PSIKOLOGI_ISLAM4

PSIKOLOGI_ISLAM466%

PSIKOLOGI_ISLAM4 pengarang:
: Muhamad Taufik Ali Yahya
: Muhamad Taufik Ali Yahya
Kategori: Akhlak

  • Mulai
  • Sebelumnya
  • 14 /
  • Selanjutnya
  • Selesai
  •  
  • Download HTML
  • Download Word
  • Download PDF
  • Pengunjung: 2864 / Download: 1949
Ukuran Ukuran Ukuran
PSIKOLOGI_ISLAM4

PSIKOLOGI_ISLAM4

pengarang:
Indonesia

Buku Ini di Buat dan di teliti di Yayasan Alhasanain as dan sudah disesuaikan dengan buku aslinya

PSIKOLOGI ISLAM

Membangun Kembali Moral Generasi Muda

Sayyid Mujtaba Musavi Lari

Tentang Penulis

Sayyid Mujtaba Musawi Lari lahir pada tahun 1935 di Lar, ibu kota Iran utara propinsi Laristan. Ayah nya Sayyid Ali Asghar Musawi dan kakek nya Sayyid Abdul Husein Musawi, termasuk di antara ulama terkemuka dalam teologi lslam. Sayyid Abdul Husein adalah juga salah seorang revolusioner besar awal perjuangan Iran untuk menggulingkan tirani Qajar dan memulai langkah nya demi kebebasan dan kemakmuran rakyat Iran.

Penulis kita ini belajar di sekolah-sekolah di Lar dengan mengikuti program pendidikan klasik dan juga menguasai spesialisasi studi-studi Islam. Dalam usia delapan belas tahun beliau pindah ke kota suci Qum untuk melanjutkan studistudi nya di bawah bimbingan para profesor maupun guru, termasuk para marja’ (maraji'). Kota Qum terkenal dengan kubah emas, makam suci puteri dari Imam Musa Al-Kadzim, Fatimah Al-Ma'sumah, yang wafat pada tahun 816 sewaktu berada dalam perjalanan untuk mengunjungi saudara nya, Imam Ali Ar-Ridha di Tus. Di kota ini Mujtaba Musawi Lari mengikuti studi-studi teologi lslam selama sepuluh tahun di mana saat itu beliau telah mencapai kelas tertinggi.

Sayang sekali air di daerah Lar pada waktu itu tidak disuling dan memiliki tingkat polusi yang tinggi. sehingga beliau terjangkit gangguan pencernaan yang serius dan segala usaha pun dikerahkan untuk mengobati beliau. Pada usia dua puluh sembilan tahun, atas anjuran para dokter beliau masuk rumah sakit di Jerman. Beliau menetap lama di negeri itu dibawah perawatan medis untuk menghilangkan penyakit beliau. Tetapi dengan keteguhan hati beliau bangkit mengatasi kelemahan dan mengabdikan bakat besar beliau dalam intelektualisme, patriotisme dan dedikasi. Setelah kembali ke Iran beliau menulis sebuah buku yang berjudul The Face of Western Civilization. Buku ini memuat pembahasan komparatif tentang peradaban Barat dan lslam, dan di dalamnya beliau dengan cara komparatif, dalil dan perbandingan yang tepat, membuktikan keunggulan peradaban lslam yang luas dan multi dimensional dibandingkan dengan peradaban Barat. Buku ini telah dicetak sebanyak tujuh kali. Dalam tahun 1970 diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh seorang Orientalis Inggris, F.G. Goulding dan menarik perhatian di Eropa. Artikel-artikel mengenai buku ini muncul secara berkala di Barat, dan BBC pun mengadakan wawancara dengan penerjemah mengenai alasan nya menerjemahkan buku tersebut. Edisi Inggris nya hingga kini telah dicetak tiga kali di Inggris, lima kali di Iran dan dua kali di Amerika.

Sekitar tiga tahun setelah publikasi penerjemahan dalam bahasa Inggris, Rudolf Singler, seorang profesor universitas di Jerman, menterjemahkan nya ke dalam bahasa Jerman. Salah seorang pemimpin Partai Sosial Demokratik memberitahu penerjemah dalam surat nya bahwa buku tersebut telah memberi pengaruh yang mendalam p-ada dirinya sehingga menyebabkan nya merubah berbagai pandangan nya tentang lslam dan ia pun menganjurkan kepada teman-teman nya untuk membaca buku ini. Terjemahan dalam bahasa Jerman hingga kini telah dicetak sebanyak tiga kali.

Edisi Inggris dan Jerman dicetak ulang oleh Departemen Pembinaan lslam untuk disebarluaskan ke luar negeri melalui Departemen Urusan Luar Negeri dan Asosiasi-asosiasi pelajar lslam di luar negeri.

Pada saat cetakan pertama berbahasa Jerman diterbitkan, seorang Ulama Muslim India yang bernama Maulana Raushan Aji menterjemahkan nya ke dalam bahasa Urdu untuk dibagi-bagikan di India dan Pakistan. Terjemahan Urdu ini kini telah dicetak sebanyak lima kali.

Sayyid Mujtaba Musawi Lari juga telah menulis artikel untuk sebuah brosur tentang Tauhid, yang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dan dipublikasikan beberapa kali di Amerika.

Beliau adalah juga penyumbang tetap untuk majalah bulanan yang diterbitkan oleh para pemuka Islam di Qum, "Maktab-iIslam", dan juga untuk terbitan-terbitan berkala lainnya yang berkaitan dengan ajaran-ajaran .Islam. Beliau telah memprakarsai sejumlah yayasan lembaga umum dan memperoleh kepercayaan yang sangat besar dari masyarakat sehingga sejumlah besar dana mengalir kepada beliau untuk mendirikan yayasan-yayasan ini. Itu semua meliputi sekolahsekolah, klinik-klinik kesehatan, pusat-pusat pendidikan agama, dan masjid masjid; kebanyakan dana tersebut berasal dari penduduk asli Lar. Beliau juga mengorganisir suatu amanah yang bersifat amal bakti untuk membantu orang orang kekurangan, sakit, janda dan pelajar-pelajar miskin. Banyak yang telah terselamatkan melalui usaha-usaha beliau dan banyak orang yang telah ditolong untuk memajukan kehidupan mereka, dan melalui orang-orang yang bertanggung jawab dengan bantuan yang diberikan mereka melalui kepercayaan ini.

Beliau melanjutkan pembahasan nya tentang etika lslam dengan menulis artikel-artikel baru. Dalam tahun 1974 kumpulan artikel ini menjadi sebuah buku yang berjudul The Function of Ethics in Human Development. Buku ini telah dicetak ulang sebanyak enam kali.

Tahun 1978 beliau berkunjung ke Amerika atas undangan sebuah organisasi lslam di negeri itu. Kemudian beliau ke Inggris dan Perancis dan setelah itu kembali ke Iran dengan mulai menulis serangkaian artikel tentang Ideologi lslam untuk majalah Soroush. Artikel-artikel ini terkumpul dalam empat jilid berisi akidah lslam (tauhid, keadilan Ilahi, nubuwah, imamah, dan kebangkitan) dengan judul The Foundation of Islamic Doctrine.

