PSIKOLOGI_ISLAM3

PSIKOLOGI_ISLAM30%

PSIKOLOGI_ISLAM3 pengarang:
: Muhamad Taufik Ali Yahya
: Muhamad Taufik Ali Yahya
Kategori: Akhlak

  • Mulai
  • Sebelumnya
  • 13 /
  • Selanjutnya
  • Selesai
  •  
  • Download HTML
  • Download Word
  • Download PDF
  • Pengunjung: 1860 / Download: 1781
Ukuran Ukuran Ukuran
PSIKOLOGI_ISLAM3

PSIKOLOGI_ISLAM3

pengarang:
Indonesia

Buku Ini di Buat dan di teliti di Yayasan Alhasanain as dan sudah disesuaikan dengan buku aslinya

PSIKOLOGI ISLAM

Membangun Kembali Moral Generasi Muda

Sayyid Mujtaba Musavi Lari

Tentang Penulis

Sayyid Mujtaba Musawi Lari lahir pada tahun 1935 di Lar, ibu kota Iran utara propinsi Laristan. Ayah nya Sayyid Ali Asghar Musawi dan kakek nya Sayyid Abdul Husein Musawi, termasuk di antara ulama terkemuka dalam teologi lslam. Sayyid Abdul Husein adalah juga salah seorang revolusioner besar awal perjuangan Iran untuk menggulingkan tirani Qajar dan memulai langkah nya demi kebebasan dan kemakmuran rakyat Iran.

Penulis kita ini belajar di sekolah-sekolah di Lar dengan mengikuti program pendidikan klasik dan juga menguasai spesialisasi studi-studi Islam. Dalam usia delapan belas tahun beliau pindah ke kota suci Qum untuk melanjutkan studistudi nya di bawah bimbingan para profesor maupun guru, termasuk para marja’ (maraji'). Kota Qum terkenal dengan kubah emas, makam suci puteri dari Imam Musa Al-Kadzim, Fatimah Al-Ma'sumah, yang wafat pada tahun 816 sewaktu berada dalam perjalanan untuk mengunjungi saudara nya, Imam Ali Ar-Ridha di Tus. Di kota ini Mujtaba Musawi Lari mengikuti studi-studi teologi lslam selama sepuluh tahun di mana saat itu beliau telah mencapai kelas tertinggi.

Sayang sekali air di daerah Lar pada waktu itu tidak disuling dan memiliki tingkat polusi yang tinggi. sehingga beliau terjangkit gangguan pencernaan yang serius dan segala usaha pun dikerahkan untuk mengobati beliau. Pada usia dua puluh sembilan tahun, atas anjuran para dokter beliau masuk rumah sakit di Jerman. Beliau menetap lama di negeri itu dibawah perawatan medis untuk menghilangkan penyakit beliau. Tetapi dengan keteguhan hati beliau bangkit mengatasi kelemahan dan mengabdikan bakat besar beliau dalam intelektualisme, patriotisme dan dedikasi. Setelah kembali ke Iran beliau menulis sebuah buku yang berjudul The Face of Western Civilization. Buku ini memuat pembahasan komparatif tentang peradaban Barat dan lslam, dan di dalamnya beliau dengan cara komparatif, dalil dan perbandingan yang tepat, membuktikan keunggulan peradaban lslam yang luas dan multi dimensional dibandingkan dengan peradaban Barat. Buku ini telah dicetak sebanyak tujuh kali. Dalam tahun 1970 diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh seorang Orientalis Inggris, F.G. Goulding dan menarik perhatian di Eropa. Artikel-artikel mengenai buku ini muncul secara berkala di Barat, dan BBC pun mengadakan wawancara dengan penerjemah mengenai alasan nya menerjemahkan buku tersebut. Edisi Inggris nya hingga kini telah dicetak tiga kali di Inggris, lima kali di Iran dan dua kali di Amerika.

Sekitar tiga tahun setelah publikasi penerjemahan dalam bahasa Inggris, Rudolf Singler, seorang profesor universitas di Jerman, menterjemahkan nya ke dalam bahasa Jerman. Salah seorang pemimpin Partai Sosial Demokratik memberitahu penerjemah dalam surat nya bahwa buku tersebut telah memberi pengaruh yang mendalam p-ada dirinya sehingga menyebabkan nya merubah berbagai pandangan nya tentang lslam dan ia pun menganjurkan kepada teman-teman nya untuk membaca buku ini. Terjemahan dalam bahasa Jerman hingga kini telah dicetak sebanyak tiga kali.

Edisi Inggris dan Jerman dicetak ulang oleh Departemen Pembinaan lslam untuk disebarluaskan ke luar negeri melalui Departemen Urusan Luar Negeri dan Asosiasi-asosiasi pelajar lslam di luar negeri.

Pada saat cetakan pertama berbahasa Jerman diterbitkan, seorang Ulama Muslim India yang bernama Maulana Raushan Aji menterjemahkan nya ke dalam bahasa Urdu untuk dibagi-bagikan di India dan Pakistan. Terjemahan Urdu ini kini telah dicetak sebanyak lima kali.

Sayyid Mujtaba Musawi Lari juga telah menulis artikel untuk sebuah brosur tentang Tauhid, yang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dan dipublikasikan beberapa kali di Amerika.

Beliau adalah juga penyumbang tetap untuk majalah bulanan yang diterbitkan oleh para pemuka Islam di Qum, "Maktab-iIslam", dan juga untuk terbitan-terbitan berkala lainnya yang berkaitan dengan ajaran-ajaran .Islam. Beliau telah memprakarsai sejumlah yayasan lembaga umum dan memperoleh kepercayaan yang sangat besar dari masyarakat sehingga sejumlah besar dana mengalir kepada beliau untuk mendirikan yayasan-yayasan ini. Itu semua meliputi sekolahsekolah, klinik-klinik kesehatan, pusat-pusat pendidikan agama, dan masjid masjid; kebanyakan dana tersebut berasal dari penduduk asli Lar. Beliau juga mengorganisir suatu amanah yang bersifat amal bakti untuk membantu orang orang kekurangan, sakit, janda dan pelajar-pelajar miskin. Banyak yang telah terselamatkan melalui usaha-usaha beliau dan banyak orang yang telah ditolong untuk memajukan kehidupan mereka, dan melalui orang-orang yang bertanggung jawab dengan bantuan yang diberikan mereka melalui kepercayaan ini.

