• Mulai
  • Sebelumnya
  • 8 /
  • Selanjutnya
  • Selesai
  •  
  • Download HTML
  • Download Word
  • Download PDF
  • Pengunjung: 5314 / Download: 3396
Ukuran Ukuran Ukuran
Surat Nabi Muhamad SAW kepada Raja Romawi dan Persia

Surat Nabi Muhamad SAW kepada Raja Romawi dan Persia

pengarang:
Indonesia

Buku Ini di Buat dan di teliti di Yayasan Alhasanain as dan sudah disesuaikan dengan buku aslinya

SURAT NABI MUHAMMAD SAW KEPADA

RAJA ROMAWI DAN PERSIA

A. Motivasi Surat Nabi Muhammad Saw kepada Raja Romawi dan Persia

Nabi berkirim surat setelah terjadinya Perjanjian Hudaibiyah antara kaum Muslim dengan kaum kafir Quraisy. Peristiwa ini terjadi tepat pada tahun ketujuh Hijriyah atau tujuh tahun setelah Nabi hijrah.

Perjanjian Hudaibiyah dibuat untuk melakukan genjatan senjata antara kaum Muslim dengan kaum kafir Quraisy.

Dengan disepakatinya perjanjian damai tersebut, maka keadaan pun menjadi lebih tenang sehingga dakwah Islamiyah mengalami kemajuan dan kepesatan.

Perjanjian Hudaibiyah, merupakan awal babak baru dalam kehidupan Islam dan orang-orang Muslim.orang-orang Quraisy adalah orang yang paling gencar memusuhi Islam, sehingga dengan adanya jalan damai dengan orang-orang Quraisy ini maka salah satu musuh Islam sudah terkoyak.[1]

Nabi memanfaatkan kesempatan tersebut untuk mengajak para penguasa di berbagai wilayah di dunia agar memeluk agama Islam yang merupakan agama Rahmatan lil alamin bagi seluruh manusia di dunia.

Dengan demikian, Nabi mengirimkan beberapa utusannya ke beberapa penguasa, serta beberapa kabilah dan gubernur yang ada pada saat itu.

Penyebaran agama Islam tidak hanya dengan ucapan, ungkapan atau bahkan tebasan pedang jika terpaksa. Akan tetapi, surat-menyurat juga ditempuh oleh Rasulullah Muhammad Saw., untuk menyebarluaskan agama Islam yang Rahmatan lil alamin.

Hal ini dibuktikan dengan adanya surat-surat yang dikirim Nabi untuk menyebarluaskan agama Islam kepada umat manusia di seluruh belahan dunia melalui para penguasa dunia pada saat itu.

Keimanan Nabi Muhammmad Saw., kepada Allah tidak dapat ditandingi. Nabi percaya bahwa Allah Swt., akan membantu dan mendukungnya dalam hal apa pun termasuk melawan para penguasa pada saat itu. Nabi tidak takut pada celaan siapapun di jalan Allah Swt.[2]

Seperti yang telah dijelaskan dalam dua bab sebelumnya, mengenai situasi dari ketiga pihak ini. Nabi Muhammad Saw., dengan para sahabatnya yang jumlahnya belum banyak dan perlengkapan persenjataan yang dalam jumlah terbatas.

Sedangkan raja kerajaan Romawi dan Persia sudah memiliki perlengkapan persenjataan perang yang canggih dan lengkap dalam jumlah yang banyak pada saat itu dan disertai dengan pasukan kerajaan yang memiliki kemampuan yang mumpuni.

Perbedaan besar semacam itu, tidak menyurutkan keberanian Nabi untuk mengajak Raja Romawi dan Persia untuk menanggalkan peribadatan mereka menurut tradisi bapak dan nenek moyangnya. Bahkan kedua raja ini dikenal dengan keangkuhan, keras dan kesombongan mereka.

Ketika Nabi akan menulis surat kepada para penguasa ini, para sahabat memberi saran kepada Nabi agar menggunakan stempel dalam suratnya.

