• Mulai
  • Sebelumnya
  • 14 /
  • Selanjutnya
  • Selesai
  •  
  • Download HTML
  • Download Word
  • Download PDF
  • Pengunjung: 3738 / Download: 1767
Ukuran Ukuran Ukuran
Pesan Sang Imam (bagian9)

Pesan Sang Imam (bagian9)

pengarang:
Indonesia

Buku Ini di Buat dan di teliti di Yayasan Alhasanain as dan sudah disesuaikan dengan buku aslinya

PESAN SANG IMAM

(Bagian 9)

Penerjemah : Tim AI-Jawad

Penerbit : AI-Jawad Publisher

Tahun Penerbitan : Shafar 1421 H/Mei 2000 M

Khomeini, Ruhullah al-Musawi

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur kepada Ilahi Rabbi yang dengan izinnya, saya dapat menyelesaikan penyusunan buku ini. Shalawat serta salam saya haturkan kepada junjunganku Rasulullah Saww beserta Ahlibaitnya yang disucikan, karena dengan bimbingan mereka telah memberikan jalan lurus kepada Sumber Pencipta.

Sebelumnya saya meminta maaf, karena buku ini hanyalah merupakan kumpulan khutbah-khutbah maupun tulisan Imam Khomeini yang dipilih dan dipilah dari beberapa buletin Islam, jurnal-jurnal lslam dan referensi-referensi lain. Dengan demikian, ini bukanlah karya utuh beliau. Akan tetapi, benang merah yang terjalin dalam pikiran-pikiran Sang Matahari Persia ini tetaplah akan memberikan citra beliau sebagai insan yang sempurna. Meskipun sedikit.

Besarnya kecintaan saya -untuk sekadar mewakili para pembela keadilan dan penegak kebenaran- kepada Imam Khomeini atas segala perjuangan dan pengorbanan yang dilakukannya dalam menegakkan Islam di tengah-tengah kezaliman abad ini memotivasi saya memberanikan diri menyusun buku ini. Sekadar mempublikasikan kepada khalayak ramai mengenai perjuangan Imam Khomeini agar kita dapat bercermin dan mengambil hikmah serta mengaplikasikannya dalam kehidupan kita untuk menegakkan Islam selaku umat Rasul dan para Imam suci.

Ucapan terima kasih sedalam-dalamnya saya ucapkan kepada Yayasan AI-Jawad berkenaan dengan penerbitan buku ini; kepada ustadz Husein Alkaff, dan rekan-rekan staff AI-Jawad yang senantiasa membantu baik secara moral maupun spiritual. Khususnya terimakasih saya ucapkan sedalam-dalamnya kepada isteri dan anak saya tercinta Muhammad Mahdi Ruhullah, yang selalu memberikan dorongan untuk segera merampungkan buku ini.

Saya mohon maaf sebesar-besarnya kepada para penerjemah dan beberapa penulis khutbah Imam Khomeini yang saya ambil dari beberapa buku, karena tidak meminta izin atau permohonan sebelumnya untuk memuat khutbah-khutbah Imam. Saya semata-mata ingin menampilkan sosok Imam Khomeini dari berbagai sudut pandang perjuangan dan pengorbanan dengan keterbatasan sumber pustaka yang saya miliki.

Harapan saya yang utama adalah mudah-mudahan buku ini bisa membuka wawasan baru kepada umat Islam, khususnya para pemuda, yang memiliki ghirah tinggi sehingga mampu mengambil hikmah dari sejarah yang baru saja terjadi di abad XX.

Imam Khomeini adalah sosok yang sesuai sekali dengan gambaran Imam ‘Ali as. yaitu sebagai: “Orang yang menarik dan menolak”. Di satu sisi dia disanjung dan dicinta karena dia berada pada satu jalan baik keyakinan maupun prinsip-prinsipnya. Namun di lain pihak juga ditolak oleh kelompok-kelompok yang tidak sesuai dengan pinsip dan keyakinannya. Imam Khomeini sangat mencintai kebenaran dan amat murka terhadap kezaliman. Hal ini dapat kita ketahui dari khutbah-khutbahnya.

Terakhir, saya mohon maaf atas ketidaksempurnaan buku ini dan berharap para pembaca budiman bisa menyempurnakannya dengan buku-buku sejenis. Semoga ikhtiar kecil ini mulia di hadapan Allah dan diridhai Hazhrat Shahibuzzaman afs.

Bandung, Muharram 1420 H/Mei 1999 M

Sandy Alison

SEKAPUR SIRIH

Oleh : Husein Alkaff

Imam Khomeini, Siapa dia?

Sejak runtuhnya khilafah (imperium) Otsmaniyah di Turki, tepatnya setelah perang dunia pertama tahun 1919. Negara Turki secara drastis menjadi negara sekuler pertama di negeri-negeri Islam dibawah pimpinan seorang budak Zionis-Yahudi, Mushthofa Kamal Attaturk. Konsekuensi dari tegaknya pemerintahan sekuler adalah jilbab diharamkan, huruf Arab diganti dengan huruf latin, kumandang adzan yang berpahasa Arab dirubah dengan bahasa Turki dan kebijakan-kebiajakan lainnya uhtuk menghilangkan ciri-ciri Islami dari dataran pantai Meditarian dan pesisir Kaspia. Seorang orientalis kontemporer, John L. Esposito berkata, “Semenjak tahun 1924 sampai kepada wafatnya pada tahun 1938, Mustafa Kemal melaksanakan rangkaian pembaharuan yang bersifat sekuler, yang secara tuntas menciptakan negara bercirikan pemisahan agama dan politik sepanjang kelembagaan. (Islam dan Politik, hal. 133)

Sejak itu, nasib kaum muslimin makin terpuruk. Karena tidak ada imperium Islam yang kuat setelah itu. Wilayah kaum muslimin yang terbentang dari Tanja (Maroko) sampai Jakarta (Indonesia) yang meliputi benua hitam Afrika, Timur Tengah, Asia Tengah dan beberapa dataran Eropa, seperti Albania, Bosnia, Sayajevo dan Ciprus, sampai Timur Jauh (negara-negara Asia Tenggara) menjadi wilayah kolonial bangsa Eropa. Negara-negara mereka bak kue lezat yang diperebutkan dan dibagi-dibagi oleh bangsa-bangsa Eropa yang telah lama menyimpan rasa dendam dan kebencian terhadap Islam. Saya teringat dengan ucapan guru saya yang sangat saya cintai, almarhum ustadz Husein bin Abubakar Alhabsyi, dihadapan beberapa santrinya, “Lihatlah benua Afrika (sambil menunjukkan benua Afrika dalam peta dunia) yang berwarna warni dan compang-camping. Itu adalah peninggalan kaum kolonialis Eropa”. Maksud beliau, negara-negara di Afrika yang tadinya satu dibawah dominasi Turki kemudian dijajah oleh bangsa-bangsa Eropa (Inggris, Italia dan Perancis) terpecah menjadi negara-negara yang kecil.