Beliau melanjutkan pembahasan nya tentang etika lslam dengan menulis artikel-artikel baru. Dalam tahun 1974 kumpulan artikel ini menjadi sebuah buku yang berjudul The Function of Ethics in Human Development. Buku ini telah dicetak ulang sebanyak enam kali.

Tahun 1978 beliau berkunjung ke Amerika atas undangan sebuah organisasi lslam di negeri itu. Kemudian beliau ke Inggris dan Perancis dan setelah itu kembali ke Iran dengan mulai menulis serangkaian artikel tentang Ideologi lslam untuk majalah Soroush. Artikel-artikel ini terkumpul dalam empat jilid berisi akidah lslam (tauhid, keadilan Ilahi, nubuwah, imamah, dan kebangkitan) dengan judul The Foundation of Islamic Doctrine.

Keempat jilid buku ini telah diterjemahkan dalam bahasa Arab, beberapa bagian telah dicetak ulang beberapa kali. Terjemahan bahasa Inggris dalam jilid pertama nya telah diterjemahkan dan dipublikasikan. Terjemahan dalam bahasa Urdu, India dan Perancis telah dikerjakan; dua jilid berbahasa Perancis pun telah terbit.

Dalam tahun 1980 Sayyid Mujtaba Musawi Lari mendirikan sebuah organisasi di kota suci Qum yang disebut Lembaga untuk Penyebaran Budaya lslam ke Luar Negeri. Lembaga ini membagi-bagikan terjemahan karya-karya beliau kepada orang-orang yang berminat di seluruh dunia. Lembaga ini juga membagi-bagikan AI-Quran kepada kaum Muslimin, lembaga-lembaga dan sekolah-sekolah keagamaan di Afrika.

Pendahuluan

Setiap orang di dunia ini berusaha untuk mencapai 'kebahagiaan' dan 'ketenangan'; siang malam mereka berjuang untuk meraih cita-cita ini di berbagai sudut kehidupan yang tampak seperti medan perang. Dalam banyak hal, ia rela bertarung dalam arena ini dengan mengorbankan segalanya, demi menyaksikan merpati kebahagiaan terbang di atas kepala nya, sehingga ia dapat hidup di bawah bayang-bayang kehidupan nya.

Adalah menyedihkan melihat banyak individu yang memiliki berbagai bakat yang dengan hal itu dapat merubah diri mereka kepada suatu kehidupan bahagia dan memuaskan, harus hidup menderita; jiwa mereka menjadi permainan rasa gelisah dan khawatir yang disebabkan oleh berbagai faktor yang berbeda. Akibatnya, individu-individu ini menjadi korban dari mimpi palsu, bahwa hidup bahagia itu tidak lain kecuali khayalan semata, dan akhir yang tak terelakkan pun terjadi bagai jerami yang terhempas oleh gelombanggelombang penderitaan dan kandas di dasar kubur kekecewaan dan kesengsaraan.

Rasa sakit dan penderitaan ini tidak lain merupakan akibat dari memilih bayang-bayang palsu di balik fakta dan kenyataan. Mereka tidak mengikuti sinar kebenaran, dan tidak mengambil bagian yang dapat dipercaya dari jalan kehidupan. Sesungguhnya pantulan baying-bayang yang diserap pikiran manusia ini berada dalam gelombang kegelisahan, dan cita-cita mereka yang kosong serta harapan mereka yang tidak realistis, merupakan faktor-faktor yang mengeluarkan manusia dari cahaya kepada kegelapan dan membuat mereka mengalami penderitaan yang membingungkan.

Manusia yang adalah makhluk tertinggi, diciptakan dari dua kekuatan yang berbeda, kekuatan rohani dan kekuatan mekanis. Selain karakteristik-karakteristik fisik yang terdapat pada hewan ini, manusia banyak memiliki kebutuhan rohani yang jika dipenuhi, akan memberi nya suatu kesempatan yang sangat besar dalam pencapaian kesempurnaan. Setiap salah satu dari dua sisi manusia menjadi lebih kuat dari yang lain, maka sisi yang satu nya akan melemah, dan karenanya terkalahkan.

Melihat kenyataan yang ada, adalah penting untuk dicatat bahwa industri benar-benar telah mengubah ciri-ciri kehidupan. Kemajuan industri, bersamaan dengan berbagai perubahan yang ditimbulkan nya dalam segala aspek kehidupan, telah memberi kejelasan atas berbagai ketidakpastian yang membingungkan, serta telah memecahkan persoalan-persoalan sulit yang tak terhitung jumlahnya. Kini, banyak bagian dari alam semesta, dari kedalaman laut sampai kepada kegelapan angkasa, telah menjadi wilayah-wilayah perjalanan dan petualangan manusia. Di lain pihak, berbagai kebutuhan rohani manusia menjadi lemah; di darat dan di laut pun timbul kerusakan akibat berbagai kejahatan yang dilakukan manusia di segala sudut kehidupan. Jumlah malapetaka dan kejahatan yang tidak manusiawi telah mencapai tingkat yang tidak dapat dipercaya. Faktor-faktor keselamatan telah menjadi lemah di hadapan gejala kerusakan dan kehancuran sosial, dan sisasisa kehidupan spiritual sedang terbakar di tengah-tengah api nafsu, kejalangan, dan kekotoran.

