4. HADIS DAN DJA'FAR SADIQ
Dalam uraian-uraian jang telah sudah, telah kita djjelaskan, bahwa kedudukan Imam Dja'far As-Shadiq mengenai pendidikan ulama-ulama Ahlul Hadis dan Ahlur Ra'ji atau Ahlul Qijas, jang lama kelamaan merupakan imam-imam mazhab jang terpenting, seperti Malik bin Anas dan Abu Hanifah dll. Mazhab-mazhab itu ada jang menggabungkan dirinja dalam ikatan Ahlus Sunnah, ada jang dalam ikatan mazhab Ahlul Bait, karena dalam hukum fiqh ingin melandjutkan tjara berpikir Imam Dja'far As-Shadiq, jang mereka namakan Figh Al-Dja'fari, dengan mengutamakan hadis-hadis riwajat Ahlul Bait atau perawi-perawi dari ulama-ulama Sji'ah sendiri.
Dalam salah satu bahagian kita sudah djelaskan, bahwa tidak kurang dari empat ratus orang muridnja jang mengarang kitab-kitab fiqh menurut djalan ini. Usul fiqh untuk mazhab AlDja'fari ini, jang terkenal dengan pokok persoalan empat ratus, dikumpulkan dalam empat buah kitab besar, jang masing-masing bernama Al-Kafi, Al-Istibsar, At-Tahzib dan Ma La Jahdhuruhul Faqih. Inilah kitab-kitab hadis jang terbesar dan mendjadi pokok bagi ulama-ulama Sji'ah jang terkenal dengan Kitab Empat sebagaimana terkenal dengan Kitab Enam dalam pengumpulan hadis bagi penganut Ahlus Sunnah.
Imam Dja'far As-Shadiq sangat bidjaksana sekali dalam mentjiptakan ulama-ulamanja, jang kemudian disiarkan keseluruh negara Islam untuk membasmi kejakinan-kejakinan jang salah, memerangi sifat ilhad dan zindiq, berdebat tentang aqidah jang tidak benar, mengalahkan firqah-firqah jang menjeleweng dari adjaran Islam dalam masa pantjaroba dan zaman kekatjauan politik dan agama itu. Ulama-ulamanja terdapat di Irak, Churasan, Hamas, Sjam, Hadramaut, dll., terutama di Kufah dan Madinah dimana bibit kejakinan Sji'ah ini sudah tertanam dan tumbuh dengan suburnja.
Imam Dja'far mempersiapkan ulama-ulama muridnja menurut pembawaannja masing-masing dan menurut kebutuhan daerah, jang mengirimkan utusan kepadanja. Oleh karena pengetahuannja sangat luas dalam segala bidang, mudah baginja melakukan hal jang demikian itu. Ulama-ulamanja ada jang diuntukkan mengadjar, ada jang diuntukkan buat berdebat dsb.
Aban ibn Tughlab dichususkan pendidikannja untuk ilmu fiqih, dan diperintahkan duduk dalam mesdjid memberi fatwa kepada orang bânjak dalam hukum fiqh, Hanaran bin A'jun ditugaskan mendjawab masalah-masalah jang bertali dengan ilmu Qur'an, Zararah bin A'jun untuk berdebat dalam fiqh, Mu'min at-Thaq dalam masalah ilmu kalam, Thajjar dalam perkara amal ketaatan, Hisjam bin Hakam dalam berdebat mengenai immamah dan i'tikad Sji'ah dsb. Maka mengalirlah orang-orang itu ketiap-tiap kota untuk menghadapi manusia dan berda'wah menurut mazhab Ahlil Bait.
Tidak tjukup tempat untuk menjebutkan nama ulama-ulama itu satu persatu, serta sedjarah perdjuangannja. Meskipun demikian beberapa tokoh terpenting akan kita bitjarakan dibawah ini.