Terdapat usaha-usaha dari kaum muslimin untuk bangkit menghadapi dominasi Eropa. Sayyid Jamaluddin Asad Abadi (atau AI-Afghani) dengan semangat Pan-Islaminya berkeliling ke negeri-negeri Islam dan berupaya menggugah para pemimpin dan ulama Islam untuk bersatu melawan barat dan para pemimpin Islam yang terbaratkan. Kesadaran kebangkitan Islam juga muncul dari tokoh-tokoh lain seperti Abula’la al-Maududi, Hasan al-Banna, Iqbal Lahore dan yang lainnya. Mereka menjadi kekuatan yang cukup ditakuti oleh para lawan. Meski, mereka tidak berhasil menegakkan pemerintahan Islam yang independen. Apalagi gerakan-gerakan yang mereka pimpin itu surut setelah ditinggalkan oleh para pendirinya.

Memang hampir di setiap zaman dan negeri Islam terdapat gerakan-gerakan yang ber-amar makruf - nahi munkar. Namun semua itu tidak banyak merubah penetrasi Barat di negeri mereka. Sebagian darinya terbatas dengan teritorial negeri mereka, yang lain sebatas penyadaran spirit Islami dan yang lain lagi hanya merubah kedewasaan berpikir saja. Dunia Islam secara umum dirundung rasa frustasi. Harapan untuk bangkit menampakkan identitas diri makin jauh dan kabur.

Di tengah kelesuan dan pudarnya harapan, dunia Islam dikejutkan dengan revolusi Islam Iran pada tahun 1979, yang secara radikal dan total merubah tatanan politik Iran, dalam maupun luar negeri Iran. Dominasi Barat (baca: Amerika) yang begitu kuat hilang serta merta tanpa bekas sama sekali. Sistem pemerintahan Pahlevi yang monarkis tumbang. Imam Khomeini ra. dengan revolusi yang spektakuler ingin menyatakan kepada dunia bahwa Iran yang Islami bisa hidup tanpa bersandar pada dua kekuatan besar dunia, Amerika Serikat dan Uni Soviet (laa syarqiyyah laa gharbiyyah). Dia menganggap Amerika Serikat sebagai si Setan Akbar, yang rakus dalam menguasai dunia dengan cara-cara yang licik dari jahat. Yang lebih menarik adalah sistem pemerintahan Iran sangat unik bagi Barat dan kebanyakan politisi dunia. Sistem pemerintahan wilayatul faqih tidak ada dalam kamus politik mereka. Jadi, Imam Khomeini benar-benar merubah sebuah pemerintahan yang tadinya sangat tergantung pada Barat, menjadi sebuah pemerintahan yang secara total lepas dari Barat. Hal itu memberikan wacana baru bagi dunia Islam, dan bahwa di dunia yang mungkin ini tidak ada yang tidak mungkin. Bagi kebanyakan manusia, termasuk di negeri kita juga, bahwa tidak mungkin sebuah bangsa berkembang dan maju tanpa mendekati Barat. Ternyata itu hanya perasaan bangsa yang inferior dan rendah diri. Imam Khomeini ingin menyatakan bahwa kemajuan sebuah negera tergantung kepada Barat itu hanya sekedar mitos yang mengada-ada, dan beliau ingin menghancurkan mitos tersebut. Beliau berkali-kali mengatakan ingin menegakkan Islam Muhammadi yang orisinil. Islam yang belum terkontaminasi dan terkooptasi oleh pemikiran-pemikiran yang membuat Islam kerdil dan tidak relevan dengan dunia modern.

Imam Khomeini ra., sebagai Man of The Year pada tahun 1979, berhasil menumbangkan boneka Amerika, Syah Reza Pahlevi, dan memotong tangan Amerika. Orangpun memujinya dengan menyebutnya sebagai seorang politikus ulung, seorang ulama fakih, seorang filosof dan seorang a’rif (baca: sufi).

Lantas apa yang melatar belakangi keberhasilan Imam Khomeini ra.?

Beliau berhasil menumbangkan rezim yang zalim dan menegakkan pemerintahan Islam bukan karena dia seorang politikus, karena banyak politikus lain yang lebih hebat darinya. Juga bukan karena beliau seorang ulama fakih karena banyak ulama yang barangkali lebih afqah darinya. Juga bukan karena dia seorang filosof dan a’rif, karena banyak filosof dan a’rif tetapi tidak seperti beliau.

Imam Khomeini ra. adalah, seperti yang sering dia katakan olehnya sendiri, hanya seorang santri kecil yang melaksanakan taklif-nya terhadap Allah Swt. B.eliau dalam menjalankan kehidupannya tidak punya cita-cita dan program yang muluk dan shofisticated. Beliau hanya menjalankan perintah Allah Swt. sebaik mungkin dan itu, menurutnya, sebuah keberhasilan. Adapun beliau telah berhasil menegakkan pemerintahan Islam, itu hanya karunia Allah Swt. semata. Beliau tidak pernah mengatakan atau beranggapan, bahwa revolusi Islam berhasil karena usahanya semata. Keberhasilan beliau terletak pada penyerahan dirinya secara total kepada Allah Swt. Sahabat dekatnya dan juga seorang ulama fakih besar, Ayatullah Sayyid Muhammad Baqir Shadr, yang mati syahid, beberapa bulan setelah revolusi Islam di Iran dibunuh oleh rezim Ba’ath di Iraq, pernah memerintahkan kepada para pengikutnya, “Meleburlah kalian di dalam Khomeini sebagaimana dia telah melebur di dalam Islam”.

Keberhasilan dalam pandangan Islam bukan ditilik dari sejauh mana seseorang telah menarik massa yang banyak, membangun sekolah, menduduki pemerintahan dan meraih materi, walaupun memperoleh semacam itu tidak selalu tercela. Karena andaikan itu yang dijadikan sebagai ukuran, maka perjuangan para nabi dan rasul terdahulu dianggap tidak berhasil. Dan Adolf Hitler, Stalin, Lenin dan yang lain berhasil dalam menegakkan pemerintahan dan menarik massa. Keberhasilan dalam pandangan Islam dilihat dari sisi sejauh mana seseorang mengabdikan dan menyerahkan dirinya kepada Allah Swt. Dan itulah tugas manusia. Imam ‘Ali as. disaat kepala sucinya ditebas secara spontanitas berkata, “Demi Tuhannya Ka’bah, aku sungguh telah beruntung”. Mati syahid di atas kebenaran merupakan keberuntungan dan keberhasilan.