Hari ini secara jelas kita lihat, bahwa berbagai keuntungan materi merupakan prioritas utama di atas kebajikan. Manusia telah melengkapi dirinya dengan alat-alat industri dan ilmu pengetahuan eksperimental, dan telah menolak manfaatmanfaat baik yang diharapkan dan dibutuhkan untuk melindungi jiwa manusia dari kehancuran di bawah kaki kejahatan nafsu dan berbagai keinginan yang tidak terkendali. Bahkan emosi-emosi manusia sedang berjuang antara hidup dan mati.

Dusta, kikir, kemunafikan, penindasan, individualitas dan berbagai sifat rendah lainnya, menyerupai sebuah bendungan raksasa yang menghadang sungai kecil kebahagiaan dan kesempurnaan manusia; mereka telah merantai tangan-tangan manusia dan menjatuhkan nya ke dalam gelombang samudera kekotoran yang keras. Kemenangan para ksatria, kesepian, penderitaan pribadi, malapetaka sosial dan berbagai macam kesengsaraan pada umumnya, merupakan akibat dari jatuhnya nilai-nilai kebajikan manusia. Baik sosiolog maupun psikolog membuktikan suatu fakta, bahwa tanpa budi luhur dan bimbingan rohani, manusia akan menyimpang dari jalan keadilan yang menuntun nya ke puncak kebesaran dan kesempurnaan.

Individu-individu yang unggul di tengah masyarakat, dan yang namanya direkam dalam lembaran-lembaran tebal sejarah, semuanya memiliki berbagai kebajikan yang murni dan dihargai. Masyarakat yang tidak dilengkapi dengan senjata tatakrama yang baik, tidak dikendalikan oleh kaidahkaidah yang bermanfaat, sebenarnya tidak berhak menerima hidup sebagaimana mestinya seorang manusia. Karena alasan inilah, kehancuran peradaban-peradaban besar dahulu kala tidak terjadi atas dasar krisis politik atau ekonomi, tetapi disebabkan oleh kemerosotan tingkah laku yang baik.

Hukum dan sistem buatan manusia tidak mampu menembus jiwa manusia, dan tidak dapat menjamin hubungan yang konstruktif antara masyarakat dan bangsa yang berbedabeda, sebaik seperti yang dilakukan oleh cara-cara kerohanian. Hukum-hukum buatan manusia, yang merupakan perwujudan dari gagasan-gagasan manusia, tidak memenuhi syarat untuk menciptakan kebahagiaan yang sesungguhnya kepada umat manusia; hal ini karena manusia mempunyai kemampuan berpikir yang terbatas.

Jadi mereka tidak dapat memahami segala fenomena yang mengelilingi hidup mereka. Tambahan pula, bahkan jika manusia mengetahui kedalaman fenomena yang mengelilingi nya, ia selalu berada di luar pengaruh yang kemudian menjauhkan nya dari menerima kebenaran. Atas dasar ini kita amati bahwa hukum-hukum buatan manusia, selalu berubah bersama waktu dan kondisi-kondisi yang mengelilingi nya. Sebenarnya, timbul nya kerusakan dan

kesengsaraan tidak lain merupakan akibat dari lemah nya hukum-hukum semacam ini.

Di lain pihak, kita memiliki ajaran suci dari para Nabi yang diilhami dengan mata air indah dari sinar wahyu, yang bergantung kepada Ilmu Ilahi yang tidak terbatas. Karenanya, hukum ini tidak mudah diterpa oleh pasang surut nya waktu, perubahan atau transformasi. Karena keluasan realitas kehidupan dan keberadaan nya, ajaran kenabian menawarkan kepada manusia suatu sistem yang paling akurat untuk mencapai kesempurnaan dan keunggulan akhlak serta moral, dan menyeru umat manusia agar mengarahkan jiwa kepada kebesaran. Dampak-dampak keyakinan yang positif dan bernilai atas manusia tidak dapat dipungkiri lagi, karena jelas, bahwa jika manusia tidak memiliki motif yang kuat dalam diri mereka yang sanggup mencegah mereka untuk tidak menjadi korban nafsu dan berbagai keinginan yang tidak ada atasnya, maka setiap langkah yang ia ambil pun akan menuju kepada kerusakan. Dengan alasan itu, tidaklah mungkin membangun suatu masyarakat yang tenteram dan sempurna tanpa melengkapi para anggota nya dengan akhlak dan kerohanian.

Atas dasar apakah akidah lslam yang kekal itu dibangun? Pada pribadi besar di segala zaman, Nabi Besar Muhammad Saw., yang sejak hari pertama nya mengandalkan ketakwaan, terdapat kebahagiaan yang mampu membawa kepada ketenangan di dunia ini dan di akhirat kelak.

Sesungguhnya seruan lslam dibangun di atas dasar-dasar yang dibutuhkan manusia untuk mengangkat nilai rohani nya hingga titik tertinggi; menaikkan tingkat kepercayaan nya kepada suatu rantai kemurnian dan nilai-nilai yang patut dipuji. Secara keras lslam melarang manusia mengorbankan akhlak nya yang mulia demi nafsu dan keinginan nya. lslam berdiri tegak menentang orang-orang yang berakhlak rendah. dan memerangi mereka secara keras. Oleh karena itu suatu masyarakat yang berada dalam ikatan individu dan sosial yang dibangun atas dasar nilai-nilai lslam dapat merasakan ketenteraman. ketenangan dan kepercayaan dalam segala aspek kehidupan. Semua anggota nya menikmati hak-hak yang sama. dan menjalankan hubungan antar pribadi yang didasarkan pada iman. Maka berikan lah kepada masyarakat suatu kesempatan untuk mencapai hal yang sama, yang merupakan suatu langkah sempurna menuju revolusi rakyat oleh umat manusia.

Dalam buku ini kami menyajikan beberapa persoalan penting yang mempengaruhi kehidupan sosial manusia serta bagaimana lslam berurusan dengan mereka.

