Hak Ayah
Rekan setia, pada pembahasan yang lalu kita telah berbicara tentang posisi ayah dan ibu yang harus dihormati oleh setiap orang. Agama mengajarkan kepada kita semua untuk menghormati kedua orang tua dan taat kepada mereka. Jika Allah Sang Pencipta Alam telah menciptakan manusia maka yang mendidik dan mengasuhnya adalah ayah dan ibu. Mereka berdualah yang bekerja keras mengaktivasi potensinya.
Tentunya yang dimaksud dengan kebaikan, cinta, kasih sayang dan penghormatan kepada ayah dan ibu bukanlah ungkapan rasa kasih yang kering atau senyuman lahir saja. Anak dituntut untuk mencintai kedua orang tuanya dengan setulus mungkin dan menunjukkan cinta itu kepada mereka. Allah Swt sangat mengagungkan kedudukan orang tua dan memerintahkan anak supaya merendah di hadapan ayah dan ibunya, berbuat baik kepada mereka dan membuat mereka rela kepadanya. Di dalam al-Quran Allah Swt berfirman, “Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil". (Q.S al-Isra: 24) Nabi Isa as tatkala hendak mengenalkan dirinya, juga menyinggung tentang pentingnya ketaatan kepada ibu. Hal itu diabadikan oleh Allah dalam surat Maryam ayat 32.
Selain masalah penghormatan dan kasih sayang, poin penting yang harus mendapat perhatian terkait ayah dan ibu adalah soal ketaatan kepada mereka. Sebab, ketaatan itu akan membuat mereka ridha dan senang terhadap anak. Akan tetapi untuk ketaatan kepada ayah dan ibu ada batasan-batasannya. Dalam kitab suci al-Quran Allah Swt berfirman, “Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Ku-beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” (Q.S. Luqman: 15)
Meski Islam menekankan untuk menghormati kedua orang tua, namun yang kita juga dilarang menjadikan kecintaan dan kasih sayang itu penghalang bagi tegaknya kebenaran. Dalam surat al-Nisa ayat 135 disebutkan, “Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapak dan kaum kerabatmu.”
Dalam kitab Risalatul Huquq yang memuat kata-kata Imam Ali bin Husain as-Sajjad as disebutkan bahwa beliau menekankan soal cinta, penghormatan dan ketaatan kepada ayah dan ibu. Beliau berkata, “Hak ayah atas dirimu adalah bahwa engkau harus tahu akan dia adalah asal dan akar dari dirimu sedangkan engkau adalah anak cabang darinya. Jika dia tak ada maka engkaupun tak akan pernah ada. Karena itu setiap kali menyaksikan apa-apa yang menenangkan diri ketahuilah bahwa kenikmatan itu berasal dari ayahmu, dan pujilah Allah atas nikmat itu dan bersyukurlah kepadaNya.”
Dalam penjelasannya, Imam as bukan hanya menyinggung soal penghormatan dan kasih sayang kepada ayah dan ibu tetapi juga menyebut mereka sebagai asal usul kita. Karena itu ayah mempunyai hak yang besar atas anak. Orang tua telah menanggung beban berat dan kesulitan dalam membebarkan dan mendidik anak supaya menjadi insan yang berguna bagi masyarakat. Inti persoalan yang diangkat Imam Sajjad dalam pernyataan tadi adalah bahwa asal usul setiap orang adalah orang tuanya.
Sains saat ini telah membuktikan peran besar gen dan keturunan dalam membentuk karakter, sifat dan kepribadian seseorang. Bahkan kecenderungan perilaku dan tata krama banyak diwariskan orang tua kepada anak. Yang menarik, masalah yang diungkap sains saat ini telah dijelaskan oleh para pemuka agama kita sejak lebih dari seribu tahun yang lalu. Kita semua diingatkan bahwa sifat-sifat terpuji dan baik yang ada pada diri kita adalah buah dari pohon asalnya yaitu oirang tua kita.
Imam Sajjad as mengingatkan bahwa jika pada tahun-tahun berikut kita tumbuh besar, mencapai kesempurnaan, dan menjadi orang yang dewasa, tampan, dan pandai semua itu adalah berkat jerih payah orang tua dalam mendidik dan membesarkan kita. Orang tua melakukan semua itu dengan tulus ikhlas tanpa mengharap imbalan apapun. Tanpa mereka, kita tidak akan pernah ada dan tanpa jerih payah mereka kita akan pernah menjadi apa-apa. Atas dasar itu kita mesti menghormati dan menghargai orang tua.
Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa di hari Asyura Imam Husain as yang sudah sendirian dengan gagah berani mengoyak barisan musuh yang berjumlah ribuan orang. Saat itu Umar Bin Saad, komandan pasukan musuh berseru, “Sungguh ruh ayahnya menjelma pada diri al-Husein.” Keberanian dan ketangguhan dalam berperang diwarisi al-Husein dari ayahnya Ali bin Abi Thalib as.
Di akhir pembahasan ini, kami mengajak anda untuk menyimak sabda Nabi Saw tentang hak ayah dan ibu. Kepada Imam Ali bin Abi Thalib as, Rasulullah Saw bersabda, “Wahai Ali, barang siapa membuat sakit hati ayah dan ibumu berarti telah memperlakukan mereka dengan buruk.”