• Mulai
  • Sebelumnya
  • 19 /
  • Selanjutnya
  • Selesai
  •  
  • Download HTML
  • Download Word
  • Download PDF
  • Pengunjung: 2815 / Download: 1944
Ukuran Ukuran Ukuran
STUDI KRITIS ATAS SHALAT TARAWIH(2)

STUDI KRITIS ATAS SHALAT TARAWIH(2)

pengarang:
Indonesia

Buku Ini di Buat dan di teliti di Yayasan Alhasanain as dan sudah disesuaikan dengan buku aslinya

STUDI KRITIS

ATAS

SHALAT TARAWIH

(Dalam Dialog antara Guru dan Murid)

Penyusun :

Abu Qurba LC

Kata Pengantar

Menurut saya pribadi, sangat sulit mencari dan menemukan suatu syari'at, ajaran, aliran atau mazhab yang bersih dari berbagai bid'ah dan khurafat. Sebagaimana pula sangat sulit membasmi dan menyingkirkan berbagai bid'ah dan khurafat dari ajaran Islam yang murni. Tetapi hendaknya kita tidak berdiam diri dan berhenti dalam mencarinya. Kita juga tidak boleh berputus asa dalam upaya membersihkan agama Islam ini dari berbagai kotoran dan sampah bid'ah dan khurafat yang banyak berserakan disana-sini di dalam masyarakat Islam. Untuk tujuan itu, berbagai cara dan metode harus kita cari semaksimal mungkin. Setelah kita menemukannya, hendaknya kita tuangkan dalam tulisan atau lewat lisan secara logis dan rasional dengan argumen yang kokoh yang tidak mudah roboh diterpa angin.

Barangkali, salah satu metode yang patut mendapatkan perhatian untuk menyampaikan pesan dan risalah Islam yang murni kepada masyarakat Islam adalah metode dialog. Metode dialog, bukan saja akan mudah dapat dipahami, bahkan metode ini akan lebih melekat dalam benak pembaca atau pendengar di samping mempunyai daya tarik tersendiri tentunya.

Karena itulah, saya berusaha -sesuai dengan kemampuan saya yang sangat terbatas ini- untuk mencoba menerapkan metode dialog tersebut, yakni dialog antara seorang guru dengan beberapa orang muridnya di dalam kelas, dalam menyampaikan pesan-pesan risalah Islam yang murni kepada masyarakat Islam dan kaum muslimin. Pada kesempatan kali ini, saya telah berhasil -dengan taufik Allah- menyusun sebuah buku sederhana yang saya beri tema: Studi Kritis atas Tradisi Ritual Islam Edisi Shalat Tarawih dalam Dialog.

Harapan dan doa saya, kiranya usaha kecil ini dapat membuahkan hasilnya di dalam masyarakat Islam di masa-masa mendatang, khususnya untuk para mahasiswa yang mempunyai wawasan luas, pikiran terbuka dan lapang dada dalam menerima berbagai saran dan kritikan. Dan semoga pula usaha kecil ini mendapatkan rahmat, berkah, ridha dan taufik dari Allah Swt baik di dunia dan khususnya di hari akhirat kelak. Amin, Ya Rabbal 'Alamin……………

Ciri-ciri Seorang Pemimpin

Agar jawaban di atas dapat dipahami dengan baik dan jelas, barangkali perlu saya berikan suatu gambaran mengenai peranan akal dan pengetahuan dalam menentukan sebuah pilihan. Perhatikanlah baik-baik! Gunakanlah akal pikiranmu semaksimal mungkin untuk memahami apa yang saya ucapkan berikut ini dan buanglah jauh-jauh prasangka buruk, hindari bisikan setan, fanatik buta dan hawa nafsu yang menyesatkan!

Apabila –misalnya- kamu diuji oleh Allah Swt dengan suatu penyakit, misalnya kamu terkena sakit paru-paru atau jantung atau mag atau lainnya, tentunya kamu berpikir dahulu sebelum bertindak untuk melakukan pengobatan. Langkah pertama – sebagaimana biasanya yang dilakukan orang-orang pada umumnya- adalah kamu bermusyawarah dengan orang-orang dekatmu atau orang-orang yang kamu kenal dan berusaha mencari informasi tentang penyakitmu itu dan bagaimana cara mengobatinya. Misalnya mereka menyarankanmu agar pergi ke dokter spesialis penyakit tersebut untuk berkonsultasi dan berobat kepadanya dan mereka juga mengatakan bahwa telah banyak orang-orang yang menderita seperti penyakitmu itu telah sembuh (telah disembuhkan oleh Allah) berkat konsultasi dengan dokter spesialis. Tetapi ada juga orang yang menyarankanmu agar pergi ke dukun saja untuk dibacakan jampe-jampe atau mantera-mantera yang biasanya tidak dipahami hatta oleh dukun itu sendiri. Nah dalam hal ini yang logis dan menurut akalmu yang sehat, saran manakah yang mesti kamu terima kemudian saran itu kamu lakukan? Apakah kamu memilih jalan yang kedua? Apa kata orang dan tetanggamu, jika kamu sebagai mahasiswa dan berpendidikan tinggi pergi ke dukun yang tingkat SD saja tidak tamat? Sebagai orang yang berpendidikan, maka untuk menentukan pilihan tersebut tidaklah sulit. Sebagai orang yang berakal sehat dan berpengetahuan luas, dengan mudah kamu dapat menolak saran dan pandangan yang tidak logis bahkan akan membahayakan ruh dan akidahmu. Dokter dan dukun, kedua-duanya sama-sama membuka praktek pengobatan dan memberikan bimbingan kesehatan. Cuma, yang satu mempunyai pengetahuan yang luas, berpengalaman, mendapat mandat secara resmi, melakukan prakteknya berdasarkan kaidah-kaidah kesehatan yang logis dan telah diakui keberhasilannya. Sementara yang satu lagi, tidak mempunyai pengetahuan yang cukup, tidak berpengalaman, tidak mendapatkan mandat secara resmi, bahkan secara sembunyi-sembunyi, melakukan prakteknya tidak berdasarkan kaidah-kaidah yang jelas dan tidak logis dan masih diragukan keberhasilannya. Tentu saja setiap orang yang berakal sehat pasti akan memilih jalan yang pertama. Yang penting adalah kamu harus mengetahui terlebih dahulu tentang ciri-ciri orang-orang yang alim, jujur, ikhlas dan memiliki sifat-sifat mulia melalui informasi yang meyakinkan.

