Makrifah tentang Allah
Dunia ini memiliki Tuhan yang menciptakan dan mengaturnya. Tiada satu pun fenomena yang wujud dengan sendirinya ada tanpa ada penyebabnya. Misalnya, bila kita melihat sebuah bangunan baru, maka kita yakin bahwa bangunan tersebut dibangun oleh seorang insinyur dan para tukang, dan bangunan tersebut tegak berkat jerih payah dan kerja keras mereka. Kita tidak akan pernah berpikir bahkan memberikan kemungkinan bahwa bangunan tersebut berdiri dengan sendirinya tanpa adanya penyebab.
Bila kita meletakkan pena dan kertas putih di atas meja tulis kita, kemudian kita keluar kamar, dan sekembalinya ke kamar, kita menyaksikan kertas itu berubah menjadi hitam dan telah terdapat tulisan di halamannya, maka kita akan meyakini bahwa di saat ketiadaan kita tadi, ada orang yang pergi ke sisi meja dan menuliskan sesuatu di atas kertas tadi. Bila ada yang mengatakan, pena itu bergerak dengan sendirinya, dan menulis sesuatu, maka kita akan menertawakan omongan orang tadi dan bahkan menganggapnya gila.
Bila kita menyaksikan sebuah papan yang berisikan lukisan yang sangat indah dan gambar-gambar yang pemandangannya memukau siapa saja yang melihat, maka kita akan berkata pada diri kita, "Sungguh seniman yang melukis di papan ini, memiliki cita rasa yang sangat baik, dan papan yang sebelumnya tiada berharga berubah menjadi tinggi nilainya lantaran goresan tangannya yang lihai dan kecerdasannya yang luar biasa sehingga papan yang tak bernilai berubah menjadi hal yang sangat berharga.
Suatu ketika, katakanlah, kita duduk di dalam mobil sambil berbincang-bincang. Mobil yang kita kendarai melaju begitu cepat, tiba-tiba, mesinnya berhenti, dan mobil juga otomatis tidak lagi bergerak. Pengemudi yakin, bahwa mesin tidaklah berhenti tanpa adanya alasan dan rusaknya mobil itu pasti ada alasannya.
Tiada seorang pun dari yang menumpang mobil itu yang meragukan persoalan ini. Dari itulah, si pengemudi langsung turun dari kendaraannya dan mencari tahu penyebabnya hingga dia menemukan sebab yang menghentikan mesin dan berupaya memperbaikinya. Ia tidak akan pernah berkata, "Baiklah kita akan bersabar selama satu jam, mungkin mesin mobil ini akan betul dengan sendirinya dan bekerja lagi."
Bila jam Anda berhenti bergerak, maka Anda tidak ragu bahwa rusaknya jam Anda memiliki sebab. Demikian halnya gerakan jarum jam tidaklah tanpa alasan dan bekerjanya jam itu pun niscaya memerlukan sebab.
Anda mengetahui secara umum bahwa tiada satu pun fenomena yang muncul tanpa adanya sebab dan pencipta. Perasaan mencari tahu sebab merupakan fitrah seluruh manusia. Kini kami akan bertanya kepada Anda, apakah Anda memberikan kemungkinan bahwa alam yang terhampar luas ini tidak ada yang menciptakannya dan mewujud dengan sendirinya? Anggapan seperti ini sungguh mustahil terjadi.
Alam yang luas ini, bumi dan lautannya yang luas, bintang-bintang dan matahari yang besar, semua binatang yang menakjubkan, pepohonan yang berbagai jenis dan indah, dan pada akhirnya semua alam ini, mustahil tanpa ada yang mewujudkannya.