Keempat jilid buku ini telah diterjemahkan dalam bahasa Arab, beberapa bagian telah dicetak ulang beberapa kali. Terjemahan bahasa Inggris dalam jilid pertama nya telah diterjemahkan dan dipublikasikan. Terjemahan dalam bahasa Urdu, India dan Perancis telah dikerjakan; dua jilid berbahasa Perancis pun telah terbit.

Dalam tahun 1980 Sayyid Mujtaba Musawi Lari mendirikan sebuah organisasi di kota suci Qum yang disebut Lembaga untuk Penyebaran Budaya lslam ke Luar Negeri. Lembaga ini membagi-bagikan terjemahan karya-karya beliau kepada orang-orang yang berminat di seluruh dunia. Lembaga ini juga membagi-bagikan AI-Quran kepada kaum Muslimin, lembaga-lembaga dan sekolah-sekolah keagamaan di Afrika.

Pendahuluan

Setiap orang di dunia ini berusaha untuk mencapai 'kebahagiaan' dan 'ketenangan'; siang malam mereka berjuang untuk meraih cita-cita ini di berbagai sudut kehidupan yang tampak seperti medan perang. Dalam banyak hal, ia rela bertarung dalam arena ini dengan mengorbankan segalanya, demi menyaksikan merpati kebahagiaan terbang di atas kepala nya, sehingga ia dapat hidup di bawah bayang-bayang kehidupan nya.

Adalah menyedihkan melihat banyak individu yang memiliki berbagai bakat yang dengan hal itu dapat merubah diri mereka kepada suatu kehidupan bahagia dan memuaskan, harus hidup menderita; jiwa mereka menjadi permainan rasa gelisah dan khawatir yang disebabkan oleh berbagai faktor yang berbeda. Akibatnya, individu-individu ini menjadi korban dari mimpi palsu, bahwa hidup bahagia itu tidak lain kecuali khayalan semata, dan akhir yang tak terelakkan pun terjadi bagai jerami yang terhempas oleh gelombanggelombang penderitaan dan kandas di dasar kubur kekecewaan dan kesengsaraan.

Rasa sakit dan penderitaan ini tidak lain merupakan akibat dari memilih bayang-bayang palsu di balik fakta dan kenyataan. Mereka tidak mengikuti sinar kebenaran, dan tidak mengambil bagian yang dapat dipercaya dari jalan kehidupan. Sesungguhnya pantulan baying-bayang yang diserap pikiran manusia ini berada dalam gelombang kegelisahan, dan cita-cita mereka yang kosong serta harapan mereka yang tidak realistis, merupakan faktor-faktor yang mengeluarkan manusia dari cahaya kepada kegelapan dan membuat mereka mengalami penderitaan yang membingungkan.

Manusia yang adalah makhluk tertinggi, diciptakan dari dua kekuatan yang berbeda, kekuatan rohani dan kekuatan mekanis. Selain karakteristik-karakteristik fisik yang terdapat pada hewan ini, manusia banyak memiliki kebutuhan rohani yang jika dipenuhi, akan memberi nya suatu kesempatan yang sangat besar dalam pencapaian kesempurnaan. Setiap salah satu dari dua sisi manusia menjadi lebih kuat dari yang lain, maka sisi yang satu nya akan melemah, dan karenanya terkalahkan.

Melihat kenyataan yang ada, adalah penting untuk dicatat bahwa industri benar-benar telah mengubah ciri-ciri kehidupan. Kemajuan industri, bersamaan dengan berbagai perubahan yang ditimbulkan nya dalam segala aspek kehidupan, telah memberi kejelasan atas berbagai ketidakpastian yang membingungkan, serta telah memecahkan persoalan-persoalan sulit yang tak terhitung jumlahnya. Kini, banyak bagian dari alam semesta, dari kedalaman laut sampai kepada kegelapan angkasa, telah menjadi wilayah-wilayah perjalanan dan petualangan manusia. Di lain pihak, berbagai kebutuhan rohani manusia menjadi lemah; di darat dan di laut pun timbul kerusakan akibat berbagai kejahatan yang dilakukan manusia di segala sudut kehidupan. Jumlah malapetaka dan kejahatan yang tidak manusiawi telah mencapai tingkat yang tidak dapat dipercaya. Faktor-faktor keselamatan telah menjadi lemah di hadapan gejala kerusakan dan kehancuran sosial, dan sisasisa kehidupan spiritual sedang terbakar di tengah-tengah api nafsu, kejalangan, dan kekotoran.

Hari ini secara jelas kita lihat, bahwa berbagai keuntungan materi merupakan prioritas utama di atas kebajikan. Manusia telah melengkapi dirinya dengan alat-alat industri dan ilmu pengetahuan eksperimental, dan telah menolak manfaatmanfaat baik yang diharapkan dan dibutuhkan untuk melindungi jiwa manusia dari kehancuran di bawah kaki kejahatan nafsu dan berbagai keinginan yang tidak terkendali. Bahkan emosi-emosi manusia sedang berjuang antara hidup dan mati.

Dusta, kikir, kemunafikan, penindasan, individualitas dan berbagai sifat rendah lainnya, menyerupai sebuah bendungan raksasa yang menghadang sungai kecil kebahagiaan dan kesempurnaan manusia; mereka telah merantai tangan-tangan manusia dan menjatuhkan nya ke dalam gelombang samudera kekotoran yang keras. Kemenangan para ksatria, kesepian, penderitaan pribadi, malapetaka sosial dan berbagai macam kesengsaraan pada umumnya, merupakan akibat dari jatuhnya nilai-nilai kebajikan manusia. Baik sosiolog maupun psikolog membuktikan suatu fakta, bahwa tanpa budi luhur dan bimbingan rohani, manusia akan menyimpang dari jalan keadilan yang menuntun nya ke puncak kebesaran dan kesempurnaan.

Individu-individu yang unggul di tengah masyarakat, dan yang namanya direkam dalam lembaran-lembaran tebal sejarah, semuanya memiliki berbagai kebajikan yang murni dan dihargai. Masyarakat yang tidak dilengkapi dengan senjata tatakrama yang baik, tidak dikendalikan oleh kaidahkaidah yang bermanfaat, sebenarnya tidak berhak menerima hidup sebagaimana mestinya seorang manusia. Karena alasan inilah, kehancuran peradaban-peradaban besar dahulu kala tidak terjadi atas dasar krisis politik atau ekonomi, tetapi disebabkan oleh kemerosotan tingkah laku yang baik.

Hukum dan sistem buatan manusia tidak mampu menembus jiwa manusia, dan tidak dapat menjamin hubungan yang konstruktif antara masyarakat dan bangsa yang berbedabeda, sebaik seperti yang dilakukan oleh cara-cara kerohanian. Hukum-hukum buatan manusia, yang merupakan perwujudan dari gagasan-gagasan manusia, tidak memenuhi syarat untuk menciptakan kebahagiaan yang sesungguhnya kepada umat manusia; hal ini karena manusia mempunyai kemampuan berpikir yang terbatas.

