat dirinya tunduk kepada keharuman nama dan kemasyhuran, dan memaksakan kesewenang-wenangannya dengan berlaku sombong terhadap orang lain.

Pengharapan yang besar terhadap rasa hormat orang lain tidaklah pantas, karena ada kontradiksi yang tajam antara pengharapannya terhadap orang lain dan kesombongan perilakunya. Reaksi masyarakat seperti ini hanya akan menyebabkan orang yang sombong menderita dan mengalami kegelisahan dan ketidaktenteraman.

Di antara berbagai akibat sifat buruk sombong lainnya adalah prasangka dan rasa pesimis. Rohani orang. yang sombong terbakar di dalam kobaran api pesimisme dan prasangka; sehingga ia merasa setiap orang berniat untuk merugikannya. Ia juga tidak dapat melihat kelalaiannya, kebenciannya dan kehinaannya yang terus menerus yang ia peroleh dari orang lain. Secara sadar maupun tidak, ia mendapatkan perlakuan seperti ini. yang dari keadaan ini berakibat munculnya perasaan benci dan perasaan dendam terhadap masyarakatnya dengan setiap kemungkinan. Jiwanya tidak pernah merasa tenang sampai ia membalas dendam dan setelah itu revolusi rohaninya pun akan padam.

Keburukan sifat sombong tidak mendekati kesadaran manusia, ketika manusia menderita perasaan rendah yang menimbulkan kekacauan yang merendahkan. Kekacauan ini penuh penderitaan dan bersifat merusak, dan dari keadaan ini banyak bahaya dan kejahatan muncul. Inilah sesuatu yang menyebabkan orang yang sombong menderita kesengsaraan.

Tinjauan singkat atas sejarah dunia mengungkapkan bahwa orang-orang sombonglah yang selalu menghalangi seruan para nabi dan rasul dan telah menolak untuk menerima seruan-seruan mereka yang hak, sementara itu orang-orang ini mencegah orang lain untuk berbuat demikian. Juga. kebanyakan di antara pembantaian biadab yang terjadi selama perang dunia yang berdarah itu akibat dari kesombongan dan keangkuhan para pemimpin yang keras kepala.

Kebanyakan orang-orang yang sombong adalah orang-orang lalai yang dibesarkan di dalam rumah yang tidak stabil dan tidak mampu memperoleh kedudukan di masyarakat. Orang-orang ini mencoba mengharapkan suatu sifat mulia bagi diri mereka dan berusaha mengungkapkan martabat mereka yang khayali dengan mementaskan kesombongan dan keangkuhan. Orang dengan mudah bertemu, di mana saja dengan jenis orang semacam ini.

Pribadi agung yang merasakan martabat dan kehormatan yang nyata, tidak merasakan adanya kebutuhan untuk bersikap angkuh terhadap orang lain, karena ia menyadari bahwa sombong atau angkuh tidak dapat memberikan seseorang suatu penghargaan yang sesungguhnya. Ia juga memahami bahwa watak ini tidak memberikan suatu karakter yang asli.

Sesuai dengan nasehat seorang psikolog:

Batasilah berbagai harapan dan dambaan anda, kurangilah hasrat dan penantian anda, bebaskanlah diri anda dari berbagai nafsu dan keinginan, jauhkanlah diri anda dari kesombongan dan keangkuhan, dan hindarilah khayalan-khayalan untuk menjamin diri anda kepada kedamaian yang lebih aman dan lebih lama.

Para Pemimpin Kita dan Kerendahan Hati

Salah satu. moral tertinggi yang dapat dipandang sebagai simbol cinta dan jalan terbaik dalam pencapaiannya adalah kerendahan hati. Dengan melaksanakan tugas-tugas mereka terhadap masyarakat melalui pengamalan akhlak yang baik, orang-orang yang rendah hati menunjukkan martabat kepada masyarakatnya dan menambah besarnya kecintaan di dalam hati umatnya.

Walau demikian, kita harus menyadari perbedaan besar antara kerendahan hati dan kerendahan diri, karena rendah hati merupakan pengejawantahan sifat mulia dari watak yang agung dan percaya diri, sedangkan rendah diri berasal dari moral yang rendah dan hilangnya sifat percaya diri.

Luqman a.s., sebagaimana firman AI-Quran, mengingatkan putranya akan kesombongan:

"Dan janganlah memalingkan wajahmu dari manusia dengan sombong, dan jangan pula berjalan di muka bumi dengan angkuh; sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang menyombongkan diri."

(AI-Quran)

Imam Ali a.s. berkata:

Jika Allah mengizinkan kesombongan bagi para penyembah-Nya, Dia akan mengizinkannya kepada para Nabi dan auliya'-Nya yang paling dekat dengan-Nya; tetapi Dia SWT, menjadikan mereka benci terhadap kesombongan dan menerima kerendahan hati. Oleh karena itu, mereka menundukkan dahi mereka ke bumi, merobohkan wajah mereka ke debu (dalam sujud), dan berendah hati terhadap orang-orang yang beriman.

Rasulullah Saw. bersabda:

"Hindarilah sombong, karena adakalanya seorang 'abid menuntut kesombongan hingga AIlah SWT berfirman, 'catatlah penyembah-Ku di antara orang-orang yang angkuh'. "

(Nahj Al-Fasahah, hal. 12)

Imam Ash-Shadiq a.s. menunjukkan akar rohaniah sifat sombong dalam suatu pernyataan yang singkat ketika beliau berkata:

Tidak ada seseorang tersesat kecuali karena kerendahan yang ia dapatkan di dalam dirinya.

(Al-Kafi, jilid III, hal. 461)

Menurut Dr. M. Brid:

Keangkuhan seorang individu atau suatu bangsa atas yang lainnya sama dengan kehinaan individu atau bangsa itu. Kebanyakan di antara perselisihan dan pertentangan yang terjadi hari ini timbul dari perasaan rendah. Oleh karenanya, mengambil ide kesombongan tidak lain kecuali suatu percobaan untuk memenuhi lingkungan di mana seorang yang sombong merasa puas dalam kehidupannya. Tiada individu, bangsa, kelas, ras, rakyat, atau sebaliknya, dengan kesadaran yang jelas merasakan adanya perbedaan antara diri mereka dan orang lain.

('Uqde e Hiqarat)

Orang-orang yang sombong dan angkuh selalu melihat kata -kata dan perbuatan mereka dengan ketinggian dan kepuasan. Di samping itu, mereka memandang kelemahan-kelemahan mereka sebagai amal perbuatan yang baik. Imam Musa bin Ja'far a.s. menjelaskan hal ini:

Sombong berada pada beberapa derajat di anrara perbuatan-perbuatan jabat manusia yang dihiasi kepadanya sehingga ia melihatnya sebagai kebaikan, karenanya ia percaya bahwa ia melakukan perbuatan yang baik.

(Wasa'il Asy-Syi'ah, jilid I, hal. 74)

Juga menurut seorang psikolog:

Orang-orang yang sombong memandang kelemahan-kelemahan mereka sebagai kebajikan dan memandang kekurangan-kekurangan mereka sebagai kebaikan. Misalnya, mereka memandang amarah mereka yang tiba-tiba terhadap orang lain sebagai bukti kepribadian mereka yang kuat. kelemahan mereka sebagai pengejawantahan rohani mereka yang agung dan sensitif, berat badan mereka yang berlebihan sebagai tanda kesehatan. Sesungguhnya akal yang sehat terletak pada tubuh yang sehat, dan kebergantungan pada yang lemah merupakan ciri bagi mereka yang mudah jengkel dan tidak berpendirian.

(Ravankavi)

Sekarang mari kita memperhatikan beberapa pernyataan Amirul Mukminin Ali a.s. dalam hal ini:

Jauhilah kesombongan atau jumlah orang-orang yang membencimu akan bertambah.

(Ghurar Al-Hikam, hal. 147)

Sombong meruntuhkan pikiran.

(Ghurar Al-Hikam, hal. 28)

Menurut para psikolog, orang-orang yang sombong menderita kelemahan pikiran.

Imam Ali a.s. juga berkata:

Orang yang pikirannya melemah, kebanggaan dirinya menguat.

(Ghurar Al-Hikam, hal. 651)

Kerendahan hati adalah puncak dari akal dan kesombongan adalah puncak kejahilan.

(Ghurar Al-Hikam, hal. 102)

Beliau juga berkata:

Sombong adalah penyakit terparah.