Keberaturan dan Ketertiban Alam
Sesungguhnya akal waras akan menghukumi bahwa sebuah bangunan yang begitu rapi-yang di dalamnya ada ketertiban dan susunan yang sangat detail dan teratur, adanya hubungan dan keselarasan yang sempurna, adanya prediksi-prediksi yang lazim dilakukan sehingga tiada satu pun kekurangan dan cela, sehingga bangunan itu memiliki listrik dan air, ruang makan, kamar tidur, ruangan menjamu tamu, kamar mandi dan sarana pemanas serta pendingin, dengan menggunakan pipa-pipa yang dipasang dengan begitu teliti dan keran-keran air yang ditempatkan secara sesuai dan pantas, serta memperhatikan dasar-dasar kesehatan sehingga bangunan itu menyerap sinar matahari yang cukup-tidaklah berdiri dengan sendirinya, melainkan dibangun oleh para pendirinya yang memiliki kemampuan yang luar biasa sehingga membangunnya dengan dasar arsitektur yang benar dengan ketelitian yang nyaris sempurna.
Setelah membawakan contoh ini, kini kami akan mengajak Anda memerhatikan salah satu sudut dari kehidupan siang dan malam kita.
Untuk melanjutkan hidupnya, manusia memerlukan makanan dan air agar mengobati rasa lapar dan dahaganya serta menyediakan kebutuhan yang lazim bagi sel-sel tubuh. Agar sel-sel tubuh kita tetap hidup dan melanjutkan kehidupannya, maka haruslah sel-sel tersebut memperoleh berbagai jenis makanan. Jika tiada mendapatkan atau kekurangan dari salah satunya, maka ia akan menghancurkan atau merusakkan kehidupan kita. Manusia memerlukan udara untuk bernapas, dan dengan jalan itulah, ia menarik zat yang berfaedah dari udara dan menolak racun tubuh.
Sekarang, cobalah kalian perhatikan, bagaimanakah semua kebutuhan dan keperluan tubuh kita ada dan tersedia di luar. Bila kita menghendaki makan, maka di luar telah tersedia. Bila kita menginginkan berbagai jenis makanan, maka sudah tersedia di luar. Bila kita memerlukan gandum dan beras serta sayuran serta buah-buahan dan daging serta hal-hal lainnya yang lazim, semua itu tersedia di luar.
Bila kita memerlukan air dan udara, semua itu ada. Kita memiliki kaki sehingga kita dapat mencari makan. Kita punya mata sehingga kita dapat menemukan makanan-makanan yang sesuai. Kita juga punya tangan sehingga dengannya kita dapat mengambil makanan, tangan kita ini diciptakan sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi keperluan-keperluan kita dengan baik, dan secara sepenuhnya berada di dalam kekuasaan kita. Ia bergerak, kemana pun yang kita kehendaki. Dengan kemauan kita, ia terbuka dan tertutup serta naik dan turun. Penciptaan jari-jari dan telapak tangan yang begitu teliti dan lembut sungguh amat menakjubkan.
Kita mengambil makanan dengan tangan dan meletakkannya di mulut. Mulut kita ini tercipta sedemikian rupa sehingga buka dan tutupnya tergantung keinginan kita. Bibir diciptakan sedemikian rupa sehingga menutup pintu mulut dan mencegah keluarnya makanan yang kita masukkan ke mulut itu.
Masalah yang mendasar adalah meskipun semua keperluan makanan tubuh terdapat di berbagai jenis makanan, namun bukan seperti itu langsung dapat dimanfaatkan oleh sel-sel. Makanan-makanan itu harus mengalami perubahan dan proses aksi-reaksi mendetail sehingga makanan tersebut dapat digunakan. Alat pencernaan melumat makanan terbagi dalam empat tahapan.
Secara ringkas, kami akan mengingatkannya:
Tahap pertama, kita mengunyah makanan melalui gigi dan menghaluskannya. Gigi-gigi yang diserahkan kepada kita begitu berkesesuaian dengan jenis makanan kita. Lidah itu bergerak di mulut dan makanan itu berada di bawah gigi sehingga lembut dengan baiknya. Selain dari itu, sebagaimana seorang petugas cukai yang benar, ia mengontrol dan memeriksa makanan.
Selain dari itu, ia juga membedakan mana yang buruk dan yang baik, yang sehat dan yang sakit atau rusak. Kelenjar-kelenjar ludah meneteskan cairan khusus di mulut sehingga makanan itu menjadi lembut dengan baik dan dimakan dengan mudah, selain dari itu, air mulut membantu proses pencernaan makanan dan mendatangkan pengaruh kimiawi yang cukup mencolok.
