Mukadimah
وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِّلَ
لِّتَعَارَفُوا
“Dan kami jadikan kalian berbangsabangsa
dan bersuku-suku untuk saling
mengenal.”
Islam datang di saat umat manusia dan
bangsa-bangsa berpecah belah dan saling
berseteru. Tetapi berkat doktrin
tauhid dan persatuan, Islam mampu
menyelesaikan berbagai pertikaian dan
permusuhan; yang saling membelaka ngi menjadi saling mengenal, membantu
dan menjalin silaturahmi.
Sebagai hasilnya, muncullah umat yang
satu dan besar yang telah memberikan
kontribusi berupa peradaban yang agung
dan mampu mengubah masyarakatnya
dari segala kezaliman menjadi terhormat
di tengah bangsa-bangsa dunia,
dan menjadi kelompok masyarakat yang
berwibawa di hadapan taghut dan orangorang
yang zalim.
Itu semua tidak akan terealisir kecuali
dengan adanya persatuan dan jalinan
silaturahmi di antara masyarakat dan
bangsanya di bawah naungan Islam,
meskipun beraneka ragam jenis, berbeda
hasil ijtihad, pemikiran dan budaya,
karena kesamaan cukup hanya dalam
landasan-landasan dan dasar-dasar atau
asas-asas akidah serta dalam kewajiban kewajiban syariat. Pada dasarnya, persatuan
adalah kekuatan, sedangkan perpecahan
tak lain dari kelemahan.
Problematika umat seperti ini berjalan
terus hingga tali persahabatan berubah
menjadi pertikaian, saling memahami
menjadi saling mencurigai. Sebagian kelompok
mengkafirkan yang lain hingga
terjadi permusuhan di antara mereka.
Akibatnya, hilanglah kemuliaan dan harga
diri, hancurlah kekuatan dan wibawa.
Sementara itu, orang-orang zalim atau
taghut memandang hina umat ini sehingga
taghut menguasai mereka, para
penjajah dunia dan orang-orang terkutuk
menjajah negeri-negeri mereka,
kekayaan mereka terkuras, kesucian
mereka terhina dan harga diri mereka
diinjak oleh orang-orang zalim. Mereka
mengalami kejatuhan demi kejatuhan, kekalahan demi kekalahan hingga keruntuhan
di Andalusia, Bukhara, Samarkan,
Thasykan dan Baghdad, dan itu
terjadi sampai sekarang di Palestina dan
Afganistan.
Bila mereka menyeru, tidak dijawab,
bila mereka meminta pertolongan, pun
tidak diacuhkan. Mengapa demikian?
Karena penyakit adalah sesuatu, sementara
obat sesuatu yang lain. Sesungguhnya
Allah swt. hanya ingin memberlakukan
segala masalah melalui sebab
musababnya, dan nasib umat ini tidak
akan menjadi baik kecuali diawali dengan
sesuatu yang baik pula.
Saat ini, umat Islam dihadapkan pada
serangan yang dahsyat terhadap eksistensi
ideologi serta terhadap kesatuan
dan persatuan mereka, dengan cara
menciptakan konflik internal di antara pengikut mazhab dalam upaya memahami
mazhab dan ijtihad.
Serangan ini hampir mencapai sasarannya
dan memetik hasilnya. Maka, sudah
sepatutnya umat Islam merapatkan
barisan dan mengokohkan hubungan.
Oleh karena itu, meskipun berbeda
mazhab tetapi ada titik temu dan kesamaan,
yaitu dalam menjadikan Al-
Quran dan hadis sebagai sumber, dan
Tauhid, Kenabian serta iman pada Hari
Akhir sebagai asas akidah dan prinsip
ideologi. Titik temu juga dapat dilihat
dalam perkara shalat, puasa, haji, zakat,
jihad, halal dan haram sebagai hukumhukum
syariat mereka. Umat Islam
juga satu dalam kecintaan kepada Nabi
yang suci dan Ahlul Bait beliau, juga
penolakan terhadap musuh-musuh beliau.
Sebagian masalah ini sangat jelas, meskipun terdapat perbedaan dari sisi
kuat dan lemahnya penekanan. Mereka
bagaikan jari-jari tangan yang satu, yang
berawal pada pergelangan yang satu,
meskipun berbeda dari sisi panjang, lebar
dan bentuknya.
Mereka bahkan seperti tubuh yang satu,
yang dari satu sisi memiliki berbagai
anggota badan, dan dari sisi yang lain,
saling berhubungan dan berkerja sama
dan melakukan fungsi sistem tubuh
dalam kehidupan manusia, meskipun
ada perbedaan dalam bentuknya. Gambaran
ini merupakan salah satu dari
hikmah yang terkandung dalam perumpamaan
umat Islam sebagai tangan yang
satu atau sebagai “tubuh yang satu” itu.
Ulama-ulama terdahulu dari berbagai
golongan dan mazhab dapat hidup berdampingan
tanpa terlibat permusuhan, bahkan mereka sudah cukup lama
saling membantu. Ulama yang satu
mengomentari karya ilmiah ulama yang
lain, baik karya-karya Teologi maupun
Fiqih. Satu sama lain saling berguru
kepada yang lainnya, saling memuliakan
dan menguatkan pendapat yang
lain. Sebagian mereka memberikan ijazah
kepada yang lain dalam periwayatan
hadis. Sesama mereka saling membolehkan
untuk menukil riwayat dari
referensi dan sumber mazhab masingmasing.
Mereka mendirikan shalat berjamaah
dan bermakmuman, menunaikan
zakat di antara mereka, saling
mengenal dan menghormati eksistensi
mazhab yang lainnya. Demikian pula
dalam kehidupan bermasyarakat, mereka
hidup rukun dan damai dengan penuh
keharmonisan, seolah-olah tidak ada perbedaan dan perselisihan di antara
mereka, meskipun terkadang terjadi
saling kritik, tetapi hal itu dilakukan
secara ilmiah, sopan dan santun.
Di dalamnya juga terdapat dalil-dalil
yang konkret dan bukti-bukti sejarah
yang kaya yang menjelaskan adanya
hubungan kerja sama yang kuat dan
luas.
Para ulama banyak memiliki kekayaan
warisan ilmiah dan budaya Islam berkat
adanya hubungan imbal balik ini. Sebagaimana
yang telah mereka tampilkan
dalam kebebasan bermazhab, bahkan
mereka telah menjadi pusat perhatian
dunia dan memperoleh kehormatannya.
Sungguh tidaklah susah bila para ulama
mau berkumpul dan berdialog secara santun dan memahami dengan niat yang
tulus seputar persolan-persoalan yang
diperselisihkan guna memahami dalil
setiap kelompok dengan menjadikan argumentasi
sebagai hakim pemutus.
Begitu juga, adalah logis dan baik bila
setiap kelompok dan golongan memaparkan
akidah, metode pemikiran dan
masalah-masalah fiqih mereka dalam
suasana yang bebas dan transparan supaya
menjadi jelas kepalsuan tuduhantuduhan
dan kebatilan isu-isu terhadap
mereka, sebagaimana telah diketahui
bersama perbedaan dan titik temu di
antara mereka.
Mereka juga mengetahui bahwa perbedaan
umat Islam lebih banyak daripada
perbedaan yang mereka miliki. Maka
itu, segala kebekuan akan tercairkan di
antara umat Islam.
Buku kecil ini merupakan seayun langkah
dalam membuka pintu persatuan
tersebut, dan menjadi sebuah realitas
yang jelas dan diketahui oleh semua,
sebagaimana mestinya. Hanyalah Allah
Yang Maha Pelindung.