(Ghurar Al-Hikam, hal. 678)

dan:

Barangsiapa yang mengagumi keadaannya (dirinya), kurang dalam memakai kemampuannya.

(Ghurar Al-Hikam, hal. 678)

Dr. H. Shakhter berkata:

Salah satu cara menarik perhatian manusia kepada kita ketika kita sedang merasa kecewa atau gagal adalah dengan memuja dan meninggikan diri kita, dan membayangkan hal-hal yang kita harapkan seolah-olah telah terjadi dan memberi diri kita dengan bualan tentang saat-saat di mana kita berhasil di masa lalu, atau dengan membesar-besarkannya kepada orang lain. Orang-orang yang menyerah memikat diri mereka untuk menerima perhiasan-perhiasan batil buatan mereka sendiri, kemudian menarik diri mereka dari kesempatan untuk berubah.

(Rushde Shakhsiyyat)

Orang-orang semacam ini tidak mampu menyadari bahwa ada kekurangan pada diri mereka dan kesempurnaan atau keberhasilan pada diri orang lain.

Imam Ali a.s. berkata:

Orang-orang yang merasa puas dengan dirinya, berbagai kelemahannya tersembunyi darinya; dan jika ia mengakui keutamaan orang lain, akan mencukupi berbagai kekurangan dan kelalaiannya.

(Ghurar Al-Hikam, hal. 95)

Islam, yang menyeru kepada peradaban manusia yang tinggi dan yang memberi peluang bagi manusia untuk berada dalam kehidupan yang mulia, tidak menghalalkan segala perbedaan yang tidak wajar. Islam mengakui sifat suci dan luhur.

Imam Ali a.s. berkata:

Carilah perlindungan kepada Allah dari sifat mabuk kekayaan, karena sesungguhnya ia memiliki suatu kekhidmatan yang jauh.

(Ghurar Al-Hikam, hal. 138)

Suatu hari seorang yang kaya datang mengunjungi Rasulullah Saw. Sementara orang kaya ini berada di sana, masuklah seorang yang miskin dan duduk di dekatnya; melihat hal itu si kaya mengangkat pakaiannya dan menjauhi si miskin. Nabi Saw. melihat kejadian ini dan berkata:

"Betapa apakah kamu takut kalau kemiskinannya akan menjalar kepadamu?"

Kesimpulannya, jika orang-orang yang sombong ingin mencari kebahagiaan, mereka harus membersihkan diri mereka dati penyakit ini dan membebaskan diri mereka dari sifat semacam ini yang menyesatkan watak mereka yang sesungguhnya. Jika tidak, mereka akan menghadapi suatu kekecewaan dan deprivasi yang tak terelakkan, yang merupakan masalah-masalah yang mesti dihindari.

10. Penindasan

• Peranan Keadilan dalam Masyarakat

• Kobaran Api Penindasan yang Merusak

• Peranan Agama dalam Memerangi Penindasan dan Para Penindas

Peranan Keadilan dalam Masyarakat

Telaah atas sejarah berbagai revolusi menunjukkan adanya faktor-faktor penting yang berharga, yang-di atasnya dibangun-dasar bagi berbagai kebangkitan dan revolusi di seluruh dunia dan di antara berbagai ragam bangsa, Faktor itu tiada lain adalah keadilan. Berkali-kali kata ini lelah membangkitkan orang-orang yang hidupnya dipenuhi oleh penindasan, yang hak-hak dan martabatnya dilanggar. Orang-orang tertindas memberontak melawan semua bentuk kejahatan, dan berusaha untuk mencapai mutiara murni kebebasan dan keadilan dengan menyingkirkan binatang-binatang zalim. Dalam banyak hal orang-orang tertindas rela mengorbankan hidup mereka dengan, harapan dapat menyapu penindasan terhadap kita.

Sangat disayangkan bahwa kebanyakan revolusi dan kebangkitan tidak mampu mencapai tujuan-tujuan mereka yang suci dan para revolusioner itu tidak dapat meraih cita-cita mereka dalam melenyapkan penderitaan dari kehidupan mereka.

Rahasia di balik kegagalan mereka akan terungkap dengan sedikit renungan atas suatu persoalan yang penting. Katakanlah bahwa suatu masyarakat yang kehilangan jejak perkembangan alamiah nya dan telah terbiasa gagal dan terbelakang, tidak akan mampu menanggung suatu sistem yang adil dan bersabar menghadapi tatanan yang adil. Tegaknya keadilan hanya mungkin terjadi dalam suasana yang tepat, jadi tanpa hal itu keadilan tidak akan terwujud dalam cakrawala kehidupan.

Suatu hukum yang adil merupakan kebutuhan mendasar bagi struktur sosial. Hukum yang adil menjamin hak-hak semua kelas dan individu dalam kaitannya dengan kesejahteraan umum, disertai dengan pelaksanaan perilaku di antara berbagai macam peraturannya.

Keadilan adalah sunnatullah yang terlihat di segala sudut alam semesta, Allah Yang Mahakuasa telah menitahkan sketsa dunia ber gantung kepada keadilan, sehingga dengan segala cara apa pun ia tidak dapat dilanggar. Keharmonisan yang menakjubkan dan seksama yang ada di antara organ-organ rubuh kira yang beraneka macam, termasuk di antara begitu banyak manifestasi hukum keadilan yang akurat di alam semesta ini. Dengan memperhatikan diri pun kita dapat memulai suatu pemahaman atas alam semesta.

Keseimbangan yang mengatur alam semesta adalah wajib dalam pengertian alamiahnya. Karena manusia diberi kebebasan berkehendak dan berpikir, menjadi tugasnya untuk mendirikan pilar-pilar keadilan di masyarakatnya.

Memang benar bahwa dalam beberapa hal, kekuatan akal manusia membutuhkan petunjuk syariat, tetapi dapat juga tanpa nya; karena manusia secara bebas dapat mencapai banyak perkara. Dalam beberapa hal, akal dapat melampaui keputusan tentang kebaikan atau ketidakbaikan suatu urusan.

Keadilan memiliki suatu posisi penting dalam kehidupan manusia, karena keadilan adalah sumber segala sifat yang mulia. Dengan kata lain, keadilan merupakan pendorong di balik perilaku yang agung. Keadilan juga merupakan unsur yang menciptakan keharmonisan dan keren teraman di antara masyarakat manusia. Sesungguhnya, keadilan merupakan suatu langkah yang penting untuk mempersatukan masyarakat di jalan kebenaran.

Plato, filosof terkenal Yunani berkata:

Jika keadilan menemukan jalannya ke dalam rohani manusia, cahaya akan menerangi segala kekuatan rohaniahnya, karena semua sifat mulia dan moral manusia keluar dari mata air keadilan. la memberi manusia kemampuan untuk sebaik-baiknya melaksanakan pekerjaan pribadinya, yang merupakan kebahagiaan puncak manusia dan puncak kedekatannya kepada Pencipta Yang Maha kuasa.

Cukup aman bila mengatakan bahwa keadilan adalah unsur pokok dalam mengorganisir kehidupan bermasyarakat. Dengan keadilan suatu babak baru kehidupan pun terbuka, masyarakat menemukan ruh baru, dan ia menerangi kehidupan manusia dengan kemuliaan dan keindahan. Suatu masyarakat di mana kehidupan merasakan indahnya keadilan, mendapatkan berbagai tuntutan hidup, dan karenanya ia mampu menanggulangi segala problema.

Kobaran Api Penindasan yang Merusak

Tidak syak lagi, peranan penindasan dalam merusak masyarakat, meruntuhkan tingkah laku dan mengganggu keamanan sosial. Bahkan orang-orang yang tidak taat kepada agama pun tidak dapat menyangkal kenyataan ini. Penindasan menyebabkan perselisihan dan merusak hubungan sosial dalam masyarakat. Praktek kejahatan dan berbagai kekuatan jahat menutupi halaman-halaman dalam sejarah pemerintahan-pemerintahan yang kuat dan menghancurkan peradaban mereka.

Terdapat moral-moral agung di masa hidup para penindas. Misalnya, Muhammad ibnu Abdul Malik yang menikmati tempat khusus di antara para khalifah Abbasiyah. Menteri ini membuat sebuah tungku baja yang di dalamnya dipenuhi dengan duri-duri tajam. Bila tahanan politik dibawa kepadanya, ia akan memasukkan orang tak berdosa itu ke dalamnya dan nyala kobaran api menjilati orang itu hingga berpisah dari tubuhnya.