Salah seorang sahabat menyebutkan bahwa raja hanya mau menerima dan membaca surat yang berterakan stempel karena hal itu merupakan isyarat bahwa persoalan-persoalan yang dikemukakan kepada mereka adalah rahasia dan benar-benar tidak diketahui orang lain.[3]

Kemudian Nabi membuat stempel yang terbuat dari emas. Yang berbentuk persegi panjang. Para sahabat pun juga membuat stempel yang sama dan memakainya. Akan tetapi, Jibril As., menyampaikan bahwa seorang laki-laki diharamkan memakai sesuatu yang terbuat dari emas.

Nabi segera mencopotnya dan diikuti oleh para sahabatnya yang kemudian digantinya dengan perak.[4] Stempel yang berbentuk cincin dari perak bertuliskan Allah, Rasul dan Muhammad. Huruf-hurufnya terbalik agar ketika dibubuhkan dalam sebagai cap susunannya benar. Stempel tersebut berada di tangan Rasulullah Swt., sampai beliau meninggal.

Terdapat replika cincin sekaligus cap atau stempel dari Rasulullah Saw., yang berhasil dibuat sedemikian rupa dengan meniru hasil yang dibubuhkan oleh stempel yang asli dalam beberapa surat Nabi kepada para penguasa dunia.

Menurut Kholid Sayyid Ali dalam bukunya Surat-Surat Nabi Muhammad, stempel tersebut dipegang para Khulafaur Rasyidin setelah wafatnya Nabi.

Akan tetapi, menjelang wafatnya Utsman bin Affan, cincin tersebut jatuh ke dalam sumur Ariis dan belum ditemukan hingga tiga hari berturut-turut dalam masa pencarian.[5]

Gambar : Perkiraan bentuk tulisan pada stempel Nabi[6]

Gambar : Salah satu contoh replika cincin sekaligus stempel Nabi[7]

B. Isi Surat dari Nabi

1. Surat dari Nabi untuk Heraklius

Gambar : Surat Nabi kepada Raja Romawi, Heraklius[8]

“Adapun dulu baginya Kitab Rasulullah beserta Dihyah ibn Khalifah Al Kalbiy. Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Dari Muhammad utusan Allah kepada Heraclius, Raja Romawi.

Salam atas orang yang mengikuti petunjuk. Setelah itu, masuklah Islam supaya kamu selamat. Dan masuklah Islam niscaya Allah akan memberimu pahala dua kali sekaligus. Dan apabila kamu berpaling, maka sesungguhnya kamu akan menanggung dosa orang-orang Akariin[9] – maksudnya diserang.”[10]

Dalam beberapa riwayat memiliki beberapa perbedaan. Terutama pada kalimat dan bagian terakhir. Pada beberapa buku, di dalam surat yang ditujukan pada Heraklius ini, tercantum pula surat Al Imron ayat 64 yang terdapat di bagian terakhir surat.[11]

Selain itu, pada kalimat terakhir surat kepada Heraklius tersebut juga memiliki perbedaan dalam beberapa buku.

2. Surat dari Nabi untuk Khousru II

Gambar 3.4 Surat Nabi kepada Raja Persia, Khousru II[12]

“Diceritakan kepadaku dari ibn Humaid, dia berkata diceritakan kepadaku dar Salamah. Dari Muhammad ibn Ishaq dari Yazid ibn Habib, berkata:

Dan diutus Abdullah ibn Hudafah ibn Qois ibn Uday ibn Sa’ad ibn Siham. Kepada Kisra ibn Harmazah, Penguasa Persia dan ditulis bersamanya:

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Dari Muhammad utusan Allah untuk Kisra, Raja Persia. Salam atas orang yang mengikuti petunjuk dan orangyang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan berimanlah bahwa tiada Tuhan kecuali Allah, dan tidak ada satu pun yang menyekutukan-Nya, dan sesungguhnya Muhammad itu hamba Allah dan Rasul-Nya.