Aban bin Tughlab bin Ribah, jang digelarkan Abu Sa'id alBakri al-Djariri (mgl. 141 H), adalah ulama jang sangat terhormat dalam kalangan Sji'ah. Ia pernah beladjar pada Imam Zainal Abidin, Al—Baqir dan As-Shadiq. Ia mempunjai madjlis pengadjaran chusus dalam mesdjid. Ia ulama fiqh Imamijah jang terkenal menurut pendapat Jaqut, meriwajatkan banjak hadis dari Ali bin Husain, Abu Dja'far dan Abu Abdullah, fasih bahasa Arab, banjak mengetahui tentang pengertian Al-Qur'an, menurut Ahmad ibn Hanbal boleh dipertjajai benar utjapannja, seorang jang tinggi adabnja, hadis riwajatnja banjak diambil oleh Muslim, Tarmizi, Abu Daud, An-Nasa'i dan Ibn Madjah.
Diantara gurunja djuga ialah Al-Hakam bin Utaibah al-Kindi (mgl. 115 H), salah seorang perawi dalam Kitab Enam hadis Ahlus Sunnah, Fudhail bin Umar al-Fuqaimi (mgl. 110 H), jang hadisnja banjak dipetik oleh Muslim, dan Abu Ishaq Umar bin Abdullah al-Hamdani (mgl. 127 H), salah seorang ulama Tabi'in dan perawi hadis dalam Kitab Enam.
Banjak muridnja tersiar dimana-mana dan mendjadi ulama-ulama besar, seperti Musa bin 'Uqbah al-Asadi (mgl. 141 H), salah seorang jang riwajat hadisnja banjak dimuat dalam Kitab Enam, Sju'bah bin al-Hadjdjadj, Hammad bin Zaid al-Azadi, seorang ahli hadis jang terkenal (mgl. 197 H), mendapat pudjian dari Ibn Mahdi dan Imam Ahmad tentang kedjudjurannja, Sufjan bin 'Ujajnah, jang riwajat hidupnja sudah dimuat dimana-mana. Muhammad bin Chazim at-Tamimi (mgl. 195 H), djuga banjak digunakan orang riwajat hadis-hadisnja, termuat dalam Kitab Enam, oleh Ahmad Ibn Hanbal, oleh Ishak bin Rahuwaih, Ibn Madani dan Ibn Mu'in, terutama hadis-hadisnia jang d:hafalnja dari Al-A'masj, dan Abdullah ibn Mubarak al-Hanzali (mgl. 181 H), seorang ulama besar jang sangat dipertjajai, pernah menjelidiki hadis dan menulisnja dari empat ribu ulama.
Semua ulama-ulama hadis ini dipudji oleh Ibn Hadjar dan Al-Chazradji dalam kitab-kitabnja jang terkenal.
Àban bin Tughlab menghafal tidak kurang dari tiga ribu hadis dari Imam As-Shadiq, ahli dalam fiqh Al-Dja'fari atau mazhab Ahlil Bait, termasuk tokoh Sji'ah jang terpenting. Atas pertanjaan Abu Balad, Aban menerangkan, apa arti Sji'ah padanja. Katanja: "Sji'ah itu ialah golongan manusia jang memegang kepada utjapan Ali, apabila tentang sesuatu masalah dari Nabi dipertengkarkan orang, dan memegang kepada utjapan Dja'far bin Muhammad, apabila orang sudah mempertengkarkan utjapan dan sikap Ali" (Asad Haidar, 111:57).
Diantara kitab-kitabnja ialah Gharibul Qur'an, mengenai Kitabul Fadha'il, Kitab Ma'anil Qur'an, Kitabul Qira'at, dan Kitabul Usul mengenai riwajat mazhab Sji'ah, dan banjak lagi jang lain-lain, sebagaimana jang disebut dalam Fihrasat, karangan At-Thusi.