Adalah wajib bagi saya untuk menyebutkan, bahwa bagian dari isi buku ini sebelumnya telah diterbitkan dalam majalah The Islamic Ideology yang terbit dalam bahasa Persia di kota suci Qum. Saya serahkan kepada para pembaca yang budiman untuk menilai buku ini yang telah dipuji oleh banyak ulama. Saya berharap kita semua maju dalam mengembangkan diri kita di atas jalan para ulama lslam dan menyelamatkan jiwa kita agar tidak tenggelam ke dalam noda-noda nafsu yang menyesatkan.

Sayyid Mujtaba Musawi Lari

7. Mencari-Cari Kesalahan

• Ketidaktahuan Atas Kesalahan Sendiri

• Sindiran dan Para Penghina

• Ajaran Agama Terhadap Sifat Menyindir

Ketidaktahuan Atas Kesalahan Sendiri

Salah satu perilaku manusia yang paling lemah adalah ketidaktahuan atau kejahilannya atas kesalahankesalahannya sendiri. Dalam banyak hal jiwa tidak tahu akan suatu sifat yang tidak dikehendaki, yang akibatnya secara tidak sadar mengambil sifat semacam ini sebagai dasar kesengsaraan. Ketika seseorang menjadi budak kejahilannya, ia membunuh ruh moralitas di dalam dirinya. Setelah itu menjadi korban berbagai kecenderungan dan beragam nafsunya yang mengasingkannya dari kebahagiaan dan kesenangan. Di bawah keadaan seperti ini, baik petunjuk maupun nasehat yang bersifat membangun tidak akan berpengaruh.

Kebutuhan pertama bagi keselamatan diri adalah menyadari kelemahan-kelemahan anda. Satu-satunya jalan agar manusia dapat menyingkirkan akhlak-akhlak buruknya dan menolong dirinya dari berbagai bahaya dalam kepribadiannya yang dapat mengarahkannya kepada penderitaan, adalah jika ia menyadari akhlak-akhlak semacam ini.

Suatu telaah yang hati-hati atas watak-watak jiwa manusia untuk mendidik umat manusia, merupakan langkah penting menuju integritas rohani dan perilaku. Renungan diri membuat seseorang menyadari berbagai kelemahan dan halhal positifnya, menghapus sifat-sifat yang tidak dikehendaki, dan menjernihkan cermin jiwanya dari noda dosa-dosa dengan mengadakan penyucian akhlak.

Kita melakukan suatu kesalahan yang tidak dapat diampuni ketika secara ceroboh tidak mengetahui cerminan sesungguhnya dari diri kita di dalam cermin perbuatanperbuatan kita. Adalah tanggung jawab kita untuk menemukan watak kita sendiri untuk secara tepat menunjukkan sifat-sifat yang tidak dikehendaki yang tanpa terasa telah tumbuh di dalam diri kita. Tidak syak lagi, kita akan mampu mencabut akar-akar sifat semacam ini, bahkan menahannya agar tidak muncul dalam kehidupan kita dengan tenis menerus berjuang melawannya. Bagaimanapun juga, pencapaian sifat-sifat mulia memerlukan kesabaran melalui kerja keras yang tiada akhirnya. Masalah ini bukanlah sesuatu yang mudah untuk dilaksanakan.

Bagi kita, untuk mencabut akar-akar kebiasaan yang berbahaya dan merusak, tidak mungkin hanya sekadar menyadarinya tetapi juga harus memiliki kehendak yang kuat ke arah sana. Lebih baik lagi bila kita mengerahkan tindakantindakan kita juga pemikiran kita menjadi lebih lurus dan lebih produktif. Hasil-hasil dari setiap langkah dalam proses ini akan membawa kira maju ke tahap selanjutnya.

Dr. Carl menulis:

Cara yang paling efektif untuk mengubah program harian kita menjadi program yang dapat diterima adalah dengan memeriksanya secara cermat setiap pagi dan meninjau kembali hasil-hasilnya setiap malam. Kemudian dengan cara yang sama pula kita menyelesaikan tugas tertentu pada kesempatan khusus; kita harus memasukkan ke dalam jadwal kita mengenai langkah-langkah tertentu sehingga orang lain dapat memanfaatkannya dari berbagai aktivitas kita. Dalam tingkah laku kita harus fair dan adil.

Rendahnya perilaku adalah sebagaimana kejijikan terhadap tubuh yang kotor. Maka, pentingnya membersihkan tubuh kita dari kotoran seperti mensucikan akhlak kita dari noda. Beberapa orang melakukan gerak badan sebelum dan atau sesudah tidur; demikian juga pentingnya merenungkan akhlak dan pemikiran kita sepenting gerak badan ini. Dengan mempelajari cara ini kita harus bertindak dan berupaya untuk memperhatikan batas-batas kira yang ditandai, kita dapat melihat kenyataan kira sendiri tanpa adanya penghalang. Keberhasilan kita dalam membuat keputusan secara langsung berhubungan dengan batin kita sendiri. Adalah wajib atas setiap orang, baik-tua atau muda, kaya atau miskin, terpelajar atau jahil, untuk mengetahui apa yang telah dilakukan dalam pengeluaran dan pendapatan harian, sebagaimana para saintis menulis tentang hasil-hasil eksperimen mereka. Dengan menggunakan cara seperti ini secara cermat dan sabar, jasmani dan rohani kita akan berubah ke arah yang lebih baik.

Sindiran dan Para Penghina

Adalah fitrah manusia dalam mencari kesalahan, kekeliruan dan rahasia orang lain serta mengkritik dan mengecam mereka atas dasar kelemahan-kelemahan ini. Namun dalam banyak hal, berbagai kesalahan dan kelemahan orang-orang ini sangat melampaui sifat-sifat mulia mereka. Mereka tidak tahu akan hal ini dan mendudukkan diri mereka di atas berbagai kemalangan orang lain.

Menghina orang lain merupakan suatu sifat jahat yang mengotori kehidupan manusia dan menurunkan watak perilakunya.