Dan aku mengajak kepadamu dengan ajakan Allah: Maka sesungguhnya saya utusan Allah kepada manusia semuanya untuk memperingatkan setiap manusia yang hidup dan orang-orang yang mengingkari Allah pasti akan ditimpa murka-Nya.

Hendaklah kamu memeluk Islam, kamu pasti selamat. Tetapi bila kamu menolak maka kamu memikul dosa semua orang Majusi.”[13]

C. Respon Raja Romawi dan Raja Persia terhadap Surat Nabi

Sebelum mengutus para sahabatnya untuk mengantarkan surat-suratnya, Nabi menanyakan kepada para sahabatnya siapakah yang akan mengantarkan suratnya. Delegasi sebagai pengirim surat pun ditunjuk.

Surat kepada Heraklius dipercayakan pada sahabatnya Dihyah bin Khalifah al Kalabi[14] , sedangkan surat kepada Khousru II dipercayakan pada Abdullah bin Hudhafa[15] . Berikut ini adalah respon Raja Romawi dan Persia atas surat yang dikirim oleh Nabi.

1. Respon Kaisar Romawi

Dalam suatu riwayat, Nabi memerintahkan Dihyah untuk singgah dan memberitahukan tugasnya kepada Gubernur Basrah, Alharith Raja Ghassan.[16]

Kemudian Alharith memerintahkan Adi bin Hatim untuk menemani dan mengantar Dihyah menghadap Heraklius yang sedang melakukan perjalanan menuju Yerusalem.

Sebelum menemui Heraklius, mereka mendapatkan keterangan dari pejabat yang berwenang bahwa untuk menghadap Kaisar, mereka harus bersujud tiga kali dan tidak mengangkat kepala hingga Kaisar yang memerintahkan untuk berdiri kembali.

Dihyah tidak mau bersujud selain kepada Allah Swt. Namun, ada satu cara yang disarankan pejabat agar surat tersebut dibaca tanpa harus bersujud kepada Kaisar Romawi, yaitu dengan meletakkan surat di meja khusus Kaisar dan meninggalkannya.[17] Dan surat itu, tidak akan ada yang menyentuh selain Kaisar sendiri.

Ketika Kaisar membuka surat tersebut, Kaisar memanggil penerjemah untuk membacanya. Setelah memahami isi surat Nabi tersebut, Kaisar memerintahkan pengawal untuk mengumpulksn informasi tentang diri Nabi.

Hal ini dilakukan karena Heraklius mengetahui bahwa surat itu memang ditulis oleh seorang utusan-Nya sebagaimana disebutkan dalam Injil dan Taurat.[18]

Ketika itu, Abu Sufyan bersama rombongan orang-orang Quraisy sedang melakukan perjalanan dagang menuju ke Syam. Kemudian pengawal Kaisar menghubungi mereka kemudian membawa mereka untuk menghadap Kaisar.

Kaisar kemudian mengajukan beberapa pertanyaan mengenai pribadi, nasab dan sifat Nabi. Ada pun percakapan tersebut adalah sebagai berikut:

Heraklius berkata kepada juru terjemahnya: “Tanyakan kepadanya bagaimana dengan keturunan lelaki itu di kalangan kamu sekalian?”

Abu Sufyan: “Di kalangan kami, dia adalah seorang yang bernasab baik.”

Heraklius: “Apakah ada di antara nenek-moyangnya yang menjadi raja?”

Abu Sufyan: “Tidak.”

Heraklius bertanya: “Apa kamu sekalian menuduhnya sebagai pendusta sebelum dia mengakui apa yang dikatakannya?”

Abu Sufyan: “Tidak.”

Heraklius: “Siapakah pengikutnya, orang-orang yang terhormatkah atau orang-orang yang lemah?”

Abu Sufyan: “Para pengikutnya adalah orang-orang lemah.”

Heraklius: “Mereka semakin bertambah ataukah berkurang?”

