Menjadi Tamu Allah di Bulan-Nya
Bertepatan dengan riwayat-riwayat dari Rasulullah Saww. yang agung bahwa seluruh hamba-hamba Allah Swt. akan menjadi tamu Allah pada bulan Ramadhan yang berkah itu.
Rasulullah Saww. bersabda:
“Wahai manusia sesungguhnya akan datang kepada kamu bulan Allah dan sesungguhnya kamu diseru kepadanya menjadi tamu Allah”.
(Wasail Jilid 2, hIm. 227)
Apakah yang saudara lakukan dalam hari-hari pada bulan ini seperti yang telah diterangkan, berfikir dan memperbaiki diri dengan menghadap sepenuhnya kepada Allah yang menjadi Penciptamu. Hendaklah saudara meminta ampunan dari Allah dari kesalahan yang saudara lakukan dan sekiranya saudara dapati bahwa diri saudara telah melakukan dosa besar, maka tidak ada pilihan lain melainkan bertaubat kepada Allah, niscaya Allah akan melapangkan kepada saudara. Terpulanglah kepada saudara kalau ingin melahirkan sifat dendam, mengumpat, menuduh. Mengadu domba atau perbuatan dosa apapun pada bulan yang mulia ini. Tetapi seandainya saudara berbuat demikian berarti saudara telah melakukan kejahatan dan kesalahan sebagai tamu. Dan sekiranya saudara mencemaskan diri dengan maksiat yang keji berarti telah mencemarkan kedudukan sebagai tamu Allah Swt.
Oleh sebab itu, sekiranya saudara diseru untuk menjadi tamu Allah, maka hendaklah saudara mempersiapkan diri menghadapi undangan yang agung ini. Mestilah saudara menghiasai diri dengan adab kesopanan, sekurang-kurangnya dari segi gambaran lahiriah. Tetapi adab kesopanan yang hakiki adalah dengan sungguh-sungguh melalui kelelahan dan kesulitan.
Berpuasa bukanlah berarti menahan diri dari makan dan minum semata-mata. Apa yang menjadi kewajiban juga dalam berpuasa ini adalah menjauhi segal a maksiat. Ini merupakan adab sopan yang utama dalam melaksanakan perintah berpuasa yang dikatakan pada perintah awal tadi, yaitu melakukan pendidikan ruhani. Adapun sudah tentu mereka harus memiliki peradaban yang lebih tinggi lagi.
Karena sekurang-kurangnya saudara berpegang dan beramal dengan adab yang utama ini, yaitu menahan diri dari melakukan maksiat dengan menjaga lidah dari mengumpat, kekejian, menuduh, dusta dan berkata-kata tentang perkara-perkara yang buruk serta sekaligus mengeluarkan dari hati sifat dengki dan dendam serta sifat keji yang lain.
Di samping itu hendaklah saudara tidak mengambil keputusan yang benar-benar selain daripada Allah, yaitu dengan membersihkan amal dari sifat riya’ atau menampakkan kelebihan. Hendaklah saudara musnahkan sama sekali sifat-sifat untuk mencari keuntungan dan bermuka kepada yang lain selain dari Allah, seperti syaitan, jin dan manusia.
Tetapi kita nampaknya terlalu jauh untuk menjadi golongan yang sampai ke tahap keimanan yang tertinggi, mencapai tahap berpuasanya seorang yang menjauhkan diri dari dosa. Sekiranya keadaan seperti ini tidak bisa, niscaya puasanya tidak diterima oleh Allah dan tidak terangkat ke hadirat-Nya. Sebab amal yang diterima oleh Allah adalah bukan sekedar sahnya saja dari segi syariat, tetapi lebih jauh dari itu.
Jika saudara telah melalul bulan Ramadhan tetapi tingkah laku dan perjalanan hidup tidak jauh berubah seperti sebelum kedatangan bulan Ramadhan, maka ketahuilah bahwa saudara belum menerima seruan dakwah seperti yang dikehendaki dan belum memenuhi tuntutan menjadi tamu Allah Yang Maha Agung. Ketahuilah bahwa bulan Ramadhan adalah bulan Allah, yaitu ketika pintu-pintu rahmat Allah terbuka lebar dan manakala syaitan yang terkutuk itu dipasung dan diikat terbelenggu.
Seandainya saudara tidak berusaha mendidik diri dan ruhani pada bulan ini dan jika tidak menolak tuntutan-tuntutan hawa nafsu yang menyeleweng itu. Maka betapa sulitnya membiarkan kesempatan yang terbuka itu niscaya tidak akan mengambil faedah-faedah yang tertinggi dari wadah keimanan yang agung dan melimpah ruah itu.