Ketika Al-Mutawakil sampai ke kantor kekhalifahan, ia memerintahkan untuk memasukkan Ibnu Malik ke dalam penjaranya sendiri. Ketika maut sudah dekat, Ibnu Malik menulis sebuah syair bahwa di dunia ini orang yang berbuat sesuatu akan dihukum karenanya. Ketika Al-Mutawakil membaca syair itu ia memerintahkan untuk membebaskannya, tetapi ketika perintah sang raja sampai di penjara, Ibnu Malik telah mati di dalam tungkunya sendiri dalam keadaan yang mengerikan.

(Muruj Adb-Dhahab, jilid lV, hal. 88)

Sesungguhnya, orang-orang yang menyatakan bahwa kehidupan hanyalah perjuangan dari hari ke hari demi hidup, secara terus menerus mencoba menghancurkan yang lemah dengan perampasan; mereka berharap perbuatan demikian dapat memperkuat kekuasaannya dan dapat melindungi kedudukannya. Mereka pun berbuat kejahatan dengan tidak berperikemanusiaan dalam memuaskan diri. Tetapi sebagaimana hari hari berlalu, kobaran rasa marah pun berkecamuk di dalam hati orang-orang yang tertindas, yang kemudian menimbulkan bencana besar atas kehidupan sang tiran.

Bagaimanapun juga penindasan tidak terbatas pada kedudukan atau kelas-kelas tertentu. Orang yang berada dalam kedudukan apa pun yang dengan disengaja maupun tidak disengaja, mencoba mengeksplorasi kehidupan orang lain demi kepentingannya sendiri, atau mencoba melanggar batas-batas hukum akal atau syariat, dapat diklasifikasi sebagai seorang penindas.

Sayang sekali, hari ini penindasan telah sampai ke puncaknya; kobaran api penindasan dan kezaliman menyelusup ke berbagai macam kelas masyarakat dan mengancam struktur peradaban manusia dengan pengrusakan liang serius. Agen-agen penindasan menyalahgunakan hak-hak masyarakat manusia dan merampok sumber-sumber dan kekayaan mereka dengan segala cara yang ada, sementara undang-undang keadilan tampak tak berdaya.

Peranan Agama dalam Memerangi Penindasan dan Para Penindas Al-Quran Suci menyatakan tentang hukuman dahsyat yang tidak dapat dihindari bagi para penindas ketika Allah SWT berfirman:

"Dan (terhadap) negeri itu, Kami telah menghancurkan mereka ketika mereka berbuat zalim dan Kami telah menetapkan waktu tertentu bagi kebinasaan mereka."

(QS.18:59)

Semua pemimpin agama telah meyakini keberlangsungan masyarakat manusia, oleh karenanya mereka menegakkan keadilan demi tujuan utama kehidupan mereka. Setiap kali mereka melihat kekacauan dalam proses pembangunan manusia, mereka berusaha merubah kekacauan ini dengan memberontak melawan perbuatan jahat para penindas. Dalam banyak kasus, para pemimpin ini mampu mengatasi dan menyingkirkan para penindas.

Menurut Al-Quran, perilaku para pemimpin agama merupakan faktor penting dalam menyadarkan umat terhadap penindasan:

"Sesungguhnya Kami mengutus Rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Alkitab dan neraca (keadilan) agar manusia dapat melaksanakan keadilan."

(QS.57:25)

Oleh karena tujuan puncak lslam adalah keadilan menyeluruh, ia memerintahkan kepada semua pengikutnya un wk melaksanakan keadilan dan persamaan sepenuhnya di antara mereka dan yang lainnya tanpa memandang pertimbangan gelar atau pribadi. Ia juga melarang penindasan dan perampasan hak-hak semua kelompok manusia.

"Hai orang-orang yang beriman! Hendaklah kamu menjadi orang-orang yang menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap suatu kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena itu lebih dekat kepada taqwa."

(QS.5:8)

Kemudian:

"Dali apabila kamu menetapkan hukum di antara manusia supaya menetapkan dengan adil."

(QS.4:58)

lslam memberikan tekanan khusus kepada keadilan yang dengan demikian dapat membatalkan orang-orang yang tidak adil untuk menduduki kedudukan seorang hakim, meskipun ia memiliki segala kemampuan lainnya. Islam juga mewajibkan kepada para orangtua untuk memandang anak-anak mereka dengan adil, hal ini dapat mempengaruhi mereka untuk juga berlaku adil dan menolak penindasan serta kebencian. Di samping itu, salah satu landasan dalam mendidik anak adalah bersikap adil dalam segala keadaan, karena ketika mereka menyaksikan penindasan terjadi di antara ayah dan ibu, mereka tidak dapat diharapkan menjadi orang yang adil atau fair bila berhubungan dengan orang lain. Jika penindasan ditampakkan kepada anak-anak, sifat ini akan tumbuh di dalam watak mereka. mereka pun akan menjadi unsur-unsur perusak dalam masyarakat. Ketidakadilan yang diperoleh itu lama-kelamaan akan mempengaruhi masyarakat mereka, atau bahkan melawan orangtua mereka.

Rasulullah Saw membawa perhatian para pengikutnya kepada masalah penting ini ketika beliau berkata:

"Bersikap adillah kepada anak-anakmu dalam pemberian jika kamu menginginkan mereka bersikap adil terhadapmu dalam kebaikan."

(Nahj Al-Fasahah, hal. 66)

Profesor Bertrand Russel berkata:

Rohani manusia adalah seperti sungai kecil, lama kelamaan melebar. Dan tujuan pendidikan yang memadai adalah untuk membuat tindakan dari luar tampak dalam bentuk pemikiran. perilaku dan kasih sayang tidak dalam bentuk siksaan atau hukuman. Gagasan yang dibutuhkan di sini adalah suatu masalah di mana kira harus menanamkan secara bertahap pada pikiran dan perilaku anak-anak.

Cara yang benar dalam mengajar keadilan kepada anak-anak adalah mungkin ketika anak-anak bergaul dengan orang lain. Persaingan yang terjadi di antara anak-anak menyangkut mainan yang hanya dapat digunakan oleh seorang saja (sepeda, misalnya) pada satu saat, dapat memberi kira harapan dalam mengajar mereka bersikap adil. Memang mengagumkan bagaimana anak-anak menggugurkan sifat egois mereka ketika anak yang tertua mementaskan keadilan dengan menawarkan mainannya kepada anak-anak lainnya. Pada awalnya saya tidak percaya bahwa keadilan adalah perasaan alamiah atau naluri manusia, saya terkejut ketika melihat bahwa perasaan adil dapat dengan mudah dididik pada anak-anak. Adalah penting melnksanakan keadilan keci ka mendidik anak. Yakni:

tidak mendahulukan anak yang satu di atas anak yang lain. Jika, anda mencintai seorang anak lebih daripada yang lainnya, berhati hatilah untuk tidak membedakan dalam pembagian kebahagian dan kesejahteraan di antara mereka.

Praktek yang pada umumnya diterima adalah memberikan mainan kepada anak-anak secara sama, Upaya untuk tidak berlaku adil terhadap anak-anak, dengan segala cara apa pun, merupakan usaha yang keliru.

(On Education)

Rasulullah Saw. bersabda:

“Takutlah kepada Allah dan bersikap adillah di antara anak-anakmu sebagaimana kamu menghendaki mereka berbuat baik kepadamu.”

(Nahj Al-Fasahah)

Imam Ali a.s. menulis sebuah nasehat berikut ini kepada Muhammad Ibnu Abu Bakar ketika beliau menunjuknya sebagai gubernur Mesir:

Para duta Ilahi adalah para penegak keadilan yang sesungguhnya dalam masyarakat. Mereka adalah orang-orang yang telah merencanakan jalan kesempurnaan manusia bagi umat manusia.

Imam Husain a.s. juga mengejawantahkan makna keadilan yang sesungguhnya dan kepercayaan manusia yang sebenarnya ketika beliau bangkit melawan penindasan. Lembaran-lembaran sejarah masih bersinar atas riwayat hidup manusia ini dan akan terus bersinar selamanya.

