C. Respon Raja Romawi dan Raja Persia terhadap Surat Nabi
Sebelum mengutus para sahabatnya untuk mengantarkan surat-suratnya, Nabi menanyakan kepada para sahabatnya siapakah yang akan mengantarkan suratnya. Delegasi sebagai pengirim surat pun ditunjuk.
Surat kepada Heraklius dipercayakan pada sahabatnya Dihyah bin Khalifah al Kalabi
, sedangkan surat kepada Khousru II dipercayakan pada Abdullah bin Hudhafa
. Berikut ini adalah respon Raja Romawi dan Persia atas surat yang dikirim oleh Nabi.
1. Respon Kaisar Romawi
Dalam suatu riwayat, Nabi memerintahkan Dihyah untuk singgah dan memberitahukan tugasnya kepada Gubernur Basrah, Alharith Raja Ghassan.
Kemudian Alharith memerintahkan Adi bin Hatim untuk menemani dan mengantar Dihyah menghadap Heraklius yang sedang melakukan perjalanan menuju Yerusalem.
Sebelum menemui Heraklius, mereka mendapatkan keterangan dari pejabat yang berwenang bahwa untuk menghadap Kaisar, mereka harus bersujud tiga kali dan tidak mengangkat kepala hingga Kaisar yang memerintahkan untuk berdiri kembali.
Dihyah tidak mau bersujud selain kepada Allah Swt. Namun, ada satu cara yang disarankan pejabat agar surat tersebut dibaca tanpa harus bersujud kepada Kaisar Romawi, yaitu dengan meletakkan surat di meja khusus Kaisar dan meninggalkannya.
Dan surat itu, tidak akan ada yang menyentuh selain Kaisar sendiri.
Ketika Kaisar membuka surat tersebut, Kaisar memanggil penerjemah untuk membacanya. Setelah memahami isi surat Nabi tersebut, Kaisar memerintahkan pengawal untuk mengumpulksn informasi tentang diri Nabi.
Hal ini dilakukan karena Heraklius mengetahui bahwa surat itu memang ditulis oleh seorang utusan-Nya sebagaimana disebutkan dalam Injil dan Taurat.
Ketika itu, Abu Sufyan bersama rombongan orang-orang Quraisy sedang melakukan perjalanan dagang menuju ke Syam. Kemudian pengawal Kaisar menghubungi mereka kemudian membawa mereka untuk menghadap Kaisar.
Kaisar kemudian mengajukan beberapa pertanyaan mengenai pribadi, nasab dan sifat Nabi. Ada pun percakapan tersebut adalah sebagai berikut:
Heraklius berkata kepada juru terjemahnya: “Tanyakan kepadanya bagaimana dengan keturunan lelaki itu di kalangan kamu sekalian?”
Abu Sufyan: “Di kalangan kami, dia adalah seorang yang bernasab baik.”
Heraklius: “Apakah ada di antara nenek-moyangnya yang menjadi raja?”
Abu Sufyan: “Tidak.”
Heraklius bertanya: “Apa kamu sekalian menuduhnya sebagai pendusta sebelum dia mengakui apa yang dikatakannya?”
Abu Sufyan: “Tidak.”
Heraklius: “Siapakah pengikutnya, orang-orang yang terhormatkah atau orang-orang yang lemah?”
Abu Sufyan: “Para pengikutnya adalah orang-orang lemah.”
Heraklius: “Mereka semakin bertambah ataukah berkurang?”
Abu Sufyan: “Bahkan mereka semakin bertambah.”
Heraklius: “Apakah ada seorang pengikutnya yang murtad dari agamanya setelah dia peluk karena rasa benci terhadapnya?”
Abu Sufyan: “Tidak.”
Heraklius: “Apakah kamu sekalian memeranginya?”
Abu Sufyan: “Ya.”
Heraklius: “Bagaimana peperangan kamu dengan orang itu?”
Abu Sufyan: “Peperangan yang terjadi antara kami dengannya silih-berganti, terkadang dia mengalahkan kami dan terkadang kami mengalahkannya.”
Heraklius: “Apakah dia pernah berkhianat?”
Abu Sufyan: “Tidak. Dan kami sekarang sedang berada dalam masa perjanjian damai dengannya, kami tidak tahu apa yang akan dia perbuat..... Demi Allah, aku tidak dapat menyelipkan kata lain dalam kalimat jawaban selain ucapan di atas.”
Heraklius: “Apakah perkataan itu pernah diucapkan oleh orang lain sebelum dia?”
Abu Sufyan: “Tidak.”
Kemudian Heraklius berkata kepada juru terjemahnya: “Katakanlah kepadanya, ketika aku bertanya kepadamu tentang nasabnya, kamu menjawab bahwa ia adalah seorang yang bernasab mulia. Memang demikianlah keadaan rasul-rasul yang diutus ke tengah kaumnya.
Ketika aku bertanya kepada kamu apakah di antara nenek-moyangnya ada yang menjadi raja, kamu menjawab tidak. Menurutku, seandainya ada di antara nenek-moyangnya yang menjadi raja, aku akan mengatakan dia adalah seorang yang sedang menuntut kerajaan nenek-moyangnya.
