Bentuk-bentuk pengalaman keagamaan
1. Pengalaman interpretatif
Yang dimaksud dengan pengalaman interpretative (interpretative experiences) adalah warna pengalaman agama ini bukan disebabkan oleh kekhususan-kekhususan pengalaman itu sendiri, tetapi ditentukan oleh penafsirannya atas agama.
Jadi, pelaku yang meraih pengalaman keagamaan, memandang pengalamannya sendiri berdasarkan suatu penafsirannya atas agama.
Seperti seorang muslim yang memandang kematian anaknya sebagai balasan atas dosanya sendiri, atau seorang penganut Kristen menafsirkan kematian anaknya sebagai ikut serta dalam penderitaan Isa As.
Jadi, mereka bersabar dalam musibah tersebut dan menghasilkan ekspresi kejiwaan dalam bentuk kesedihan, kenikmatan atau kebahagiaan.
Poin penting dalam masalah ini adalah dengan bantuan penafsiran, maka semua hal yang terjadi dalam kehidupan dapat diwarnai dengan warna keagamaan, lantas diamalkan dan dihayati.
Sisi epistemologi dalam pengalaman ini bukanlah hal yang dipentingkan.
2. Pengalaman inderawi
Pengalaman inderawi (sensory experience) adalah pengalaman yang bersifat penginderaan yang dipengaruhi oleh lima panca indera.
Penglihatan-penglihatan yang bersifat keagamaan, perasaan menderita ketika melakukan pengamalan keagamaan, melihat malaikat, mendengar wahyu dan percakapan Musa as dengan Tuhan, kesemuanya itu dikategorikan dalam pengalaman inderawi.
3. Pengalaman wahyu
Pengalaman ini meliputi wahyu, ilham dan bashirah yang seketika.
Pengalaman wahyu (revelatory experience) yang bersifat seketika, tanpa penungguan sebelumnya, hadir dalam diri pesuluk.
Dan warna keagamaan pengalaman ini berkaitan dengan isi dan makna dari wahyu tersebut.
Menurut Davis, pengalaman ini memiliki lima kriteria:
a. Bersifat tiba-tiba dan waktunya yang singkat.
b. Meraih pengetahuan baru tanpa tafakkur dan argument.
c. Berpengaruhnya faktor eksternal.
d. Keyakinan akan kebenaran yang diperoleh.
e. Tidak dapat dijelaskan dan digambarkan
4. Pengalaman pembaharuan
Pengalaman ini merupakan bentuk pengalaman keagamaan yang paling umum.
Pengalaman pembaharuan (regenerative experiences) ini adalah pengalaman yang menjadikan keimanan pelaku semakin bertambah sempurna.
Pengalaman ini merubah secara drastis keadaan jiwa dan akhlak pelaku.
Seseorang akan merasa bahwa Tuhan sedang mengarahkan dirinya kepada hakikat kebenaran.
5. Pengalaman mistik
Pengalaman mistik (mystical experience) merupakan salah satu bentuk pengalaman keagamaan yang paling penting.
Rudolf Otto dalam karyanya
, membagi pengalaman mistik menjadi dua bagian:
1. Pengalaman yang berhubungan dengan sisi internal jiwa.
Pada dimensi ini pesuluk memperhatikan ke dalam diri dan tenggelam dalam lautan kejiwaannya, serta berupaya menyelam ke dasar jiwa untuk meraih kekuatan suci. Seorang pesuluk, berupaya jauh dari pengaruh indera lahiriah dan lebih memperhatikan sisi-sisi batin.
Hal ini dicapai dengan pemusatan konsentrasi pada satu perkara.
Ketika dia berhasil meraih kesempurnaan konsentrasi, tahap selanjutnya adalah menghilangkan semua rasa dan menghapus semua gambaran inderawi dan gambaran pikiran hingga mencapai “kekosongan” dan “ketiadaan” yang sempurna.
Menurut para arif, pesuluk yang sampai pada tingkatan ini, akan meraih pengetahuan sejati dan suci.
Dapat dikatakan bahwa arif dalam pengalaman ini, lepas dari perasaan ego dan menyatu dengan ego suci.
2. Pengalaman yang berkaitan dengan penyaksian kesatuan wujud.
Sisi ini memiliki tiga tingkatan:
Tingkatan pertama adalah arif mengetahui adanya kesatuan alam.
Fenomena-fenomena alam menjadi satu kesatuan dengan diri arif.
Tingkatan kedua, bukan hanya alam tapi juga ada kekuatan supra natural yang mempengaruhinya.
Arif melihat kesatuan lewat kejamakan alam.
Tingkatan ketiga, alam menjadi “tiada” dalam pandangan arif, dia memandang kesatuan tanpa kejamakan alam.
Yang ada hanyalah kesatuan itu sendiri.