Unsur-unsur yang mendorong manusia untuk menjatuhkan orang lain menjadi lebih berbahaya ketika disertai dengan kesombongan, keangkuhan, dan egois. Kerumitan-kerumitan perilaku ini menghasut manusia untuk membuat keputusankeputusan yang keliru dan berpikir bahwa mereka adalah orang-orang yang benar.

Orang-orang yang suka mengkritik orang lain telah menyianyiakan usahanya dengan cara-cara yang tidak dapat diterima oleh akal maupun hukum. Mereka terlalu bernafsu melihat berbagai kesalahan temannya untuk menghina dan merendahkan mereka, mereka tidak tahu bahwa dengan berbuat demikian mereka sebenarnya membuang kesempatan untuk melihat kesalahannya sendiri, atau membimbing dirinya kepada hidayah dan kebenaran. Orang-orang yang tidak teguh hatinya tidak melihat adanya syariat atau tidak menghormati martabat orang lain; mereka tidak dapat hidup secara harmonis dengan orang-orang yang paling dekat dengan mereka. Ketika orang-orang ini tidak dapat menemukan sasaran untuk menghina; mereka pun kembali kepada para sahabat dan teman mereka; dengan alasan tadi orang-orang ini tidak mampu mendapatkan sahabat-sahabat yang sesungguhnya, yang cinta dan rasa hormatnya dapat mereka rasakan.

Di sepanjang hidupnya manusia memperoleh kemuliaan; oleh karena itu, orang-orang yang suka menghina orang lain tidak bisa menyadari jumlah kerusakan yang mereka lakukan terhadap diri mereka sendiri, mereka tidak dapat menghentikan diri mereka dari reaksi sosial terhadap perbuatan-perbuatan salah mereka. Perbuatan-perbuatan salah yang mereka lakukan tidak lain akan menimbulkan kebencian, permusuhan dan kejijikan. Mereka merasa bersalah, tetapi sebagaimana dikatakan, "Tidaklah mungkin mengembalikan burung ke sarangnya bila ia telah terbang jauh".

Orang-orang yang ingin hidup bermasyarakat dengan orang lain harus menentukan berbagai tugas dan tanggung jawabnya sendiri, salah satu darinya adalah dengan selalu mencari sifat-sifat luhur dan perbuatan-perbuatan baik orang lain agar dapat memuliakan mereka. Ia juga harus menjauhkan dirinya dari sifat-sifat yang menghina martabat orang lain dan yang bertentangan dengan dasar-dasar cinta, karena cinta hanya tumbuh dan hidup di dalam rasa saling menghormati dan saling menaati di antara kedua kelompok. Orang yang memiliki kebiasaan menyembunyikan berbagai kelemahan orang-orang dan teman-teman yang dicintai akan merasakan hubungan yang lebih stabil.

Sertakanlah puji-pujian jika seseorang hendak menarik perhatian orang-orang yang ia cintai kepada titik-titik lemahnya sehingga orang tersebut mempunyai kesempatan untuk berubah. Tentu saja perlu bagi individu yang bermaksud menunjuki perhatian temannya kepada sifatnya yang tidak menyenangkan dengan menggunakan keahlian khusus agar tidak menghina atau "menyakiti perasaannya".

Menurut seorang pendidik:

Adalah mungkin menarik perhatian pendengar anda kepada kesalahan-kesalahannya dengan suatu pandangan sekilas atau gerak isyarat, biasanya tidak perlu untuk berbicara secara langsung. Jika anda berkata kepada seseorang, 'Anda membuat kesalahan', maka ia tidak akan pernah setuju dengan anda karena anda telah menghina akalnya, kemampuannya untuk berpikir dan kepercayaannya. Menentangnya secara terang-terangan akan membuatnya melawan tindakan anda tanpa membetulkan berbagai pandangannya, meskipun anda buktikan kepadanya secara meyakinkan bahwa anda benar. Bila anda sedang berbincang-bincang dan tidak mengawalinya dengan, 'Saya akan membuktikannya kepadamu,' atau 'Saya akan membenarkan itu', ini berarti anda lebih cerdas atau lebih pandai dari orang yang anda ajak bicara. Tindakan mengoreksi pemikiran seseorang merupakan tugas yang sulit, maka kenapa menambah lagi kesulitan dengan mengikuti prosedur yang salah dan menciptakan rintangan yang tidak dapat diubah. Bila anda mengusulkan untuk membuktikan sesuatu, adalah penting bahwa orangorang tersebut tidak menyadari niat anda. Anda harus memulai tujuan anda dengan langkah-langkah yang tepat tanpa memberikan kesempatan kepada siapa pun untuk mengetahui maksud anda. Ingatlah kata-kata berikut ketika anda berupaya dalam bidang ini: 'Ajarlah orang tanpa harus menjadi guru.'

Ajaran Agama Terhadap Sifat Menyindir

Al-Quran memperingatkan penyindir terhadap nasib mereka yang suram, dan memperingatkan mereka tentang berbagai akibat perbuatan jahat mereka. Tertulis dalam Al-Quran:

"Sengsaralah setiap pemfitnah, pencemar nama baik".

lslam mewajibkan kepada kaum Muslimin untuk memperhatikan aturan-aturan akhlak dan tingkah laku yang baik guna memelihara persatuan lslam juga melarang memfitnah dan menyindir untuk menghindari permusuhan dan lemahnya hubungan persaudaraan. Oleh karena itu, adalah tugas setiap Muslim untuk memperhatikan hak-hak orang lain dan menjauhkan diri dari sifat menghina dan merendahkan mereka.

Imam Ja'far Ash-Shadiq a.s. berkata:

Seorang beriman menjadi lebih tenteram hatinya di dekat seorang beriman yang lain lebih daripada orang kehausan ketika menemukan air yang sejuk.

