Z A K A T .
Zakat itu ada dua macam, yaitu zakat harta benda dan zakat badan.
Tidak sah mengeluarkan zakat kecuali dengan niat. Adapun syarat-syaratnya adalah sebagai berikut.
Syarat Zakat Harta -Benda.
Zakat ini diwajibkan pada orang Islam yang berakal dan sudah balig.
Tetapi Imamiyyah mewajiban juga zakat itu kepada orang yang bukan Islam.
Harta yang diwajibkan zakat hendaklah dapat dikuasai seluruhnya, oleh yang memilikinya dapat digunakan mana kala ia suka.
Zakat tidak wajib dari harta benda yang diperoleh secara zalim atau secara rampasan.
Piutang tidak wajib zakat, kecuali pasti dapat dikuasainya.
Lain daripada itu zakat itu diwajibkan sesudah sampai tahunnya, baik harga yang merupakan biji-bijian, buah-buahan dan barang tambang.
Kemudian disyaratkan pula sampai rusaknya.
Zakat tidak diwajibkan atas barang perhiasan, permata, atas rumah tempat tinggal, dan pakaian, tidak juga dikenakan atas binatang. kendaraan, senjata dan lain-lain Tetapi zakat diwajibkan atas emas dan perak.
Wajib Zakat.
Wajib zakat atas tiga macam binatang, yaitu Unta, sapi, termasuk kerbau. dan kambing, termasuk biri-biri. Dan tidak wajib zakat atas kuda, keledai, kecuali jika binatang-binatang itu termasuk barang perdagangan.
Bagi Imamiyyah, seperti juga mazhab-mazhab yang lain ada batas-batas unta yang kena zakat, sapi yang kena zakat, kambing yang kena zakat dan beberapa banyak zakat itu.
Perbedaannya tidak berjauhan dengan pembahagian dan penetapan mazhab-mazhab Ahlus Sunnah.
Zakat emas dan perak.
Emas dan perak diwajibkan zakat apabila sampai nisab, emas dua puluh misqal, dan nisab perak dua ratus dirham, dengan batas waktu sampai setahun dalam memilikinya, dan banyaknya zakat pada keduanya dua setengah persen.
Imamiyyah menegaskan, bahwa zakat emas dan perak itu baru wajib, jikalau ia tersimpan sebagai harta benda dalam peti, tetapi tidak wajib, jika emas itu sebagai bungkilan, dan tidak wajib juga zakat atas perhiasan daripada emas.
Imamiyyah mewajibkan seperlima daripada wang kertas dan surat-surat yang bernilai harta.
Zakat tanaman dan buah-buahan.
Semua mazhab sepakat mewajibkan sepuluh persen zakat atas tanam-tanaman dan buah-buahan, sepuluh perseratus, jika pohon-pohonan itu mendapat air hujan, dan air kali, dan separuh dari jumlah zakat itu, jika pohon-pohonan itu disiram dari sumur dan sebagainya Selain itu tidak wajib zakat kecuali dari pada biji gandum dan biji syair atau beras, begitu juga atas buah-buahan dan buah zabib.
Zakat perdagangan.
Harta dagang, yang dikuasai, wajib zakat jika dikehendaki mencari untung dan usaha dan dapat dikuasai, atau dipusakai.
Zakat dagang wajib pada empat mazhab Ahlus Sunnah, dan sunat pada Mazhab Imamiyyah.
Semua itu harus sampai haul (tahun) zakatnya, dimulai dari masa berdagang.
Imamiyyah mensyaratkan untuk zakat dagang ini ada modal sejak permulaan sampai akhir, apabila modal ini kekurangan ditengah-tengah haul, tidak diwajibkan zakat.
Mereka yang berhak menerima zakat, adalah delapan macam, seperti yang tersebut dalam ayat ke-enam puluh dari pada surat at-Taubah dalam Al-Qur'an :
„Bahwa sedekah (zakat itu) adalah bagi fakir, miskin, orang-orang yang bekerja, muallaf yang diambil hati, budak yang mau melepaskan hutangnya, orang-orang yang berhutang untuk amal sosial, pengeluaran diatas jalan Allah dan ibnu Sabil, yaitu orang yang sedang melakukan perjalanan.
Imamiyyah menerangkan, bahwa yang dinamakan fakir itu ialah menurut Agama mereka yang tidak mempunyai kehidupan tetap setahun, baik untuk dirinya, maupun untuk keluarganya.
Jikalau mereka masih mempunyai binatang peliharaan, yang dapat memberi makan keluarganya setahun lamanya, dibolehkan mengeluarkan zakat, untuknya.
Mereka yang berkuasa mencari makan, tidak halal menerima zakat.
Adapun yang dinamakan miskin ialah orang lebih jelek nasibnya dari pada fakir.