Jadi mereka tidak dapat memahami segala fenomena yang mengelilingi hidup mereka. Tambahan pula, bahkan jika manusia mengetahui kedalaman fenomena yang mengelilingi nya, ia selalu berada di luar pengaruh yang kemudian menjauhkan nya dari menerima kebenaran. Atas dasar ini kita amati bahwa hukum-hukum buatan manusia, selalu berubah bersama waktu dan kondisi-kondisi yang mengelilingi nya. Sebenarnya, timbul nya kerusakan dan

kesengsaraan tidak lain merupakan akibat dari lemah nya hukum-hukum semacam ini.

Di lain pihak, kita memiliki ajaran suci dari para Nabi yang diilhami dengan mata air indah dari sinar wahyu, yang bergantung kepada Ilmu Ilahi yang tidak terbatas. Karenanya, hukum ini tidak mudah diterpa oleh pasang surut nya waktu, perubahan atau transformasi. Karena keluasan realitas kehidupan dan keberadaan nya, ajaran kenabian menawarkan kepada manusia suatu sistem yang paling akurat untuk mencapai kesempurnaan dan keunggulan akhlak serta moral, dan menyeru umat manusia agar mengarahkan jiwa kepada kebesaran. Dampak-dampak keyakinan yang positif dan bernilai atas manusia tidak dapat dipungkiri lagi, karena jelas, bahwa jika manusia tidak memiliki motif yang kuat dalam diri mereka yang sanggup mencegah mereka untuk tidak menjadi korban nafsu dan berbagai keinginan yang tidak ada atasnya, maka setiap langkah yang ia ambil pun akan menuju kepada kerusakan. Dengan alasan itu, tidaklah mungkin membangun suatu masyarakat yang tenteram dan sempurna tanpa melengkapi para anggota nya dengan akhlak dan kerohanian.

Atas dasar apakah akidah lslam yang kekal itu dibangun? Pada pribadi besar di segala zaman, Nabi Besar Muhammad Saw., yang sejak hari pertama nya mengandalkan ketakwaan, terdapat kebahagiaan yang mampu membawa kepada ketenangan di dunia ini dan di akhirat kelak.

Sesungguhnya seruan lslam dibangun di atas dasar-dasar yang dibutuhkan manusia untuk mengangkat nilai rohani nya hingga titik tertinggi; menaikkan tingkat kepercayaan nya kepada suatu rantai kemurnian dan nilai-nilai yang patut dipuji. Secara keras lslam melarang manusia mengorbankan akhlak nya yang mulia demi nafsu dan keinginan nya. lslam berdiri tegak menentang orang-orang yang berakhlak rendah. dan memerangi mereka secara keras. Oleh karena itu suatu masyarakat yang berada dalam ikatan individu dan sosial yang dibangun atas dasar nilai-nilai lslam dapat merasakan ketenteraman. ketenangan dan kepercayaan dalam segala aspek kehidupan. Semua anggota nya menikmati hak-hak yang sama. dan menjalankan hubungan antar pribadi yang didasarkan pada iman. Maka berikan lah kepada masyarakat suatu kesempatan untuk mencapai hal yang sama, yang merupakan suatu langkah sempurna menuju revolusi rakyat oleh umat manusia.

Dalam buku ini kami menyajikan beberapa persoalan penting yang mempengaruhi kehidupan sosial manusia serta bagaimana lslam berurusan dengan mereka.

Adalah wajib bagi saya untuk menyebutkan, bahwa bagian dari isi buku ini sebelumnya telah diterbitkan dalam majalah The Islamic Ideology yang terbit dalam bahasa Persia di kota suci Qum. Saya serahkan kepada para pembaca yang budiman untuk menilai buku ini yang telah dipuji oleh banyak ulama. Saya berharap kita semua maju dalam mengembangkan diri kita di atas jalan para ulama lslam dan menyelamatkan jiwa kita agar tidak tenggelam ke dalam noda-noda nafsu yang menyesatkan.

Sayyid Mujtaba Musawi Lari

10. Penindasan

• Peranan Keadilan dalam Masyarakat

• Kobaran Api Penindasan yang Merusak

• Peranan Agama dalam Memerangi Penindasan dan Para Penindas

Peranan Keadilan dalam Masyarakat

Telaah atas sejarah berbagai revolusi menunjukkan adanya faktor-faktor penting yang berharga, yang-di atasnya dibangun-dasar bagi berbagai kebangkitan dan revolusi di seluruh dunia dan di antara berbagai ragam bangsa, Faktor itu tiada lain adalah keadilan. Berkali-kali kata ini lelah membangkitkan orang-orang yang hidupnya dipenuhi oleh penindasan, yang hak-hak dan martabatnya dilanggar. Orangorang tertindas memberontak melawan semua bentuk kejahatan, dan berusaha untuk mencapai mutiara murni kebebasan dan keadilan dengan menyingkirkan binatangbinatang zalim. Dalam banyak hal orang-orang tertindas rela mengorbankan hidup mereka dengan, harapan dapat menyapu penindasan terhadap kita.

Sangat disayangkan bahwa kebanyakan revolusi dan kebangkitan tidak mampu mencapai tujuan-tujuan mereka yang suci dan para revolusioner itu tidak dapat meraih citacita mereka dalam melenyapkan penderitaan dari kehidupan mereka.

Rahasia di balik kegagalan mereka akan terungkap dengan sedikit renungan atas suatu persoalan yang penting. Katakanlah bahwa suatu masyarakat yang kehilangan jejak perkembangan alamiah nya dan telah terbiasa gagal dan terbelakang, tidak akan mampu menanggung suatu sistem yang adil dan bersabar menghadapi tatanan yang adil. Tegaknya keadilan hanya mungkin terjadi dalam suasana yang tepat, jadi tanpa hal itu keadilan tidak akan terwujud dalam cakrawala kehidupan.

Suatu hukum yang adil merupakan kebutuhan mendasar bagi struktur sosial. Hukum yang adil menjamin hak-hak semua kelas dan individu dalam kaitannya dengan kesejahteraan umum, disertai dengan pelaksanaan perilaku di antara berbagai macam peraturannya.

Keadilan adalah sunnatullah yang terlihat di segala sudut alam semesta, Allah Yang Mahakuasa telah menitahkan sketsa dunia ber gantung kepada keadilan, sehingga dengan segala cara apa pun ia tidak dapat dilanggar. Keharmonisan yang menakjubkan dan seksama yang ada di antara organorgan rubuh kira yang beraneka macam, termasuk di antara begitu banyak manifestasi hukum keadilan yang akurat di alam semesta ini. Dengan memperhatikan diri pun kita dapat memulai suatu pemahaman atas alam semesta.

Keseimbangan yang mengatur alam semesta adalah wajib dalam pengertian alamiahnya. Karena manusia diberi kebebasan berkehendak dan berpikir, menjadi tugasnya untuk mendirikan pilar-pilar keadilan di masyarakatnya.