(Al-Kafi, jilid II, hal. 247)

Imam Al-Baqir a.s. berkata:

Cukuplah suatu kesalahan seseorang ketika mencari kesalahan-kesalahan orang dan tidak tahu bahwa ia mengalaminya, mengkritik orang lain karena sesuatu hal yang ia sendiri mengerjakannya, atau menyakiti sahabat karibnya yang oleh sebab itu tidak prihatin padanya.

(AI-Kaji, jilid II, hal. 459)

Datuk mereka, Imam Ali a.s. berkata:

Hindarilah persahabatan dengan orang-orang yang mencari kelemahan-kelemahan orang lain, karena persahabatan dengan mereka akan menjadikan tidak aman dari makar-makar mereka.

(Ghurar Al-Hikam, hal. 148)

Kendati sebagian dari fitrah manusia adalah menolak kritikan, namun kita harus penuh perhatian terhadap kritik yang bersifat membangun. Di bawah bayang-bayang nasehat yang membangun kita mampu mempersiapkan berbagai unsur guna meningkatkan diri kita, Insya Allah.

Amirul Mukminin Ali a.s. mengingatkan kita akan kenyataan tersebut di atas ketika beliau berkata:

Biarlah orang yang paling dekat denganmu menjadi orang-orang yang membimbingmu untuk (menemukan) kelemahan-kelemahanmu, dan membantumu melawan berbagai inspirasi mu yang keliru.

(Ghurar AI-Hikam, hal. 558)

Berikut ini adalah dari buku karya Dr. Dale Carnegie, How to Win Friends and Influence People:

Kita harus mendengarkan kritik dan menerimanya, karena jangan sampai kita mengharapkan dua per tiga hari tindakan dan pemikiran kira benar. Albert Einstein mengakui bahwa sembilan puluh sembilan persen dari gagasan dan kesimpulannya salah. Ketika seseorang hendak mengkritik saya, saya lihat diri saya menjadi defensif bahkan tanpa mengetahui apa yang ingin ia katakan; namun ketika hal ini terjadi, setelah itu saya membenci diri saya sendiri. Kita semua lebih menyukai pujian dan sanjungan dan menolak celaan dan kritikan tanpa memperhatikan tingkat ketepatan dan keakuratan berbagai ulasannya. Sesungguhnya kita bukanlah anak bukti dan logika, tetapi anak perasaan. Berbagai pikiran kita menjadi seperti perahu layar yang dilambungkan oleh gelombang perasaan di tengah laut yang gelap. Saat ini banyak di antara kita yang percaya diri, tetapi dalam usia empat puluh tahun kita akan melihat ke belakang mengenai diri kira dan kita pun tertawa terhadap berbagai tindakan dan pemikiran kita.

Imam Ali a.s. berkata:

Barangsiapa yang mencari kesalahan orang lain harus memulai dari dirinya.

(Ghumr Al-Hikam, hal, 659)

Dr. H. Shakhter berkata:

Sebagai ganti dari mengeluh terhadap berbagai ucapan atau tindakan orang lain, lebih baik merenungkan berbagai problem dan penderitaan anda sendiri, dan bila mungkin memperbaikinya. Adalah wajib atas tiap orang di antara kita untuk merenungkan berbagai problem kita, menemukan kesalahan-kesalahan dan kelemahan kita, dan memecahkannya jika mampu.

(Roshd e Shakhsiat)

Orang yang bodoh mencoba menyembunyikan kelemahankelemahannya dan tidak berusaha untuk menghilangkannya.

Menurut Imam Ali a.s.:

Adalah suatu kebodohan dalam diri seseorang yang membuatnya memperhatikan kesalahan-kesalahan orang lain dan tidak melihat apa yang tersembunyi tentang kesalahannya sendiri.

(Ghurar Al-Hikam, hal. 559)

Dr. Auibuty berkata:

Karena kebodohan kita, kita sering tidak mengetahui kelemahan-kelemahan kita dan menyembunyikannya di balik kerudung kejahilan dan ketidaksadaran yang membujuk diri kita dengan cara ini. Adalah mengherankan, bagaimana manusia mencoba menyembunyikan kelemahan-kelemahan mereka dari mata orang lain tanpa pernah mencoba untuk menghapusnya. Namun ketika salah satu dari kesalahan mereka terungkap dan mereka tidak dapat menyembunyikannya, mereka pun menciptakan ribuan alasan untuk memuaskan diri mereka dan orang lain. Orang-orang ini mencoba untuk menutupi harga diri tentang berbagai kesalahan mereka di mata orang lain, mereka lupa bahwa hari demi hari gengsi terhadap kesalahan semacam ini akan menjadi lebih nyata. Tepatnya seperti benih yang tumbuh menjadi pohon yang perkasa.

(Dar Jostojuye Khushbakhti)

Mempelajari kepribadian adalah satu-satunya cara yang diterima oleh para psikolog untuk mendiagnosis dan mengobati berbagai macam penyakit. Imam Ali a.s. menasehati manusia dengan cara yang sama. Beliau berkata:

Adalah wajib bagi orang yang berakal untuk menunjukkan secara tepat tentang berbagai kelemahannya dalam agama, pendapat, perilaku dan akhlak, serta mengumpulkannya di dalam hati mereka atau dalam .sebuah buku dan berupaya untuk menghapusnya.

(Ghurar Al-Hikam, hal. 448)

Juga menurut seorang psikolog:

Duduklah dengan santai di dalam sebuah ruangan yang tenang dengan pikiran yang bersih dan pintalah keluargamu agar tidak mengizinkan orang lain mengganggumu. Tempat yang lebih menyenangkan dan lebih mengistirahatkanmu adalah tempat yang lebih baik; karena apa yang ingin kita lakukan memerlukan hukum dasar yang tidak mengizinkan pemikiran anda terganggu dengan hanya berkonsentrasi pada sasaran utama. Juga, jangan sampai tubuh anda dibelokkan oleh kebutuhankebutuhan jasmaniah anda.