Para nabi, rasul, imam dan orang saleh hanya melihat Allah Swt. sebagai target dan tujuan. Mereka terilhami wahyu Ilabi yang berbunyi “Sesungguhnya kepada Tuhanmu perjalanan berujung”. (QS. an-Najm, 53: 42), dan ayat yang lainnya. Keberhasilan dalam bidang materi tidak begitu berarti bagi mereka, dan kegagalan di dalam bidang yang sama juga tidak membuat mereka kecewa. Karena materi tidak lain dari esensi itu sendiri (al-Mahiyyah) yang, dengan meminjam istilah filsafat Transendental (al-Hikmah Muta’aliyah)-nya Mulla Sadra ra., ada dan tidak ada baginya sama” (Iihat, Bidayah al-Hikmah, Allamah Thaba’thabai ra.). Yang mereka cari adalah haqiqat sebagai haqiqat. Keterkaitan mereka dengan materi hanya karena mereka diciptakan di alam materi an sich. Hubungan mereka dengan alam materi sebatas hubungan bagian wujud mereka yang materil. Sedangkan bagian yang non materi tidak bersentuhan dengan materi. Tentang mereka, Imam ‘Ali as. berkata, “Jasad mereka berada di alam dunia, tetapi ruh mereka bergelantungan di tempat yang sangat tinggi”. (al-Hikamah 143, Syarah Nahj al-Balaqhah).

Perjalanan menuju Allah Swt, sebagaimana Imam Khomeini ra. lakukan, merupakan taklif setiap manusia. Amat sangat indah, filosof Ilahi Muhammad Shadruddin al-Syirazi atau yang lebih dikenal dengan Mulla Sadra dalam karya monumentalnya, al-Hikmah al-Muta’aliyah fi al Asfaar al Aqliyyah al Arba’ah, menjabarkan perjalananmenuju Allah Swt. dalam empat tahapan. Beliau dalam kata pengantarnya mengatakan, “Ketahuilah, sesungguhnya para pesuluk dari kalangan ‘urafa dan auliya’ mempunyai empat perjalanan: pertama, perjalanan dari makhluk menuju al-Haq. Kedua, perjalanan dengan al-Haq di dalam al-Haq. Ketiga, kebalikan dari yang pertama, perjalanan dari al-Haq menuju makhluk dengan al-Haq, dan keempat, kebalikan dari yang kedua, perjalanan dengan al-Haq di tengah makhluk”.

Yang dilakukan Imam Khomeini ra. hanya berjalan dan bergerak menuju Allah Swt.dan yang menjadi fokus perhatian beliau adalah perjalanan akal dan ruh, bukan materi, kekuasaan dan popularitas. Untuk mencari materi, kekuasaan dan popularitas tidak diperlukan menempuh perjalanan spiritual. Beliau tidak ingin materi, karena sampai akhir hayatnya pun beliau tidak meninggalkan kekayaan kecuali beberapa jilid buku, karpet yang kusam dan beberapa helai pakaian. Menjadi wali faqih pun bukan karena ambisi kekuasaan, melainkan karena panggilan tanggung jawab dan tugas di hadapan Allah Swt. Seperti halnya Nabi Yusuf as.:“Jadikanlah aku menguasai kekayaan-kekayaan bumi. Sesungguhnya aku orang yang pandai menjaga lagi berpengetahuan”. (QS. Yusuf, 12: 55)

Menurut Ayatullah Jawadi Amuli, seperti yang dikutip oleh Sayyid Kamal al-Haydari dalam kuliah filsafat dan kalamnya di Qum, bahwa Imam Khomeini dalam perjalanan spiritualnya telah sampai di tahapan yang ketiga. Penilaian tersebut, tentu, berlaku bagi orang yang sekelas Imam Khomeini atau orang yang punya kompetensi di bidang ‘irfan.

Sekapur sirih ini tidak ingin lebih jauh menjelaskan tentang Imam Khomeini ra., karena beliau adalah cahaya. Cahaya (nur) itu jelas dengan dirinya sendiri tanpa bantuan yang lain. Untuk mengetahui cahaya hanya diperlukan membuka mata. Karya-karya tulisnya, muri,d-muridnya dan revolusi yang beliau pimpin adalah kredit point yang tidak bisa diabaikan begitu saja. Namun, beliau besar bukan karena orang-orang yang membesarkannya, dan beliaupun tidak merasa besar dengan itu. Beliau besar dengan Sang Maha Besar. Beliau besar karena pengabdiannya kepada Sumber Kebesaran.

Bandung, 5 Shafar 1421 H/9 Mei 2000 M

Wassalam,

Husein Alkaff

PENGANTAR PENERBIT

Ayatullah Ruhullah al-Musawi al-Khomeini adalah sosok agung yang muncul pada abad XX dalam menegakkan agama Rasulullah Saww dan para Imam Suci -‘alaihimussalam- di tengah penindasan dan tirani yang kejam. Revolusi Islam Iran yang terjadi antara tahun 1978 sampai 1979 telah menumbangkan kekuasaan monarki absolut Dinasti Pahlevi, satu rezim terkuat di Dunia Ketiga yangsemuanya dibantu oleh Amerika Serikat dan Inggris. telah berhasil ditumbangkan oleh gerakan rakyat yang dipimpinnya.

Tidaklah mengherankan kalau hal ini menjadi pembicaraanyang banyakdan menyeluruh di seantero dunia, dan menjadi penelitian penting bagi pakar sosial politik karena sangatlah di luar dugaan, ulama yang sudah tua dan selalu berada di pengasingan dapat menumbangkan rezim yang sangat absolut dan totaliter, kemudian menggantinya dengan Republik Islam. Perbedaan yang sangat bertolak belakang di mana Iran prarevolusi bisa disebut sebagai negara sekuler. maka Iran pascarevolusi bisa disebut sebagai negara teo-demokrasi yang sangat didominasi oleh kaum Mullah (Ulama Syi’ah).

Revolusi Islam merupakan hasil dari proses akumulasi ketidakadilan rakyat Iran terhadap kebijakan-kebijakan Syah di segala bidang baik ekonomi, politik, agama, dan sosial budaya. Semua ketidakpuasan itu telah dialami oleh rakyat Iran selama beratus-ratus tahun. Kunci sukses dari Revolusi Islam Iran adalah : (i) di satu sisi terbentuknya persatuan di antara kelompok-kelompok penentang Syah, baik berpaham nasionalis dan Islamis; (ii) di sisi yang lain muncul Sang Imam yang dapat menyatukan mereka semua menjadi kekuatan besar dan tak dapat dibendung oleh penguasa tiran. Hal ini besar kemungkinan karena tradisi dan ideologi Syi’ah yang sangat kuat berakar di hati rakyat Iran.