Contoh lain misalnya, jika kamu ingin melakukan safar dan perjalanan jarak jauh, baik di dalam negeri maupun ke luar negeri. Setelah melewati masa musyawarah dan persiapan bekal yang cukup serta pengetahun yang diperlukan, pasti kamu akan memilih kendaraan dan alat transportasi yang kamu yakini dapat menyampaikanmu ke tempat tujuan tersebut dengan lancar dan selamat. Dalam hal ini kamu dihadapkan kepada beberapa pilihan untuk menentukan kendaraan; mobil, bus atau pesawat. Apabila ada seorang sopir mobil yang menawarkanmu dan siap menyampaikanmu ke tempat tujuanmu, sementara itu kamu tidak merasa yakin bahwa dia adalah sopir yang berpengalaman mengemudi, mobilnya sangat sederhana dan ongkosnyapun sangat tinggi, apakah kamu langsung saja menerima tawarannya dan segera menjadi penumpangnya tanpa berpikir, meneliti dan mempertimbangkan terlebih dahulu? Ataukah kamu menolaknya dan segera pergi menuju ke agen bus yang resmi, memilih bus yang terbagus, ber AC, ongkosnya sesuai dengan tarif dan kamu juga yakin sopirnya berpengalaman dan pasti akan dapat menyampaikanmu ke tempat tujuan dengan izin-Nya? Orang yang sangat awam dan berpendidikan rendahpun pasti akan memilih cara yang kedua. Karena cara itulah yang logis, sesuai dengan fitrah insaninya dan yakin tetangga dan masyarakat sekitarnya tidak akan menyalahkan dan mengecamnya, bahkan akan mendukung pendapatnya. Disinilah pentingnya peranan akal dan pengetahuan seseorang dalam menentukan pilihan. Akal dan pengetahuan seseorang yang bersih dari sifat fanatik buta, pasti akan memilih dokter, sopir, pilot, guru, kiyai, presiden, pemimpin, imam shalat, imam madzhab, wali dan khalifah yang jelas-jelas mempunyai pengetahuan yang luas, memiliki ciriciri yang mulia, menyandang sifat-sifat yang terpuji dan mempunyai bukti-bukti yang kuat dan akurat. Akal dan pengetahuan yang bersih itu, pasti akan menolak dan menjauhkan mereka yang kotor, korup, curang, jahat, biadab dan tidak mempunyai bukti-bukti yang menopang kebaikan dan kejujurannya. Nah, jika mukaddimah sederhana ini dapat kamu tangkap dengan baik, yang sengaja saya sampaikan hanya untuk sekedar memudahkan kamu untuk menangkap pemikiran berikut ini. Sekarang perhatikanlah dan pahami baik-baik jawaban ini ! Menurut kesaksian ayat-ayat Al-Qur'an, bahwa Imam Ali as termasuk salah seorang Ahlubait nabi saw yang telah Allah Swt sucikan dari segala rijs dan kenistaan[1] , sehingga beliau mencapai maqam 'ishmah dan terpelihara dari kesalahan, dosa, kelupaan dan kekeliruan. Adakah ayat Al-Qur'an yang sama ditujukan kepada Khalifah Abu Bakar, Umar atau para sahabat nabi yang lainnya? Jawabnya tentu tidak ada!

Menurut pengakuan Al-Qur'an, bahwa Imam Ali as pernah memberikan sedekahnya kepada seorang pengemis berupa sebuah cincin yang melekat di tangannya, sementara beliau sedang rukuk dalam shalatnya. Kemudian turunlah ayat yang menegaskan bahwa Allah Swt, Rasul-Nya dan beliau sebagai wali dan pemimpin kaum muslimin.[2] Pernahkan Khalifah Abu Bakar, Umar atau sahabat nabi yang lainnya melakukan hal seperti itu, kemudian turun ayat Al-Qur'an yang menegaskan bahwa mereka mendapatkan kedudukan yang begitu mulia dan tinggi? Jawabnya jelas tidak ada!

Al-Qur'an pernah menegaskan bahwa Imam Ali as dan para pengikut setianya adalah "Khairul Bariyyah" (sebaik-baik manusia). [3] Karena mereka adalah orang orang yang beriman tinggi dan beramal saleh dengan penuh ikhlas. Apakah kamu pernah mendengar bahwa terdapat ayat Al-Qur'an yang seperti ini diturunkan kepada Khalifah Abu Bakar, Umar atau sahabat nabi yang lainnya? Saya sendiri hingga saat ini, tidak pernah mendengar dan juga tidak pernah membaca sama sekali!

Mungkin kamu bertanya mengapa Imam Ali as dan para pengikut setianya dikatakan sebagai "Khairul Bariyyah" (sebaik-baik manusia)?

Jawabnya adalah: Tidak ada sebab lain, karena beliau as dan para pengikut setianya mempunyai akidah dan iman yang mengakar, dan mereka melakukan amal saleh dengan penuh ikhlas sesuai dengan keyakinan dan iman mereka yang mengakar tersebut.

Dengan demikian, "Setiap orang yang mencari al-haq (kebenaran) dan setelah memperolehnya ia amalkan hanya karena mengharap ridha Allah Swt semata, pasti ia termasuk "Khairul Bariyyah".[4]

Mungkin kamu bertanya lagi, jika Imam Ali as dikatakan sebagai "Khairul Bariyyah", lalu bagaimana dengan Rasulullah sendiri? Jawabnya saya temukan di dalam sebuah hadis Rasulullah saw sendiri. Beliau bersabda: "Aku lebih utama dari Jibril, Mikail, israfil dan dari semua Malaikat Muqarrabin. Dan aku adalah "Khairul Bariyyah" dan penghulu anak-anak Adam".[5]

Dengan kata lain, gampangnya adalah bahwa Rasulullah pun "Khairul Bariyyah" juga. Tetapi ke-"Khairul Bariyyah"-an Rasul saw lebih tinggi dibanding ke-"Khairul Bariyyah"-an Imam Ali as. Dan begitulah seterusnya bagi orang-orang beriman dan para pengikut setianya. Karena segala sesuatu itu bergradsi, ber-tasykik atau bertangga-tangga, termasuk juga derajat "Khairul Bariyyah" setiap mukmin.

Al-Qur'an al-Karim menyatakan bahwa Rasulullah saw sebagai "Mundzir" (pemberi peringatan). Sementara Imam Ali as sebagai "Hady" (pemberi petunjuk)[6]

Apakah selain beliau as, seperti Khalifah Abu Bakar, Umar atau yang lainnya, mendapat predikat yang mulia tersebut yang ditegaskan oleh Al-Qur'an al-Karim? Jawabnya juga tidak!

Satu-satunya orang yang pernah tidur di tempat tidur nabi ketika nabi berangkat hijrah, dan ia mempertaruhkan nyawanya demi membela nabi saw adalah Imam Ali as. Dan Al-Qur'an al-Karim dengan jelas dan tegas menyatakan hal itu.[7]

Kemudian, dengan pengorbanan dan keikhlasan beliau yang tinggi itu, Al-Qur'an memuji dan mengabadikannya. Pernahkan kamu mendengar kisah semacam ini terjadi pada Khalifah Abu Bakar, Umar atau sahabat nabi yang lainnya? Tidak pernah!