4. Dusta

• Kedudukan Akhlak Dalam Masyarakat

• Mudarat-mudarat Berdusta

• Berdusta Dilarang Agama

Kedudukan Akhlak dalam Masyarakat

Akhlak merupakan faktor terpenting dalam masyarakat dan dalam kesempurnaan bangsa-bangsa. Akhlak terlahir sebagai bagian dari kemanusiaan. Tiada seorang pun menyangkal peranan vital yang dimainkan oleh akhlak dalam membawa kedamaian, kebahagiaan dan kesejahteraan rohani manusia; dan juga tiada seorang pun meragukan manfaat dan pengaruhnya yang menentukan dalam memperkuat fundamen-fundamen keterpaduan tingkah laku dan pemikiran, baik pada pergaulan maupun masyarakat. Dapatkah anda menemukan orang yang jujur dan benar mencari kebahagiaan di bawah bayang-bayang pengkhianatan dan dusta? Akhlak sedemikian pentingnya sehingga bahkan bangsa-bangsa yang tidak percaya kepada agama, menghormatinya dan merasakan bahwa akhlak itu penting bagi mereka untuk ditaati melalui beberapa ajaran etika agar mampu maju menembus jalan kehidupan yang berbelit-belit ini. Masyarakat, di mana pun dan dengan segala macam perilakunya, mempunyai beberapa kesamaan.

Seorang sarjana kenamaan Inggris, Samuel Smiles mengatakan:

Akhlak adalah salah satu kekuatan yang menggerakkan dunia ini. Dengan pengertiannya yang paling baik, akhlak merupakan suatu perwujudan fitrah manusia pada puncaknya yang tertinggi, karena akhlak adalah suatu anugerah dari fitrah manusia untuk kemanusiaan (humanity). Orang-orang yang unggul dalam segala segi kehidupan berusaha untuk menarik perhatian manusia kepada mereka melalui setiap cara yang mulia dan terhormat. Masyarakat mempercayai orang-orang ini dan meniru kesempurnaan mereka, karana masyarakat percaya' bahwa mereka memiliki segala bakat dari kehidupan ini, dan jika tidak ada eksistensi orang-orang seperti ini, maka kehidupan tidak akan bernilai. Jika ciri-ciri genetika yang diwarisi menarik perhatian dan penghargaan manusia, maka akhlak menjadikan kepuasan dan kehormatan bagi orang-orang yang berkelakuan baik. Hal ini karena perangkat karakteristik yang pertama adalah karya dari gen-gen, dan perangkat yang kedua adalah hasil dari pragmatisme dan kekuatan ber pikir, dan ini meni pakan akal (mind) yang menguasai kita serta mengatur berbagai urusan kita di sepanjang hidup kita.

Orang-orang yang telah mencapai puncak keunggulan dan kebesaran adalah seperti sinar terang yang membersihkan jalan bagi kemanusiaan dan membimbing manusia kepada jalan-jalan moral dan keluhuran. Jika para anggota masyarakat, di mana saja, kekurangan perilaku yang baik, mereka tidak akan mampu mencapai keunggulan meskipun banyak dari hak kebebasan dan hak politik yang mereka rasakan. Tidaklah penting bagi bangsa-bangsa untuk memiliki wilayah-wilayah daratan yang luas agar hidup secara terhormat, karena banyak bangsa-bangsa dengan populasi besar yang memiliki wilayah-wilayah' daratan yang luas, tetapi mereka jauh dari kesempurnaan dan kebesaran. Maka. jika moralitas suatu bangsa menjadi rusak, pada akhirnya bangsa itu akan punah.

Semua setuju dengan apa yang telah dikatakan sarjana ini, namun yang menjadi masalah adalah adanya suatu perbedaan besar antara mengenal fakta-fakta dengan bertindak atasnya. Banyak orang yang mengganti perilaku baik dengan kecenderungan-kecenderungan hewani nya. Mereka mengganti moralnya yang baik demi nafsu-nafsunya, seperti gelembung-gelembung yang tampak berkilauan di atas permukaan air.

Tak syak lagi, manusia telah keluar dari pabrik kehidupan dengan membawa serta hal-hal yang bertentangan dengan nalurinya. Kini manusia terus menerus menjadi ajang suatu perjuangan yang dahsyat antara sifat jahat dan baik. Langkah pertama untuk menghapus sifat jahat manusia adalah menanam nafsu-nafsu dan amarahnya dalam medan perang ini karena mereka adalah penyebab dari kekuatan hewani manusia, yaitu dengki. Adalah wajib bagi siapa saja yang berhasrat mencapai kesempurnaan, untuk menjauhi kemubaziran dan menghindarkan diri dari berbagai kecenderungan berbahaya yang muncul dari sifat-sifat semacam ini serta merubahnya menjadi perasaan-perasaan yang indah dan bermanfaat. Alasan untuk ini adalah bahwa sebagian besar manfaat manusia berasal dari perasaan ini, tetapi perasaan semacam ini hanya rampak baik jika ia patuh kepada perintah-perintah akal.

Menurut seorang psikolog:

Perasaan-perasaan manusia adalah seperti sebuah kontainer yang memiliki dua serambi. Serambi pertama menyerang dan yang kedua bertahan. Jika manusia dapat mengarahkan perasaan-perasaan ber tahannya agar berada di atas perasaan yang menyerang, maka ia akan memperoleh kendali atas eksistensinya dan membimbing perasaan ini sekehendaknya, tidak sekehendak perasaan perasaannya.

Orang-orang yang menyeimbangkan kekuatan-kekuatan batin dengan nafsu-nafsunya dan yang memiliki cita-cita yang lebih baik dan telah menciptakan suatu perasaan damai antara pikiran dan hatinya, tidak syak lagi ia telah menempuh jalan kebahagiaan di antara berbagai problema kehidupan dan mengikuti kehendak untuk bebas dari kelemahan, kegagalan atau kekalahan. Memang benar bahwa kemampuan manusia telah mencapai tingkat kegunaan, gerak dan kecepatan yang tinggi yang memberikan manusia kesempatan untuk mencapai ke kedalaman lautan dan samudera dengan menggunakan kekuatan berpikirnya. Namun apa yang kami amati sekarang kesengsaraan dan kegundahan yang terus-menerus di jantung peradaban telah mencapai tingkat seperti mainan di tangan sang problema dan penderitaan. Kesalahan ini terjadi karena penyimpangan yang dilakukan dari jalan yang mulia dan nilai-nilai rohani.

Dr. Roman menulis:

llmu pengetahuan telah maju dalam abad ini terapi akhlak dan perasaan terap masih primitif. Jika akhlak dan perasaan maju bersama dengan akal dan pikiran, maka mungkin kita dapat menyatakan bahwa manusia telah maju dalam kemanusiaannya juga.

Sesuai dengan hukum-hukum keseimbangan dan persamaan, nasib suatu peradaban yang kekurangan sifat-sifat mulia akan menghadapi kerusakan dan kepunahan. Alasan atas berbagai kesengsaraan dan ketidaksempurnaan yang terjadi di segala jenis masyarakat adalah suatu fenomena tentang berbagai kebutuhan manusia akan nilai-nilai moral, yakni nilai-nilai yang akan mengembangkan ruh kehidupan di dalam daging peradaban yang sedang sekarat dan memberinya suatu kekuatan yang memang ia butuhkan.

Mudarat-mudarat Berdusta

Banyaknya manfaat dari kejujuran sebanyak mudarat yang ada pada kedustaan. Jujur adalah salah satu sifat yang paling indah, dan dusta adalah salah satu sifat yang paling buruk. Lidah menerjemahkan perasaan-perasaan batin manusia keluar, oleh karena itu jika dusta itu berangkat dari dengki dan atau benci, maka ini merupakan salah satu tanda yang berbahaya dari amarah, dan jika dusta itu berangkat dari kebakhilan atau kebiasaan, maka sesungguhnya sifat ini berasal dari pengaruh-pengaruh nafsu manusia yang membara.

Jika lidah manusia telah teracuni oleh dusta, kotorannya akan tampak padanya, dampak-dampaknya adalah seperti angin musim gugur yang menghembus daun-daun pepohonan. Dusta memadamkan cahaya eksistensi manusia dan menyalakan api khianat dalam dada. Dusta juga memiliki pengaruh yang menakjubkan dalam menghancurkan ikatan persatuan dan keharmonisan di antara manusia serta mengembangkan kemunafikan. Sebenarnya, penyebab besar menyangkut kesesatan bersumber dari pernyataan-pernyataan batil dan kata-kata yang kosong. Bagi manusia yang memiliki niat-niat jahat. dusta merupakan pintu yang terbuka untuk mencapai tujuan-tujuan pribadinya dengan menyembunyikan fakta-fakta di balik kata-kata magisnya, dan kemudian menerkam orang-orang yang tidak berdosa dengan dusta-dusta yang beracun.