Revolusi besar Iran dalam banyak hal memiliki perbedaan-perbedaan dengan beberapa revolusi yang terjadi di dunia. la berbeda dengan gerakan Ikhwanul Muslimin di Mesir yang sangat menitikberatkan kepada pendidikan individu (perorangan), juga berbeda dengan gerakan Jami’ati Islam Pakistan yang menitikberatkan pada tantangan intelektual. Bahkan Revolusi Iran berbeda jauh dengan Revolusi Prancis serta Revolusi Rusia. Revolusi Islam Iran mempunyai sejumlah keistimewaan di antaranya adalah revolusi yang dilandasi pada dasar keagamaan, keyakinan Islamis serta tujuan-tujuan hidup agamais dan Qurani. Juga tidak terlepas dari partisipasi ulama yang sangat bertanggung jawab di seluruh negara yang bertujuan untuk membentuk suatu bangsa Islami.

Perjuangan Imam Khomeini secara umum bertujuan untuk merombak tatanan sosial, politik, dan ekonomi yang sudah berubah 180 derajat dari jalan kebenaran. Penggunaan sistem pemerintahan yang dilandasi oleh konsep Wilayat al-Faqih (perwalian fakih) yang dipublikasikan secara umum oleh Imam, merupakan konsep yang dikembangkan dari keyakinannya. Partisipasi dari kalangan ulama untuk menentukan arah politik di Iran berangkat dari keyakinan bahwa Islam tidak memisahkan antara agama dan politik. Kedua-duanya merupakan satu kesatuan, sehingga peran ulama di kalangan masyarakat tidak hanya sebagai pembimbing ruhani, namun juga sebagai tokoh politik yang menentukan arah bangsa.

Banyak tokoh dunia yang angkat topi dengan Imam, baik itu dari golongan Islam sendiri, Sunni maupun Syi’ah, Bahkan juga rasa kagum dan hormat dari orang-orang luar Islam. Tak terkecuali kalangan orientalis pun kagum atas kepribadian beliau. Kepribadian yang dimiliki Imam begitu bersahaja. Kesederhanaannya telah melekat mendarah daging. Namun keteguhan sikap serta ketegarannya dalam menentang kezaliman merupakanteladan yang patut dicontoh bagi semua tokoh Islam yang menginginkan kebebasan bangsanya dari penindasan dan ketidakadilan. Orang mengira dengan menguasai Iran secara keseluruhan Imam Khomeini mendapat keuntungan materi, tetapi semua itu sirna bila kita mengetahui lebih mendalam lagi mengenai sosok beliau. Banyak tokoh tercengang dan seakan tidak percaya ketika melihat kediamannya di Jamaran, Teheran. Rumah sederhana yang luasnya tidak lebih dari 100 m2 dan hanya dilengkapi perabot sederhana untuk menunjang kehidupan sehari-hari. Itupun bukan rumah pribadi melainkan rumah kontrakan.

Begitu banyak teladan mulia dari kepribadian beliau yang tidak dapat kami gambarkan di sini. Akan tetapi pembaca dapat merenungkan kepribadian beliau dari beberapa khutbahnya di buku ini yang bisa Anda tarik sebagai pelajaran yang bermanfaat dalam kehidupan. Walaupun sekarang sudah tidak bersama kita lagi, namun perjuangan dan pengorbanan beliau untuk menegakkan Islam, sangatlah inspiratif dalam memperkukuh semangat juang kaum muslimin selama kita tetap berpegang kepada AI-Quran, Rasulullah dan Ahlibaitnya yang suci.

Begitu banyak cerita yang dapat kita ambil hikmahnya dan manfaatnya dari perjalanan orang-orang suci. Khususnya Rasulullah dan para Imam, juga para wali Allah baik perjuangan dan pengorbanannya. Namun tokoh sejarah yang sudah dicatat yang dekat dengan kita adalah sejarah Imam Khomeini yang masih membekas dalam ingatan kita. Artinya perjuangan seorang hamba Allah, pengikut setia Rasulullah dan Imam Suci dapat menghasilkan pribadi yang agung dan perubahan yang begitu memukau umat manusia. Apalagi sesuatu yang dihasilkan oleh guru sekaligus pembimbing utamanya yaitu RasuJullah dan para Imam Suci, tentulah jauh lebih besar lagi dari apa yang kita lihat pada sosok Imam Khomeini.

Buku ini berisi beberapa khutbah dan wasiat-wasiat Imam Khomeini menjelang wafatnya, yang akan memberikan hikmah kepada kita dalam melaksanakan kebenaran dan menentang kezaliman.

Akhir kata, kami tutup buku ini dengan Bibiografi Imam Khomeini tentang kehidupan dan perjuangannya. Semoga kontribusi kecil ini mampu menggairahkan kembali semangat ber-lslam yang benar di saat bangsa kita dilanda berbagai krisis untuk diteladani perjuangannya dalam menengakkan panji-panji Islam. Amin.

Bandung, Shafar 1421 H/Mei 2000 M

AI-Jawad Publisher

NASEHAT UNTUK KAUM MUSLIMIN

Nasehat Imam Untuk Membina Pribadi Muslim

Ikuti perkembangan umat Islam.

Banyak-banyaklah menelaah berbagai buku (agama, sosial, politik, sains, filsafat, sejarah, sastra dan lain-lain).

Pelajari ilmu-ilmu teknik yang dibutuhkan negara Islam.

Pandanglah fakir miskin dari segi material, dan ulama dari segi spiritual.

Lupakan pekerjaan-pekerjaan baik Anda, dan ingatlah dosa-dosa Anda yang lalu.

Shalatlah yang lima tepat pada waktunya, dan berusahalah shalat tahajiud.

Jangan banyak bicara dan seringlah berdo’a, khususnya doa hari Selasa.

Kurangi waktu tidur dan perbanyaklah membaca AI-Quran.

Pelajari dan perdalamlah ilmu Tajwid dan bahasa Arab.

Sedapat-dapatnya berpuasa setiap hari Senin dan Kamis.

Perhatikan dan tepatilah sungguh-sungguh janji Anda.

Berinfaklah kepada fakir miskin.

Hindarilah tempat-tempat maksiat.

Hindari tempat-tempat pesta-pora dan janganlah Anda mengadakannya.

Berpakaianlah secara sederhana.

Berolahragalah (senam, marathon, dan lain-lain).

Nasehat Kepada Para Penguasa

(Disampaikan pada acara peringatan empat puluh hari

syahidnya Imam Husain (Arba’in), tanggal 22 Safar 1401 H/30 Desember 1980 di Husainiyah Jamaran, Teheran.

Saat menerima rombongan keluarga syuhada dan warga Iran bagian selatan yang mengalami serangan pertama invansi Irak ke Iran) Kadang-kadang seseorang bingung apa yang harus diucapkannya saat menyaksikan pemandangan haru seperti ini. Di hadapan saya terpampang gambar para syuhada dan para keluarga syuhada juga hadir di sini; keluarga syuhada Dizful, sekelompok suku Khuramabad dan warga Khuramabad bahkan sejumlah anak-anak dari wilayah Musawiyah, Teheran. Mereka semua hadir di sini. Menyaksikan pemandangan seperti ini. Apa yang dapat kita ucapkan?