Ketika Rasulullah saw pergi ke suatu lembah untuk melakukan "Mubahalah" dengan orang-orang Kristen Najran, beliau saw mengajak Imam Ali as dan Ahlubaitnya yang lain.[8] Akhirnya "Mubahalah" itu tidak jadi dilakukan, karena Pendeta Najran itu merasa gentar melihat Rasulullah saw membawa orang-orang yang suci dan mulia yang pasti doanya akan di-ijabah oleh Allah Swt. Nah, apakah kamu pernah mendengar kisah yang sama yang disampaikan oleh Al-Qur'an kepada Khalifah Abu Bakar, Umar atau sahabat nabi yang lainnya? Tidak!

Rasulullah saw, diperintahkan oleh Allah Swt agar tidak meminta upah apapun kepada umatnya dalam tabligh dan dakwahnya itu selain meminta agar mereka mencintai dan mengikuti "Al-Qurba" (kelaurga suci beliau yang diantaranya adalah Imam Ali as).[9] Jelas sekali bahwa tidak seorang ulamapun yang menyatakan bahwa Khalifah Abu Bakat, Umar atau yang lainnya, temasuk diantara "Al-Qurba" yang ditegaskan oleh Al-Qur'an untuk dicintai dan wajib diikuti.

Sebenarnya masih banyak sekali ayat-ayat Al-Qur'an yang menegaskan dan diturunkan untuk memuji Imam Ali as dan keluarga suci Rasulullah saw. Tentunya tidak mungkin saya sampaikan di sini semua. Beberapa ayat di atas saya kira sudah cukup sebagai bukti tentang ketegasan Al-Qur'an mengenai kemulian dan keutamaan Imam Ali as dan Ahlubait nabi saw. Bolehlah saya tambahkan satu ayat saja lagi mengenai keutamaan beliau as dan pujian yang disampaikan oleh Al-Qur'an al-Karim karena perbuatan dan pengorbanannya yang ikhlas yang tidak pernah ayat seperti itu ditujukan atau diturunkan kepada Khalifah Abu Bakar dan Umar serta sahabat nabi yang lainnya.

Singkatnya, ketika al-Hasan dan al-Husain sakit, Imam Ali as dan isteri tercintanya ber-nadzar akan melakukan puasa tiga hari jika penyakit kedua anaknya tersebut segera disembuhkan oleh Allah Swt. Allah Swt mengabulkan doa beliau, dan nadzar pun dilakukan. Bahkan al-Hasan dan al-Husain as pun ikut berpuasa nadzar. Pada hari pertama ketika mereka ingin berbuka, datanglah pengemis miskin, makanan pun (beberapa potong roti) diberikan kepadanya. Sementrara mereka hanya berbuka dengan air putih saja. Pada hari kedua datanglah anak yatim, mereka pun melakukan seperti kemarin. Pada hari ketiga datanglah tawanan perang yang telah dibebaskan dari penjara. Beberapa potong roti yang disiapkan untuk berbuka pun diberikan kepadanya. Sikap dan sifat mulia ini mendapat pujian yang tinggi dari Allah Saw sehingga diturunkanlah ayat Al-Qur'an yang memuji dan mengabadikan perbuatan terpuji mereka itu[10] . Kisah ini sangat masyhur di kalangan para sahabat nabi. Dan khalifah Abu Bakar, Umar atau yang lainnya, tidak pernah mendapat pujian sehingga diturunkan ayat semacam itu.

Nah itu sebagian kecil dari ayat-ayat Al-Qur'an yang Allah Swt turunkan khusus untuk memuji dan menegaskan kemulian Imam Ali dan keluarga suci nabi saw. Sementara, tidak ada satu ayat pun yang diturunkan oleh Allah Swt sehubungan dengan kemulian Khalifah Abu Bakar atau Umar atau sahabat nabi yang lainnya yang mengikuti jejak kedua orang Khalifah tersebut.[11]

Adapun hadis-hadis nabi saw yang menegaskan kemuliaan, kehormatan, keberanian dan kedudukan tinggi Imam Ali as sangat banyak sekali. Dan hadis-hadis ini diakui oleh semua ulama dan madzhab. Bahkan banyak tercatat di dalam kitabkitab Sunni di sana-sini.

Allamah Syaikh Abbas al-Qummi berkata: "Tidak seorang ahli ilmu pun yang mengingkari bahwa keutamaan-keutamaan Amirul mukmini Ali as itu tidak mungkin dapat diungkapkan dengan bayan dan lisan. Dan tidak mungkin pula dijangkau oleh kitab dan tulisan. Bahkan para Malaikat langit pun tidak akan mampu mencapai ketinggian derajat beliau as. Dan sebenarnya, berbagai keutamaan beliau as yang dapat diungkap (di dalam berbagai kitab), tidak sampai melebihi seciduk air laut".

Kemuliaan Putera Ka'bah

Baiklah, untuk melengkapi kemuliaan Imam Ali as yang tidak dimiliki oleh Khalifah Abu Bakar dan Umar yang disampaikan oleh lisan suci Rasulullah saw, akan saya sampaikan beberapa saja sebagai contoh yang kini saya ingat. Dan untuk menyingkat waktu, saya tidak akan menyampaikan teksnya. Di samping itu pula, hal ini sudah begitu masyhur, sehingga tidak seorang muslim pun yang berani mengingkarinya. Misalnya mengenai kelahiran beliau as. Hampir semua umat Islam, bahkan anak-anak kecil muslimpun mengetahui bahwa Imam Ali as lahir di dalam Ka'bah musyarrafah. Tidak seorang rasul atau nabi pun -apalagi sahabat- yang mengklaim bahwa ada seseorang -selain Imam Ali as- yang lahir di dalam Ka'bah. Seorang sejarahwan terkenal, Syailkh Baqir Syarif Qurasyi mengatakan: "Imam Ali bin Abi Thalib as adalah seorang sosok dan pribadi agung dalam umat ini, yang dikenal dengan kedermawanan, kecerdasan, keadilan, zuhud dan jihadnya. Di dalam dunia Islam, tidak seorang sahabat Rasul pun yang dapat menandingi sebagian sifat-sifat beliau as ini, terlebih lagi seluruh sifat-sifatnya. Sesunguhnya seluruh sifat dan sikap beliau as telah mengungguli seluruh bahasa dunia, baik dari kaum muslimin maupun selain kaum muslimin. Mereka seluruhnya bersepakat bahwa tidak ada seorangpun yang dapat menandingi beliau di sepanjang sejarah dunia Arab maupun lainnya selain saudara dan anak paman nabi Muhammad Rasulullah Saw.