Memang benar bahwa dalam beberapa hal, kekuatan akal manusia membutuhkan petunjuk syariat, tetapi dapat juga tanpa nya; karena manusia secara bebas dapat mencapai banyak perkara. Dalam beberapa hal, akal dapat melampaui keputusan tentang kebaikan atau ketidakbaikan suatu urusan.

Keadilan memiliki suatu posisi penting dalam kehidupan manusia, karena keadilan adalah sumber segala sifat yang mulia. Dengan kata lain, keadilan merupakan pendorong di balik perilaku yang agung. Keadilan juga merupakan unsur yang menciptakan keharmonisan dan keren teraman di antara masyarakat manusia. Sesungguhnya, keadilan merupakan suatu langkah yang penting untuk mempersatukan masyarakat di jalan kebenaran.

Plato, filosof terkenal Yunani berkata:

Jika keadilan menemukan jalannya ke dalam rohani manusia, cahaya akan menerangi segala kekuatan rohaniahnya, karena semua sifat mulia dan moral manusia keluar dari mata air keadilan. la memberi manusia kemampuan untuk sebaikbaiknya melaksanakan pekerjaan pribadinya, yang merupakan kebahagiaan puncak manusia dan puncak kedekatannya kepada Pencipta Yang Maha kuasa.

Cukup aman bila mengatakan bahwa keadilan adalah unsur pokok dalam mengorganisir kehidupan bermasyarakat. Dengan keadilan suatu babak baru kehidupan pun terbuka, masyarakat menemukan ruh baru, dan ia menerangi

kehidupan manusia dengan kemuliaan dan keindahan. Suatu masyarakat di mana kehidupan merasakan indahnya keadilan, mendapatkan berbagai tuntutan hidup, dan karenanya ia mampu menanggulangi segala problema.

Kobaran Api Penindasan yang Merusak

Tidak syak lagi, peranan penindasan dalam merusak masyarakat, meruntuhkan tingkah laku dan mengganggu keamanan sosial. Bahkan orang-orang yang tidak taat kepada agama pun tidak dapat menyangkal kenyataan ini. Penindasan menyebabkan perselisihan dan merusak hubungan sosial dalam masyarakat. Praktek kejahatan dan berbagai kekuatan jahat menutupi halaman-halaman dalam sejarah pemerintahan-pemerintahan yang kuat dan menghancurkan peradaban mereka.

Terdapat moral-moral agung di masa hidup para penindas. Misalnya, Muhammad ibnu Abdul Malik yang menikmati tempat khusus di antara para khalifah Abbasiyah. Menteri ini membuat sebuah tungku baja yang di dalamnya dipenuhi dengan duri-duri tajam. Bila tahanan politik dibawa kepadanya, ia akan memasukkan orang tak berdosa itu ke dalamnya dan nyala kobaran api menjilati orang itu hingga berpisah dari tubuhnya.

Ketika Al-Mutawakil sampai ke kantor kekhalifahan, ia memerintahkan untuk memasukkan Ibnu Malik ke dalam penjaranya sendiri. Ketika maut sudah dekat, Ibnu Malik menulis sebuah syair bahwa di dunia ini orang yang berbuat sesuatu akan dihukum karenanya. Ketika Al-Mutawakil membaca syair itu ia memerintahkan untuk membebaskannya, tetapi ketika perintah sang raja sampai di penjara, Ibnu Malik telah mati di dalam tungkunya sendiri dalam keadaan yang mengerikan.

(Muruj Adb-Dhahab, jilid lV, hal. 88)

Sesungguhnya, orang-orang yang menyatakan bahwa kehidupan hanyalah perjuangan dari hari ke hari demi hidup, secara terus menerus mencoba menghancurkan yang lemah dengan perampasan; mereka berharap perbuatan demikian dapat memperkuat kekuasaannya dan dapat melindungi kedudukannya. Mereka pun berbuat kejahatan dengan tidak berperikemanusiaan dalam memuaskan diri. Tetapi sebagaimana hari hari berlalu, kobaran rasa marah pun berkecamuk di dalam hati orang-orang yang tertindas, yang kemudian menimbulkan bencana besar atas kehidupan sang tiran.

Bagaimanapun juga penindasan tidak terbatas pada kedudukan atau kelas-kelas tertentu. Orang yang berada dalam kedudukan apa pun yang dengan disengaja maupun tidak disengaja, mencoba mengeksplorasi kehidupan orang lain demi kepentingannya sendiri, atau mencoba melanggar batas-batas hukum akal atau syariat, dapat diklasifikasi sebagai seorang penindas.

Sayang sekali, hari ini penindasan telah sampai ke puncaknya; kobaran api penindasan dan kezaliman menyelusup ke berbagai macam kelas masyarakat dan mengancam struktur peradaban manusia dengan pengrusakan liang serius. Agen-agen penindasan menyalahgunakan hak-hak masyarakat manusia dan merampok sumber-sumber dan kekayaan mereka dengan segala cara yang ada, sementara undang-undang keadilan tampak tak berdaya.

Peranan Agama dalam Memerangi Penindasan dan Para Penindas Al-Quran Suci menyatakan tentang hukuman dahsyat yang tidak dapat dihindari bagi para penindas ketika Allah SWT berfirman:

"Dan (terhadap) negeri itu, Kami telah menghancurkan mereka ketika mereka berbuat zalim dan Kami telah menetapkan waktu tertentu bagi kebinasaan mereka."

(QS.18:59)

Semua pemimpin agama telah meyakini keberlangsungan masyarakat manusia, oleh karenanya mereka menegakkan keadilan demi tujuan utama kehidupan mereka. Setiap kali mereka melihat kekacauan dalam proses pembangunan manusia, mereka berusaha merubah kekacauan ini dengan memberontak melawan perbuatan jahat para penindas. Dalam banyak kasus, para pemimpin ini mampu mengatasi dan menyingkirkan para penindas.

Menurut Al-Quran, perilaku para pemimpin agama merupakan faktor penting dalam menyadarkan umat terhadap penindasan:

"Sesungguhnya Kami mengutus Rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Alkitab dan neraca (keadilan) agar manusia dapat melaksanakan keadilan."

(QS.57:25)

Oleh karena tujuan puncak lslam adalah keadilan menyeluruh, ia memerintahkan kepada semua pengikutnya un wk melaksanakan keadilan dan persamaan sepenuhnya di antara mereka dan yang lainnya tanpa memandang pertimbangan gelar atau pribadi. Ia juga melarang penindasan dan perampasan hak-hak semua kelompok manusia.

"Hai orang-orang yang beriman! Hendaklah kamu menjadi orang-orang yang menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap suatu kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena itu lebih dekat kepada taqwa."

(QS.5:8)

Kemudian:

"Dali apabila kamu menetapkan hukum di antara manusia supaya menetapkan dengan adil."