Tapi ini adalah ujian dan merupakan kodrat manusia bahwa selama berada di alam ini selalu mendapat ujian; apakah itu para nabi, auliya’ atau siapa saja. Semuanya tidak akan luput dari ujian dan ujian-ujian itu kadang-kadang dalam bentuk rasa takut, lapar, berkurangnya harta Kekayaan, nyawa, pangan, dan lain sebagainya. Orang-orang seperti kalian yang tinggal di daerah perang Dizful, Ahwaz, Susangard dan sebagainya sudah barang tentu mendapat ujian yang lebih berat ketimbang yang lain. Tapi semua itu adalah ujian dari Allah Swt. buat kalian, dan buat kita semua.

Setiap orang siapapun dia akan menerima ujian. Klaim keimanan Kepada Allah tidak lantas membuatnya lepas dari ujian bahkan para nabi utama dan semua nabi juga menerima ujian. Nabi Ibrahim as. misalnya menerima ujian yang begitu berat. la harus menyembelih anak kandungnya sendiri. Demikian juga yang diterima Sayyidus-syuhada lmam Husain as. dan anak cucunya. Tapi ujian-ujian itu selain dalam bentuk kesulitan hidup dapat juga dalam bentuk kesenangan hidup misalnya: rasa aman, memiliki harta yang banyak, kedudukan yang terh.rmat dan sebagainya. Semua itu adalah ujian dari Tuhan, bahkan ujian dalam bentuk kesenangan hidup ini lebih berat dari kesulitan hidup.

Karena itu, banyak sekali kita saksikan. Ketika menghadapi ujian, orang-orang yang dulunya mengklaim bahwa dirinya beriman ternyata hanya omong besar. Betapa banyak orang yang mengklaim kepahlawanan, bahwa jika tiba saat perang akan berada di baris paling depan tapi ketika perang betul-betul datang dia justru berada paling belakang. Sangat berbeda dengan kalian warga Dizful, Ahwaz, dan Susangard yang telah menghadapi ujian denga kokoh dan kalian telah berhasil.

Gambar-gambar mengharukan yang saya saksikan ini adalah bukti keberhasilan kalian itu. Sungguh suatu kebanggaan besar buat kalian. Allah telah berfirman,

“Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar” (QS. al- Baqarah, 2: 155)

yaitu sabar terhadap bencana yang menimpa mereka dan sabar tatkala,terjadi kekurangan pangan, kehilangan nyawa dan anak-anak. Sungguh, kalian telah menunjukkannya.

Pemuda-pemuda kita yang syahid adalah milik Allah, mereka telah mengorbankan diri mereka di jalan Allah dan mereka telah kembali kepada Allah. “Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raajiun”, sesungguhnya kita adalah milik Allah dan kita akan kembali kepada-Nya.

Ya, memang semua yang dimiliki manusia berasal dari Allah. Kehidupan, anak-anak dan harta kekayaan adalah anugerah Allah yang semua berasal dari-Nya. jika manusia meyakini hal ini, bahwa semuanya adalah titipan Allah, anak-anak adalah titipan Allah, istri adalah titipan Allah, harta adalah titipan, dan semuanya kembali kepada Allah, maka ketika ujian datang kita telah berhasil menghadapinya, seperti para nabi dan auliya’ yang telah berhasil menghadapi ujian dari Allah. Kita akan tergolong dalam kelompok orang-orang yang dikategorikan Allah sebagai,

“Mereka adalah orang-orang yang mendapat shalawat, anugerah, dari Tuhan mereka dan mendapat rahmat. Mereka adalah orang-orang yang mendapat petunjuk”. (QS. al-Baqarah. 2: 157)

Semua orang akan mendapatkan ujian. Para pemimpin negara pun akan mendapat ujian, bahkan ujian yang mereka terima lebih berat dibanding pihak lain. Oleh karena itu, banyak sekali penguasa yang gagal menghadapi ujian. Kita menyaksikan betapa banyaknya para pemimpin negara yang mengaku menghormati Hak Azasi Manusia (HAM), bahkan sebelum sampai posisinya itu, ia mengklaim sebagai pembela HAM dan menuntut pelaksanaan HAM tapi sesudah memperoleh jabatannya yang merupakan ujian dari Allah. la bukan saja memperjuangkan HAM, malah menginjak-injaknya. Dhuafa’ yang ia janjikan bantuan sebelumnya telah disepelekan hak-hak mereka. Orang-orang seperti ini akan mendapat murka dan siksa Allah Swt.

Ujian adalah sesuatu yang pasti. Tapi klaim dan pengakuan saja belum cukup. Klaim atau pengakuan bahwa dia beriman kepada Allah, membela HAM, atau jika menjadi presiden, PM, pemimpin sesuatu, akan melakukan ini dan itu. Klaim dan pengakuan tersebut masih belum cukup tetapi ia harus membuktikannya ketika mencapai semua itu. Jika ia seorang presiden, ia harus membuktikan apakah ia seorang ‘Ali bin Abi Thalib as. yang berkuasa dengan adil dan memperlakukan kaum dhuafa’ dan fuqara’ dengan penuh kasih sarang. Tidak seperti Carter dan Stalin. Sebelum berkuasa, Stalin juga berjanji akan mengabdi kepada umat manusia dan membiarkan mereka hidup bebas, tapi ketika ia berkuasa ia babat semuanya. Carter juga demikian, berjanji akan memberikan kebebasan dan bahwa ia pencinta kemanusiaan tetapi ketika berkuasa, kita semua tahu apa yang dilakukan terhadap kemanusiaan. Juga Saddam, berjanji akan melakukan ini dan itu untuk bangsa Arab, tapi ketika berkuasa ia bantai bangsa Arab dengan cara yang lebih keji dari kaum Mongol.

Inilah ujian, dan tidak ada tempat bagi klaim dalam ujian. Ujian kekuasaan jauh lebih berat dari ujian yang berbentuk anak atau nyawa, dan untuk lulus dari ujian adalah sesuatu yang amat sulit dan berat. Lebih banyak yang gagal ketimbang yang berhasil. Karena itu, setiap penguasa dan para pemilik jabatan, apapun jabatannya, hendaklah menyadari diri bahwa ujian yang mereka hadapi amat berat dan penuh dengan rintangan. Mereka harus terus introspeksi diri, sejauh mana perbedaan keadaan mereka sebelum dan sesudah menjabat. Ketika sebelum menjabat mereka mengkritik pejabat-pejabat sebelumnya, calon presiden mengkritik presiden yang berkuasa sebelumnya, anggota parlemen mengkritik anggota parlemen sebelumnya, dan sebagainya. Tetapi sekarang ketika mereka menjabat, apakah mereka memperbaiki yang mereka Kritik itu atau sama saja seperti pemula-pemula mereka.