Para sejarahwan telah sepakat bahwa Imam Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib as lahir di dalam Ka’bah yang suci[12] . Dan tidak ada seorang pun di dunia ini yang lahir di dalam Ka’bah. Sudah jelas, hal itu merupakan suatu tanda kebesaran beliau as dan ketinggian kedudukan beliau di sisi Allah Swt. Sehubungan dengan itu penyair Abdul Baqi al 'Amri berkata:

engkau adalah yang agung yang ditinggikan

dan tiada lagi yang lebih agung di dalam kota Makkah

dan di sisi Baitullah engkau dilahirkan.

Putra saudara Rasulullah Saw dan pintu kota beliau ini lahir di dalam rumah Allah yang paling suci demi untuk menerangi sekelilingnya dan mengangkat bendera tauhid serta mensucikannya dari berbagai kotoran berhala-berhala dan patung-patung. Bapak orang-orang asing, saudara orang-orang fakir, tempat berlindung orang-orang yang kesulitan dan kesusahan telah lahir di dalam rumah yang agung dan suci untuk menyebarkan keamanan, ketentraman dan kebahagiaan dalam kehidupan mereka, dan menghilangkan kefakiran serta kemiskinan dari mereka. Ayah beliau sebagai mukmin Quraisy dan pemimpin Bath-ha memberinya nama Ali, sebuah nama yang paling bagus dan indah, sebuah nama yang tinggi dalam kedermawanan dan kecerdasan dan tinggi pula dalam hal yang dianugerahkan oleh Allah yang berupa kekuatan dan potensi yang bersinar, yaitu berupa ilmu pengetahuan, adab dan keutamaan. Pemimpin bayan dan penegak keadilan Islam ini dilahirkan pada hari Jum'at tanggal 13 bulan Rajab setelah 30 tahun Fiil dan 12 tahun sebelum diangkatnya Rasulullah Saw sebagai nabi".[13]

Meninggikan Imam Ali as, Merendahkan Rasul saw

Perlu kamu pahami, bahwa jika seseorang memuji dan menyanjung Imam Ali as begitu tinggi, sama sekali bukan berarti merendahkan Rasulullah saw atau menomor duakannya, tidak, tidak demikian! Karena semua keutamaan yang terdapat pada diri Imam Ali as bersumber dan berkat tarbiyah dan jasa-jasa Rasulullah saw. Kedudukan dan derajat Rasulullah saw ada hisab dan tempatnya sendiri.

Apabila kamu membaca dan menghitung laqab-laqab atau julukan Imam as di dalam kitab-kitab sejarah Islam yang tentunya bersumberkan dari hadis-hadis Rasul saw, pasti kamu akan dapat menanggkap dan memahami bahwa sebenarnya hal itu menunjukkan kemulian dan ketinggian derajat beliau as di sisi Rasul saw dan di sisi Allah Swt. Adapun laqab-laqab yang mungkin sama yang juga dimiliki oleh sebagian sahabat nabi saw, maka hal itu masih perlu dipertanyakan keabsahan dan kejujurannya. Sebagian laqab atau julukan beliau as yang disampaikan oleh lisan suci Rasul saw itu antara lain ialah:

1. Ash shiddiq (orang jujur).

2. Al washi (penerima wasiat).

3. al faaruq (pembeda antara yang haq dengan yang batil).

4. Ya’subuddin (pemimpin agama).

5. Amirul mukminin (pemimpin orang-orang mukmin).

6. Hujatullah (hujjah Allah).

7. Dll.

Syaja'ah Imam Ali as

Mengenai keberanian Imam Ali as dan jasa-jasa beliau as di dalam berbagai peperangan, tidak diragukan lagi. Misalnya dalam perang Badr, dalam perang ini separuh dari kaum musyrikin yang terbunuh adalah di tangan beliau sendiri. Dalam perang Khandaq tidak seorang sahabat nabi pun yang berani melawan seorang musuh yang gagah berani yaitu Amr bin Abdi Wud selain Imam Ali as dan beliau lah yang berhasil menewaskan si musyrik itu. Ketika itu Rasulullah saw bersabda:"Pukulan pedang Ali pada perang Khandak lebih utama daripada ibadah "Tsaqalain" (seluruh jin dan manusia). Dalam perang Uhud, Imam Ali as tetap tegar membela Rasulullah saw dan beliau tidak mundur sejengkal pun. Sementara banyak sahabat nabi yang kabur ketakutan meninggalkan medan perang. Sejarah mencatat bahwa di antrara mereka yang kabur adalah Abu Bakar, Umar, Usman, dan lain-lain. Bahkan pada suatu kesempatan Abu Bakar dan Umar mengakui hal itu. Bukankah "Al-Firaru Minazzahfi" (Kabur dari peperangan dan tidak mentaati komando perang) termasuk dosa besar?

Karenanya, jika misalnya kamu mempunyai dua pertanyaan yang kamu tujukan kepada para prajurit dan sahabat Nabi saw yang ikut serta di dalam berbagai peperangan, yaitu:

1. Apakah si Fulan itu pernah membunuh musuh?

2. Berapa banyakkah si Fulan itu membunuh musuh?

Maka pertanyaan yang pertama itu tidak layak jika kamu tujukan kepada Imam Ali as! Kamu akan disalahkan jika kamu bertanya mengenai Imam Ali as dengan pertanyaan pertama. Kamu dianggap tidak mengerti sejarah jika kamu bertanya: "Apakah Imam Ali as itu pernah membunuh musuh Islam?" Jika kamu pernah membaca sejarah Islam, pasti kamu akan bertanya: "Berapa banyakkah Imam Ali as membunuh musuh-musuh Islam dalam berbagai peperangan?"

Sebaliknya, kamu akan dianggap tidak membaca sejarah islam, atau membacanya tetapi tidak memahaminya dengan baik, jika kamu bertanya mengenai Abu Bakar, Umar dan Usman, dengan pertanyaan yang kedua!

Karena pertanyaan yang layak dan sesuai dengan realita adalah pertanyaan yang pertama yang seharusnya ditujukan kepada mereka! Pernahkan kamu mendengar atau membaca bahwa Abu Bakar dan Umar atau Usman pernah membunuh musuh atau melakukan perang tanding dalam perang Badar, Uhud, Khandak, Khaibar, Hunain, dll? Walau hanya membunuh seorang musuh saja, sebagai tanda syaja'ahnya?

Alaa Kulli hal! Berkat ketangkasan Imam Ali as dalam perang Uhud itu, seluruh musuh yang berusaha ingin membunuh Rasulullah saw berhasil digagalkan. Sehingga Jibril pun turun dan memuji Imam Ali as dengan ungkapannya yang sangat terkenal :"Tidak ada pemuda (yang gagah berani) selain Ali. Dan tidak ada pedang (yang berhasil menghempaskan musuh Islam) selain pedang "Dzul Fiqar".