Abu Sufyan: “Bahkan mereka semakin bertambah.”

Heraklius: “Apakah ada seorang pengikutnya yang murtad dari agamanya setelah dia peluk karena rasa benci terhadapnya?”

Abu Sufyan: “Tidak.”

Heraklius: “Apakah kamu sekalian memeranginya?”

Abu Sufyan: “Ya.”

Heraklius: “Bagaimana peperangan kamu dengan orang itu?”

Abu Sufyan: “Peperangan yang terjadi antara kami dengannya silih-berganti, terkadang dia mengalahkan kami dan terkadang kami mengalahkannya.”

Heraklius: “Apakah dia pernah berkhianat?”

Abu Sufyan: “Tidak. Dan kami sekarang sedang berada dalam masa perjanjian damai dengannya, kami tidak tahu apa yang akan dia perbuat..... Demi Allah, aku tidak dapat menyelipkan kata lain dalam kalimat jawaban selain ucapan di atas.”

Heraklius: “Apakah perkataan itu pernah diucapkan oleh orang lain sebelum dia?”

Abu Sufyan: “Tidak.”

Kemudian Heraklius berkata kepada juru terjemahnya: “Katakanlah kepadanya, ketika aku bertanya kepadamu tentang nasabnya, kamu menjawab bahwa ia adalah seorang yang bernasab mulia. Memang demikianlah keadaan rasul-rasul yang diutus ke tengah kaumnya.

Ketika aku bertanya kepada kamu apakah di antara nenek-moyangnya ada yang menjadi raja, kamu menjawab tidak. Menurutku, seandainya ada di antara nenek-moyangnya yang menjadi raja, aku akan mengatakan dia adalah seorang yang sedang menuntut kerajaan nenek-moyangnya.

Lalu aku menanyakan kepadamu tentang pengikutnya, apakah mereka orang-orang yang lemah ataukah orang-orang yang terhormat. Kamu menjawab mereka adalah orang-orang yang lemah. Dan memang merekalah pengikut para rasul.

Lalu ketika aku bertanya kepadamu apakah kamu sekalian menuduhnya sebagai pendusta sebelum dia mengakui apa yang dia katakan. Kamu menjawab tidak. Maka tahulah aku, bahwa tidak mungkin dia tidak pernah berdusta kepada manusia kemudian akan berdusta kepada Allah.

Aku juga bertanya kepadamu apakah ada seorang pengikutnya yang murtad dari agama setelah ia memeluknya karena rasa benci terhadapnya. Kamu menjawab tidak. Memang demikianlah iman bila telah menyatu dengan orang-orang yang berhati bersih.

Ketika aku menanyakanmu apakah mereka semakin bertambah atau berkurang, kamu menjawab mereka semakin bertambah. Begitulah iman sehingga ia bisa menjadi sempurna. Aku juga menanyakanmu apakah kamu sekalian memeranginya, kamu menjawab bahwa kamu sekalian sering memeranginya.

Sehingga perang yang terjadi antara kamu dengannya silih-berganti, sesekali dia berhasil mengalahkanmu dan di lain kali kamu berhasil mengalahkannya. Begitulah para rasul akan senantiasa diuji, namun pada akhirnya merekalah yang akan memperoleh kemenangan. Aku juga menanyakanmu apakah dia pernah berkhianat, lalu kamu menjawab bahwa dia tidak pernah berkhianat.

Memang begitulah sifat para rasul tidak akan pernah berkhianat. Aku bertanya apakah sebelum dia ada seorang yang pernah mengatakan apa yang dia katakan, lalu kamu menjawab tidak.

Seandainya sebelumnya ada seorang yang pernah mengatakan apa yang dia katakan, maka aku akan mengatakan bahwa dia adalah seorang yang mengikuti perkataan yang pernah dikatakan sebelumnya.”

Heraklius bertanya lagi: “Apakah yang ia perintahkan kepadamu?”

