Tanda-tanda Orang Kafir
Alquran telah menyebutkan beberapa tanda orang kafir dengan seksama. Antara lain:
1. Kebodohan
Kebodohan adalah sumber segala kejelekan dan kehinaan. Orang kafir karena memiliki karakter ini tidak mungkin diharapkan untuk mendapat petunjuk, baik melalui ilmu atau nasehat. Allah swt berfirman: “Sesungguhnya orang-orang kafir, baik kamu memberi peringatan kepada mereka atau tidak, mereka tidak akan beriman”.
Amirul Mu’minin a.s. berkata: “Seandainya seorang hamba ketika tidak mengetahui (tentang sesuatu) mau berhenti (sejenak untuk berenung dan berpikir), niscaya ia tidak akan terjerumus pada kekafiran dan kesesatan”.
Atas dasar ini, kebodohan adalah faktor utama kekufuran. Orang-orang kafir karena kebodohannya, mengalami kevakuman jiwa bagaikan batang kurma kering yang tidak akan menghasilkan sebutir buahpun. Oleh sebab itu, Allah memerintahkan Nabi klta saw untuk menjauhi mereka. Ia berfirman: “Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang agar mengerjakan kema’rufan, serta berpalinglah dari orang-orang yang bodoh”.[37]
2. Mencintai Thaghut
Meskipun para mufassir berbeda pandangan dalam mendefinisikan thaghut; sebagian dari mereka berpendapat bahwa thaghut adalah syetan, sebagian yang lain mengartikannya dunia, dan kelompok ketiga mengartikannya penguasa yang lalim, yang jelas mencintai thaghut dan mengikutinya akan menjauhkan manusia dari kebenaran. Allah berfirman: “Dan orang-orang yang kafir pelindung-pelindung mereka adalah thaghut yang akan mengeluarkan mereka dari cahaya menuju kegelapan”.
Lebih dari itu, mereka tidak hanya mencintai thaghut, bahkan siap untuk mengorbankan jiwa dan harta mereka di jalannya. Allah berfirman: “Dan orang-orang kajir berperang di jalan thaghut”.
3. Berlebihan dalam melampiaskan hawa nafsu
Berlebihan dalam melampiaskan hawa nafsu adalah salah satu karakter pembeda antara orang kafir dan mu’min Tujuan utamanya dalam hidup adalah melamplaskan hawa nafsunya seakan-akan ia diciptakan hanya untuk itu. Allah dalam hal ini berfirman: “Dan orang-orang kafir itu bersenang-senang (di dunia) dan mereka makan sebagaimana binatang makan”.
Sedangkan orang mu’min menganggap hawa nafsu dan kelezatan dunia sebagai perantara untuk tujuan yang lebih mulia. Oleh karena itu, Amirul Mu’minin a.s. berkata: “Aku tidak diciptakan hanya untuk mengenyangkan perut seperti binatang ternak yang diikat di kandangnya, yang tujuan hidupnya hanyalah melahap rumput yang dihidangkan di hadapannya, atau seperti hewan liar yang bebas berkeliaran melahap rumput sesuka hatinya, Hewan-hewan ini tidak tahu untuk apa diciptakan”.
Dalam kesempatan lain beliau juga berkata: “Duka cita dan usaha orang kafir hanya untuk dunianya dan tujuannya hanya hawa nafsunya”.
4. Khianat, tipu daya dan berbohong
Di antara karakter-karakter utama orang kafir adalah berkhianat, tipu daya dan berbohong. Hal ini karena mereka tidak memiliki satu kekuatan yang dapat mencegahnya dari berbuat hal-hal tersebut di atas. Berkenaan dengan hal ini Imam Ali a.s. berkata: “Orang kafir adalah penipu yang mengacaukan ketenteraman orang lain dengan tipu dayanya, curang, pengkhianat dan bangga dengan kebodohannya”.
Berkenaan dengan sifat bohongnya Allah berfirman: “Bahkan orang-orang kafir itu mendustakan (Alquran)”. Dalam ayat lain Ia juga berfirman: “Sesungguhnya yang mengada-adakan kebohongan; hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah, dan mereka itulah orang-orang pendusta”.