Mereka yang menjabat seharusnya menjadi seperti apa yang dipujikan rakyat ternadap Amirul Mukminin ‘Ali bin Abi Thalib as. yaitu Ketika Amirul Mukminin ‘Ali bin Abi Thalib as. berkuasa, ia begitu sangat amanat terhadap kekuasaan yang berada di tangannya sampai-sampai ketika berpidato di atas mimbar, Imam ‘Ali mengibas-ibaskan jubah yang dipakainya dikarenakan jubahnya masih basah karena baru dicucinya. Sementara itu Imam ‘Ali tidak punya jubah lain sebagai penggantinya, padahal kekuasaannya meliputi Hijaz, Irak, Iran, Mesir, dan lain-lainnya.

Kita mengklaim bahwa kita adalah Syi’ah dan pengikut Ahlibait as. Namun, apakah kita juga Syi’ah ketika ujian datang? Apakah kita telah mengikuti Amirul Mukminin sebagaimana layaknya? Apakah perlakuan kita kepada sahabat-sahabat karib, saudara-saudara kita seagama, dan kepada semua orang, sebagaimana perlakuan Imam ‘Ali as.?

Kita semua akan menghadapi Allah Swt. dan bertanggung jawab terhadap apa yang kita lakukan karena kita semua akan mati. Oleh karena itu pikirkanlah apa yang bakal kita persembahkan kehadirat Allah Swt. nanti ketika kita harus mempertanggungjawabkan semua perbuatan dihadapan-Nya. Jangan sekali-kali mempermainkan darah para syuhada dan jangan berebut kekuasaan. Kita yang mengecam Saddam jangan sampai malah melakukan pekerjaan Saddam. Ketika kekuasaan itu sampai kepada kita, mari lakukan introspeksi diri, apakah kita berlaku seperti Saddam atau seperti Khalifah Rasulullah? Jika kekuasaan sama sekali tidak mengubah kepribadian kita, dalam artian tetap sama seperti datang kekuasaan. Kita baru dapat di sebut Syi’ah ‘Ali.

Wahai para penguasa! Kalian semua sedang dalam ujian dan sepak terjang kalian diawasi dengan seksama oleh Allah Swt.

Wahai para tentara! Kalian semua sedang dalam ujian. Jaga amanat yang dititipkan pada kalian dan jangan sampai ada darah-darah bersih yang tertumpah percuma.

Wahai para abdi rakyat, kalian semua sedang dalam ujian!

Wahai tangan-tangan yang selalu menggoreskan pena dan menulis di surat-surat kabar!

Wahai mereka yang selalu muncul di TV dan radio, yang berbicara kepada banyak orang! Kalian semua sedang dalam ujian. Ketika kalian menggoreskan pena ka!ian; ketika kalian berbicara kepada orang, ingatlah bahwa kalian akan bertemu dengan Allah. Maka jangan sampai ada hal-hal buruk yang kalian hadapkan ke hadirat Allah Swt. Wahai semua rakyat, penguasa, pedagang, petani, pekerja, pegawai, buruh pabrik, dan lain sebagainya! Kalian sedang dalam ujian dan akan mempertanggungjawabkan semuanya di hadapan Allah Swt.

Mudah memang untuk mengatakan sesuatu, tetapi justru setiap ucapan kita adalah ujian bagi kita sendiri. Orang yang mengklaim dirinya sebagai pecinta kemanusiaan akan diuji terhadap apa yang diklaimnya itu. Yang mengaku pembela HAM akan diuji terhadap apa yang diucapakannya. Yang mengaku beriman akan diuji oleh Allah ten tang keimanannya, dan seterusnya. Allah Swt berfirman,

“Apakah manusia mengira bahwa dia akan dibiarkan begitu saja (tidak diuji), karena mengatakan kami beriman?” (QS. al-Ankabuut, 29: 2)

Tidak, sama sekali tidak.

Oleh karena itu bertanggungjawablah terhadap apa yang kita ucapkan. Berbuatlah segalanya karena Allah dan karena rasul-Nya. Jika itu yang menjadi tumpuan kita, maka kita akan mencapai apa yang kita cita-citakan. Insya Allah.

Kenapa Kita Selalu Berpecah Belah

Sesungguhnya kita tidak mengetahui atas tujuan apa adanya perpecahan dan bergolong-golongan itu. Adakah perpecahan itu tercetus karena kepentingan dunia semata-mata atau perkara manakah yang menyebabkan saudara berpecah-belah karena dunia. Sesungguhnya perpecahan saudara tentang urusan keduniaan itu suatu perkara yang aneh.

Ya Allah, bagaimana bisa terjadi pada saudara yang berilmu pengetahuan dan memakai sorban. Sesungguhnya seorang ulama yang membayangkan hubungannya dengan Allah dibalik alam tabi’i (alam tabiat) ini, seorang ‘alim yang terdidik di madrasah Islam, yang melalui proses pembenahan syakhsyiyah (kepribadian) yang kokoh, mengetahui benar-benar bahwa adalah mustahil mempunyai hasrat dan tujuan yang bersifat keduniaan serta didorong oleh keserakahan hawa nafsu.

Sesungguhnya dia tidak berfikir demikian untuk menghadapi perselisihan, masalah krisis pribadi dan bergolong-golongan karena kepentingan dunia.

Wahai para da’i yang menyeru ke jalan Allah. Yang ingin mengikuti pimpinan Amirul Mukminin ‘Ali kw. atau sekurang-kurangnya yang memperhatikan sedikit banyak sejarah hidupnya, niscaya dapat dilihat bahwa saudara telah terlalu jauh dari corak kepemimpinan beliau dan perjalanaan hidup beliau.

Adakah saudara mengetahui tentang sifat zuhud, ketakwaan dan kehidupan yang sederhana serta suci itu?

Adakah saudara melaksanakan dan mengamalkan yang demikian itu?

Adakah saudara memahami tentang zihad kepemimpinan yang agung ini? Yang terus-menerus menentang kezaliman, thaghut, dan penindasan.

Serta tindakan beliau membela golongan yang teraniaya (tertindas), mustadh’afin dan tersiksa?

Sekiranya saudara telah memahaminya, kenapa saudara tidak ingin melaksanakannya? Mereka yang sedang menyalakan api kerusakan dunia sekarang ini, serta menyebarkan huru-hara dan kekacauan adalah golongan yang berlomba-lomba untuk menguasai umat manusia (berebut pengaruh). Mereka mencoba mengeruk perbendaharaan mereka dan menghisap manfaat serta mengekalkan penjajahan dan penindasan terhadap negara-negara yang lemah dan tertindas di bawah kekuasaan ekonomi mereka.