Abu Sufyan: “Dia menyuruh kami dengan salat, membayar zakat, bersilaturahmi serta membersihkan diri dari sesuatu yang haram dan tercela.”

Heraklius: “Jika apa yang kamu katakan tentangnya itu adalah benar, maka ia adalah seorang Nabi. Dan aku sebenarnya telah mengetahui bahwa dia akan muncul, tetapi aku tidak menyangka dia berasal dari bangsa kamu sekalian.

Dan seandainya aku tahu bahwa aku akan setia kepadanya, niscaya aku pasti akan senang bertemu dengannya. Dan seandainya aku berada di sisinya, niscaya aku akan membersihkan segala kotoran dari kedua kakinya serta pasti kekuasaannya akan mencapai tanah tempat berpijak kedua kakiku ini.”

Setelah itu, Heraklius melakukan pertemuan tertutup dengan para pembesar Romawi. Respon positif yang ditunjukkan Heraklius pada surat Nabi ini menimbulkan bisik-bisik dan kegaduhan. Hal ini ditambah dengan pertanyaan Heraklius pada pembesar mengenai keinginannya untuk memeluk Islam.

keputusan tersebut sontak mendapatkan pertentangan dari seluruh pembesar. Akan tetapi, ia menyatakan kemudian bahwa ia hanya menguji mereka.[19]

Kemudian Heraklius memanggil Dihyah dan memberikan balasan untuk Nabi beserta beberapa hadiah untuk Nabi[20] serta meyakini kenabian Muhammad.

Dalam suatu riwayat menyebutkan bahwa Heraklius sedang ragu dalam megambil tindakan selanjutnya mengenai surat tersebut.

Ia meyakini bahwa hal itu memang akan terjadi seperti yang telah dijelaskan dalam dua kitab terdahulu, yaitu: Taurat dan Injil. Selain itu, ia juga masih merasa kurang informasi dari pernyataan Abu Sufyan. Maka, ia, menghubungi temannya yang ahli kitab dengan mengirim surat dari Nabi tersebut dan meminta pendapatnya mengenai hal tersebut.

Teman Heraklius tersebut membenarkan isi surat dan meminta Heraklius untuk meyakininya. Akan tetapi, Heraklius ternyata mengingkarinya sendiri. Ia lebih sayang pada jabatannya yang diagung-agungkan oleh rakyatnya daripada menjadi pemeluk Islam dan kehilangan semuanya.

2. Respon Raja Persia

Dengan sikap yang beringas, Khousru II merobek-robek surat dari Nabi. Hal ini kemugkinan dikarenakan ia merasa memiliki kedudukan yang amat tinggi.

Selain itu, sesuatu yang buruk telah menimpanya dan kerajaannya sebelumnya, yaitu kekalahan perang dari Romawi. dan tanpa diduga-duga muncul orang Arab yang memberitahu sesuatu yang tidak pernah akan terjadi.

Kemudian ia memerintahkan Gubernur Yaman yang masih di bawah kekuasaannya untuk mengirim dua algojo terkuatnya untuk menangkap orang yang berani menulis surat kepadanya[21] .

D. Respon Nabi Atas Balasan dari Surat yang Telah Dikirim

1. Respon Nabi atas balasan surat dari Kaisar Romawi

Dihyah kembali ke Madinah dan menemui Nabi untuk menyampaikan pesan yang ia terima dari Heraklius. Ia menyampaikan pesan sesuai dengan pesan yang dikatakan Heraklius bahwa ia mempercayai kenabian Rasulullah Saw.

Akan tetapi Nabi berkata: “Dustalah musuh Allah itu, tidaklah ia seorang Muslim”.[22] Kemudian, Nabi memerintahkan agar hadiah yang diperoleh dari Heraklius dibagi-bagikan pada orang-orang yang membutuhkan.

Banyak sekali sejarawan yang beranggapan bahwa Heraklius telah memeluk islam sebagaimana apa yang ia sampaikan pada Dihyah. Akan tetapi, hal itu tidaklah benar, karena hal tersebut terbukti ketika Heraklius memimpin perang melawan kaum Muslimin dalam perang Tabuk.