Atas dasar ini, orang kafir akan selalu berbohong dan berkhianat. Oleh karena itu kita tidak akan mungkin percaya kepada perkataan dan kelakuannya. Rasulullah saw bersabda: “Janganlah kalian berbohong. Karena bohong akan membasmi iman”. Dalam kesempatan yang lain beliau juga bersabda: “Setiap sifat (yang dimiliki oleh seseorang) bisa dimiliki oleh orang mu’min kecuali sifat khianat dan bohong”.
Al-Hasan bin Mahbub berkata: “Aku pernah bertanya kepada Abu Abdillah a.s.: ‘Mungkinkah seorang mu’min kikir?’ ‘Ya’, jawab beliau. ‘Mungkinkah ia berbohong?’, tanyaku lagi. Beliau menjawab: ‘(Orang mu’min itu) tidak akan berbohong dan berkhianat’. Kemudian beliau berkata: ‘Orang mu’min bisa memiliki semua sifat dan watak kecuali khianat’.
Yang pantas diperhatikan di sini, seorang mu’min mungkin berbohong. Akan tetapi ia berbohong karena satu maslahat yang memaksa. Adapun orang kafir, kebohongannya didasari oleh rasa ingin menghancurkan kemakmuran orang lain.
Ketika kita meneliti reverensi-reverensi keislaman, akan kita dapati bahwa berbohong karena suatu maslahat yang sangat penting, disukai oleh Allah Ta’ala. Dalam hal ini, Rasulullah pernah berwasiat kepada Imam Ali a.s.: “Wahai Ali, sesungguhnya Allah menyukai berkata bohong jika mendatangkan maslahat dan membenci berkata benar jika menyebabkan kekeruhan”. Dalam kesempatan yang beliau juga pernah bersabda: “Wahai Ali, dalam tiga kondisi berbohong itu baik: mengatur taktik perang, mengancam isterimu dan mendamaikan dua orang yang bertengkar”.
Ketika orang-orang kafir menghadapi argumen-argumen orang mu’min yang menyingkap kepalsuan klaim-klaim mereka, mereka akan gentar dan kehilangan kontrol. Yang dapat mereka lakukan hanyalah menuduh orang-orang mu’min tersebut berkata bohong.
Hal inilah yang pernah dilakukan oleh penduduk Madyan ketika menghadapi kebenaran dakwah Nabi Syu’aib a.s. Alquran mengatakan: “Penduduk Aikah telah mendustakan para rasul. Ketika Syu’aib berkata kepada mereka: ‘Mengapa kalian tidak bertakwa? Sesungguhnya aku adalah rasul yang dapat dipercaya (yang diutus) kepada kalian. Maka bertakwalah dan taatilah aku. Dan aku sekali-kali tidak meminta upah darimu atas ajakan ini. Upahku tidak lain hanyalah dari Tuhan semesta alam.
Sempurnakanlah takaran dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang merugikan. Dan timbanglah dengan timbangan yang lurus. Dan janganlah kalian merugikan hak-hak manusia, dan berjalan di atas bumi ini sambil berbuat kerusakan. Dan bertakwalah kepada Allah yang telah menciptakan kalian dan umat-umat yang terdahulu’, mereka berkata: ‘Sesungguhnya kamu adalah salah seorang dari orang-orang yang kena sihir, dan kamu adalah seorang manusia seperti kami, dan kami yakin bahwa kamu termasuk orang-orang pendusta”.