Diantara ulama jang terbesar djuga, kita sebutkan Aban bin Usman al-Lu'lu'i (mgl. 200 H), berasal dari Kufah, pernah tinggal lama di Basrah, banjak hadis-hadisnja mengenai sjair, keturunan dan hari-hari penting bangsa Arab, berguru pada Abu Abdullah, Abui Hasan, Musa bin Dja'far dll. Diantara kitabnja, jang disebutkan orang disana-sini ialah Al-Mabda', Al-Mab'as, AlMaghazi, AI-Wafah, As-Saqiftih dan Ar-Ridah (batj. Mu'djamui Udaba' 1 : 108—109, Lisanul Mizan I : 24, Fihrasat At-Tusi, hal. 18, dll.). Banjak sekali murid-muridnja jang menjiarkan pahamnja kesana-sini, tidak kita sebutkan disini seorang demi seorang.
Ulama-ulama Sji'ah jang lain dalam fiqh diantaranja Barid bin Mu'awijah al-'Adjali (mgl. 150 H), sahabat Al-Baqir dan As-Shadiq, ahli hadis dan fiqh, mempunjai kedudukan istimewa dalam mazhab Ahlil Bait, termasuk golongan enam orang jang sangat ahli dalam hukum fiqh, jaitu Zararah bin A'jun, Ma'ruf bin Charbuz, Barid Al-Adjali, Abu Basir al-Asadi, Fudhil bin Jassar dan Muhammad bin Muslim At-Tha'ifi. la banjak meriwajatkan hadis dari Imam Baqir dan Imam As-Shadiq, jang sangat memudji-mudji dia. Barid adalah salah seorang penulis jang terkenal dalam masa Imam As-Shadiq. Kemudian kita sebutkan pula Djamil bin Darradj an-Nacha'i, termasuk sahabat Imam As-Shadiq dan anaknja Abu Hasan Musa, banjak mengarang dan meriwajatkan hadis-hadis, begitu djuga Djamil bin Salih al-Aasadi, ditjintai oleh Imam As-Shadiq dan anaknja Musa.
Lain dari pada itu djuga kita sebutkan Hammad bin Usman (mgl. 190 H) dan Hammad bin Isa al-Djuhni, kedua-duanja sahabat Imam As-Shadiq dan Imam Al-Kazim dan kedua-duanja ahli fiqh dan hadis Ahlil Bait.
Tidak kurang pentingnja kita sebut Hubaib bin. Sabit al-Kiahili, berasal dari Kufah (mgl. 122 H), salah seorang daripada Tabi'in dan perawi Kitab hadis Enam, banjak meriwajatkan hadis dari Zainal Abidin, Imam Al-Baqir dan anaknja As-Shadiq, begitu djuga tidak kurang pentingnja kita peringatkan Hamzäh bin Thajjar, salah seorang ulama fiqh Sji'ah dan tokohnja dalam ilmu kalam, memperdebatkan persoalan-persoalan jang menguntungkan mazhab Ahlil Bait, banjak sekali murid-muridnja tersiar dimanamana.
Meskipun demikian jang lebih penting lagi kita bitjarakan disini adalah dua tokoh ulama Sji'ah jang terbesar, jang dalam banjak persoalan mendjadi djiwa perkembangan paham mazhab Al-Dja'fari dalam segala bidang, jaitu Mu'min Thèq dan Hisjiam bin Hakam.
Mu'min Thaq adalah Muhammad bin Ali bin Nu'man alBadjali, berasal dari Kufah, sahabat kental dari Imam Dja'far dan pentjintanja. Mu'min Thaq adalah gelarannja jang berarti mu'min jang serba sanggup, demikian kesanggupannja dalam segala ilmu, sehingga ia dapat mengalahkan Imam Abu Hanifah dalam banjak persoalan, dan sehingga Abu Hanifah ini menamakannja Sjaithan Thaq, setan jang kesanggupannja luar biasa. Ulama-ulama Chawaridj oleh Mu'min Thaq ini dikalahkan semuanja, tidak ada seorangpun diantara mereka jang berdebat dengannja dapat bertahan.
Hisjam pernah menemui Zaid ibn Zainal Abidin, Ali bin Husain Zainal Abidin. Ilmunja banjak sekali, terutama sangat alim dalam ilmu fiqh, ilmu kalam, hadis dan gubahan sadjak. Ia sangat pandai dalam berdebat dan menggunakan kata-kata, tadjam pandangan dan pikirannja dalam menindjau persoalan agama. Sambil berniaga ia mengundjungi banjak kota-kota Islam dan menjiarkan mazhab Ahlil Bait.