2. Respon Nabi atas balasan surat dari Kaisar Persia

Pemerintah Yaman langsung melaksanakan perintah Khousru II dengan mengirim dua algojonya untuk menangkap Nabi. Sesampainya di Madinah, kedua algojo langsung menghadap Nabi dan meminta nabi agar mau berangkat bersama mereka untuk menghadap Kousru II.

Kemudian Nabi bertanya kepada mereka “Celakalah kalian, siapakah yang memerintahkan kalian berbuat seperti itu?” keduanya menjawab “Tuhan kami yang memerintahkan kami berdua!”,[23]

Setelah mendengar hal tersebut, Nabi menyuruh keduanya kembali ke negeri asalnya dengan berpesan “ Katakanlah kepada penguasa Yaman sebagai berikut: “Tuhanku telah membunuh tuhannya tadi malam!”

.Nabi telah mengetahui berita terbunuhnya Khousru II lebih dahulu sebelum berita tersebut sampai pada pengusas Yaman.[24]

Sesampainya di Yaman, kedua orang tersebut menyampaikan pesan Nabi ke penguasa Yaman. Baik kedua orang tersebut, penguasa Yaman pun terketuk hatinya, sehingga mereka masuk Islam bersama tokoh-tokoh pemerintahan lainnya.[25]

DAFTAR ISI

SURAT NABI MUHAMMAD SAW KEPADA1

RAJA ROMAWI DAN PERSIA1

A. Motivasi Surat Nabi Muhammad Saw kepada Raja Romawi dan Persia2

B. Isi Surat dari Nabi7

1. Surat dari Nabi untuk Heraklius 7

2. Surat dari Nabi untuk Khousru II9

C. Respon Raja Romawi dan Raja Persia terhadap Surat Nabi11

1. Respon Kaisar Romawi11

2. Respon Raja Persia 17

D. Respon Nabi Atas Balasan dari Surat yang Telah Dikirim19

1. Respon Nabi atas balasan surat dari Kaisar Romawi19

2. Respon Nabi atas balasan surat dari Kaisar Persia 20

DAFTAR ISI21


[1] Syaikh Shafiyurrahman Al Mubarakfury, Sirah Nabawiyah: Perjalanan Kehidupan dan Dakwah Rasulullah Saw.(Bandung: Sygma Publishing, 2010), 434.

[2] Kholid Sayyid Ali, Surat-surat Nabi Muhammad (Jakarta: Gema insani Press, 1993), 8.

[3] Ibid., 10.

[4] Ibid.

[5] Ibid., 11.

[6] ________, Surat-surat dan Stempel nabi Muhammad SAW dalam http://puputhebat.blogspot.com/2012/10/surat-surat-dan-stempel-nabi-muhammad_20.html (19 Agustus 2013).

[7] ________, Rahasia Cincin Nabi Muhammad Saw., dalam http://www.kiosbatu.com/2012/03/rahasia-cincin-nabi-muhammad-saw.html (19 Agustus 2013) Akan tetapi, replika tersebut sama sekali berbeda dengan aslinya sebagaimana cincin sekaligus stempel Nabi yang telah dijelaskan sebelumnya.

[8] _______,Surat-Surat dan Stempel Nabi Muhammad S.A.W, dalam http://terselubung.blogspot.com/2010/07/surat-surat-dan-stempel-nabi-muhammad.html (19 Maret 2013)

[9] Akariin berarti petani, mereka yang bermatapencaharian sebagai petani. Hal ini dikarenakan penduduk Romawi sebagian besar bekerja sebagai petani. Lihat Ja’far Subhani, Ar-Risalah, 488. Dalam beberapa buku menyebutkan bangsaAriis.