(QS.4:58)

lslam memberikan tekanan khusus kepada keadilan yang dengan demikian dapat membatalkan orang-orang yang tidak adil untuk menduduki kedudukan seorang hakim, meskipun ia memiliki segala kemampuan lainnya. Islam juga mewajibkan kepada para orangtua untuk memandang anakanak mereka dengan adil, hal ini dapat mempengaruhi mereka untuk juga berlaku adil dan menolak penindasan serta kebencian. Di samping itu, salah satu landasan dalam mendidik anak adalah bersikap adil dalam segala keadaan, karena ketika mereka menyaksikan penindasan terjadi di antara ayah dan ibu, mereka tidak dapat diharapkan menjadi orang yang adil atau fair bila berhubungan dengan orang lain. Jika penindasan ditampakkan kepada anak-anak, sifat ini akan tumbuh di dalam watak mereka. mereka pun akan menjadi unsur-unsur perusak dalam masyarakat. Ketidakadilan yang diperoleh itu lama-kelamaan akan mempengaruhi masyarakat mereka, atau bahkan melawan orangtua mereka.

Rasulullah Saw membawa perhatian para pengikutnya kepada masalah penting ini ketika beliau berkata:

"Bersikap adillah kepada anak-anakmu dalam pemberian jika kamu menginginkan mereka bersikap adil terhadapmu dalam kebaikan."

(Nahj Al-Fasahah, hal. 66)

Profesor Bertrand Russel berkata:

Rohani manusia adalah seperti sungai kecil, lama kelamaan melebar. Dan tujuan pendidikan yang memadai adalah untuk membuat tindakan dari luar tampak dalam bentuk pemikiran. perilaku dan kasih sayang tidak dalam bentuk siksaan atau hukuman. Gagasan yang dibutuhkan di sini adalah suatu masalah di mana kira harus menanamkan secara bertahap pada pikiran dan perilaku anak-anak.

Cara yang benar dalam mengajar keadilan kepada anak-anak adalah mungkin ketika anak-anak bergaul dengan orang lain. Persaingan yang terjadi di antara anak-anak menyangkut mainan yang hanya dapat digunakan oleh seorang saja (sepeda, misalnya) pada satu saat, dapat memberi kira harapan dalam mengajar mereka bersikap adil. Memang mengagumkan bagaimana anak-anak menggugurkan sifat egois mereka ketika anak yang tertua mementaskan keadilan dengan menawarkan mainannya kepada anak-anak lainnya. Pada awalnya saya tidak percaya bahwa keadilan adalah perasaan alamiah atau naluri manusia, saya terkejut ketika melihat bahwa perasaan adil dapat dengan mudah dididik pada anak-anak. Adalah penting melnksanakan keadilan keci ka mendidik anak. Yakni:

Tidak mendahulukan anak yang satu di atas anak yang lain. Jika, anda mencintai seorang anak lebih daripada yang lainnya, berhati hatilah untuk tidak membedakan dalam pembagian kebahagian dan kesejahteraan di antara mereka.

Praktek yang pada umumnya diterima adalah memberikan mainan kepada anak-anak secara sama, Upaya untuk tidak berlaku adil terhadap anak-anak, dengan segala cara apa pun, merupakan usaha yang keliru.

(On Education)

Rasulullah Saw. bersabda:

“Takutlah kepada Allah dan bersikap adillah di antara anak-anakmu sebagaimana kamu menghendaki mereka berbuat baik kepadamu.”

(Nahj Al-Fasahah)

Imam Ali a.s. menulis sebuah nasehat berikut ini kepada Muhammad Ibnu Abu Bakar ketika beliau menunjuknya sebagai gubernur Mesir:

Para duta Ilahi adalah para penegak keadilan yang sesungguhnya dalam masyarakat. Mereka adalah orang-orang yang telah merencanakan jalan kesempurnaan manusia bagi umat manusia.

Imam Husain a.s. juga mengejawantahkan makna keadilan yang sesungguhnya dan kepercayaan manusia yang sebenarnya ketika beliau bangkit melawan penindasan. Lembaran-lembaran sejarah masih bersinar atas riwayat hidup manusia ini dan akan terus bersinar selamanya.

11. Permusuhan dan kebencian

• Kenapa Harus Tidak Memaafkan?

• Kemerosotan Akibat Permusuhan

• Reaksi Imam As-Sajjad terhadap Orang-orang yang Menganiaya Dirinya

Kenapa Harus Tidak Memaafkan?

Tidak pelak lagi, manusia tidak dapat menjauhkan diri dari masyarakatnya dan hidup dalam pengasingan. la adalah makhluk yang saling bergantung dan yang kebutuhannya tidak kenal batas. Kenyataannya manusia bergantung secara sosial; hal ini sepenuhnya sesuai dengan watak dan berbagai kebutuhannya, dan menjadikannya untuk hidup di bawah semangat untuk kerja sama atau gotong royong. Kehidupan sosial mempunyai beragam keperluan yang membuatnya melakukan berbagai peraturan-peraturan dan tugas-tugas tertentu dan kepadanyalah keberhasilan dalam kehidupan bersandar.

Kehidupan sosial merupakan faktor yang paling berpengaruh dalam perkembangan watak manusia, tidak saja terbatas kepada hal-hal materi; lebih dari itu, hubungan tersebut akan membuahkan kesatuan jiwa; hubungan manusia merupakan pengejawantahan dari kesatuan semacam ini. Jika suatu masyarakat merasakan persatuan lahir dan batin yang berbentuk kesatuan jiwa yang menyeluruh, sudah pasti kehidupan ini tidak mungkin kehilangan keindahan dan ketenteraman.

Salah satu kewajiban kita dalam hal berhubungan dengan orang lain adalah mampu untuk memaafkan kesalahankesalahan orang lain. Tugas ini diperintahkan kepada kita oleh suatu kebutuhan terhadap hubungan manusia yang terus menerus.

Jalan terbaik menuju hidup penuh kedamaian adalah benarbenar hidup dengan damai bersama orang lain.

Jangan sampai kita tidak peduli terhadap kenyataan bahwa tiada seorang pun di dunia ini yang sempurna, dan bahwa manusia yang sepenuhnya stabil dan memiliki watak serta akhlak yang normal jarang ditemukan. Kita juga harus mengingat bahwa bahkan yang paling berwatak mulia pun tidak sepenuhnya suci. Oleh karena itu, setiap insan mesti memaklumi kekeliruan-kekeliruan yang tidak dapat diramalkan yang dilakukan orang lain. Dalam kebanyakan kasus, pengakuan adalah suatu bagian yang sangat penting dalam menemukan kedamaian yang kekal dan berakar dalam.

Seorang penyair tua berkata, bahwa andil setiap orang atas waktunya adalah apa yang telah terbiasa olehnya. Namun, apa yang membiasakan dirinya untuk bangkit dad keadaan rohani dan akhlaknya. Sifat pemaaf adalah pengejawantahan lahiriah dari kehendak yang kuat dan mawas diri, yang merupakan perbedaan antara keteguhan hati dan kekuatan.