Dalam perang Khaibar Imam Ali as dengan pasukannya berhasil menghancurkan benteng Khaibar dan menghabiskan orang-orang Yahudi yang membangkang Rasulullah saw. Sementara sebelum itu, Abu Bakar dan kemudian Umar dengan pasukannya mengalami kegagalan total. Sampai akhirnya Rasulullah saw mengumumkan bahwa yang berhasil menghancurkan benteng Khaibar dan dia tidak akan mundur sejengkal pun (Karrar ghairu farrar) hanyalah seseorang yang mencintai Allah Swt dan Rasul-Nya dan Allah Swt dan Rasul-Nya pun sangat mencintainya. Dialah Imam Ali as yang ketika itu menderita sakit mata. Kemudian Rasulullah saw meniupkan atau menyebulkan matanya dan seketika itu juga sembuh. Lalu beliau saw menyerahkan bendera untuk memimpin peperangan melawan orang-orang Yahudi dan menghancurkan benteng Khaibar. Pintu benteng Khaibar itu tidak mungkin dapat diangkat oleh 40 orang. Tetapi Imam Ali as mampu mengangkat dan melemparkannya hanya seorang diri dengan tangan beliau yang penuh berkah. Dan masih banyak lagi kisah-kisah keberanian beliau as dalam berbagai peperangan yang dipuji oleh Allah Swt dan Rasul-Nya.

Telah saya katakana bahwa, jika saya atau seseorang memuji dan menyanjung Imam Ali as begitu tinggi, sama sekali bukan berarti merendahkan Rasulullah saw atau menomor duakannya. Imam Ali as sendiri pernah menyatakan bahwa "Ketika perang berkecamuk begitu dahsyatnya, aku berlindung di belakang Rasulullah saw".

Kedalaman Ilmu Pengetahuan Imam Ali as

Sehubungan luas dan dalamnya ilmu pengetahun Imam Ali as, beliau sendiri pernah menegaskan:

"Tanyakanlah aku sebelum kalian kehilangan akau!".

Ibnu Abil al-Hadid berkata: "Shahib kitab al-Isti'ab meriwayatkan dari sekelompok perawi bahwa tidak pernah seorang sahabat nabi pun yang pernah dan berani berkata seperti itu (Bertanyalah kepadaku) kecuali Imam Ali bin Abi Thalib as. Abu Ja'far alIskafi dari Ibnu Syabramah berkata: "Tidak seorang pun yang berani berkata di atas mimbar "Bertanyalah kepadaku" selain Ali bin Abi Thalib as".

Diriwayatkan bahwa Qatadah memasuki kota Kufah, kemudian orang-orang menghampirinya, ia berkata kepada mereka: "Bertanyalah kepadaku apa yang kalian inginkan!". Ketika itu Abu Hanifah hadir di tempat tersebut sementara usianya masih muda. Dia (Abu Hanifah) berkata: "Tanyakanlah kepadanya tentang semut nabi Sulaiman, laki-lalki ataukah perempuan?" Lalu mereka bertanya kepadanya tentang semut tersebut. Qatadah membungkam. Lalu Abu Hanifah berkata: "Semut nabi Sulaiman adalah perempuan. Dalilnya adalah firman Allah Swt:

إذ قالت نملة

(Ketika semut itu berkata).

Karena jika semutnya itu laki-lalki, tentu Allah Swt berfirman:

". إذ قال نملة

Mushannif (Allamah Sayyid Abdullah Syubbar) berkata: "Ucapan Abu Hanifah juga salah. Karena kata "an-Namlah" itu seperti kata "As-Syat" dan "al-Hamamah" yang bisa bermakna laki-laki dan juga perempuan. Kemudian al-Mushannif melanjutkan tulisannya:

"Banyak dinukil bahwa dia (Qatadah) pernah berkata: "Bertanyalah kepadaku sesuka hatimu!". Ketika itu bangkit seorang wanita dari tempat duduknya dan berkata: "Berapa jumlah tangga mimbar ini yang engkau taiki?" Qatadah merasa malu dan dengan jengkel berkata: "Wahai ibu, jika kamu keluar rumah tanpa izin suamimu, maka kamu dilaknat oleh Allah Swt. Dan jika kamu keluar dengan izin suamimu, juga dikutuk oleh Allah". Wanita itu berkata lagi: "Katakan kepadaku wahai alim, mengenai Ummul mukminin Aisyah ketika ia keluar rumah untuk memerangi Imam Ali as dan tentara muslim, apakah ia keluar dengan izin suaminya Rasulullah saw, ataukah tanpa izin suaminya?"

Qatadah membungkam seakan mulutnya tersumpal batu".[14]

Anak-anakku sekalian!

Ketahuilah bahwa tidak pernah sama sekali Khalifah Abu Bakar atau Umar atau Usman atau sahabat lainnya yang berani berkata di hadapan umat Islam "Saluni Qabla an Tafqiduni". Inipun merupakan keutamaan Imam Ali as yang tidak pernah ada pada selain beliau. Bahkan beliau as pernah berkata: "Dusta besar orang yang berani berkata seperti itu setelahku nanti". Cukuplah sebagai kemuliaan dan keutamaan Imam Ali as lainnya sampai hari kiamat adanya kumpulan dan koleksi ucapan-ucapan beliau yang terangkum di dalam kitab "Nahjul Balaghah" yang ditulis oleh Sayyid Syarif Radhi, dan yang lebih luas lagi terdapat di dalam kitab "Musnad Imam Ali" sebanyak 10 jilid tebal yang ditulis oleh Al-Muhakkik Allamah Sayyid Hasan alQabanji.

Mungkinkah kamu mengumpulkan ucapan-ucapan dan ungkapan-ungkapan Abu Bakar, atau Umar atau lainnya yang mengandung nilai tinggi yang setara dengan ungkapan "Nahjul Balaghah"? Kalla!!!

Saya Hanya Sekedar Menukil Ayat Al-Qur'an dan Hadis Nabi saw

Anak-anakku sekalian!

Ketika kamu lihat saya berbicara mengenai keutamaan dan kehebatan Imam Ali as tentu ada dasar, landasan atau dalilnya, yaitu ayat-ayat Al-Qur'an yang sharih dan hadis-hadis shahih yang sangat banyak sekali, bahkan sebagiannya mencapai mutawatir. Begitu pula ketika kamu lihat saya nampaknya merendahkan Khalifah Abu Bakar atau Umar atau Usman. Saya sendiri bukanlah apa-apa! Saya hanya berusaha mengikuti Al-Qur'an dan Rasul saw secara jujur. Tentu setelah mempelajari, merenungkan dan memahami baik-baik sesuai dengan kafasitas ilmu dan kemampuan saya.