Tidak harus mengeluarkan zakat untuk saudara, paman dari pihak ayah, dan paman dari pihak ibu, bapak dan anak, terutama yang dua ini jika ia berada dalam perang sabil.
Zakat itu lebih afdhal di-bagi2kan dalam kampung sendiri dan untuk mereka yang sangat berhajat.
Al-Amilun yaitu orang yang bekerja dalam urusan mengumpulkan dan membagikan zakat.
Al-Muallafatu Qutubuhum ialah orang yang bukan Islam atau yang baru masuk Islam, lagi dijinakkan hatinya.
Riqab yaitu mereka yang karena utangnya menjadi budak, dan sekarang mencari bantuan zakat untuk memerdekakan dirinya.
Didalam Islam pernah terjadi hal yang demikian itu. Kepadanya diberikan zakat.
Al-Gharimun yaitu mereka yang berhutang tidak untuk pekerjaan yang maksiat, diberikan kepadanya zakat untuk menyelesaikan utangnya yang tidak dapat dibayar lagi.
Sabilillah, menurut Imamiyyah, yang dinamakan Sabilillah itu yaitu berperang mempertahankan Islam, membangun mesjid, membangun rumah sakit, membangun rumah sekolah dan segala gedung-gedung untuk kemaslahatan umum.
Ibn Sabil yaitu orang luar negeri yang jauh, yang kehabisan duitnya dalam perjalanannya.
Kepadanyapun dibolehkan member zakat sekedar dapat ia kembali kekampungnya.
Bani Hasyim.
Sepakat semua mazhab bahwa zakat itu haram diberikan kepada Bani Hasyim dengan segala macam sukunya, tetapi halal zakat Bani Hasyim untuk Bani Hasyim yang lain.
Imamiyyah menerangkan, boleh memberikan zakat itu kepada orang kaya, jika ada keperluannya, untuk satu kali keperluan.
Zakat Fitrah.
Wajib Fitrah itu dikeluarkan oleh tiap orang Islam, yang berkuasa, yang besar, yang kecil, anak kecil dan orang gila fitrahnya wajib kepada walinya, diberikan kepada orang fakir.
Yang dinamakan berkuasa yaitu mereka yang pada malam dan hari mempunyai barang makanan lebih dari cukup baginya dan bagi keluarganya.
Menurut Imamiyyah disyaratkan wajib mengeluarkan zakat pertama orang itu balig, kedua berakal, ketiga berkuasa, maka tidak wajib zakat dikeluarkan dari harta benda anak kecil dan orang gila, karena ada hadis Nabi :
"Diangkat penulisan daripada tiga macam manusia : pertama dari anak-anak yang belum bermimpi, kedua dari orang gila yang belum sadar kembali, dan ketiga dari orang tidur yang belum jaga".
Adapun orang yang berkuasa pada istilah Imamiyyah yaitu seseorang yang memiliki makanan untuk setahun lamanya baginya, dan bagi keluarganya atau penghasilan daripada pertanian dan usaha.
Zakat fitrah itu wajib dikeluarkan untuk dirinya dan untuk orang yang serumah dengan dia sesudah masuk malam lebaran, wajib orang yang dipangku nafakahnya maupun tidak, baik ia anak kecil atau besar, baik ia seorang Islam atau bukan seorang Islam, baik ia keluarga terdekat atau keluarga yang jauh, baik ia tamu yang masuk kerumahnya permulaan Syawal dan menjadi jumlah keluarganya, semuanya wajib dikeluarkan fitrah untuknya.
Begitu juga wajib dikeluarkan fitrah bagi anak yang lahir atau kawin dengan seorang perempuan sebelum masuk matahari pada malam harinya fitrah, atau bersamaan juga wajib fitrah.
Tetapi apabila lahir seorang anak, kawin dengan seorang perempuan atau datang tamu sesudah masuk matahari, maka tidak wajib lagi membayar fitrahnya.
Takaran.
Fitrah itu wajib untuk seseorang satu sa' dari gandum atau syair, atau kurma, atau zabib, atau beras, ftau jagung atau barang sesuatu yang menjadi makanan sehari-hari.
Zakat itu wajib mulai masuk malam lebaran, dan wajib mengeluarkannya pada permulaan masuk matahari sampai hari Lebaran waktu condong matahari.
Yang terlebih afdhal mengeluarkan fitrah itu sebelum Sembahyang Hari Raya, apabila pada waktu itu belum didapati orang yang berhak menerima, maka dipisahkanlah zakat fitrah itu daripada harta bendanya, sambil berniat akan dikeluarkannya pada sesuatu kesempatan yang akan datang.
Zakat biji-bijian dari pada fitrah itu sunat dikeluarkan terlebih dahulu kepada keluarga yang memerlukannya, kemudian kepada tetangga, seperti yang disebutkan dalam hadis : "Tetangga kita lebih berhak menerima lebih dulu zakat fitrah".