Orang-orang yang mau memaafkan merasakan ketenangan rohani yang tak ternilai. Mereka memiliki kehendak kuat dan kedewasaan rohani yang merupakan sumber-sumber kebaikan; suatu faktor yang menentukan dalam membebaskan manusia dari rantai-rantai perbudakan rohani. Memaafkan kekurangan-kekurangan orang lain adalah suatu beban yang berat bagi fitrah manusia. Memang sulit bagi manusia yang memiliki watak-watak yang penuh kebencian; bagaimanapun juga, semakin kuat ia masuk dalam situasi ini, setidak-tidaknya ia akan mengalami kegelisahan jiwa. Kemudian pada akhirnya ia akan menjadi orang yang berbelas kasih kepada dunia.

Pokok utama lainnya mengenai hal ini adalah, bahwa tidak syak lagi sifat pemaaf mempengaruhi perasaan musuh, ia menciptakan perubahan yang cepat dalam pemikiran dan tingkah laku musuh. Banyak kasus mengenai hubungan yang renggang menjadi baik karena pengaruh sifat pemaaf; kebencian dan rasa bermusuhan yang berakar dalam berubah menjadi ketenteraman dan ketaatan, 'dan banyak lagi kasus rentang musuh yang tunduk kepada orang yang menghiasi dirinya dengan kebaikan dan pemikiran yang mau memaafkan.

Menurut para ulama:

Bakat terbesar manusia yang tidak dimiliki hewan adalah sifat pemaaf dan melupakan kesalahankesalahan orang lain. Ketika anda dirugikan oleh orang lain, anda memiliki kesempatan yang baik untuk memaafkan dan menikmati perasaan batin aras sifat yang mulia ini, Kita diajak untuk memaafkan musuh-musuh kita, tetapi kira tidak pernah diminta untuk memaafkan kekurangankekurangan ayah dan sahabat-sahabat kita, karena sewajarnyalah setiap orang mall memaafkan kesalahan-kesalahan.

Ketika anda membalas dendam atas musuh anda, anda menempatkan diri anda pada tempat yang sama dengan musuh anda, karena anda telah memperlakukannya dengan cara yang sama seperti dia telah berlaku terhadap anda. Tetapi anda akan mendapatkan kemuliaan jika anda mau memaafkan kesalahannya. Bila kita membalasnya, mungkin saja orang itu lebih kuat dari kita. Tetapi bila kita memaafkan musuh, pasti kita pemenangnya. Dengan sifat pemaaf, kita mampu mengalahkan musuhmusuh tanpa pertikaian dan memaksa mereka untuk rendah hati terhadap kita. Menolak persaingan dan menghindari perselisihan dengan mereka merupakan cara pencegahan terbaik yang dapat kita ambil untuk melawan mereka, karena kekalahan mereka adaIah keunggulan.

Adalah wajib bagi kita untuk bersikap baik ketika orang lain melanggar, karena kebaikan merupakan kebijakan surgawi, yang dengan itu bumi dan para penghuninya dapat hidup dalam kedamaian dan keharmonisan.

Kemerosotan Akibat Permusuhan

Tidak ada beban yang lebih berat atau perilaku atau kekacauan jiwa yang lebih berbahaya yang membebani manusia lebih daripada permusuhan dan tindakan memendam perasaan benci terhadap orang lain. Benci adalah salah satu perasaan yang paling merugikan yang mempengaruhi kebahagiaan dan ketenangan manusia. Benci berangkat dari sifat amarah dan merusak keseimbangan rohani manusia. Ketika seseorang marah, beberapa alasan dapat menyebabkannya tenang kembali dan menghilangkan kegelisahan jiwanya dengan memadamkan kobaran api di dalam hatinya. Walau demikian, bunga api dari api kebencian mungkin tetap ada di dalam hati untuk membakar kebahagiaannya dan mengganggu ketenangannya.

Bertentangan dengan sifat pemaaf yang merupakan unsur kebaikan, keseimbangan jiwa, kedamaian dan keharmonisan, kebencian dan permusuhan adalah penyebab perselisihan dan pertentangan. Ia merupakan pengejawantahan kejahatan rohani. Marah menghilangkan kegelisahan dan keresahan emosi, tetapi penderitaan yang didapat oleh orang yang mencoba berbuat jahat dengan kejahatan jauh lebih besar daripada penderitaan yang ditimbulkan oleh sebabsebab lainnya. Alasan untuk ini adalah bahwa jenis penderitaan yang kedua biasanya: hanya sementara, tetapi ketika "ksatria" permusuhan muncul, ia menghasut untuk memendam kebencian guna melukai kesadaran selamalamanya. Di samping itu, permusuhan tidak dimunculkan hanya dengan satu tindakan jahat: ia memperlebar luka di hati yang menyebabkan musuh mempersiapkan diri untuk mengambil tindakan pertahanan atau balasan.

Permusuhan, jika terjadi, memiliki akibat-akibat dan kekacauan-kekacauan yang menyakitkan yang bisa menjadi penyakit yang tidak dapat diobati. Seseorang dapat menjadi korban kesadaran sebagai akibat tindakan yang tidak masuk akal yang berasal dari kebencian atau permusuhan. Ia dapat merambah jauh hingga menimbulkan bencana atas dirinya sendiri.

Ada beberapa orang yang semasa hidupnya tidak mau memaafkan atau tidak bermurah hari, karena mereka tidak melupakan suatu kekurangan atau adanya kesalahan kecil terhadap mereka. Perasaan yang berlebih-lebihan ini menghasut mereka untuk menghamburkan energi dan kemampuan mereka dalam mencari pembalasan, walaupun hal ini mengarahkannya untuk menjatuhkan dirinya ke dalam amukan api.

Orang-orang yang mudah marah terhadap berbagai peristiwa dengan cepat cenderung membantah. Mereka tidak kuat mendengar kritik, walau sekecil apa pun, atas tingkah lakunya; di lain pihak, orang-orang yang kuat dan dewasa mempelajari kritik yang bersifat membangun dan, oleh karena itu, membenahi diri mereka dengan faktor-faktor yang dapat membimbing mereka kepada akhlak-akhlak yang lebih baik.

Menurut seorang ulama:

Reaksi yang kuat (terhadap kritik) menunjukkan kurangnya kedewasaan, karena pada mulanya seringkali tidak ada keadaan yang memadamkan atau sindiran yang menimbulkan reaksi semacam ini.

Orang boleh membayangkan berbagai alasan atas penghinaan yang sebenarnya tidak ada; atau mungkin penghinaan yang terjadi tidak secara disengaja. Dalam kedua kasus ini, tidak semestinya ada alasan untuk bersedih atau mengeluh. Jika penghinaan itu terjadi dengan disengaja, terhadap kekurangan yang memang ada sehingga ia merasa menderita dalam hal ini tidak semestinya ia mengeluh tetapi berupaya untuk menghilangkan kekurangannya; atau tidaklah beralasan bila lantas ia bertindak melampaui batas, terapi ia harus menyadari bahwa orang yang menghinanya itu dengki dan penuh dengan niat buruk, orang yang gagal dan ceroboh lah yang mencoba membalasnya, atau orang yang bodoh yang mencoba menjatuhkan orang lain dengan mengada-ada berbagai urusan batil terhadap mereka. Bagaimanapun juga orang yang bijak tidak pernah merasa sakit hanya karena tindakan orang-orang yang jahil.