Para pendusta tidak mempunyai waktu untuk berpikir atau merenung. Jarang sekali mereka berpikir untuk mengambil kesimpulan-kesimpulan, mereka menyatakan bahwa "tidak akan pernah ada orang yang membongkar rahasia-rahasia mereka". Di dalam kata-kata mereka kita temukan banyak kesalahan dan kontradiksi, mereka akan terus diliputi oleh rasa malu, kegagalan dan aib. Oleh karena itu benarlah jika dikatakan bahwa "para pendusta itu mempunyai kenangan-kenangan yang buruk"

Salah satu faktor yang mengembangkan sifat benci yang meracuni akhlak masyarakat adalah ungkapan:

Dusta yang bersifat membangun itu lebih baik daripada kebenaran yang menyakitkan.

Ungkapan ini telah menjadi selubung untuk menutupi sifat tersebut dan banyak orang yang terpaksa mengambil jalan ini untuk membenarkan dusta-dusta mereka. Orang-orang ini jahil tentang dalil dan hukum berkenaan dengan persoalan itu. Islam dan akal memerintahkan bahwa jika jiwa, martabat seorang Muslim, atau hak miliknya yang penting terancam, adalah wajib untuk mempertahankannya dengan segala cara yang mungkin, termasuk dusta. Ada sebuah pepatah yang sah yang mengatakan, "berbagai kebutuhan menghalalkan yang diharamkan". Dusta seperlunya (necessary lying) memiliki batasan-batasan, ia harus berhenti di perbatasan keperluan. Jika manusia memperluas lingkaran "kepembangunan" (constructiveness) untuk melibatkan dambaan dan nafsu-nafsunya, tidak akan ada dusta tanpa sesuatu kebutuhan di baliknya Dalam hal ini salah seorang ulama besar mengatakan.

Ada alasan bagi segala sesuatu. Adalah mungkin bagi kita untuk membuat-buat faktor dan alasan-alasan atas segala tindakan kita. Bahkan para kriminal profesional pun mempunyai alasan bagi kejahatan-kejahatannya. Oleh karena itu, ada berbagai manfaat dan kebutuhan bagi setiap dusta yang dibuat. Dengan kata lain, setiap dusta yang diucapkan itu mempunyai suatu maksud, dan si pendusta itu baik jika ia tidak memperoleh apa-apa dari dustanya sehingga tidak ada alasan untuk menyembunyikan fakta. Ini berangkat dari kenyataan bahwa adalah fitrah manusia dalam memandang segalanya yang mungkin bermanfaat baginya itu baik. Jika manusia berprasangka bahwa kepentingan-kepentingan pribadinya mungkin terancam oleh kebenaran atau kejujuran atau membayangkan ada kebaikan di dalam dusta, maka dia akan berdusta tanpa adanya keraguan, karena ia melihat kejahatan di dalam kebenaran dan kebaikan di dalam dusta.

Sudah semestinya kita mengetahui fakta bahwa berdusta itu merupakan suatu kejahatan besar.

Kebebasan berbicara lebih penting daripada kebebasan berpikir, karana jika seseorang membuat suatu kesalahan ketika melaksanakan kebebasannya untuk berpikir, hanya orang itu saja yang dirugikan. Di lain pihak, ketika melaksanakan kebebasan berbicara, kesejahteraan masyarakat berada dalam bahaya. Manfaat dan mudarat kebebasan berbicara mempengaruhi seluruh lapisan masyarakat.

Al-Ghozali telah berkata:

Lidah adalah anugerah yang bermanfaat. la adalah makhluk yang lembut, dengan tidak menghiraukan ukurannya yang kecil ia melaksanakan tugas yang sangat penting ketika ia ingin taat dalam keadaan tidak taat. Baik kafir maupun beriman, terejawantahkan melalui lidah, dan ia adalah ibadah atau keingkaran yang penghabisan.

Kemudian beliau menambahkan:

Hanya orang-orang yang dapat menahan lidahnya demi agama, yang mampu menghindari kejahatan. Orang-orang ini tidak pernah membebaskan lidahnya kecuali bija bermanfaat bagi kehidupan, iman dan tempat istirahat mereka yang kekal,

(Abu Hamid Al-Ghazali, Kimiya-e Sa'adat)

Adalah penting melarang berdusta dan menganjurkan kebenaran di depan anak-anak, sehingga sifat jahat ini tidak memasuki hati mereka. Anak-anak belajar bagaimana berbuat dan berbicara lewat keluarga dan orang-orang sekeliling mereka. Oleh karena itu, jika dusta dan atau menentang kebenaran merasuk ke dalam lingkungan keluarga, anak-anak akan terpengaruh dan mereka akan terjungkir oleh penyakit yang sama.

Morris T. Yash berkata:

Kebiasaan berpikir, berbicara dan berusaha untuk mendapatkan fakta-fakta hanya dipraktekkan oleh orang-orang yang dididik olehnya, demikian juga anak-anak.

Dusta Dilarang Agama

Secara eksplisit Al-Quran mengkategorikan para pendusta sebagai orang-orang kafir:

"Hanya mereka yang berdusta yang tidak percaya kepada firman-firman Allah, dan inilah para pendusta"

Dari ayat ini dapat dipahami bahwa orang-orang beriman tidak menjadikan dirinya sebagai limbah kepalsuan.

Rasulullah Saw. menyatakan:

Ikutilah kebenaran, karena kebenaran membimbing ke Surga. Sesungguhnya manusia itu selalu berkata benar dan mencarinya hingga ia dicatat sebagai orang yang benar di sisi Allah. Dan hindarilah kebatilan, karena kebatilan membimbing ke neraka, Manusia selalu berdusta hingga ia dicatat sebagai seorang pendusta di sisi Allah.

(Nahj Al-Fashahah, hal. 418)

Di antara ciri-ciri pendusta adalah bahwa mereka hanya percaya setelah benar-benar sangat terdesak. Rasulullah Saw. berkata:

Sesungguhnya orang-orang yang paling sering dipercayai manusia adalah yang paling sering berkata benar; dan orang-orang yang paling ragu adalah orang-orang yang paling sering berdusta".

Dr. Samuel Smiles menulis:

Beberapa orang menganggap bahwa watak mereka yang rendah itu wajar dibandingkan dengan watak-watak lainnya, sedangkan sebenarnya kita tahu bahwa manusia adalah cerminan dari tingkah laku mereka masing-masing. Oleh karenanya, baik dan buruk yang kita lihat pada diri orang lain tidak lain kecuali suatu cerminan dari apa yang ada dalam kesadaran kita.

Orang-orang yang memiliki keberanian atau keteguhan hati dengan akhlak dan tingkah Laku yang baik tidak dapat menerima kebatilan, mereka juga tidak ingin dikotori oleh kotoran semacam ini. Para pendusta itu menderita gangguan mental yang selaju menjauhkan diri mereka dari berkata benar. Orang-orang yang terpaksa berdusta dalam hari kecilnya merasa lemah dan hina, karena dusta berada di muka orang-orang yang lemah dan pengecut.

Sebagaimana dikutip, Imam Ali a.s. mengatakan:

jika kemanunggalan wujud (entity) itu terwujud, sesungguhnya kebenaran akan berdiri bersama keberanian; kekecutan akan berdiri bersama dusta.

(Ghurar Al-Hikam, hal. 605)

Dr. Raymond Peach berkata:

Dusta adalah senjata pertahanan terbaik dari orang yang lemah dan jalan tercepat untuk menghindari bahaya. Dalam banyak hal dusta merupakan suatu reaksi terhadap kelemahan dan kegagalan. Jika anda bertanya kepada seorang anak, 'Apakah kamu menyentuh gula-gula ini?' atau 'Apakah kamu yang memecahkan vas bunga ini?' Jika si anak mengetahui bahwa dengan mengakui kesalahan ia akan terkena hukuman, maka nalurinya berkata padanya untuk menyangkalnya.

Imam Ali a.s. menyatakan tentang berbagai manfaat yang jelas dari kebenaran, dalam suatu riwayat yang jelas:

Orang yang berkata benar memperoleh tiga hal: kepercayaan, kecintaan dan martabat (dari orang lain). Janganlah disesatkan oleh shalat dan puasa mereka, karena seseorang bisa saja kuat dalam shalat dan puasa sehingga jika ia akan meninggalkannya, ia merasa kesepian. Sebaiknya, cobalah mereka ketika hendak berkata benar dan memenuhi kepercayaan (amanah).