Sebagai tjontoh kita sebutkan perdebatan antaranja dan Abu Hanifah.
Abu Hanifah : Apa hukum nikah mut'ah padamu ? Mu'min Thaq : Halal.
Abu Hanifah : Apakkah boleh anakmu dan saudara-saudaramu berikah mut'ah dengan orang lain ?
Mu'min Thaq : Jang demikian adalah sesuatu jang dihalalkan Tuhan, apa boleh buat. Tetapi, sobat bagaimana hukum bier padamu ?
Abu Hanifah : Halal.
Mu'min Thaq : Apakah engkau akan girang , djika anakmu dan saudaramu mendjadi pemabuk bier ?
Mu'min Thaq menulis kitab berisi perdebatan antaranja dengan Abu Hanifah. Meskipun isi buku itu merupakan senda gurau dan penggeli hati, tetapi berisi hukum-hukum fiqh dan tjara berfikir antara seorang ulama Ahlur Ra'ji dengan ulama Ahlil Bait. Ibn Nadim menjebut bahwa dia adalah ulama kurun keempat, karena ia meninggal dalam tahun 385 H.
Diantara kitab-kitab jang dikarangnja ialah mengenai persoalan Imamah, Ma'rifat, penolakan terhadap Mu'tazilh mengenai Imam Mafdhul, mengenai kehidupan Thalhah, Zubair dan Aisjah, mengenai penetapan wasiat, sebuah kitab jang bergelar "Kerdjakan dan Djangan Kerdjakan."
Sebagaimana sudah kita katakan bahwa ia termasuk orang jang sangat ditjintai oleh Imam As-Shadiq, jang pernah berkata : "Ada empat orang manusia jang kutjintai hidup dan matinja, jaitu Barid bin Mu'awijah al-Adjali, Zararah bin A'jun, Muhammad bin Muslim dan Abu Dja'far al-Ahwal."
Gelaran senda gurau Sjaithan Thaq oleh Abu Haniffah kepada Muhammad Al-Badjali oleh musuh-musuhnja disiar-siarkan setjara sebaliknja sehingga musuh-musuh Sji'ah memakai nama-nama itu untuk membuktikan kesesatannja.
Belum dapat kita tutup karangan ini sebelum kita sebutkan Hisjäm bin Hakam, al-Kindi (mgl. 197 H), lahir di Kufah, beberapa waktu berdagang di Bagdad, kemudian ditinggalkannja usahanja dan pergi beladjar kepada Imam As-Shadiq sampai mendjadi seorang alim dan sahabat Imam Musa Al-Kazim.
Hisjam adalah seorang jang banjak sekali pengetahuannja tentang mazhab-mazhab dalam Islam, sangat luas ilmunja dalam filsafat, seorang ahli ilmu kalam Sji'ah jang ulung, seorang jang petah lidahnja dalam mempertahankan persoalan imamah bagi Sji'ah. Zarkali mengatakan, bahwa Hisjam bin Hakam adalah seorang ahli hukum fiqh, ahli i'mu kalam dan manthik. Dr Ahmad Amin mengatakan bahwa Hisjam bin Hakam adalah tokoh ilmu kalam Sji'ah terbesar, murid dari Dja'far Shadiq, seorang jang tidak dapat dipatahkan alasannja, sehingga Imam Shadiq pernah memudji kepribadiannja : "Hai Hisjam, engkau selalu dikuatkan pendapatmu dengan roh sutji." Imam Ridha mengatakan : "Moga-moga Allah memberi rahmat kepada Hisjam, karena ia adalah seorang hamba jang salih." Harun arRasjid memudji Hisjam demikian : "Lidah Hisjam lebih dapat menghantjurkan djiwa manusia daripada seribu pedang."
