Hak Sahabat (Bagian 1)
Biasanya untuk menempuh satu perjalanan, orang memerlukan pendamping dan penolong. Dan untuk bisa sampai ke tujuan dengan selamat orang harus mengenal dengan baik kawan seperjalanannya. Kehidupan tak ubahnya bagi sebuah perjalanan sementara teman adalah kawan seperjalanan. Kita harus mengenal dengan baik kawan kita apakah dia termasuk orang yang setia menemani hingga akhr, atau hanya mengejar keuntungan sendiri dalam berteman. Kita tak mungkin bisa mengingkari pengaruh persahabatan.
Bergaul dengan orang-orang yang baik dan saleh akan membantu orang mencapai derajat ketinggian insani sementara bergaul dengan orang yang jahat dan bejat akan menenggelamkan orang ke dalam keterpurukan dan kehancuran. Hal itu juga disinggung oleh al-Quran al-Karim bahwa sebagian orang tersesat lantaran pergualan dengan orang-orang yang sesat. Kelak mereka akan menyesal karena kesalahan dalam memilih kawan. “Kecelakaan besarlah bagiku; kiranya aku (dulu) tidak menjadikan si fulan jadi teman akrab(ku). Sesungguhnya dia telah menyesatkan aku dari Al-Quran ketika Al-Quran telah datang kepadaku. Dan syaitan itu tidak akan menolong manusia.” (Q.S. Al-Furqan: 28-29)
Memilih kawan yang tepat, benar dan baik adalah langkah awal yang dapat mencegah seseorang dari penyimpangan dan kesesatan. Adalah tindakan logis untuk tidak mudah tergoda berkawan dengan orang sebelum mengenalnya dengan baik. Imam Jakfar Shadiq as berkata, “Hindarilah persahabatan dengan tiga kelompok manusia; orang pengkhianat karena ketika suatu hari siap berkhianat demi kepentinganmu di hari yang lain ia akan berkhianat yang merugikanmu. Kedua, orang yang zalim. Sebab, ketika dia siap berbuat zalim terhadap orang lain demi dirimu maka diapun tak akan segan menzalimimu. Ketiga, orang yang gemar mengumpat. Sebab, ketika dia gemar mengumpat orang lain di depanmu tentu ia tak keberatan untuk mengumpatmu di depan orang lain.”
Sahabat yang baik laksana harta sangat berharga yang memberikan kebahagiaan untuk manusia. Para pemimpin agama Islam dan Ahlul Bait mewanti-wanti para pengikuti mereka untuk pandai-pandai memilih kawan yang cerdas, berwawasan luas, bijak dan beriman. Sahabat dengan sifat-sifat seperti ini sangat menguntungkan kita. Imam Ali as berkata, “Perkokohlah jalinan persahabatanmu dengan saudara seiman sebab dialah kekayaanmu yang berharga di dunia dan akhirat.”
Persahabatan jika dijalin karena unsur etika dan kemuliaan akan membuat hati orang ceria. Sahabat yang baik akan selalu menjaga perasaan sahabatnya dan menghormati hak-hak dan privasinya. Lebih dari itu, persahabatan yang akrab akan membuat orang menginginkan untuk sahabatnya apa yang dia inginkan untuk dirinya. Jika melihat sahabatnya berbuat kesalahan, ia akan menegurnya dengan niat yang tulus.
Mengingat peran besar dari seorang kawan dan sahabat dalam mempengaruhi perilaku sahabatnya, Imam Ali as-Sajjad as mengatakan, “Hak sahabat adalah bahwa engkau harus memperlakukannya dengan baik. Sambutlah ia dengan hangat, jujurlah dalam berbicara dengannya dan jangan engkau palingkan wajah darinya.”
Orang memang terkadang melakukan kesalahan, tak terkecuali sahabat dan kawan kita. Dalam pernyataannya, Imam Sajjad mengingatkan kita untuk menutup mata dan memaafkan sahabat kala ia melakukan kesalahan terhadap diri kita. Dengan tetap memperlakukannya secara baik hendaknya kita menyadarkannya akan kesalahan yang telah ia lakukan. Bukan tindakan yang logis jika kita memutuskan tali persahabatan hanya karena kesalahan kecil yang dilakukan kawan kita. Sebab antara kita dan mereka ada jalinan ikatan yang meniscayakan sejumlah hak dan kewajiban.
Imam Sajjad as dalam ungkapannya menjelaskan hak kawan yang jauh lebih besar. Beliau mengingatkan akan etika dan tata krama yang harus kita perhatikan dalam pergaulan dengan sahabat dan kawan kita. Beliau berkata, “Jika engkau duduk dan menemani seseorang maka engkau berhak untuk berdiri dan meninggalkannya kapanpun juga. Namun, jika dia yang datang dan menemanimu maka dialah yang berhak untuk memutuskan kapan beranjak dari sisimu. Dalam keadaan seperti itu jangan pernah engkau berdiri meninggalkannya kecuali setelah meminta izin darinya.”
Islam sangat mementingkan kemajuan dan kesempurnaan individu dan masyarakat. Karena itu agama Ilahi ini menaruh perhatian pada semua hal termasuk masalah-masalah yang kecil dan remeh sekalipun. Dalam masalah berteman, Islam mengajarkan untuk memilih kawan dan sahabat yang bisa menambah ilmu dan makrifat serta bisa membimbing kita dalam mengarungi kehidupan dunia. Karena itu, sebaik-baik kawan adalah para ulama dan orang-orang bijak. Kelompok lainnya yang baik untuk dijadikan kawan adalah kaum fakir. Sebab, meski papa dan tak berharta, mereka umumnya adalah orang-orang yang tulus dan berhati mulia. Duduk bersama orang-orang yang baik akan memberikan kesenangan dan ketenangan batin. karena itu, pandai-pandailah kita dalam memilih kawan.