(Ushul Al-Kafi, jilid I, hal. 460)

Berkenaan dengan ini Imam Ali a.s. berkata:

Dusta adalah sifat yang paling buruk.

(Ghurar AI-Hikam. hal. 175)

Dr. Samuel Smiles menulis:

Di antara semua watak yang lemah. dusta adalah sifat yang paling buruk dan paling menjijikkan. Adalah penting bila manusia bercita-cita untuk menjadi benar dan jujur di seluruh tahap-tahap kehidupannya, dan bagaimana pun hal ini tidak meninggalkan maksud atau tujuan lainnya. Islam melandaskan semua proses perilaku dan koreksi pada iman dan menjadikannya sebagai dasar bagi kebahagiaan manusia.

Akhlak tanpa iman laksana sebuah istana yang dibangun di atas lumpur atau es. Atau sebagaimana pakar lainnya menjelaskan:

Akhlak tanpa iman laksana benih yang ditanam di atas batu atau di antara dedurian, pada akhirnya ia layu dan mati. Jika sifat-sifat mulia tidak dimotivasi oleh iman, ia laksana panen yang mati di dekat orang yang hidup.

Agama menguasai hati dan pikiran sekaligus! Ia adalah arena dalam membawa keharmonisan kepada mereka. Perasaan-perasaan keagamaan mengurangi berbagai keinginan materi dan membangun sebuah tembok yang tidak dapat dilalui di antara iman dan kerendahan. Orang-orang yang mantap dengan keyakinannya selalu menetapkan berbagai tujuan dan perasaan dengan tenang.

"Sesungguhnya dengan mengingat Allah hati merasa tenang."

(Al-Quran)

Islam menetapkan watak manusia sesuai dengan tingkat keyakinan dan sifat-sifat baiknya, dan lslam secara gigih berjuang untuk menguatkan kedua faktor ini. Misalnya, Islam telah menjadikan iman sebagai suatu jaminan bagi keabsahan pernyataan-pernyataan seseorang ketika ia mengangkat sumpah. Menurut hukum lslam, dalam keadaan-keadaan tertentu sumpah seorang Muslim dapat merupakan bukti, sehingga ia dianggap menentukan dalam menyelesaikan perselisihan. Islam juga telah menjadikan kesaksian (syahadah) manusia sebagai cara untuk membuktikan hak-haknya.

Jadi, jika dusta tampak dalam bentuk rasa takut yang sangat -dalam segala hal yang tersebut di atas- maka jelaslah seberapa besar kerusakan yang ditimbulkan akibat perilaku semacam ini.

Dalam Al-Quran dusta dianggap sebagai dosa yang tidak dapat diampuni.

"Dan tidak pernah menerima kesaksian dari mereka".

(Al-Quran)

Dasar dari besarnya dosa berdusta secara jelas berhubungan dengan seberapa banyak kerusakan yang timbul karena dosa semacam ini. Maka dari itu, karena dusta di bawah sumpah dan kesaksian itu lebih merusak, hukuman bagi dosa ini pun lebih keras.

Dusta adalah suatu perbuatan yang mengarah kepada segala sifat jahat lainnya.

Imam Hasan Al-Askari a.s. berkata:

Semua sifat dengki ditempatkan di dalam sebuah rumah dan kunci untuk rumah ini adalah dusta.

(Jami’ Sa'adat, jilid II, hal. 318)

Untuk menjelaskan apa yang Imam Al-Askari a.s. katakan, kami bawa perhatian anda kepada riwayat Nabi berikut ini.

Seorang lelaki datang kepada Rasulullah Saw. dan meminta beberapa nasehat kepada beliau. Nabi Saw. menjawab:

"Jauhilah dusta dan lengkapilah dirimu dengan kebenaran (amanah)."

Lelaki itu, si pelaku berbagai macam dosa, mengikrarkan janji untuk tidak pernah lagi melakukan pelanggaran lainnya.

Sebenarnya, orang yang bersahabat dengan orang yang jujur dan terbiasa berlaku benar, baik secara lisan maupun tindakan, akan hidup bebas dari kesedihan dan deprivasi, pikiran dan rohani mereka akan bercahaya dengan keyakinan, mereka jauh dari kegoncangan dan ketakutan, dan dari pemikiran yang kabur.

Renungan sesaat tentang akibat berdusta, apakah yang berhubungan dengan agama atau pendapatan materi, akan memberikan suatu hikmah yang sangat bernilai bagi siapa saja yang ingin sekali membina kehidupan yang mulia dan luhur. Dampak-dampak dari berdusta tidak lain kecuali cambukan-cambukan peringatan.

Sifat amanah hanya dapat dicapai di bawah bayang-bayang akhlak dan keyakinan. Sehingga ketika syarat-syarat ini tak terpenuhi, kebahagiaan manusia tidak akan memiliki suatu kesempatan untuk tetap hidup.

5. Kemunafikan

• Suatu Usaha Menghargai Kepribadian Anda

• Munafik: Sifat Yang Paling Buruk

• Bakar Habis Tempat-tempat Bersarangnya Kemunafikan

Suatu Usaha Menghargai Kepribadian Anda

Unsur terpenting dalam kebahagiaan dan watak tertinggi yang dapat dirasakan manusia adalah kesempurnaan. Permata rohani yang bernilai ini memberikan kebesaran dan kemurnian kepada kehidupan. dan membimbing manusia ke puncak kemuliaan dan keluhuran. Semua manusia secara manusiawi sama. Namun mereka berbeda dalam kemampuan untuk bernalar dan berpikir. Kebiasaan-kebiasaan rohani dan watak-watak perilaku manusia juga berbeda. Watak-watak seorang individu adalah semua yang membedakan individu-individu satu dengan lainnya dan ia menetapkan kemampuan dan kedudukan sosial setiap orang. Di samping itu. watak manusia secara langsung mempengaruhi kita lebih daripada faktor lainnya.

Manusia ditempatkan di alam semesta ini untuk berusaha mengembangkan berbagai kemampuannya dan memperluas wawasan berpikir dan kesadarannya yang riil; sehingga akan meningkatkan pengetahuannya dan memperkuat ruhnya untuk mencapai kesempurnaan. Dengan kata lain, manusia berada di dunia ini untuk membekali diri guna memenuhi berbagai tugas khususnya. Dengan mengingat hal ini, adalah tanggung jawab setiap individu untuk membangun suatu kepribadian yang sehat dan jujur, dan berbuat di atas jalan kebahagiaan. Seorang pekerja keras yang bekerja pada jalan ini lebih menyadari makna keberhasilan yang sesungguhnya. Tidak ada yang mampu memberinya kekuatan untuk terjun ke dasar lautan lebih daripada kepribadian yang sehat.

Menurut Schopenhaure:

Variasi-variasi di antara kepribadian merupakan peranan yang alami dalam membawa kesedihan dan kebahagiaan kepada kehidupan manusia lebih daripada apa yang dibawa oleh perbedaan di antara berbagai macam perbedaan manusia. Ini karena watak-watak suatu kepribadian (seperti pemikiran produktif dan kasih yang tulus) tidak pernah dapat dibandingkan dengan apa yang dapat diperoleh manusia dari barang-barang materi. Bagi seorang yang layak, mampu menciptakan kehidupan yang menyenangkan bagi dirinya bahkan bila ia hidup terpisah. Di lain pihak, orang yang jahil tidak dapat membuang kemalasan dari dirinya sekalipun ia dapat memperoleh segala kemewahan hidup, bahkan jika ia menghabiskan sejumlah besar uang untuk itu. Pemikiran, kepemimpinan, dan kemampuan untuk mengasihi, termasuk faktor penting yang membawa manusia lebih dekat untuk mencapai tujuan hidupnya dan membuka gerbang-gerbang kebahagiaan baginya. Oleh karena itu, adalah tugas kita untuk memberikan perhatian khusus bagi pengembangan faktor-faktor ini lebih daripada pengembangan pendapatan-pendapatan materi.

Semua watak dan kebiasaan ikut ambil bagian dalam menentukan masa depan manusia, dan setiap pemikiran dan perasaan sangat mempengaruhi watak dan kebiasaan ini. Terutama akhlak dan tingkah laku setiap orang secara terus menerus berubah menuju kesempurnaan, atau sebaliknya.