Lalu aku menanyakan kepadamu tentang pengikutnya, apakah mereka orang-orang yang lemah ataukah orang-orang yang terhormat. Kamu menjawab mereka adalah orang-orang yang lemah. Dan memang merekalah pengikut para rasul.
Lalu ketika aku bertanya kepadamu apakah kamu sekalian menuduhnya sebagai pendusta sebelum dia mengakui apa yang dia katakan. Kamu menjawab tidak. Maka tahulah aku, bahwa tidak mungkin dia tidak pernah berdusta kepada manusia kemudian akan berdusta kepada Allah.
Aku juga bertanya kepadamu apakah ada seorang pengikutnya yang murtad dari agama setelah ia memeluknya karena rasa benci terhadapnya. Kamu menjawab tidak. Memang demikianlah iman bila telah menyatu dengan orang-orang yang berhati bersih.
Ketika aku menanyakanmu apakah mereka semakin bertambah atau berkurang, kamu menjawab mereka semakin bertambah. Begitulah iman sehingga ia bisa menjadi sempurna. Aku juga menanyakanmu apakah kamu sekalian memeranginya, kamu menjawab bahwa kamu sekalian sering memeranginya.
Sehingga perang yang terjadi antara kamu dengannya silih-berganti, sesekali dia berhasil mengalahkanmu dan di lain kali kamu berhasil mengalahkannya. Begitulah para rasul akan senantiasa diuji, namun pada akhirnya merekalah yang akan memperoleh kemenangan. Aku juga menanyakanmu apakah dia pernah berkhianat, lalu kamu menjawab bahwa dia tidak pernah berkhianat.
Memang begitulah sifat para rasul tidak akan pernah berkhianat. Aku bertanya apakah sebelum dia ada seorang yang pernah mengatakan apa yang dia katakan, lalu kamu menjawab tidak.
Seandainya sebelumnya ada seorang yang pernah mengatakan apa yang dia katakan, maka aku akan mengatakan bahwa dia adalah seorang yang mengikuti perkataan yang pernah dikatakan sebelumnya.”
Heraklius bertanya lagi: “Apakah yang ia perintahkan kepadamu?”
Abu Sufyan: “Dia menyuruh kami dengan salat, membayar zakat, bersilaturahmi serta membersihkan diri dari sesuatu yang haram dan tercela.”
Heraklius: “Jika apa yang kamu katakan tentangnya itu adalah benar, maka ia adalah seorang Nabi. Dan aku sebenarnya telah mengetahui bahwa dia akan muncul, tetapi aku tidak menyangka dia berasal dari bangsa kamu sekalian.
Dan seandainya aku tahu bahwa aku akan setia kepadanya, niscaya aku pasti akan senang bertemu dengannya. Dan seandainya aku berada di sisinya, niscaya aku akan membersihkan segala kotoran dari kedua kakinya serta pasti kekuasaannya akan mencapai tanah tempat berpijak kedua kakiku ini.”
Setelah itu, Heraklius melakukan pertemuan tertutup dengan para pembesar Romawi. Respon positif yang ditunjukkan Heraklius pada surat Nabi ini menimbulkan bisik-bisik dan kegaduhan. Hal ini ditambah dengan pertanyaan Heraklius pada pembesar mengenai keinginannya untuk memeluk Islam.
keputusan tersebut sontak mendapatkan pertentangan dari seluruh pembesar. Akan tetapi, ia menyatakan kemudian bahwa ia hanya menguji mereka.
Kemudian Heraklius memanggil Dihyah dan memberikan balasan untuk Nabi beserta beberapa hadiah untuk Nabi
serta meyakini kenabian Muhammad.
Dalam suatu riwayat menyebutkan bahwa Heraklius sedang ragu dalam megambil tindakan selanjutnya mengenai surat tersebut.
Ia meyakini bahwa hal itu memang akan terjadi seperti yang telah dijelaskan dalam dua kitab terdahulu, yaitu: Taurat dan Injil. Selain itu, ia juga masih merasa kurang informasi dari pernyataan Abu Sufyan. Maka, ia, menghubungi temannya yang ahli kitab dengan mengirim surat dari Nabi tersebut dan meminta pendapatnya mengenai hal tersebut.
Teman Heraklius tersebut membenarkan isi surat dan meminta Heraklius untuk meyakininya. Akan tetapi, Heraklius ternyata mengingkarinya sendiri. Ia lebih sayang pada jabatannya yang diagung-agungkan oleh rakyatnya daripada menjadi pemeluk Islam dan kehilangan semuanya.
2. Respon Raja Persia
Dengan sikap yang beringas, Khousru II merobek-robek surat dari Nabi. Hal ini kemugkinan dikarenakan ia merasa memiliki kedudukan yang amat tinggi.
Selain itu, sesuatu yang buruk telah menimpanya dan kerajaannya sebelumnya, yaitu kekalahan perang dari Romawi. dan tanpa diduga-duga muncul orang Arab yang memberitahu sesuatu yang tidak pernah akan terjadi.
Kemudian ia memerintahkan Gubernur Yaman yang masih di bawah kekuasaannya untuk mengirim dua algojo terkuatnya untuk menangkap orang yang berani menulis surat kepadanya
.