Hak Sahabat (Bagian 2)
Seorang bijak mengatakan, kunci kebahagiaan terletak pada hubungan kita yang bersahabat dengan dunia luar, bukan hubungan yang dilandaskan permusuhan. Manusia yang tidak dapat memandang orang lain sebagai kawan tak akan pernah merasakan hidup tanpa kegelisahan.
Kata-kata ini menunjukkan bahwa interaksi dan hubungan di tengah masyarakat dibangun dengan landasan persahabatan, kehangatan, cinta dan kasih sayang.
Dalam pergaulan, pemikiran dan pengetahuan orang akan meningkat. Keriangan dan keceriaan akan memenuhi hidupnya sementara kebaikan akan menghiasi perilakunya. Karena itu, persahabatan dipandang sebagai sumber ketenangan dan ketentraman jiwa yang semakin menguat dengan berlalunya waktu. Para pakar pendidikan mengimbau untuk pandai-pandai memilih kawan. Sebab, secara tak disadari, kejiwaan dan kepribadian orang akan terpengaruhi oleh kepribadian kawan dan sahabatnya. Karena itu, sahabat akan sangat berpengaruh pada kebaikan dan keburukan seseorang.
Mungkin Anda pernah berhadapan dengan orang yang sebenarnya tidak memiliki karakter baik tapi berpura-pura baik di depan Anda untuk bisa menjalin persahabatan dengan Anda. Tujuannya adalah supaya dia bisa melayangkan pukulan telaknya terhadap Anda. Persahabatan yang berharga adalah yang didasari oleh kejujuran dan ketulusan. Persahabatan inilah yang dapat memenuhi kebutuhan afeksi kedua pihak. Salah satu menifestasinya adalah persahabatan dengan orang-orang yang baik, saleh dan bijak. Orang-orang seperti itulah yang akan membawa sahabatnya kepada kebijaksanaan, kebaikan dan kesalehan.
Mengenai sahabat, Imam Ali Zainal Abidin as berkata, “Hak sahabat dan orang yang menyertaimu adalah hendaknya engkau menjalin persahabatan dengannya sebanyak mungkin. Jika tidak mampu, setidaknya engkau memperlakukannya dengan adil dan jujur. Hormatilah ia sebagaimana ia menghormati dan memuliakanmu. Lindungi dan belalah ia sebagaimana ia melindungi dan membelamu. Jangan biarkan ia mendahuluimu dalam berbuat kebaikan, jika itu terjadi maka usahakan untuk membalas kebaikannya. Lakukan semampumu untuk memberinya kasih sayang dan cinta…”
Kata-kata Imam Sajjad tadi menitikberatkan pada dua hal, kebaikan dan kejujuran dalam memperlakukan sahabat dan kawan. Beliau menekankan bahwa pada tahap awal, kebaikan harus menjadi landasan perilaku kita terhadap kawan. Diriwayatkan bahwa suatu ketika Nabi Saw menunggang sebuah kendaraan dengan ditemani oleh salah seorang sahabat beliau. Memasuki sebuah kebun beliau mencabut dua akar dari sebuah tanaman, yang salah satunya cacat dan yang lain tidak. Beliau menyerahkan akar yang tidak cacat itu kepada sahabatnya. Sahabat itu berkata, “Ya Rasulullah, engkau lebih layak untuk menerima yang ini”. Nabi Saw menjawab, “Setiap orang punya kewajiban atas kawannya meski hanya menemaninya untuk masa sepenggal hari.”
Imam Sajjad juga menyebutkan soal kejujuran yang harus dijaga dalam bergaul dengan sahabat. Beliau menekankan untuk memperlakukan sahabat dengan sebaik mungkin dan membalas kebaikannya dengan lebih baik. Beliau menyeru kita untuk berbagi kasih sayang dengan sahabat kita dan membantunya untuk meraih kebahagiaan dan kesejahteraan yang hakiki.
Ajaran agama selain memperkokoh hubungan persahabatan antara manusia juga mencegah persahabatan dengan orang-orang yang tidak baik. Ibnu Atsir, sejarawan dan ulama besar Muslim dalam sebuah tulisannya menjelaskan pesan Imam Sajjad kepada anak-anaknya. Dia menulis, Ali bin Husein (Imam Sajjad) memperingatkan umat terutama anak-anak muda untuk tidak menjalin tali persahabatan dengan orang-orang yang bobrok. Beliau mengatakan, “Anakku! Jangan engkau bergaul dengan orang fasik, sebab ia akan mencampakkanmu hanya dengan imbalan makanan atau harta yang remeh padahal ia tak akan mendapatkannya. Jangan engkau bergaul dengan orang yang kikir. Sebab ia akan menghinakanmu saat engkau memerlukan bantuan keuangannya. Jangan pula bergaul dengan pembohong sebab ia tak ubahnya bagai fatamorgana yang menampakkan hal-hal yang jauh seakan dekat di matamu dan menjauhkan yang dekat. Janganlah bersahabat dengan orang yang dungu sebab ia akan merugikanmu saat berniat memberimu keuntungan.”
Kita berharap supaya dapat menjalankan bimbingan Imam Sajjad ini dan bisa mendapat sahabat yang baik.