Hal serupa dilakukan oleh Zulaikha, isteri seorang pembesar Mesir. Ketika ia tergila-gila oleh ketampanan Yusuf a.s., ia berusaha untuk membujuknya berbuat perbuatan yang tidak terhormat. Akan tetapi Yusuf menolak bujukan tersebut. Akhirnya Zulaikha menuduhnya (di hadapan suaminya) telah memaksanya berbuat hal itu. Yusuf berhasil menepis tuduhan itu dengan perantara saksi dari keluarga Zulaikha. Sebagaimana yang diceritakan oleh Alquran saksi itu berkata: “Jika baju gamisnya loyal di muka, maka wanita itu benar, dan Yusuf termasuk orang-orang pendusta. Dan jika baju gamisnya loyal di belakang, maka wanita itulah yang dusta dan Yusuf termasuk orang-orang yang benar. Ketika suami wanita itu melihat baju gamis Yusuf loyal di belakang, ia berkata: ‘Sesungguhnya kejadian itu adalah di antara tipu dayamu. Sesungguhnya tipu dayamu adalah besar”.
Wanita ini telah menuduh Yusuf a.s. berbohong demi membebaskan dirinya dari kehinaan. Akan tetapi Allah telah membebaskan Yusuf a.s. dari segala tuduhan bohong tersebut.
5. Mencemooh dan mengolok-olok orang lain
Karena kebodohan orang kafir dan ketidak mampuannya untuk menundukkan mu’minin dengan argumen dan dalil yang kuat, maka untuk menutupi kelemahannya ini mereka mencemooh dan memperolok-olokkannya. Dalam hal ini Allah berfirman: “Kehidupan dunia dijadikan indah di mala orang-orang kafir, dan mereka memandang hina kepada orang-orang yang beriman”.
Ini adalah salah satu sifat orang kafir di setiap masa dan tempat. Ia selalu mencemoohkan orang-orang saleh dan menuduh mereka bodoh, terbelakang dan ortodoks.
Sebagai contoh, ketika Allah memerintahkan Nabi Nuh a.s. untuk membuat kapal laut, melihat beliau sebagai tukang kayu, orang-orang kafir terheran-heran dan mencemoohnya. Berkenaan dengan realita sejarah ini Allah berfirrnan: “Dan mulailah Nuh membuat bahtera.
Dan setiap kali sekelompok dari kaumnya berjalan melewatinya, mereka mengejeknya. Nuh berkata: ‘Jika kalian mengejek kami, maka kamipun akan mengejek kalian sebagaimana kalian mengejek kami”.
Penduduk Madyan tidak beriman kepada Allah dan menyembah selain-Nya. Kebiasaan mereka ketika mereka menjual barang, adalah curang dalam timbangan. Oleh karena itu, Allah mengutus rasul-Nya, Syu’aib a.s. untuk mengajak mereka menyembah-Nya, meninggalkan kebiasaan jelek itu, berbuat adil dan mengingatkan mereka akan akibat buruk kezaliman.
Sebagai jawabannya, mereka menolak ajakan itu dan mencemoohkannya. Dalam kaitannya dengan hal ini, Allah berfirman: “Mereka berkata: ‘Wahai Syu’aib, apakah shalatmu menyuruhmu agar kami meninggalkan apa yang disembah oleh bapak-bapak kami atau kami berbuat sesuka hati kami dengan harta-harta kami?”.
Sikap semacam inilah yang menyebabkan mereka kehilangan kesempatan untuk mendapat petunjuk. Karena setiap mereka mendengar nasehat dari seseorang, mereka akan menafsirkannya secara negatif dan mencemoohkannya.
Dalam sebuah ayat Allah mengutarakan kemunafikan mereka seraya berfirman: “Dan ketika mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka berkata: ‘Kami beriman’, dan ketika mereka kembali kepada syetan-syetan mereka, mereka berkata: ‘Sesungguhnya kami sependirian dengan kalian. Kami (melakukan itu) hanyalah demi mengolok-olokkan (mereka)”.
6. Bangga diri dan sombong
Bangga diri dengan kekuatan dan enggan menerima kebenaran adalah karakter utama orang kafir. Mereka terlena, lalai dan lupa akan amarah Allah yang dahsyat, sehingga mereka menyangka bahwa kekuatan yang mereka miliki tidak akan musnah dan sima. Alquran mengejek rasa bangga dan mimpi-mimpi indah mereka ini. Allah berfirman: “Atau siapakah dia yang menjadi tentara bagimu yang akan menolongmu selain Allah Yang Maha Pemurah? Orang-orang kafir itu tidak lain hanyalah dalam keadaan tertipu”.