Ambillah beberapa kertas buram yang murah dan sebuah pena yang dapat menulis dengan mudah. Saya menyebut kertas buram yang murah agar mengizinkan anda untuk menggunakan jumlah yang besar tanpa mengkhawatirkan biayanya. Saya juga menyebut pena yang mudah karena anda akan dikelilingi oleh ribuan faktor rohani dan psikologis ketika anda mempelajari diri anda, anda akan membutuhkan sebuah pena yang tidak akan mengganggu anda.

Buatlah sebuah daftar tentang berbagai jenis perasaan dan reaksi yang anda alami di dalam diri anda pada hari ini dan hari sebelumnya. Sekarang tinjaulah kembali masing-masing darinya, berpikirlah secara mendalam tentangnya, selanjutnya tulislah segala hal yang datang ke dalam pikiran anda mengenai berbagai perasaan ini tanpa adanya syaratsyarat atau batasan-batasan. Janganlah khawatir jika hal ini banyak memakan waktu.

Bila anda telah menuliskan semua tindakan, pemikiran, perasaan dan reaksi, bawalah pikiran anda ke naluri cinta diri, keterasingan, kesombongan... dan seterusnya. Sekarang cocokkanlah setiap tindakan atau pemikiran dengan naluri yang mendorongnya dengan menanyakan pertanyaan-pertanyaan yang sederhana kepada diri anda: naluri manakah yang mendorong tindakan atau ucapan ini?

Tujuan psikologis dari analisis diri ini adalah untuk mengizinkan penderita merubah banyaknya kepribadian rohaninya sebanyak semangat hidupnya, dan berbagai kekuatan rohani yang bersifat membangun dapat menghapus berbagai reaksi psikologis dan berbagai keadaan bingung. Dengan cara ini ia akan secara sadar merasa bahwa ia adalah seorang pribadi yang baru. Oleh karenanya, ia akan menyadari tujuan-tujuan dan makna-makna baru dalam kehidupan dan mampu mengambil jalan baru dalam kehidupan bagi dirinya yang lain daripada kehidupan sebelumnya.

(Ravankavi)

8. Dengki

• Dorongan yang Mendatangkan Kekacauan dan Kerusakan

• Orang-orang Dengki Terbakar dalam Api Kegagalan dan Kerugian

• Agama terhadap Sifat Dengki

Dorongan yang Mendatangkan Kekacauan dan Kerusakan

Manusia hidup dalam gerakan yang terus-menerus di antara gelombang permasalahan dan kesengsaraan dalam kehidupan yang tidak stabil ini. Ia berjuang guna mengurangi ketegangan dari berbagai kesulitan pada jiwa dan raganya, sehingga ia dapat memungut bunga-bunga harapannya dan mewujudkan harapan itu dalam kehidupannya, satu demi satu. Selama hubungan erat manusia dengan kehidupan tidak terputus oleh kematian, dan ia melihat suatu jalan menuju harapan, maka ia akan selalu berupaya mencapai kebahagiaan. Pada akhirnya, sinar harapan itulah yang memberi manusia kehidupan dan membuat kepahitannya menjadi manis.

Beberapa di antara kita berhasrat ingin menjadi kaya dan berharap memperoleh kekayaan serta berjuang untuk meraihnya dengan cara yang tidak kenal batas. Sedang yang lainnya mencari ketenaran dan kedudukan. Berbagai kebutuhan manusia terkait dengan keinginan-keinginan fisik (materi) dan derajat keutuhan rohaniah serta psikologis yang mereka capai. Berbagai dorongan keinginan. yang bermacam-macam, sejalan dengan berubah-ubahnya pemikiran. Tetapi kita harus menyadari, bahwa harapanharapan membawa kebahagiaan kepada kehidupan kita tatkala harapan itu mengisi berbagai kebutuhan ruhaniah kita, memenuhi kebutuhan-kebutuhan mental kita, mengembangkan tingkat informasi kita, menerangi kehidupan kira, dan menyelamatkan kita dari penderitaan dan kesengsaraan.

Sifat, seperti kikir atau sombong, dapat menjadi akar dari berbagai kesengsaraan dalam hidup. Dengki, merupakan salah satu sifat naluriah semacam ini, yang menyelewengkan manusia dari jalan yang lurus dan memenjarakan kesadaran dengan menghalangi manusia dalam mencapai harapanharapan yang realistis. Orang-orang yang dengki merasakan tekanan yang kuat, yang berakar dari pandangan yang pesimis terhadap keberuntungan orang lain. Diriwayatkan bahwa Socrates mengatakan:

Orang-orang yang dengki menghabiskan hari-harinya dengan menghancurkan dirinya dengan perasaan duka terhadap apa yang dapat diraih orang lain sedangkan dirinya tidak dapat. Ia merasa sedih dan menyesal, dan menginginkan semua orang hidup dalam kesengsaraan dan penderitaan seraya berencana untuk merampas kebahagiaan mereka (yang berhasil).

Dia melanjutkan:

Jiwa kita adalah seperti sebuah kota yang berada di tengah-tengah padang pasir tanpa benteng atau dinding untuk melindunginya ia adalah korbankorban para pencuri kebahagiaan. Angin terlembut pun dapat mengirim gelombang-gelombang lautan atas jiwa yang tidak mempunyai keserasian, dan lebih dari satu musuh jiwa pun memasuki kedalaman ruhani kita untuk memerintah dan melarang hingga hembusan nafas kita yang terakhir. Setiap orang awam pun tahu bahwa mereka harus pergi ke dokter jika mereka menderita sakit kepala. Tetapi orang yang menderita penyakit dengki akan menolaknya dan tidak akan pernah menemui siapa pun untuk berobat.