Oleh karena itu, saudara semestinya menghadapi peperangan setiap hari dengan orang-orang yang seperti ini. Harus menempa perjuangan untuk membebaskan umatmanusia dari golongan mustakbarin atau para penindas dunia yang menggunakan berbagai nama atau tipu muslihat, untuk membebaskan bangsa dunia, membangunkan mereka dan mempertahankan kemerdekaan mereka, tetapi dibalik slogan-slogan ini mereka memasok senjata-senjata kepada pemimpin-pemimpin bangsa manusia yang tertindas. Inilah peperangan menurut logika dan perhitungan golongan yang mengejar dunia, serta mengikuti pertimbangan mereka yang serakah.

Sementara peperangan yang sedang saudara hadapi adalah menentang dan membongkar segal a perhitungan mereka. Sesungguhnya apabila kita tanyakan kepada mereka, “kenapa mereka tidak hanya berperang dan bertarung?”

Mereka akan menjawab “Kami menghendaki untuk kelangsungan keamanan negara tersebut dan mengeruk kekayaan kami untuk mereka.”

Akan tetapi apabila saudara ditanya: “Kenapa saudara tidak berperang dan bertarung menghadapi mereka?”

Apakah jawaban saudara? Sedangkan saudara-saudara tidak mempunyai kepentingan dunia seperti mereka untuk menghadapi pertentangan ini.

Sesungguhnya kedudukan saudara seperti seorang pembeli yang mengambil dari ulama Islam yang dirujuk (marja’i), sedikit sekali untuk mengeluarkan belanja kepada golongan yang lain untuk membeli perlengkapan perang guna menghadapi para penindas itu. Oleh karena itu, kenapa kita berselisih dengan mereka, adakah saudara dapat memperhatikan ini?

Saya sempat membaca lembaran-lembaran khusus bersifat dokumen yang dikeluarkan oleh Gereja Vatikan untuk dikirim ke Washington (Amerika). Saya dapati di dalamnya, bahwa perhitungan musuh-musuh Islam sedemikian rupa, sebagaimana yang saya sebutkan di atas, memusatkan perhatian kepada pusat-pusat pengkajian kita. Maka adakah setelah saya beberkan ini semua, saudara masih juga cenderung kepada kepentingan dunia?

Walhasil, segala sebab yang membawa kepada perselisihan dan perpecahan yang telah menghilangkan tujuan tertentu yang suci adalah merujuk kepada kecintaan kepada dunia. Jikalau perselisihan dalam bentuk ini masih terdapat di antara saudara, ini berarti bahwa saudara tidak atau belum keluar dari lingkaran kecintaan kepada dunia yang masih bersarang di hati saudara. Hal ini menunjukkan kepentingan duniawi yang terbatas dan telah menyebabkan perlombaan yang begitu jelek di lingkungan saudara Saudara menghendaki kedudukan itu. Sedangkan pada waktu yang sama orang lain pun menghendaki kedudukan yang sama pula. Oleh karena itu, cinta dan rakus kepada dunia menguasai hati, dari keadaan yang seperti ini tidak boleh tidak, akan mendorong kepada perpecahan, hasut dan dengki.

Adapun dukungan gerakan Islam Hizbullah yang mengorek rasa kecintaan kepada dunia dari hati mereka dan membersihkannya dari kecenderungan yang rendah itu, tidak akan mengalami kerusakan dan musibah seperti ini. Seandainya para nabi as. berkumpul di sebuah kota yang sama pada hari ini, maka sudah pasti tidak akan terdapat perselisihan di antara mereka dan niscaya mereka akan membentuk suatu shaf atau angkatan perjuangan seperti bangunan yang tersusun rapi (bunyanun marsus). Karena mereka semua mempunyai tujuan yang tunggal. Hati mereka semuanya menghadapi dan menuju kepada Allah Swt. semata. Dalam waktu yang sama mereka tidak menghadapi wabah cinta dunia dan mereka tidak menyukainya.

Apabila saudara meniti semua amal dan tindakan saudara sekarang ini, sesuaikah dengan apa yang dilakukan dan dilalui oleh Imam ‘Ali kw.?

Ingatlah, ketika saudara keluar dari dunia ini, niscaya akan didapati masih jauhnya dari corak kepemimpinan beliau. Dan ingatlah, bahwa saudara harus bertabiat dan kembali kepada akhlak Islam, sekiranya saudara ingin mengikuti langkah-langkah yang mulia itu. Pikirkanlah jalan yang akan menyelamatkan saudara dari azab Allah sebelum kesempatan itu terlepas.

Ketahuilah bahwa perpecahan dan sikap bergolong-golongan seperti yang disebutkan tadi amat merugikan dan terhina. Sikap seperti ini adalah perbuatan keji, bahaya dan menghancurkan.

Adakah saudara kini terlibat dengan perselisihan itu?

Adakah kelompok dan mazhab saudara mempunyai berbagai perpecahan pula?

Kenapa saudara tidak sadar?

Dan kenapa pula saudara tidak saling ingat-mengingatkan serta tidak mewujudkan saling pengertian (kasih sarang) dan persaudaraan di kalangan saudara?

Kenapa...?

Dan kenapa...?

Perpecahan ini sungguh berbahaya dan akan membawa kerusakan yang tidak dapat dielakkan lagi, akan menjadi perangkap besar kepada pusat-pusat pengkajian Islam kita. Keadaan yang demikian ini telah menghapuskan kedudukan saudara di kalangan masyarakat dan merupaka bayangan saudara di mata umat. Tidak diragukan, kondisi semacam ini tidak sekedar membahayakan dan memelaratkan saudara, tetapi seluruh umat Islam turut terseret ke dalam perangkap ini.

Lebih jauh lagi keadaan semacam ini membahayakan Islam itu sendiri. Alangkah sedihnya sekiranya perbedaan dan krisis yang terjadi di kalangan saudara itu membawa bahaya kepada umat Islam, niscaya saudara akan terjerumus ke lembah dosa yang sulit diampuni. Karena ia merupakan sebesar-besar maksiat dan penentangan terhadap Allah. Disebabkan hal itu merusak masyarakat manusia dan membuka pintu yang seluas-luasnya kepada musuh-musuh Islam untuk menguasai umat dengan berbagai tipu daya mereka.

Semoga tangan-tangan keji tidak menyelusup ke dalam pusat-pusat pengkajian kita dan menanamkan benih-benih kemunafikan, perpecahan dan kekacauan di dalamnya. Anasir-anasir jahat itu tidak berupaya menghasilkan pemikiran-pemikiran yang rusak sehingga menjadi beban syariat bagi saudara untuk menghadapi krisis dan perpecahan. Sehingga masing-masing golongan memandang golongan lain bertanggung jawab terhadap kerusakan dengan berdasarkan kaidah hukum syar’i.

Kondisi seperti ini memungkinkah musuh-musuh Islam menghancurkan cita-cita kita yang tunggal, yaitu membebaskan umat Islam. Ketahuilah bahwa mereka yang terdidik di pusat-pusat pengkajian Islam ini saja yang dapat menjawab persoalan ini.