Langkah pertama dalam mengembangkan dan menyempurnakan kepribadian adalah mempelajari cara-cara menggali daya dan kemampuan tersembunyi di dalam diri, dan mempersiapkan diri untuk menghilangkan segala faktor yang dapat menimbulkan berbagai problema dalam jalan kesempurnaan. Maka manusia pun dapat mensucikan dirinya dari segala kerendahan. Jika seseorang tidak mampu menghargai diri sendiri, ia tidak akan pernah mampu membawa kehidupan kepadanya, ia juga tidak akan pernah mampu menciptakan segala perubahan yang bermanfaat baginya.

Kata-kata dan tindakan tidak memiliki nilai yang riil kecuali bila ia berangkat dari kedalaman eksistensinya sendiri. Kata-kata mengejawantahkan cerapan pikiran. Ketika kata-kata bertentangan dengan tindakan, ucapan-ucapan ini keluar dari kepribadian yang tidak stabil dan mengakibatkan kehancuran diri individu tersebut.

Munafik: Sifat yang Paling Buruk

Tidak syak lagi, sifat munafik adalah salah satu sifat yang menjijikkan. Adalah fitrah manusia untuk menerima kebahagiaan dan kebebasan; dan untuk meningkatkan diri kepada tingkat martabat yang paling tinggi. Namun ketika manusia terkotori oleh dusta, pengingkaran janji dan pelanggaran-pelanggaran persetujuan, kemunafikan menemukan sendiri suatu arena yang luas dan siap untuk merasuki watak-watak yang kotor seperti ini. Kemunafikan berkembang dalam keadaan-keadaan seperti ini hingga akhirnya ia menjadi suatu penyakit yang gawat. Kemunafikan tidak saja menghalangi seseorang dari mencapai kebenaran. bahkan mencoba untuk menutup-nutupinya , ia juga menjadi sebuah bendungan yang tidak dapat dihancurkan. yang berada di tengah jalan pencapaian watak-watak yang mulia. Tentu saja. untuk menghadapinya bergantung kepada perilaku yang bijaksana dan integritas psiko logis yang bersandar pada kesempurnaan rohani.

Sifat munafik adalah wabah penyakit berbahaya yang mengancam kemuliaan dan martabat manusia. ia mengarahkan kepada sifat-sifat yang tidak bertanggung jawab dan rendah, dan menggantikan kepercayaan diri dengan prasangka, pesimisme dan kegelisahan.

Orang-orang yang mencapai titik yang berbahaya ini, dalam perilaku jahat mereka tampak seolah mereka menginginkan yang terbaik bagi semua orang. Ketika pribadi yang kacau ini (munafik) berurusan dengan pasangan yang tidak harmonis, ia mengajukan diri sebagai seorang sahabat yang baik dan seorang penasehat yang setia, kemudian setelah itu ia berbalik dan menjatuhkan mereka, mengecamnya, padahal sebenarnya ia tidak mempunyai hubungan rohani atau moral dengan mereka.

Pujian-pujian yang keliru, penerimaan-penerimaan tanpa syarat atas berbagai ideologi dan penahanan diri dari membela yang benar ketika dibutuhkan, semua ini adalah watak orang-orang munafik.

Menurut seorang ulama besar, orang-orang munafik lebih berbahaya daripada musuh-musuh yang membelot:

Musuh mempunyai watak, baik itu musuh tersembunyi atau musuh terang-terangan; karena rasa benci hanya memiliki satu warna: Saya berharap bahwa teman itu seperti musuh sejauh adanya sifat pura-pura. Tak syak bahwa teman yang munafik adalah lebih buruk dari kemunafikan itu sendiri.

Karena orang yang munafik itu tidak mampu menarik hati orang yang berurusan dengannya, atau memperoleh cinta dan hormat darinya, kehidupannya pun penuh dengan kehinaan dan kebencian, Usaha-usahanya untuk menyembunyikan fakta membuat kehidupannya tidak aman, tidak stabil dan gelisah; karena ia berada dalam rasa takut yang terus menerus akan terbongkarnya kedok yang sesungguhnya.

Salah satu unsur penderitaan sosial adalah berkembangnya kemunafikan dan kurangnya kejujuran dan keikhlasan di antara lapisan masyarakat. Jika kemunafikan merasuki struktur masyarakat dan meliputi hati para anggotanya, ditambah dengan kebohongan dan kerendahan yang tampak di antara mereka; masyarakat semacam ini akan menghadapi kehancuran yang tidak dapat dielakkan.

Seorang sarjana Inggris, S. Smiles berkata:

Perilaku para politisi kontemporer berada pada jalan pengerusakan dan kekacauan. Berbagai pendapat yang mereka berikan dalam ruang-ruang resepsi berbeda dari apa yang mereka berikan dalam pidato-pidato publik. Misalnya, politisi-politisi ini memuji orang karena perasaan-perasaan patriot is mereka dan kemudian pada saat yang sama berbalik dan tertawa dalam rapat-rapat pribadi mereka. Turun naik (fluktuasi) pemikiran yang ada di zaman kita lebih daripada yang ada di zaman mana pun di masa lalu, dan berbagai prinsip berubah dan berbeda-beda sebagaimana berubahnya berbagai kepentingan. Saya percaya bahwa kemunafikan lama kelamaan akan menjalar keluar dari tempurungnya dan pada akhirnya menjadi sifat yang patut dipuji; karena jika kelas atas dari suatu masyarakat menjadi munafik, semua kelas lainnya akan turut mengangkat pandangan-pandangan yang sama, sebab mereka mengambil berbagai kebiasaan dan perilaku mereka dari kelas yang lebih tinggi. Kemasyhuran yang diperoleh hari ini adalah ketika sifat-sifat jahat manusia dibeberkan, dengan melecehkan segala sifat yang mulia.

Ada seorang Rusia yang mempunyai pepatah bahwa:

Barangsiapa yang memiliki tulang punggung yang kuat, ia tidak dapat dipromosikan ke kedudukan yang lebih tinggi.

Tulang punggung orang-orang yang memuja kemasyhuran pada akhirnya menjadi lemah dan lemas karena mengikuti turun-naiknya reputasi dengan menipu manusia, menyembunyikan fakta-fakta dari publik dan berbicara persis seperti kelas-kelas rendah. Namun yang lebih buruk lagi adalah mengeksploitasi perselisihan dan kemunafikan yang mungkin terjadi di antara kelas masyarakat yang berbeda-beda. Kemasyhuran semacam ini tidak dapat dianggap oleh orang yang bijak kecuali dengan kejijikan dan kebencian, dan para pena sehatnya pun tidak menaruh hormat alau kemuliaan.

Ketulusan dan kejujuran merupakan pengejawantahan dari kesadaran yang murni dan merupakan sifat-sifat kehidupan yang paling mulia. Sifat-sifat ini, yang ditemukan dalam jiwa-jiwa yang benar-benar suci, akan memadukan kepribadian dan membawa kedamaian, persatuan dan kekuatan kepada masyarakat. Sewajarnyalah bagi manusia untuk mencintai teman-temannya yang setia lebih daripada yang meragukan, dan karena kecintaan terhadap orang-orang yang beriman itu meningkat, kebencian terhadap orang-orang yang munafik pun meningkat pula.

Memberantas Tempat-tempat Bersarangnya Kemunafikan

Ketika Islam mulai berkembang pesat, partai orang-orang munafik yang merasa terancam lebih daripada partai oposisi lainnya, mencoba menghancurkan pilar-pilar pemerintahan Islam. Mereka membuat sumpah kepada Nabi Saw., kemudian menolak untuk memenuhi tugas-tugas ketika tiba saatnya bagi mereka untuk melaksanakannya. Mereka juga mengecam orang-orang yang beriman.

Kelompok minoritas yang destruktif dan merusak ini tidak sanggup untuk bersabar menghadapi orang-orang yang setia dan taat kepada Rasulullah Saw. Pemimpin orang-orang munafik ini ialah Abu Amir (seorang pendeta), yang adalah Ketua Masyarakat Al-Kitab di Madinah, di mana ia memperoleh reputasi di antara masyarakatnya karena menjadi seorang yang relijius. Ia meramalkan tentang datangnya Nabi Saw. terutama tentang risalah beliau dan selama tahap awal kenabian beliau. Kemudian ia tidak tahan menghadapi hancurnya reputasi karena berkembangnya Islam, sehingga ia hijrah ke Makkah dan menyertai orang-orang munafik berperang melawan Nabi Saw. di Badar dan Uhud.