Tatkala ia mendekati Imam Shadiq, orang besar ini segera melihat bahwa Hisjam seorang jang tjerdas otaknja, seorang ichlas dan seorang jang beriman, oleh karena itu lalu dididiknja Hisjam sampai mendjadi seorang besar dalam ilmu pengetahuan menurut mazhabnja, seorang tokoh filsafat, seorang jang bersih aqidahnja, jang dapat mempertahankan mazhab Ahlil Bait daripada serangan-serangan aliran-aliran Islam lain jang memusuhi nja, jaitu aliran-aliran jang sudah banjak dipengaruhi oleh filsafat Junani.
Hisjam ahli dalam ilmu fiqh, hadis dan tafsir dan banjak meriwajatkan hadis-hadis dalam segala bidang hukum. Didalam kitab-kitab hadis dan fiqh banjak disebutkan riwajatnja, diantara lain oleh As-Sirfi, Al-Adjali, Al-Jaqthain dll. Ia banjak sekali mengarang kitab-kitab dalam segala bidang ilmu, diantara lain, sebagaimana jang disebutkan oleh Ibn Nadim, mengenai imamah, mengenai falsafat, mengenai penolakan terhadap orang-orang zindiq, penolakan-penolakan terhadap musuh Sji'ah, mengenai Djabarijah dan Qadarijah dll. jang tinggi nilai dan mutunja.
Jang lebih aneh tentang dirinja ialah bahwa ia dapat membawa dirinja diterima oleh Harun ar-Rasjid dan oleh golongan Sji'ah. Untuk mengetahui, betapa hati-hati ia mengeluarkan pendapat-pendapatnja agar orang-orang mengerti tetapi tidak tersinggung perasaannja, kita sebut suatu pertjakapan antara Harun ar-Rasjid dengan Hisjam sebagai dibawah ini :
Harun ar-Rasjid : Hai Hisjam, tahukah engkau bahwa Ali pernah mengadukan Abbas kepada Abu Bakar ?
Hisjam : Sungguh ada.
Harun ar-Rasjid : Mana jang zalim terhadap sahabatnja, Ali-kah atau Abbas ?
(Hisjam sadar akan dirinja, bahwa persoalan ini untuk memantjing sikapnja. Djika ia mengatakan Abbas jang zalim, ia dianggap menghinakan Rasjid, djika ia mengatakan Ali jang zalim, ia merusakkan kejakinannja sebagai orang Sji'ah. Kemudian Hisjam berpikir dan mengeluarkan pendapatnja).
Hisjam : Kedua-duanja tidak zalim.
Harun ar-Rasjid : Djika tidak ada jang zalim, bagaimana masuk di'akal, kedua-duanja datang mengadu pada Abu Bakar ?
Hisjam : Boleh sadja daulat tuanku. Dua orang malaikat pernah mengadu nasibnja kepada Nabi Daud, sedang tak ada seorang diantaranja jang zalim, tetapi kedua-duanja ingin hendak memperingatkan suatu kedjadian. Demikian pula Abbas dan Ali datang kepada Abu Bakar, datang hendak memperingatkan suatu kedjadian, sedang kedua-duanja tidak ada jang zalim.
Djawaban ini rupanja sangat mendapat penerimaan pada Chalifah Harun ar-Rasjid, dan oleh karena itu ia termasuk orang jang disenanginja, meskipun dalam batinnja ia tetap mentjintai Ali dan keturunannja.
Demikian beberapa patah kata tentang keistimewaan Hisjam sebagai ulama terbesar dan tokoh terpenting dalam Mazhab Ahlil Bait. Ia ditjintai oleh ulama-ulama dari aneka mazhab dan aliran, baik oleh musuh maupun oleh kawannja. Tuduhan-tuduhan Djahiz, dan dibelakang ini Dr. Ahmad Amin, bahwa Hisjam bin Hakam adalah penganut aliran Rafdhi dan membentji semua sahabat Nabi, oleh golongan Sji'ah tidak dapat diterima. Jang djelas adalah, bahwa Hisjam mentjintai Ahlil Bait dan menjiarkan ketjintaan ini dalam adjaran-adjarannja.