Muawiyah Merobek Surat Perdamaian
Sebelumnya, Imam Hasan as. telah mengetahui bahwa Muawiyah tidak akan menjalankan butir-butir yang tercantum dalam perdamaian tersebut.
Akan tetapi, beliau hendak menunjukkan kepada umat tentang akal-bulus Muawiyah, bahwa dia adalah orang yang tidak teguh pada janji dan agama.
Perjanjian damai telah dilaksanakan. Segera setelah memasuki kota Kufah, Muawiyah naik ke mimbar dan berpidato di depan khalayak seraya mengatakan,
“Sesungguhnya aku tidak membunuh, tidak juga angkat senjata, atau menyerbu kalian supaya kalian berpuasa atau melakukan sholat, akan tetapi untuk memimpin kalian.
Ketahuilah, bahwa setiap butir yang tertulis dalam surat perdamaian itu sekarang ada di bawah telapak kakiku". Dengan cara secongkak itu Muawiyah menginjak-injak perdamaian.
Selanjutnya, Muawiyah menentukan Ziyad bin Abih sebagai gubernur Kufah.
Ia mulai mengusir pengikut Ahlul Bait, menghancurkan rumah-rumah mereka, merampas harta benda mereka, hingga menyiksa dan memenjarakan mereka.
Imam Hasan as. berupaya untuk membantu orang-orang yang teraniaya, dan menentang seluruh perbuatan zalim Muawiyah yang telah melanggar butir-butir perdamaian sebagaimana yang telah diberikan kepadanya.
Sampai pada saatnya, Muawiyah merencanakan pembunuhan terhadap Imam Hasan as. dan berupaya untuk mendudukkan anaknya yang bernama Yazid di atas kursi kekhalifahan.
Dalam rangka itu, ia berfikir untuk meracuni beliau.
Untuk menjalankan rencana pembunuhan tersebut, Muawiyah memilih Ju’dah, istri Imam Hasan as, yang ayahnya adalah seorang munafik. tentunya setelah mengiming-imingi imbalan harta kekayaan dan menjadi istri putra mahkota, Yazid.
Setan mulai menggoda pikiran Ju’dah. Ia pun bersedia menerima racun yang dikirimkan Muawiyah untuknya, lalu mencampurkannya ke dalam makanan yang telah dipersiapkan untuk buka puasa. Karena saat itu Imam as. sedang berpuasa.
Tiba saatnya berbuka puasa. Imam Hasan as mulai berbuka dengan makanan yang telah disediakan oleh Ju'dah.
Tiba-tiba ia merasakan pedih dan sakit. Pengaruh racun itu membuat usus beliau terkoyak.
Kemudian ia menatap istrinya dan berkata,
“Wahai musuh Allah swt! kau telah membunuhku, Semoga Allah membunuhmu, Sungguh Muawiyah telah memperdaya dan menipumu. Semoga Allah menghinakanmu dan menghinakannya (Muawiyah)".
Dan demikianlah kenyataannya, Muawiyah tidak menepati janjinya kepada Ju'dah.
Ia berhasil menipu Ju’dah dan bahkan mengusirnya dari istana.
Muawiyah berkata kepadanya, “Kami lebih cinta pada Yazid!”. Begitulah nasib Ju'dah.
Ia menderita dunia dan akhirat. Sejak saat itu, Ia lebih dikenal dengan julukan "Si Peracun Suami".
Karena tak lagi kuasa menahan jahatnya racun tersebut, akhirnya Imam Hasan as. gugur sebagai syahid pada 28 Safar 50 H. Dan di hadirat Allah kelak, beliau akan mengadukan kezaliman Bani Umayyah terhadapnya.
Jasad suci Imam Hasan as. dikebumikan di pemakaman Baqi, di Madinah Al-Munawwarah.[]