Tindakan balas dendam terjadi dari perasaan meremehkan orang, sebagai akibat memendam rasa benci dari trauma masa kanak-kanak, atau dari lingkungan sosial di mana in mengalami berbagai peristiwa menyedihkan. Dengan kata lain, balas dendam merupakan suatu cara yang dengan itu

orang yang menderita "pelecehan" mencoba untuk memperbaiki perasaan gagal dan rendahnya. Orang tersebut mencari segala cara yang memungkinkan dengan merugikan orang lain dan berbuat kejahatan.

Di antara faktor-faktor pendukung yang membantu orang semacam ini untuk menolak kejahatan adalah ketaatan terhadap tujuantujuan suci dalam kehidupan. Karena, orang yang mensucikan jiwa dan akhlaknya serta tidak menghiraukan tujuan-tujuan orang lain, nantinya tidak akan mempedulikan penganiayaan orang lain.

Sejauh mana kita bereaksi terhadap penganiayaan orang lain sepenuhnya berada di tangan kita. Juga terserah kita untuk mengubah jalan pemikiran kita; oleh karena itu mungkin bagi kita mengubah berbagai pengaruh dalam memperkuat diri kita untuk menyingkirkan rasa dendam yang terus menekan jiwa kita. Walau demikian, jika kita tidak tahu tanggung jawab moral kita, orang lain tidak akan mampu menolong kita mengubah kekurangan-kekurangan kita.

Sifat dendam memiliki beragam bentuk. Beberapa orang membuat lawan-lawannya tertimpa berbagai kemalangan dengan berpura-pura membimbing mereka kepada ketaatan dan kejujuran. Dendam seperti ini mencari orang untuk berkomplot secara hati-hati.

Menurut seorang sarjana Barat:

Benci dan permusuhan berangkat dari kegoncangan mental, terutama ketika tidak ada sebab-sebab yang

terlibat. Kira dapat memecahkan banyak persoalan dengan cara-cara persaudaraan, tetapi sifat sombong dan angkuh menghalangi kita ke arah itu. Kita sering menolak teman-teman kita dan mencintai yang lainnya hanya karena kesalahan kecil yang kita terima dari mereka. Kadang-kadang kita mengetahui bahwa mereka tidak bersalah, namun kita tetap menolak untuk memaafkan mereka. Saya berharap kita mampu memperkecil ketidakadilan kita terhadap mereka.

Reaksi Imam As-Sajjad terhadap Orang-orang yang Menganiaya Dirinya

Kehidupan para pemimpin agama merupakan pelajaranpelajaran tentang kehormatan, martabat, pemaafan dan kemanusiaan. Kebaikan-kebaikan rohani mereka tercermin dalam pelajaran-pelajaran praktis dengan lukisan yang sangat indah.

Suatu hari Imam Ali Ibnu AI-Husain As-Sajjad a.s. sedang duduk bersama para sahabat beliau ketika seorang lelaki mendekati beliau dan mulai mencerca Imam a.s. Nama lelaki ini adalah Hassan Ibnu AI-Mutsanna. Imam Ali a.s, tidak mengenal lelaki ini dan ketika ia telah pergi, beliau berkata kepada para sahabat:

"Kalian dengar apa yang dikatakan orang itu kepadaku. Aku ingin kalian ikut bersamaku untuk mendengar jawabanku padanya."

Para sahabat Imam Ali a.s. kemudian berkata:

"Kami akan ikut bersamamu, walau kami ingin engkau atau kami mengatakan sesuatu (suatu tanggapan yang sama) terhadapnya."

Imam a.s. berjalan menuju rumah lelaki itu seraya membacakan:

"Dan orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji alau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan adakah yang mengampuni selain daripada Allah, dan mereka tidak meneruskan perbualan kejinya itu, sedang mereka mengetahui."

(QS.3:J35)

Para sahabat beliau mendengarkan kesimpulan ini bahwa Imam a.s. hanya ingin mengatakan kata-kata yang baik kepada lelaki itu. Sesampai di rumah AI-Hassan Ibnu Mutsanna, Imam a.s. berkata:

"Katakan padanya bahwa aku adalah Ali Ibnu Al-Husain."

Lelaki itu mendengar kata-kata ini dan keluar bersiap-siap untuk menemuinya. la yakin bahwa Imam As-Sajjad a.s, datang hanya untuk membalas tindakannya. Ketika Al-Hassan Ibnu Al-Mutsanna muncul, Imam As-Sajjad a.s. berkata:

"Saudaraku! kamu telah datang kepadaku dan telah mengatakan sesuatu. Jika kamu mengatakan sesuatu tentang kebohonganku, aku memohon ampunan kepada Allah; dan jika kamu menuduhku padahal aku tidak bersalah, aku memohon kepada Allah untuk mengampunimu!"

Ketika lelaki itu mendengar kata-kata Imam a.s. ia mencium kening beliau dan berkata:

"Sesungguhnya aku menuduhmu padahal engkau tidak bersalah. Kata-kata ini menggambarkan aku."

(Irshad Al-Mufid, hal. 257)

Kata-kata Imam As-Sajjad a.s. mempengaruhi rohani lelaki ini; kata-kata itu membebaskannya dari penderitaan dan menampakkan padanya tanda-tanda kesedihan dan penyesalan.

Imam mengajarkan kepada para sahabatnya tentang sifat pemaaf dan melupakan kesalahan-kesalahan orang lain. Beliau juga menceritakan tentang penyesalan yang membahagiakan yang dialami lelaki itu sebagai akibat dari sifat pemaafnya.

Imam Ali a.s. berkata:

Kurangnya sifat pemaaf adalah yang paling buruk di antara segala kekurangan, dan ketergesaan dalam membalas dendam adalah dosa yang paling besar.

(Ghurar AI-Hikam, hal. 768)

Al-Quran selalu menasehati kaum Muslimin untuk mau memaafkan.

"Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan di antara kamu bersumpah bahwa mereka (tidak) akan memberi (bantuan) kepada kaum kerabatnya, orang-orang yang miskin dari orang-orang yang berhijrah di jalan AIIah, dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin Allah mengampunimu? Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang."

(QS 24:22)

Allah SWT juga berfirman:

"Dan tidak lah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan) dengan cara yang terbaik, maka orang-orang yang antara kamu dan dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia."

(QS. 41 :34)

Ketika seseorang memiliki kekuatan dendam, sifat pemaaf merupakan sifat yang sangat dibutuhkan. Imam Ash-Shadiq a.s. menempatkannya di antara sifat para nabi dan orangorang bertakwa.

(Safinah Al-Bihar, jilid 11, hal. 702)

Imam Ali a.s. memandang sifat pemaaf termasuk di antara senjata pertahanan terbaik melawan persekongkolan para pelaku kejahatan:

Tegurlah saudaramu dengan melaksanakan amal perbuatan yang baik terhadapnya dan belokkanlah kejahatannya dengan memberinya kebaikan hati.