Oleh karena itu, persiapkanlah diri dengan melawan desakan syaitan sebelum kedatangan bulan Ramadhan, karena apabila berada pada bulan tersebut dalam keadaan syaitan terikat dan terbelenggu, sedangkan saudara masih melakukan perangai dan tindakan buruk, niaka tidak akan ada peluang sebaik itu lagi bagi saudara.
Sesungguhnya manusia telah sampai ke suatu tahap memiliki dosa dan maksiat yang banyak adalah akibat dari kebiasaan yang senantiasa mengikuti bisikan dan keraguan yang dibawa oleh syaitan. Selanjutnya, mereka yang bersikap demikian adalah karena terlalu dikuasai oleh kesesatan dan kejahilan yang meliputi hatinya. Boleh dikatakan bahwa celupan (sibghah) syaitan telah menyerap segenap jalan hidup dan tindak-tanduknya.
Sesungguhnya sibghah syaitan itu bertentangan dengan sibghah Allah. Akibat tiadanya celupan Allah membawa mereka mengikuti hawa nafsu yang serakah, oleh sebab itu sekurang-kurangnya menjadi kewajiban terhadap diri sendiri untuk memperhatikan diri sendiri dengan sungguh-sungguh pada bulan ini. Dalam waktu yang sama menjadi kewajiban atas saudara untuk menjauhkan diri dari perkataan dan perbuatan yang tidak diridhai Allah Swt.
Pada hari ini, dalam majelis ini hendaknya kita berikrar kepada Allah dan mengambil keputusan dari janji untuk tidak mengumpat, tidak menggunjing dan tidak memburuk-burukkan atau menyinggung perasaan salah seorang dari kita. Pada bulan ini hendaklah saudara menguasai lidah, mata, tangan dan telinga saudara serta membimbingnya. Perhatikanlah amalan dan perkataan saudara. Mudah-mudahan dengan kesungguhan perhatian ini menjadi faktor terpenting untuk mendapatkan pertolongan rahmat dan kasih sarang Allah.
Semoga hasil dari pelaksanaan amalan suci sepanjang bulan Ramadhan dan sepanjang terbelenggunya syaitan, dapat membentuk diri menjadi orang yang saleh dan syaitan tidak dapat lupa memperdaya dan menimbulkan keraguan sedikit pun terhadap saudara. Sungguh saya menekankan titik persoalan yang penting ini. Bersungguh-sungguh beramal dengan tujuan hendak melaksanakannya, serta memperhatikan perkataan yang memang ingin saudara katakan atau sesuatu yang ingin saudara dengar berdasarkan hukum Islam.
Semua ini merupakan adab sopan berpuasa yang utama dan hendaklah menghiasi diri dengannya. Jika saudara melihat seseorang yang mencoba membuat fitnah di antara satu dengan yang lain, maka damaikanlah di antara keduanya dan katakanlah kepadanya, “Kita diperintahkan agar menjauhkan diri dari perkara-perkara yang haram pada bulan ini”, sekiranya saudara tidak mampu mencegahnya, maka tinggalkan mereka. Sebab umat Islam harus meluruskan apa yang terjadi di sekeliling mereka.
Barangsiapa yang tidak memperbaiki umat Islam dengan tangan, lidah dan matanya, hal ini menunjukkan ia bukan lagi seorang muslim yang sebenarnya, tidak lebih hanyalah dari segi lahirnya saja tetapi tidak secara keseluruhannya. Dia hanya berkata, “Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan melainkan Allah....” tanpa berpegang teguh memenuhi tuntutan LA ILAHA ILLALLAH. Imam Ja’far ash-Shadiq as. Berkata, “Rasullah Saww. bersabda yang artinya: Ketahuilah, akan aku kabarkan kepadamu bagaimana seorang mukmin itu dapat disebut mukmin yaitu dengan memperbaiki keadaan masyarakat dengan diri dan harta mereka.
Ketahuilah, akan aku kabarkan kepadamu tentang seorang muslim? Adalah siapa saja yang membawa keselamatan kepada manusia dengan tangan dan lidahnya.” (Sanatul Bihar)
Oleh karenanya, jika saudara mencoba untuk menjatuhkan harga diri atau memburuk-burukkan seseorang di antara kaum muslimin, niscaya Allah tidak akan memberi kelowongan dan kemudahan kepada saudara. Adalah sangat tidak baik apabila mengumpat atau menodai kehormatannya, karena semestinya saudara mengetahui bahwa saudara sedang berada di perantauan menuju Allah Swt. dan sedang berhadapan dengan hidangannya yang suci, Sadarlah bahwa saudara sedang menjadi tamu Allah dan dalam waktu yang sama saudara tidak sopan kepada hamba-hamba-Nya di hadapan Allah. Karena dengan menghina hamba-hamba Allah itu sebenarnya sama dengan menghina Allah (Yang Menciptakannya),
Sebenarnya orang-orang tersebut adalah hamba-hamba Allah, terutama apabila mereka berada di atas jalan keimanan, ilmu pengetahuan dan takwa. Janganlah saudara membiarkan dosa itu bertambah. Karena akibatnya terlalu berbahaya. Sebab manusia sering membiarkan dirinya melakukan dosa-dosa akan ditimpa akibat buruk, kelak ketika menghadapi kematian, ia akan mendustakan Allah dan mengingkari ayat-ayat-Nya.