Kemudian Abu Amir melarikan diri ke Romawi dan mulai berkomplot untuk melenyapkan lslam. Adalah atas anjuran dia para sahabatnya membangun "Masjid Perselisihan (dzirar)" di Madinah. Pada saat itu Masjid ini didirikan, namun tidak ada seorang pun diperbolehkan untuk membangun sebuah masjid tanpa persetujuan dari Rasulullah Saw. Nabi Saw. memberi izin kepada mereka untuk membangun masjid tersebut dan ketika beliau kembali dari perang Tabuk, jamaah masjid itu memanggil Nabi Saw. untuk meresmikannya. Sebelum itu, Allah SWT telah memberitahukan kepada Rasul-Nya tentang adanya niat-niat jahat mereka dan Nabi menolak untuk pergi serta memerintahkan kepada pasukan beliau untuk menghancurkan masjid tersebut.

"Hanya yang hendak mengunjungi masjid-masjid Allah yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, dan tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan tidak takut kepada siapa pun selain kepada Allah. maka merekalah yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk".

(QS. 9:10)

Dengan cara ini khianat mereka untuk berkomplot digagalkan, dan tempat pertama bagi orang munafik tersebut dibakar.

Dalam banyak ayat, AI-Quran sangat mengutuk kelompok ini dan mengecam mereka:

Dan ada beberapa orang yang berkata: “Kami beriman kepada Allah dan hari Kiamat.”, dan mereka bukan orang-orang yang sama sekali beriman, Mereka menipu Allah dan orang-orang yang beriman, dan mereka tidak merasa, ada penyakit di dalam hati mereka, maka Allah menambah penyakit mereka dan mereka akan mendapat hukuman yang pedih karena mereka berdusta. Dan ketika dikatakan kepada mereka, 'Janganlah membuat kerusakan di muka bumi', mereka berkata: 'Kami tidak lain adalah pembuat kedamaian.' Sekarang sesungguhnya mereka sendirilah yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak merasa.

(QS 2:8-J2)

Sifat munafik adalah penyakit rohani; inilah yang telah Imam Ali a.s. tunjukkan ketika beliau berkata:

Sadarlah akan orang-orang munafik karena mereka itu tersesat, menyesatkan, dan pemimpin kepada jalan yang batil. Hati mereka, sakit, namun penampilan mereka suci.

(Ghurar AI-Hikam, hal. 146)

Dr, H, Shakhter berkata:

Ada beberapa orang berdebat tentang, tidak adanya alasan lain kecuali menjadi orang yang terkenal. Orang-orang ini tidak percaya terhadap keyakinan mereka, juga terhadap apa yang mereka perdebatkan; mereka mengecam orang lain agar supaya tutup mulut karena sulit bagi mereka untuk bersabar terhadap orang lain yang berbeda dengan mereka. Jenis lain dari orang semacam ini adalah bahwa ketika mereka melihat ketidaksesuaian orang dengan mereka, mereka mengikuti cara yang munafik untuk menciptakan perselisihan sehingga akan membuktikan eksistensi mereka.

(Rushd Shakhsiyyat)

Imam Ali a.s. kata-katanya:

Seorang munafik: Kata-katanya indah dan batinnya (kesadarannya) sakit.

(Ghurar AI-Hikam, hal 60)

Orang munafik tidak mempunyai kelompok yang dapat dijadikan sandarannya, oleh karena itu secara terus menerus ia hidup dalam kebingungan. Rasulullah Saw. menggambarkan orang munafik dengan mengatakan:

"Seorang munafik adalah seperti seekor domba yang bingung di antara dua kawanan."

(Nahj Al-Fashahah, hal. 562)

Nabi Saw. memberitahukan kita tentang tiga tanda orang munafik ketika beliau berkata:

Dan ada beberapa orang yang berkata: “Kami beriman kepada Allah dan hari Kiamat”, dan mereka bukan orang-orang yang sama percaya mengkhianati”.

(Bihar AI-Anvar, jilid XV, hal. 30)

Imam AI-Baqir a.s. berkata:

Adalah suatu kejahatan bila seorang yang suka beribadah memiliki dua wajah dan dua lidah, memuji saudaranya di saat ada dan menghujatnya di saat ia tidak ada. Jika ia memberi kepada saudaranya, ia mendengkinya, dan jika saudaranya diuji, ia membiarkan (tidak menolongnya).

(Bihar AI-Anwar, jilid XV, hal. 172)

Imam Ali a.s. menunjukkan watak lain dari orang-orang munafik di mana beliau menyatakan bahwa mereka selalu bersikap defensif tetapi kritis terhadap orang lain:

Orang munafik adalah pemuja dirinya, dan pencemar nama baik orang lain.

(Ghurar AI-Hikam, hal. 88)

Dr. S. Smiles berkata:

Penyanjung dan orang-orang munafik selalu memikirkan diri sendiri dan tidak pernah prihatin terhadap orang lain. Mereka disibukkan oleh perbuatan dan urusan mereka sendiri hingga eksistensi mereka yang kecil dan rendah menjadi alam dan berhala mereka yang besar.

(Akhlaq)

Imam Ja'far Ash-Shadiq a.s. menjelaskan tentang nasehat Luqman kepada puteranya:

Seorang munafik mempunyai tiga tanda: lidahnya bertentangan dengan hatinya, hatinya bertentangan dengan perilakunya, penampilannya bertentangan dengan batinnya (kepercayaannya).

(Bihar Al-Anwar, jilid XV, hal. 30)

Pemikiran-pemikiran manusia mengungkapkan dirinya yang sesungguhnya. Orang-orang yang mencoba menyembunyikan apa yang ada di dalam hati mereka di bawah kemunafikan dan penjilatan tidak akan pernah menjadi orang yang berhasil, karena realitas dan kebenaran mereka pada akhirnya akan terungkap. Seseorang berkata kepada Imam Ash-Shadiq a.s.:

Ketika seseorang berkata kepadaku: 'Aku suka padamu.' Bagaimana aku tahu kalau ia berkata benar?

Imam a.s. menjawabnya:

Periksalah hatimu, jika kamu menyukainya, maka ia menyukaimu. Perhatikanlah hatimu, jika ia menolak sahabatmu maka salah seorang di antara kamu telah berbuat sesuatu.

(AI-Wafi, jilid III, hal. 106)

Dr. Mardin berkata:

Jika anda benar-benar mengira bahwa anda dapat memperkenalkan diri anda dengan kata-kata, maka anda telah menipu diri anda sendiri. Karena orang lain tidak akan menghukum anda dengan norma-norma yang anda harapkan untuk diterapkan. Mereka akan mengenal anda melalui perbuatan, kata-kata, kondisi, kesadaran dan batin anda sendiri. Orang-orang yang anda ajak bicara akan melihat kekuatan dan kelemahan gagasan-gagasan anda, kemunafikan dan realitas anda dari ucapan anda dan bahkan dalam diamnya anda. Orang-orang di sekeliling anda akan menemukan harapan dan niat anoa, kemudian mereka membentuk pendapat mereka tentang anda; bahkan jika anda berkeberatan terhadap beberapa pandangan mereka tentang anda, mereka tidak akan berkehendak untuk merubahnya. Kadang-kadang kita mendengar orang berkata: 'Saya bahkan tidak dapat melihat pribadi tertentu'. Orang-orang ini tidak dapat bersabar menghadapi orang-orang yang dibencinya, sekalipun mereka mungkin memiliki beberapa sifat yang patut dihargai atau memiliki penampilan yang menyenangkan. Orang-orang yang merasa seperti ini adalah karena mereka telah membaca berbagai pemikiran dan perasaan orang lain. Kita juga merasakan hal ini terhadap beberapa orang. Inilah dampak dari pemikiran. Semua pemikiran dan perasaan kira menyebar di sekeliling kita dan dengan sinar pemikirannya orang lain pun merasakannya.

Imam Ali a.s, berkata:

Kesadaran yang sehat lebih memiliki kesaksian yang benar daripada lidah-lidah yang mengesankan.

(Piruzi Fikr)

Ketika 'kami berkata munafik, maksud kami dalam pengertian yang luas ketimbang sekadar kemunafikan ideologis, tingkah laku, moral, atau lisan, karena lslam telah menyeru semua pengikutnya terhadap persatuan yang total dan luas, agar dapat membimbing mereka kepada kehidupan yang tulus, bebas dari kemunafikan, pertikaian dan pengkhianatan.


4

5

6

7

8