Sesungguhnya menjadi kewajiban bagi saudara untuk berhati-hati dan mengingat masalah ini, dan janganlah saudara termasuk dalam perangkap setan, sehingga salah seorang dari saudara berkata: “Sesungguhnya dari segi syariat saya diminta bertanggung jawab dalam masalah ini, sementara yang lain juga mengatakan bahwa secara syariat saya mempunyai tanggung jawab melakukan hal ini, yang bertentangan dengan pihak sebelumnya. Dengan demikian timbullah pertentangan dan pertarungan diantara kedua golongah. Dalam keadaan semacam ini, setan mengambil kesempatan untuk mengambil tanggung jawab syariat sendiri terhadap manusia dan melalaikan mereka dari tanggung jawab yang sebenarnya, dan dalam situasi yang lain hawa nafsu juga menguasai manusia.

Sesungguhnya tidak terdapat dalam hukum syara’ dan tidak pula menjadi kewajiban keagamaan, membolehkan seorang muslim menghina dan mencela muslim yang lain, atau seorang muslim memburuk-burukkan saudara muslim yang lain dalam agama. Keadaan semacam ini tidak terdapat dalam hukum syariat Islam. Malahan itu merupakan ciri-ciri keciritaan dan kerakusan terhadap dunia yang juga disebut semangat keakuan dan mementingkan diri semata-mata. Lebih jauh lagi hal ini adalah pengaruh setan yang telah menyelusup di antara kita, sehingga menimbulkan keadaan yang kacau di antara kita. Permusuhan seperti ini bukanlah sifat orang-orang yang beriman, sebaliknya adalah sifat ahli neraka.

Allah berfirman:

“Sesungguhnya yang demikian itu pasti terjadi, yaitu pertengkaran penghuni neraka”. (QS. Shaad, 38: 64)

Neraka jahanam merupakan tempat yang layak bagi permusuhan dan pertengkaran, karena penghuni neraka saling bercakaran di antara satu dengan yang lain. Oleh karena itu, sekiranya saudara bertentangan di dunia pada jalan yang batil, sudah barang tentu itu merupakan gambaran perjalanan yang sama, yang dilalui oleh para penghuni neraka jahanam.

Apakah saudara ingin mengambil tempat mereka?

Sebenarnya dalam perkara-perkara yang berhubungan dengan akhirat tidak akan terdapat pertarungan dan perpecahan. Ahli akhirat jauh berada di puncak dan mengawasi kepentingan dunia, mereka hidup dalam suasana kasih sarang dan bersih di antara satu sama lain. Hati mereka dipenuhi dengan pancaran kasih kepada Allah semata. Oleh karena itu kecintaan kepada Allah ini menjadi sebab tabi’i (tabiat) yang membawa kecintaan hamba-hamba Allah kepada orang-orang yang beriman. Selanjutnya kasih sarang hamba-hamba Allah itu adalah di bawah naungan kasih sarang Allah Swt.

Sesungguhnya manusia akan terdorong memasuki api neraka jahanam karena amal-amalnya yang buruk, dan jalan hidupnya yang hina. Ya, amal orang-orang yang menyeleweng akan membawa mereka ke neraka. Rasulullah Saww. bersabda bahwa “Kami akan diberi ganjaran setelah menemui kematian dan kebinasaan. Apabila seseorang tidak melakukan sesuatu yang mendorong ia ke neraka jahanam, maka ia akan menghadapi berbagai ujian hidup, yakni melalui peringkat kehidupan yang sulit dan penuh ranjau.”

Sesungguhnya menerima dunia ini sama artinya menerima neraka dan bergelimang dalam apinya. Manusia tidak akan menyadari hakikat ini sampai ia berpindah ke alam akhirat. Pada waktu ini ia masih berpindah ke alam akhirat. la masih ditutup oleh hijab dan beberapa penutup. Setelah berpindah ke alam akhirat, ia baru akan memahami apa yang difirmankan oleh Allah:

“(Azab) yang demikian itu adalah disebabkan perbuatan tanganmu sendiri dan bahwasanya Allah sekali-kali tidak menganiaya hamba-hamba-Nya”. (QS. AI-‘Imran, 3: 182)

Di sana juga mereka memahami firman Allah:

“Dan diletakkan kitab, lalu kamu akan melihat orang-orang yang bersalah ketakutan terhadap apa yang tertulis di dalamnya dan mereka berkata: Aduhai, celakalah kami, kitab apakah ini yang tidak meninggalkan yang kecil dan tidak pula yang besar; melainkan ia mencatat semuanya. Dan mereka dapati apa yang telah mereka kerjakan itu tertulis. dan Tuhanmu tidak menganiaya seorang juapun”. (QS. al-Kahfi, 18: 49)

Setiap apa yang dilakukan oleh manusia di dunia ini dan apa yang dilahirkan, akan dapat dilihat di akhirat nanti. Mereka akan melihat dengan nyata Allah berfirman:

“Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan sebesar zarrah pun, niscaya ia akan melihat balasannya dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar zarrah pun. niscaya ia akan melihat juga balasannya”. (QS. az-Zalzalah, 99: 7-8)

Sebenarnya setiap amal manusia dan tindakan atau perbuatannya akan dibeberkan di sana seperti film yang menggambarkan dengan nyata keadaan di dunia dan pasti dipaparkan di akhirat nanti. Tidak ada seorang pun yang dapat menafikan segala tindakannya, karena yang kita lihat dihadapan kita kelak adalah amal-amal yang kita lakukan berdasarkan bukti yang diberikan oleh anggota-anggota panca indera kita sendiri yang menjadi saksi terhadap kita.

Allah berfirman:

“Kulit mereka menjawab: ‘Allah yang menjadikan segala sesuatu pandai berbicara telah menjadikan kami pandai berkata (pula)’”. (QS. Fushshilat, 41: 21)

Di sana saudara tidak bisa mengingkari atau menafikan segala amal yang telah dilakukan. Sebab saudara berada di hadapan Allah yang berkuasa menuturkan segal sesuatu dengan bJrupaya mengambil saksi dari segala sesuatu. Renungkanlah barang sejenak, bahwa saudara akan berhadapan dengan yang mempunyai kekuasaan dan pandangan. Yang Mengetahui semua perkara. Ingatlah akibat buruk yang akan menimpa diri anda yang lalai dan janganlah saudara lupa terhadap azab kubur, alam barzakh serta kedahsyatan yang ada di dalamnya. Beramallah dengan seolah-olah saudara melihat neraka jahanam.

Sesungguhnya seseorang yang melihat adanya akibat buruk itu akan merubah corak hidupnya selama ini. Sekiranya saudara benar-benar meyakini dengan mengakui perkara-perkara ini dan memperhatikan kehidupan saudara sendiri derigan dasar apa yang dikehendaki dan sebagaimana yang dilukiskannya, semoga dapat menjaga seluruh amal dan perbuatan dalam rangka berusaha memperbaiki dan membersihkan diri dan ruhani.