Orang-orang yang dengki menjadikan keberuntungan orang lain sebagai sasaran mereka. mereka menggunakan segala cara untuk merampasnya. Dengan tanpa disadari, mereka mencari mangsa untuk memenuhi berbagai keinginan mereka yang rendah. Orang-orang dengki mewujudkan niatniat jahat mereka dengan menyebarkan tuduhan-tuduhan dan kebohongan-kebohongan atas orang yang mereka tuju. Dan jika mereka merasa bahwa hawa nafsu mereka tidak terpuaskan dengan berbuat demikian, maka mereka akan berbuat melampaui batas terhadap kebebasan lawannya atau bahkan merampas hak hidupnya, hanya untuk memenuhi keinginan-keinginan mereka yang tiada habishabisnya.

Sesungguhnya inilah kecenderungan. Apakah kecenderungan-kecenderungan ini sesuai dengan tujuan hidup manusia yang sesungguhnya? Dan apakah hal ini alamiah?

Orang-orang dengki bukan sekadar tidak manusiawi. tetapi mereka itu lebih rendah dari binatang. Sebab orang yang tidak peduli terhadap perasaan luka orang lain, tidak dapat menjadi perwujudan kemanusiaan yang sesungguhnya.

Orang-orang Dengki Terbakar dalam Api Kegagalan dan Kerugian

Salah satu unsur yang paling efektif dalam peningkatan dan pengembangan diri di arena kehidupan adalah memikat hati orang lain dan mempengaruhinya. Orang-orang yang mempunyai kemampuan atau kecakapan mengendalikan hati orang lain dengan perilaku dan perbuatan mereka yang mulia akan memperoleh dukungan dari masyarakat untuk kemajuan mereka dalam hidup ini; oleh sebab itulah mereka memperoleh kunci menuju keberhasilan. Orang-orang yang bijak adalah laksana cahaya di masyarakat, mereka menerangi dan membimbing pemikiran para anggotanya dengan meninggalkan pengaruh-pengaruh yang membekas dalam perilaku mereka.

Di lain pihak, sifat iri hati menyebabkan rusaknya perbuatanperbuatan baik dan perilaku-perilaku mulia, dan menghalangi manusia dari kawan-kawan yang baik atau melarang orang lain dalam menemukan bintang cinta yang bersinar di langit-langit kehidupan mereka. Oleh karena itu, sifat iri hati menjegal manusia dari menikmati rasa kerja sama dan saling tolong-menolong. Lebih dari itu. ketika orang-orang dengki mengungkapkan perasaannya dengan lidah dan tindakan mereka dan mempertontonkan ketelanjangan dan kecabulan mereka kepada umat, mereka hanya akan memperoleh cemooh dan kemarahan. Dengan adanya kegelisahan yang tampak dan kesedihan yang mendalam dalam dirinya, maka kedengkian pun menekan jiwanya dan menyalakan api yang membakar jiwa yang dicintainya.

Alasan mengapa jiwa orang-orang dengki terbakar dalam kobaran rasa gelisah dan resah adalah jelas. Karena, orang yang dengki itu terus-menerus merasa sedih dan sakit hati. Sifat iri hati adalah seperti badai perusak yang mencabut pohon-pohon akhlak sampai ke akarnya, sehingga tidak ada jalan lagi untuk menghentikannya.

Ketika Qabil melihat bahwa pengorbanan Habil diterima sedangkan ia tidak, maka ia merasa iri dan berencana untuk membunuhnya. Sifat iri hari telah menancapkan cakarcakarnya di hati Qabil dan mencabik rasa persaudaraan dan kemanusiaannya. Sifat ini mendorongnya untuk meremukkan kepala saudaranya dengan batu besar dan melumuri jasad yang Suci itu dengan darah. Qabil berbuat demikian karena tiada alasan lain kecuali karena Habil (saudaranya). mempunyai kehendak dan perilaku yang mulia. Alam semesta menjadi saksi atas kejahatan pertama sifat dengki ini sebagai suatu akibat dari kejahatan tercela yang dilakukan oleh putera Nabi Adam a.s. Qabil merasa menyesal setelah melakukan kejahatan yang mengerikan itu. tetapi kesedihan yang dideritanya tidak pernah membantunya. karena di sepanjang hidupnya ia tidak pernah menyadari perbuatannya yang tercela. yang telah menimbulkan korban. Jika Qabil merenung dengan pikiran yang jernih dan benar, ia akan menemukan alasan atas hilangnya Rahmat Allah dari dirinya, karena:

"Allah hanya menerima dari orang-orang yang saleh."

Menurut Schopenhauer:

Sifat iri hati adalah yang paling berbahaya di ancam sitar-sifat manusia. Maka perlulah manusia memandangnya sebagai jejak musuh, dan berusaha menghapusnya dari jalan kebahagiaannya. Tambahan pula, jika sifat iri hati telah berkembang dalam masyarakat, maka akan banyak gejala yang muncul di dalam umat ini, seperti munculnya berbagai macam percekcokan, dan lain-lain. Dalam suatu masyarakat yang penuh dengan kesengsaraan dan problema, setiap orang menjadi rintangan atas jalan kebahagiaan orang lain, hal ini menggantikan unsur kesempurnaan dan kemanunggalan sosial. Ketika sifat iri hati memasuki suatu masyarakat, ia menghalangi kesejahteraan sosial, karena semangat kerja sama, kebahagiaan dan saling percaya di antara para anggota masyarakat terhapuskan olehnya, akhirnya hal ini akan mengarah kepada pengrusakan, bahkan terhadap peradaban dan perkembangan mereka.

Menurut Dr. Carl:

Dengki merupakan akibat dari kekikiran kita, karena ia merupakan rintangan untuk jalan pengembangan dari negara-negara industri kepada Dunia Ketiga. Dengki juga menghalangi banyak orang yang mumpuni dalam mengembangkan negara-negara mereka.

Kebanyakan kejahatan-kejahatan sadis yang terjadi akhirakhir ini bermula dari sifat iri hati atau dengki. Hal ini mesti menjadi bahan telaah yang serius berkenaan dengan peristiwa-peristiwa sosial.