Seandainya dan sekiranya -wal'iyadzu billah- terdapat ayat-ayat Al-Qur'an yang jelas yang didukung dengan hadis-hadis yang kuat dan pandangan para mufassir yang jujur yang menegaskan bahwa Imam Ali as itu ternyata seorang yang fasik, munafik, musuh di dalam selimut Rasul saw, penikam dari belakang, bersekongkol dengan sebagian orang-orang Yahudi, berakhlak buruk di hadapan Rasul, pemecah belah umat, mendahulukan perasaan dan emosinya, dan seterusnya dan seterusnya, maka sudah pasti saya akan sampaikan kepada kamu sekalian demi mentaati Allah Swt dan Rasul-Nya. Tapi kan ternyata tidak ada! Dan saya belum pernah menemukan ataupun mendengar!

Lantas, Cekor Kunam?! Wamadza Af'al?![15]

Toh nyatanya memang tidak ada! Yang ada malah segudang keutamaan dan kemuliaan beliau as yang perlu kita kaji dan kita tauladani. Padahal kemulian dan keutamaan Imam Ali as yang berserakan di berbagai kitab sejarah, hadis, tafsir, dan lain-lain itu sudah banyak yang dihapus, dibuang dan diasingkan oleh para pemalsu hadis, pengkhianat Islam, penjilat raja-raja tiran dan penyembah materi dunia. Toh nyatanya masih tak terhingga banyaknya. Padahal sudah sejak berpuluh-puluh tahun lamanya, di ribuan mimbar-mimar Jum'at, para khatib jum'at diwajibkan mengutuk dan merendahkan derajat Imam Ali as serendah-rendahnya. Sampai-sampai Khalifah Umar bin Abdul Aziz mengganti kutukan, laknat dan caci maki terhadap Imam Ali as itu dengan ungkapan:

إن الله يأمر بالعدل والإحسان ...............الخ

"Sesungguhnya Allah memerintahkan keadilan dan berbuat baik……dst".

Makanya sekarang, ketika kamu mendengarkan khutbah jum'at, rata-rata si khatib membacakan kalimat seperti itu.

Dan sebaliknya, jika kamu pernah membaca atau menemukan ayat-ayat AlQur'an atau hadis-hadis mutawatir yang menyatakan dan menegaskan bahwa Khalifah Abu Bakar atau Umar atau Usman itu, atau sahabat nabi yang lainnya itu, orang-orang jujur, tidak pernah menyembah berhala, tidak pernah mabuk, tidak pernah mengubur anak wanitanya hidup-hidup, tidak pernah menentang Rasul saw sama sekali, berjasa besar dalam setiap peperangan, mempunyai kecerdasan dan pengetahuan yang tidak tertandingi, mampu menjawab berbagai pertanyaan apa saja, keadilannya tidak diragukan, menjalankan hukum-hukum Allah Swt dengan baik dan jujur, memeluk dan menjalankan Islam sejak dini, dan seterusnya dan seterusnya, maka sampaikanlah kepada saya, sampaikan pula kepada umat Islam. Dan janganlah beranjak dari ayatayat Al-Qur'an dengan penafsiran yang jujur sejengkalpun!

Sebenarnya ada sebagian orang atau mufassir yang mengklaim bahwa terdapat beberapa ayat Al-Qur'an yang berbicara mengenai keutamaan dan kemulian yang menurut mereka- ditujukan dan diturunkan untuk menyanjung Abu Bakar dan mungkin juga Umar, dan bahkan berdasarkan hadis-hadis Rasulullah saw. Tetapi, ya itu tadi, ketika hadis-hadis itu diadu dan dihadapkan kepada hadis-hadis lainnya yang sharih dan kuat, tidak dapat diterima keabsahannya. Jadi sebenarnya ada ayat-ayat dan hadis-hadis yang menunjukkan kemuliaan dan keutamaan Abu Bakar dan Umar, hanya saja, ketika ayat-ayat dan hadis-hadis itu dikaji dengan baik dan seksama, tidak dapat dipertahankan kekuatannya dan tidak dapat dipertanggung jawabkan keabsahannya. Dan juga ada jalan dan qarinah lainnya yang menjadikan ayat-ayat dengan hadis-hadis yang menyinggung keutamaan Syaikhain itu tidak mungkin dapat diterima.

Hadis-hadis Rasulullah saw lainnya yang tidak pernah dikeluarkan kepada selain Imam Ali as adalah seperti sabda beliau:

1. "Aku dan Ali adalah bapak umat ini".

2. "Ali dan syi'ahnya adalah orang-orang yang beruntung".

3. "Tidak ada yang mencintai Ali selain si mukmin. Dan tidak ada yang membenci Ali selain muanfik".

4."Ali senantiasa bersama Al-Haq. Dan Al-Haq pun senantiasa menyertai Ali".

5."Orang yang paling pandai dalam memutuskan hukum adalah Ali".

6."Kedudukan Ali di sisiku adalah sebagaimana kedudukan Harun di sisi Musa. Hanya saja tidak ada lagi nabi setelahku".

Dan masih banyak sekali hadis-hadis nabi lainnya yang khusus ditujukan kepada Imam Ali as yang menunjukkan kemuliaan dan ketinggian derajat belias as di sisi nabi saw. Satu lagi saja sebagai tambahan, bahwa Rasulullah saw pernah bersabda :"Aku adalah kota ilmu, sedang Ali adalah pintunya. Barangsiapa yang ingin memasuki kota, maka masuklah melalui pintunya!".

Banyak sekali hadis-hadis nabi yang menjelaskan ketinggian ilmu Imam Ali as. Bahkan banyak pula ucapan dan ungkapan yang disampaikan oleh Abu Bakar dan Umar mengenai ketinggian ilmu beliau as. Misalnya Umar pernah berkata dan dalam beberapa kasus :

"Jika sekiranya tidak ada Ali, maka hancurlah Umar".

Nah sekarang, jika kelebih pandaian Imam Ali as, keberaniannya, dan kemuliaannya telah dapat kamu buktikan dengan jelas melalui kesaksian ayat-ayat AlQur'an dan hadis-hadis Nabi yang sangat banyak dan bahkan mutawatir, kemudian ketika terjadi kontradiksi dan pertentangan antara pandangan dan sikap Imam Ali as dengan pendapat dan sikap Khalifah Abu Bakar atau Umar, masihkah setelah ini kamu memilih ucapan, pendapat dan pandangan Khalifah Abu Bakar, atau Umar atau sahabat Nabi yang lainnya selain Imam Ali as?!