Tahap kedua, tatkala makanan itu dikunyah dengan baik, maka dari mulut akan masuk ke tenggorokan dan dari jalan kerongkongan lalu masuk ke lambung, dan ketika menelan makanan, mulut kecil menutup jalan hidung, dan tabir khusus menutup jalan pernapasan dan batang tenggorokan.
Tahap ketiga, makanan itu untuk beberapa lama haruslah berhenti di lambung sehingga dicerna. Di dinding lambung, terdapat ribuan kelenjar kecil yang meneteskan cairan khusus darinya dan melalui itu, makanan dicerna dan berubah menjadi cairan yang mengalir.
Tahap keempat, makanan masuk ke usus kecil. Pundi-pundi empedu meneteskan kelenjar besar yang bernama pankreas, cairan khusus di atas makanan, yang untuk mencernanya sangat lazimlah dan keharusan. Terdapat ribuan kelenjar kecil di dinding usus yang tetesan-tetesannya sangat berfaedah untuk pencernaan makanan.
Makanan di usus kecil berubah menjadi cairan yang encer, dan ketika itu, bahan makanannya disedot melalui dinding usus dan masuk ke darah. Kemudian darah menyampaikannya ke seluruh tubuh. Hati melalui detak-detak teraturnya menyampaikan zat-zat itu bersama dengan darah ke seluruh tubuh. Dengan demikian, masing masing sel-sel signifikan manusia mendapatkan makanan-makanannya yang sesuai.
Kini, berpikirlah sedikit, dengan adanya hubungan dan keberaturan yang mendetail yang berlangsung di antara anggota tubuh manusia dan fenomena-fenomena dunia lainnya, apakah mungkin seseorang mengatakan, manusia dan fenomena-fenomena dunia lainnya dengan sendirinya terciptakan?
Apabila kita merenungkan bangunan dalam wujud diri kita dan ketelitian yang begitu mendetail di dalam penciptaaan anggota tubuh dan susunan dan keteraturan yang begitu menakjubkan serta hubungan mendalam yang berlaku di antara anggota tubuh kita dan seluruh fenomena dunia, maka kita akan memperoleh sebuah persoalan bahwa manusia dan maujud-maujud lainnya tidaklah tercipta dengan sendirinya, melainkan memiliki pencipta yang menciptakan manusia dengan ilmu dan tadbir (kebijaksanaan yang teliti) dan memprediksikan semua keperluan manusia.
Adakah kekuatan selain dari kekuatan Allah Swt yang tiada batas yang mahabijaksana dan dapat menciptakan ketertiban dan kebersusunan yang menakjubkan di tengah fenomena-fenomena dunia? Apakah watak yang tidak memiliki kesadaran dan kehendak mampu menciptakan kelenjar-kelenjar ludah yang senantiasa membasahi mulut?
Apakah mulut kecil dan tabir penjaga batang tenggorokan? dengan tugasnya yang teramat berat-tercipta dengan sendirinya? Apakah semua kelenjar yang membasahi dinding lambung tiada yang menciptakannya? Kekuatan apakah yang memerintahkan kepada pankreas dan kantung empedu agar membasahi perut dengan cairan yang diperlukan terhadap makanan?
Apakah dua organ penting mengetahui nilai eksistensi dirinya? Kekuatan apakah yang memaksa hati sehingga tiada pernah berhenti-siang dan malam sibuk melaksanakan tugas dan menyampaikan bahan yang signifikan kepada negara-negara tubuh yang luas?!
Demikianlah adanya, selain dari Tuhan semesta alam dan Mahabijaksana, tiada seorang pun yang dapat mewujudkan keberaturan yang sungguh amat luar biasa ini di antara fenomena-fenomena dunia dan mengatur sistem penciptaan yang luar biasa.
Manusia yang paling pandai adalah
yang paling pandai belajar dari
pengetahuan orang lain dan
menambah ilmu pengetahuannya.
Dan, manusia yang paling bernilai
adalah orang-orang yang ilmunya
lebih luas, sementara manusia yang
paling tidak bernilai ialah mereka
yang tidak memiliki
pengetahuan sedikit pun