Oleh karena itu, ketika orang-orang yang beriman membuktikan kehampaan impian mereka dan akan sirnanya kekuatan yang mereka miliki itu, mereka tidak mau terima dan menentang hal itu. Dalam kaitannya dengan hal ini, Allah berfirman: “Sebenarnya orang-orang kafir itu selalu sombong dan menciptakan permusuhan”.
Berkaitan dengan karakter yang dimiliki oleh orang kafir ini, kisah orang yang memiliki dua kebun besar adalah salah satu contoh indah yang terdapat di dalam Alquran.
Ia adalah orang kaya yang terlena oleh kekayaan yang dimilikinya. Ia selalu membanggakan dirinya dengan harta dan pembantu-pembantu yang dimilikinya di hadapan kawannya yang mu’min dan miskin.
Dari cara penyampaian kisah itu dapat dipahami bagaimana syetan berhasil membuai orang-orang kaya dan menjerurnuskan mereka ke lembah kehancuran, dan bagaimana iman meninggikan orang-orang mu’min dan menjanjikan kepada mereka kesejahteraan di dunia dan akherat.
Perhatikanlah kisah berikut ini. “Dan berikanlah kepada mereka (mu’minin dan kafirin) perumpamaan dua orang laki-laki. Kami berikan kepada salah seorang dari mereka (yang kafir) dua petak kebun anggur. Kami kelilingi kedua kebun tersebut dengan pohon-pohon karma dan di antara dua kebun tersebut Kami buatkan ladang. Kedua petak kebun itu menghasilkan buah dan buahnya tidak kurang sedikitpun. Di celah-celah kedua petak kebun tersebut Kami alirkan sungai. Pemilik kebun itu memiliki kekayaan yang besar.
Maka ia berkata kepada kawannya (yang mu’min ) ketika ia bercakap-cakap dengannya: ‘Hartaku lebih banyak dari hartamu dan pengikut-pengikutku lebih kuat’. Dan ia memasuki kebunnya sedang ia zalim terhadap dirinya. Ia berkata: ‘Aku yakin kebun ini tidak akan binasa selama-selamanya dan aku tidak mengira kiamat itu akan datang. Dan jika sekiranya aku dikembalikan kepada Tuhanku, pasti aku akan mendapat tempat kembali yang lebih baik dari kebun-kebun ini’. Kawannya (yang mu’min) berkata kepadanya: ‘Apakah kamu kafir kepada Allah yang telah menciptakanmu dari tanah, kemudian dari setetes mani, lalu ia menjadikanmu seorang laki-laki yang sempurna? Akan tetapi aku (percaya bahwa) Dialah Allah Tuhanku dan aku tidak mempersekutukan seorangpun dengan Tuhanku. Dan mengapa ketika kamu memasuki kebunmu kamu tidak mengatakan masya-Allah, tidak ada kekuatan kecuali dengan (pertolongan) Allah? Jika kamu anggap harta dan anakku lebih sedikit dari (harta dan anak)-mu, maka mudah-mudahan Tuhanku akan memberikan kepadaku apa yang lebih baik dari kebunmu, dan mengirimkan ketentuan (petir) dari langit kepada kebunmu sehingga kebun itu rata dengan tanah, atau airnya surut ke dalam tanah yang kamu tidak akan dapat menemukannya lagi’. Dan harta kekayaannya binasa, lalu ia membolak-balikkan kedua telapak tangannya (tanda menyesal) atas segala harta yang ia belanjakan untuk itu semua. Pohon-pohon (kebunnya) roboh bersama para-paranya dan ia berkata: ‘Aduhai, kiranya dulu aku tidak mempersekutukan seorangpun dengan Tuhanku!’ Dan tidak ada lagi baginya kelompok yang menolongnya selain Allah, dan ia sekali-kali tidak akan dapat membela diri”.