Khalifar Umar berpendapat bahwa shalat Tarawih harus dengan berjamaah dan 20 rakaat dan dilakukan setelah shalat isya'. Sementara pendapat Imam Ali as mengikuti prilaku Rsulullah saw, yaitu bahwa shalat Tarawih berjamaah itu bid'ah dan harus ditinggalkan. Dan Umar sendiri mengakui bahwa hal itu memang bid'ah.

Khalifah Umar telah menghapus ketetapan dan praktek haji tamattu' dan nikah mut'ah ketika beliau berkuasa menduduki kursi khilafah. Tetapi Imam Ali as tetap mengikuti Rasulullah saw, yaitu tetap mensahkan praktik haji tamattu' dan nikah mut'ah yang biasa dilakukan pada masa hayat Rasulullah saw dan para sahabat setelahnya.

Khalifah Umar telah menetapkan bahwa talak tiga sekaligus akan jatuh tiga talak juga. Dan setelah itu wanita itu menjadi haram bagi suaminya (tidak bisa rujuk) sampai ia menikah lagi dengan lelaki lainnya. Tetapi Imam Ali as tetap mempertahankan syariat aslinya sebagaimana dijalankan oleh Rasulullah saw, yaitu bahwa talak semacam itu batal. Dan talak itu harus dilakukan satu kali satu kali saja yang diselingi dengan rujuk.

Dan masih banyak lagi perbedaan pendapat, pandangan dan sikap antara Imam Ali as dengan Khalifah Umar sehubungan dengan masalah syariat.

Apabila kamu perhatikan dengan seksama mengenai kriteria-kriteria dan syaratsyarat seseorang untuk menjadi imam atau khalifah atau pemimpin umat, memang

56

berbeda antara pandangan mazhab Ahlisunnah dengan mazhab Syi'ah Imamiyah. Masalah ini dibahas secara mendetail di dalam bab imamah (akidah islam). Sebagai contoh yang sangat jelas, misalnya masalah imam jamaah dalam shalat fardhu. Mazhab Syi'ah Imamiyah sangat ketat dalam memilih dan menetapkan syarat-syarat imam jamaah, diantaranya adalah masalah 'adalah (keadilan imam), sementara mazhab Sunni sangat longgar. Apa buktinya? Bukti ilmiahnya dapat kamu baca di dalam kitab-kitab fikih yang membahas masalah syarat-syarat imam shalat jamaah. Sedang buktinya secara fakta dapat kamu saksikan ketika umat kedua mazhab itu melakukan shalat berjamaah di masjid-masjid, mushalla-mushalla mereka atau di tempat-tempat lainnya. Umat Syi'ah tidak menjadikan seseorang sebagai imam jamaah shalat sembarangan dan asal comot saja, tetapi harus kenal dan melihat ciriciri atau sifat-sifat tertentu sebagaimana ditetapkan di dalam kitab fikih mereka. Sementara umat Sunni boleh memilih seorang imam shalat berjamaah sembarangan, artinya asal bacaannya lumayan sudah bisa menjadi imam shalat tanpa memperhatikan 'adalah dan sifat-sifat khusus lainnya. Fenomena itu dapat kamu saksikan di mana-mana, di mushalla bandara, mushalla setasiun kereta api, mushalla pabrik dan di tempat-tempat shalat di berbagai lembaga dan perusahaan atau pendidikan. Di dalam mazhab Syi'ah Imamiyah imam shalat jamaah itu harus adil. Arti adil disini adalah tidak pernah melakukan dosa besar seperti dusta, mencuri, ghibah, korupsi, berzina, meminum minuman keras, khianat, dan lain-lain, dan tidak selalu melakukan dosa-dosa kecil, seperti memandang wanita yang bukan muhrimnya dengan pandangan syaithani, melihat acara-acara TV yang dapat merusak moralnya (bisa jadi melihat TV pun termasuk dosa besar, tergantung acara apa yang disaksikan), dan lain-lain. Apabila mereka di dalam memilih dan menetapkan imam shalat jamaah saja begitu ketatnya, apalagi di dalam memilih dan menentukan imam umat. Dengan mengkaji hal ini kamu dapat membandingkan bagaimana pemimpin mazhab Syi'ah yang ada sekarang ini dan siapakah pemimpin Sunni sekarang ini? Alla kulli hal, ini masalah imamah dan kepemimpinan yang menurut Syi'ah sangat urgen dan mempunyai peran penting dalam menentukan nasib umat, dunia dan akhirat. Lain halnya dengan pandangan mazhab Sunni. Sehubungan dengan masalah ini, kamu bisa baca buku-buku yang berkaitan dengan masalah tersebut. Dan semoga pada suatu kesempatan kita dapat mendiskusikan masalah yang sangat penting ini.

Nikmat dan Peranan Akal

Anak-anakku sekalian!

Sesungguhnya Alah Swt telah memberikan nikmat yang sangat besar kepada setiap insan, yaitu akal pikiran. Hanya akallah yang membedakan kita dengan seluruh binatang. Tanpa akal pikiran, jika di dalam hidup ini kita hanya menggunakan syahwat dan perasaan, maka sama sekali tidak ada bedanya antara kita dengan hewan. Bahkan kita lebih hina dan sesat lagi. Imam Ali as pernah berkata:

"Sesungguhnya Allah Swt telah menciptakan akal bagi malaikat tanpa syahwat, dan menciptakan syahwat bagi binatang tanpa akal. Tetapi Dia menciptakan keduanya bagi manusia. Barang siapa yang akal pikirannya dapat menaklukkan syahwatnya, maka ia lebih baik dari malaikat. Dan barang siapa yang syahwatnya dapat mengalahkan akalnya, maka ia lebih buruk dari binatang". [16]

Anak-anakku sekalian! Betapa indahnya ucapan Imam Ali as itu! Coba perhatikan, renungkan dan pahami baik-baik beberapa ucapan beliau as dibawah ini:

1. "Sesungguhnya Allah Swt itu tidak tisembah (tidak diibadahi) dengan sesuatupun yang lebih utama daripada akal "[17]

2. "Betapa banyaknya, hanya karena syahwat sesaat, mengakibatkan kesedihan yang panjang ".[18]

3. "Akal wanita itu terletak pada kecantikannya. Sementara keindahan lelaki itu terletak pada akalnya ".[19]

Allamah syaikh ustadz Ja'far Subhani mengatakan bahwa:

"Sesungguhnya akal itu merupakan sarana lainnya[20] yang dapat menuntun seseorang menuju kepada kesempurnaan. Akal adalah cahaya berkilau dan lampu penerang yang dapat menerangi jalan seseorang dan mensirnakan kegelapan yang menghalangi perjalanan hayatnya. Karena itu, Syaikh Subhani menambahkan, bahwa memanfaatkan nikmat Ilahi yang agung ini, dengan semaksimal mungkin, merupakan faktor utama lainnya yang mendorong seseorang berjalan menuju kepada kesempurnaan dan untuk mencapai puncak insani yang tinggi serta perkembangan budaya".[21]

Dengan akal, manusia dapat memperoleh ilmu yang banyak dan menentukan pilihannya yang tepat. Maka gunakanlah akal sehatmu itu untuk mencari ilmu pengetahuan sebanyak-banyaknya. Gunakanlah untuk menentukan pilihan yang tepat dan baik sehingga kamu akan bahagia dan selamat di dunia dan khususnya di akhirat kelak. Sebab hanya dengan akal dan ilmu pengetahuan serta kejujuran, kita akan selamat dan memperoleh kenikmatan surga yang abadi kelak. Dan sebaliknya, dengan mengabaikan petunjuk akal, dengan meremehkan ilmu pengetahuan dan dengan tidak berlaku jujur terhadap syariat, seseorang akan terjerumus dan terjerembab ke dalam jurang api neraka jahannam, Na'udzu Billah!