Allah berfirman:
“Kemudian, kejahatan akibat yang menimpa orang-orang yang mengerjakan kejahatan. lantaran mereka mendustakan ayat-ayat Allah dan mereka memperolok-olokkanya”.
(QS. ar-Ruum. 30: 10)
Inilah natijah (kesimpulan) buruk dan membiasakannya tidak saja menimbulkan kerusakan, tetapi membawa kehancuran seluruhnya. Prasangka buruk, mengumpat, mencela, dan menghina seorang muslim adalah bertolak belakang dengan garis ini. Inilah maksiat yang meliputi hati seseorang sehingga ia berkembang, menguasainya dan akhirnya menjadikan kepekatan hati hingga kejam. Keadaan ini akan menghalangi untuk mengenal Allah dengan penuh keimanan. Sehingga akhirnya dia akan mengingkari Allah, kebenaran, iman serta mendustakan ayat-ayat Allah Swt.
Dipetik dari sebagian riwayat yang mengatakan bahwa amalan-amalan kita kelak akan dibeberkan dihadapan Rasulullah Saww.
Maka ketika beliau melihat amalan-amalan saudara, beliau mendapati bahwa kesalahan-kesalahan dan dosa lebih menonjol. Alangkah keadaan ini sangat membingungkan beliau. Sesungguhnya ketika Rasulullah melihat daftar kegiatan amalan-amalan yang dipenuhi dengan umpatan, tuduhan, memburuk-burukkan umat Islam serta melihat bagaimana beratnya kecenderungan terhadap dunia juga kebendaan.
Kemudian beliau juga melihat bagaimana keadaan hati saudara yang melukiskan permusuhan, hasut, dengki, khianat dan prasangka buruk. Betapa malunya beliau, karena umatnya tidak mensyukuri nikmat-nikmat Allah.
Sesungguhnya seorang yang mempunyai ikatan dengan saudara walaupun mungkin hanya khadam atau orang suruhan (pelayan) saudara sekalipun, bila dia melakukan dosa atau amalan yang tercela, niscaya akan membawa aib kepada saudara.
Begitu juga dengan saudara, yang mempunyai hubungan dengan Rasulullah. Seandainya saudara memasuki pusar pengkajian Islam, sudah tentu saudara mempunyai hubungan erat dengan pengetahuan Islam, AI-Quran al-Karim dan Rasulullah Saww. Oleh karenanya, seandainya saudara melakukan amalan buruk dan dosa, sudah barang tentu akan menyangkut hubungan dengan Rasulullah, dan tentunya saudara akan dilaknat Allah. Ingatlah, agar sekali-kali janganlah saudara menjadi sebab yang menjatuhkan dan menjerumuskan Rasulullah dan keluarganya yang suci itu.
Sesungguhnya hati manusia itu ibarat cermin yang bersih dan berkilau, karena ia menerima bias dari keadaan dunia serta dosa yang banyak. Oleh karena itu, apabila seseorang mampu melakukan ibadah puasa sekurang-kurangnya dengan niat yang ikhlas dan bersih dari riya’ atau pamer (saya tidak mengatakan tentang semua ibadah yang mensyaratkan keikhlasan dalam melaksanakannya), maka ia telah berhasil mengambil faedah dari bulan Ramadhan yang penuh berkah ini.
Dia telah melakukan ibadah puasa dengan menjauhi keinginan nafsu syahwat dan menjauhkan diri dari kepentingan lain selain dari Allah. Dengan demikian, ia telah melakukan ibadah puasa sebagaimana yang dituntut oleh Islam. Seseorang yang telah berbuat demikian, akan mendapat pertolongan dari Allah, karena ia telah berhasil menolak segala kecemaran dunia dan kegelapan dosa. Mudah-mudahan dengan ini menjadi sebab seseorang terhindar dari dunia dan kelezatannya yang melalaikan, lebih-lebih lagi dengan datangnya malam Lailatul Qadar, menyebabkan ia akan menjadi hamba pilihan Allah yang terpancar dalam dirinya cahaya hidayah yang hanya dapat dicapai oleh para wali dan orang-orang berimap serta suci.
Sesungguhnya ganjaran hakiki dari ibadah puasa adalah sebagaimana firman Allah (dalam hadis Qudsi) yang artinya:
Berpuasa itu adalah untuk-Ku dan Akulah yang akan memberi ganjarannya.