[10] Kata diserang dalam surat ini bukan berarti bahwa Islam disebarluaskan dengan jalan kekerasan. Akan tetapi jalan kekerasan tersebut akan diambil jika berhadapan dengan musuh yang berbuat kerusakan di dunia.

[11] Bisri M. Djaelani, Sejarah Nabi Muhammad (Yogyakarta: Buana Pustaka, 2004), 212. Selain itu, terdapat pula dalam buku Ibnul Jauzi, Ᾱl-Wᾱfᾱ: Kesempurnaan Pribadi Nabi Muhammad Saw. (Jakarta Timur: Pustaka Al-Kautsar, 2006), 592.

[12] _______,Surat-Surat dan Stempel Nabi Muhammad S.A.W, dalam http://terselubung.blogspot.com/2010/07/surat-surat-dan-stempel-nabi-muhammad.html (19 Maret 2013)

[13] Muhammad Al-Ghazaliy, Fiqhus – Sirah: Menghayati Nilai-nilai Riwayat Hidup Muhammad Rasulullah Saw. (Bandumg: PT. “Al-Ma’arif”, ______), 600. Selain itu, terdapat pula dalam buku Jauzi, Ᾱl-Wᾱfᾱ, 601.

[14] Li Abi Ja’far Muhammad Ibn Jarir At-Thabari, Tarikhul Ummami, 237. Namun, ada pula yang menyebutkan nama Dihyah ini dengan Dihyah Al-Kalbi. Lihat Jauzi, Ᾱl-Wᾱfᾱ, 588. Dan ada pula yang menyebutnya dengan Dahyah bin Khalifah Al Katabi. Lihat Kholid Sayyid Ali, Surat-surat Nabi Muhammad, 27.

[15] Jauzi, Ᾱl-Wᾱfᾱ, 601. Ia juga dikenal sebagai perwira yang paling berani, Abdullah bin Huzafah as-Sahmi al-Qarasyi. Lihat Ja’far Subhani, Ar-Risalah, 490.

[16] Kholid Sayyid Ali, Surat-surat Nabi Muhammad, 26.

[17] Ja’far Subhani, Ar-Risalah, 486.

[18] Ibid.,, 487. Nabi Muhammad menurut Nubuat Nabi Musa dalam Kitab Taurat salah satunya terdapat dalam ayat Ulangan 18:17-18 yang isinya adalah “Maka pada masa itu berfirmanlah Tuhan kepadaku (Musa): Benarlahkata mereka itu (Bani Israel). Bahwa aku (Allah) akan menjadikan bagi mereka itu seorang Nabi dari antara segala saudaranya (yaitu dari Bani Ismail) yang seperti engkau (hai Musa), dan Aku akan memberi segala firmanKu dalam mulutnya dan diapun akan mengatakan kepadanya segala yang kusuruh akan dia.” Lihat Hasbullah Bakry, Isa dalam Qur’an Muhammad dalam Bible (Jakarta Pusat: Pustaka Al Hidayah, 1989), 147. Selain itu, dalam Kitab Injil Maleakhi 3:1yang isinya adalah “Bahwasanya Aku menyuruhkan utusanKu, yang menyediakan jalan di hadapan hadiratKu, dan dengan segera akan datang kepada kaabahnya Tuhan, yang kamu rindukan itu, bahwasanya ia datang, demikianlah firman Tuhan seru sekalian alam”. Lihat Ibid., 165.

[19] Ibid., 488. Selain berasal dari sumber tersebut, terdapat pula dalam buku lainnya. Lihat: Abul Hasan An-Nadwi, Riwayat Hidup Rasulullah (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 2008), 252.

[20] Ibid., 489.

[21] Al-Ghazaliy, Fiqhus – Sirah, 600.

[22] Ahidul Asror, “Surat-surat Nabi ke Luar Negeri: Melacak Akar Sejarah Dakwah Korespondensi, Jurnal Ilmu Dakwah, Vol. 7. No. 1 (April,2003), 39.

[23] Ibid, 601.

[24] Ibid, 602.

[25] Ibid.