Anak-anakku sekalian!

Di antara fungsi akal yang kalian miliki itu adalah untuk memilah dan memilih apa saja yang baik dan layak untuk kesehatan, keselamatan dan kebahagiaan kalian. Bahkan melakukan pilihan itu merupakan fitrah dan naluri setiap insan berakal yang tidak dikhususkan bagi orang-orang yang berilmu pengetahuan saja. Karena anak kecil sekalipun mempunyai naluri itu. Coba saja adikmu yang masih berumur lima tahun, jika kamu berikan beberapa buah apel, atau baju, atau mainan, atau apa saja, dan kamu katakan padanya:"Ambil satu saja, jangan lebih!". Pasti ia akan memilih yang terbaik dan sesuai dengan seleranya, menurut pengetahaun dan pengalamannya.

Bukankah jika kamu pergi ke pasar untuk membeli sepatu, atau celana panjang, atau buah-buahan, atau barang apa saja, kamu pasti memilih yang paling bagus, paling kuat, paling murah, paling menarik dan paling menyenangkan dipakai atau di pandang mata? Bukankah jika seseorang ingin pergi ke kota naik bis, atau pergi ke luar negeri naik pesawat, ia pasti memilih bis atau pesawat yang paling baik, paling murah dan paling aman yang dapat mengantarkannya ke tempat tujuannya dengan selamat?

Jika hal itu sudah begitu jelas, karena memang sangat logis dan bahkan sesuai dengan naluri dan fitrah setiap insan, sehingga tidak seorang pun yang mengingkarinya, tetapi mengapa sebagian besar manusia tidak berhati-hati dalam memilih agamanya yang akan mengatur hidupnya di dunia ini dan menyelamatkannya di akhirat kelak?

Mengapa sebagian manusia tidak melakukan pilihan atau tidak memilih "bahtera" yang ia yakini akan menyelamatkannya dari ombak dan gelombang lautan dalam yang sangat ganas?

Apabila dikatakan kepada mereka:"Ambillah sebuah rumah atau mobil dari sekian puluh rumah atau mobil itu! Tetapi hati-hatilah karena banyak yang sudah rusak!", pasti mereka sangat berhati-hati dalam memilihnya. Dan pasti mereka mengeceknya sedetail mungkin. Bahkan jika ada tembok sebuah rumah yang hanya rompal sebesar sendok saja, pasti mereka mencari yang lainnya yang masih betulbetul mulus. Tetapi mengapa mereka tidak berhati-hati dalam memilih ajaran, aliran atau madzhab dalam agamanya yang jelas-jelas sebagai kendaraan menuju akhiratnya? Bukankah Rasulullah saw pernah bersabda, bahwa: "………Dan uamtku akan terpecah belah menjadi 73 golongan. Seluruhnya masuk neraka, kecuali satu golongan saja, atau yang 72 golongan akan masuk neraka. Dan hanya satu golongan yang akan masuk surga".

Apakah Rasulullah saw dusta dengan ucapannya itu? Apakah ucapan beliau itu hanya main-main dan sendagurau belaka? Tidakkah ucapan beliau itu, kini menjadi kenyataan?

Jika kamu tidak berhati-hati dalam menjalankan syari'at Islam, bagaimana mungkin kamu akan selamat dari sentuhan dan bisikan setan, bagaimana kamu akan selamat dari jilatan api neraka?

Jika kamu tidak yakin dengan akidah dan berbagai ibadah yang kamu lakukan, bagaimana kamu bisa yakin bahwa akidah dan ibadahmu itu dapat mengantarkanmu sampai ke pintu surga? Jika akidah, keyakinan, pandangan dan berbagai argumen-mu dalam beragama belum terujikan keabsahan dan kekuatannya, bagaimana kamu bisa yakin bahwa keyakinan, pandangan dan argumen-mu itulah yang benar dan yang lainnya salah? Bagaimana pula mereka yang berakidah dan beribadah hanya ikut-ikutan belaka dan sama sekali tidak mempunyai argumen? Sementara mereka larut dan tenggelam dalam berbagai maksiat dan kemungkaran, baik yang disadari maupun yang tidak disadarinya? Jika kamu tidak bersungguh-sungguh dalam beragama dan menjalankan syari'at, tidak salah jika ada orang yang mengatakan bahwa agama hanya sebagai "opium" belaka!

Anak-anakku sekalian!

Ketahuilah, bahwa hidup ini tidak main-main! Tidak ada orang lain yang akan menyelamatkanmu dari ganasnya gelombang kehidupan ini. Tidak ada seorang pun yang akan menyelamatkan dan membahagiakan dirimu di hari akhirat kelak, kecuali dirimu dan usahamu sendiri dengan gigih dan sungguh-sungguh! Karena itu, berhatihatilah dalam beragama dan menjalankan syariat! Jangan main-main! Janganlah hanya ikut-ikutan belaka. Kalian berbeda dengan kerbau atau sapi yang dicocok hidungnya dan diajak kemana saja ikut!

Gunakanlah akal sehat kalian mumpung-mumpung masih muda!

Rasulullah saw pernah berwasiat kepada Ibnu Mas'ud:[22]

"Wahai ibnu Mas'ud, apabila kamu ingin melakukan suatu pekerjaan, maka lakukanlah dengan ilmu pengetahuan dan akal. Sekali-kali janganlah kamu melakukan suatu pekerjaan tanpa perhitungan (tadbir) dan akal. Karena sesungguhnya Allah Swt berfirman: "Dan janganlah kamu seperti seorang wanita yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat menjadi cerai berai kembali".[23]

Di dalam riwayat lain Rasulullah saw bersabda: "Lakukanlah suatu pekerjaan sebagaimana seseorang yang mengetahui dengan yakin bahwa ia akan dikenakan sangsi jika salah dan akan mendapatkan balasan baik jika benar".[24]