Adapun apabila seseorang ingin menjadikan nilai puasanya hanyalah sekedar mulutnya tidak kemasukan makanan, padahal mulut masih terbuka dalam mempuat fitnah dan mengumpat. Sementara malam-malam Ramadhan hanya untuk memenuhi perut dengan makanan dan melakukan perbuatan hina dengan mengumpat dan memfitnah sepanjang waktu serta melakukan penghinaan terhadap orang-orang beriman, niscaya sia-sialah puasanya dan tak mendapat faedah sama sekali. Malahan dia telah tercemar sebagai tamu Allah dan hilanglah haknya untuk menikmati rahmat yang dikaruniakan oleh Allah kepada manusia.
Allah telah memberikan karunia-Nya kepada umat manusia sebelumnya dengan berbagai jalan dan hal-hal yang memberi faedah kepada manusia. Allah telah menyediakan jalan untuk mencapai kesempuranaan dengan mengutus para anbiya’ as. serta menurunkan kitab-kitab suci (samawi) yang bertujuan untuk mengantarkan manusia kepada martabat yang agung dan cahaya yang bersinar. Allah juga telah mengaruniakan upaya kemanusiaan, akal, pencapaian dan berbagai kemuliaan kepada Bani Adam.
Baiklah, bila Allah Maha Agung yang telah mengaruniakan kepada kita nikmat-nikmat dan menyerukan kita menjadi tamu-Nya pada bulan penuh berkah ini, sementara kita menerima amalan-amalan yang buruk? Adakah benar sementara kita menghadapi dan menikmati hidangan Allah yang disediakan itu kemudian kita ingkar dan berlaku curang.
Logiskah jika kita bersikap demikian sementara berbagai persiapan disediakan kepada kita untuk menerima hidayah Allah?
Amalan-amalan anda akan dibentangkan. Ketika ia melihat sesuatu perbuatan maksiat, itulah hal yang menjelek-jelekkannya. Maka, janganlah menjelek-jelekkan Rasulullah Saww. dengan berbuat buruk, maksiat kepada-Nya!
Tidak bolehkah seseorang disebut kafrun ni’mah apabila seseorang melakukan perbuatan kriminal, perbuatan jahat dan kekejian, sementara ia berada dalam majelis dan hidangan Allah? Semestinya seorang tamu mengetahui benar-benar, sekurang-kurangnya kedudukan tuan rumah atau yang mengundangnya, dengan sopan santun sebagai para undangan kehormatan. Amat wajar baginya untuk berhati-hati agar tidak menimbulkan tindakan yang bertentangan dengan akhlak dan aturan-aturan. Karenanya tamu Allah wajib mengetahui maqam atau kedudukan Allah Yang Maha Besar, yang memiliki Kemuliaan dan Kebesaran. Kedudukan inilah yang menyebabkan para Nabi as. dan pengikutnya berusaha meningkatkan ma’rifat atau pengenalannya kepada Allah dengan pemahaman yang sempurna. Senantiasa mereka berharap agar sampai kepada perbendaharaan yang agung, seperti permohonan berikut ini:
“Dan sinarilah penglihatan hati kami dengan cahaya yang menuju kepada-Mu, sehingga penglihatan hati kami membakar penutup cahaya ini dan menyampaikan (kami) kepada perbendaharaan yang agung”.
Sesunguhnya tamu-tamu Allah akan memasuki perbendaharaan yang agung dan memanggil hamba-hamba serta para undangan-Nya untuk berusaha mencapai tahap pencapaian yang tinggi, dengan menyertai seruan ini dan menghadiri undangan-Nya sebagai hamba-hamba dan tamu-Nya yang baik. Allah senantiasa menyeru hamba-hamba-Nya untuk memperbanyak amalan kebaikan dan kelezatan ruhani, untuk itu jika hamba-hamba-Nya tidak mempunyai kepribadian dan sikap yang sedemikian, walau ia turut serta dalam kancah kebenaran. Bagaimana mungkin dia dapat menghadiri undangan di hadapan Allah yang merupakan perbendaharaan yang agung.
Hamba-hamba Allah hendaklah berpartisipasi dalam undangan ini dengan segala upaya ruhaniah yang ada padanya. Mereka tidak boleh menghadiri undangan ini dengan berakhlak buruk dan hina serta melakukan maksiat, baik secara terang-terangan maupun tersembunyi. Maka perintah Allah memerlukan kepada usaha untuk mempersiapkan rencana yang mantap. Tidak mungkin seseorang dapat mencapai pengertian ini jika masih diselimuti oleh dosa-dosa dan dengan hati yang masih dikuasai oleh maksiat serta kekejian. Karena seseorang yang bersikap demikian itu, kezaliman akan menutup di antara dia dan kebenaran itu sendiri.