(Nahj Al-Balaghah, hal. 115)

Imam Ali a.s. menyingkap kebenaran-kebenaran yang sensitif dan tersembunyi mengenai kebencian dengan pernyataan yang singkat namun mengesankan. Beliau menyatakan secara tidak langsung bahwa orang-orang yang dengki dibebani dengan sejenis perasaan tanpa belas kasih dan kurangnya sifat pemurah:

Hati yang sangat menderita karena haus akan dendam adalah hati pendengki.

(Ghurar Al-Hikam, hal. 178)

Pandangan psikologi menyatakan bahwa:

Orang-orang yang iri hati mudah marah dan tiada bermurah hati; sifat ini dapat membakar habis sebuah toko hanya karena orang tersebut kehilangan sapu tangannya. Meskipun penampilan pendendam berakhlak baik dan lembut hati, di dalam diri mereka bersembunyi gejolak lautan api kebencian dan dendam suatu perasaan seperti gunung berapi yang

siap meletus. Gunung berapi ini meletus begitu ada kesempatan dengan membakar habis yang hijau dan yang kering, teman dan musuh.

(Ravankavi)

Pendengki tersiksa oleh penderitaan rohani yang mendalam dan terus menerus:

Jiwa pendengki itu tersiksa dan keresahannya berlipatganda.

(Ghurar Al-Hikam, hal. 85)

Dr. Dale Carnegie menulis di dalam bukunya, How to Win Friends and Influence People:

Ketika kita menyembunyikan kebencian dan permusuhan di dalam hati terhadap musuh-musuh kita, sebenarnya kita memberi mereka kontrol terhadap makan, minum, tidur, kesehatan, kebahagiaan kita, dan bahkan darah kita dan tekanannya. Sesungguhnya kita membuat mereka mengendalikan hal ini melalui diri kita. Kebencian kita terhadap mereka tidaklah melukai mereka sedikit pun, kecuali justru mengubah kehidupan kita menjadi neraka yang tidak tertanggungkan.

Para psikolog masa kini mendiagnosis gangguan jiwa dan mental lewat eksperimen, kemudian mereka mencoba untuk menghilangkannya. Di masa lalu, Imam Ali a.s, mengatakan hal yang sama kepada umatnya:

Ketika kesadaran itu dihilangkan, kehendak buruk pun muncul.

(Ghurar Al-Hikam, hal. 490)

Salah satu watak pendengki adalah, bahwa kobaran kebenciannya tidak berhenti sampai mereka membalas lawannya. Imam Ali a.s. berkata:

Kebencian adalah api tersembunyi yang tidak padam kecuali dengan kemenangan.

(Ghurar Al-Hikam, hal. 106)

Menurut seorang psikolog:

Pendengki memaksa orang lain untuk patuh dan tunduk kepada mereka dengan ancaman, cacian dan kata-kata tanpa belas kasih. Cara ini dilakukan di antara para pendendam. Bahkan pendendam memandang ini sebagai hal yang mudah dan penting, padahal cara ini merupakan dosa besar di sisi Allah.

Saya mengenal seorang perwira tentara yang suatu hari ketika sedang berkendaraan bertabrakan dengan sepeda motor yang dikendarai oleh seorang lelaki miskin. Pengendara motor ini menaruh dua guci dari tanah liat di dalam keranjang yang berada di atas roda belakang. Sebagai akibat dari tabrakan ini guci dan roda belakang motor rusak berat. Jalan tersebut menjadi putih karena tumpahan susu yang bocor dari guci yang pecah itu.

Kejadian ini menjadi kesalahan lelaki miskin itu, tetapi keadaan lelaki ini benar-benar sepatutnya mendapatkan belas kasihan dan kebaikan sebagai ganti dari cacian tanpa belas kasih yang dilemparkan oleh tentara "terdidik" kepadanya. Lelaki miskin itu perlahan mengangkat kakinya karena kesakitan; ia pasrah dan mulai sekarat. Lelaki miskin itu menuding si tentara seolah-olah ia seorang instruktur yang sudah lama ia kenal sewaktu ia sedang berbicara padanya. Pada saat itu ia mengeluarkan kebenciannya yang telah lama terpendam terhadap seorang instruktur penindas dan berkuasa. Teman saya (instruktur) ingin mencela lelaki miskin itu karena berani menghina seorang perwira tinggi, tetapi saya dan seorang teman menahannya untuk tidak berbuat demikian. Malam itu kami habiskan dengan ngobrol bersamanya, ia tidak henti-hentinya mengecam kami dan dirinya sendiri karena tidak mencari pembalasan atas "kejahatan" itu. Ia tidak pernah memaafkan kami dan juga dirinya karena kelemahannya!!! dan tidak membalas dendam terhadap lelaki miskin itu.

(Ravankavi)

Imam a.s. berkata:

Dengki mendorong amarah.

(Ghurar Al-Hikam, bal. 21)

Seorang psikolog juga berkata:

Jika anda tidak memenuhi permintaan pendengki, bahkan jika permintaan itu tidak masuk akal, ia akan merasa gagal dan tidak akan pernah istirahat sampai ia berhasil membalas orang yang tidak patuh dengan kehendaknya.

(Ravankavi)

Manusia hanya memperoleh keharmonisan rohani, kesadaran dan mental ketika ia menghapus noda kebencian dari hatinya.

Imam Ali a.s. berkata:

Barangsiapa yang menghapus kebencian, hati dan akalnya akan senang.

(Ghurar Al-Hikam)

Menurut psikolog lainnya:

Semakin manusia menjauhkan dirinya dari kemubaziran dan pengumbaran amarah dan kebencian, semakin ia melindungi dirinya dari gangguan rasa gelisah yang menyebabkan ketimpangan rohani.

(Selection journal. Psychological Section)

Orang yang beruntung adalah orang yang mensucikan dirinya dari perselisihan dan dendam.

Imam Ali a.s. berkata:

Kebahagiaan seseorang datang ketika hatinya bebas dari hasad dan dengki.

(Ghurar Al-Hikam, hal. 399)

Kini kita simpulkan pokok yang penting: yakni, dalam beberapa hal Islam melarang pengabaian beberapa tindakan. Memang benar bahwa tujuan lslam adalah untuk memperoleh keamanan dan ketertiban, tetapi Islam juga memandang hukuman itu penting ketika terjadi usaha berupa suatu pelanggaran terhadap berbagai urusan masyarakat dan keamanannya. Pasal-pasal peraturan hukum merupakan hak-hak manusia yang dapat dipraktekkan atau ditolak oleh manusia sendiri. Peraturan-peraturan ini adalah hak-hak Allah atas manusia.

12. Amarah

• Manfaat Pengendalian Diri

• Akibat-akibat Amarah

• Petunjuk Para Pemimpin Agama

Manfaat Pengendalian Diri

Di sekeliling diri manusia terdapat banyak rahasia-rahasia yang menakjubkan. Ia merupakan makhluk yang dilengkapi dengan dua kekuatan besar, yaitu akal dan kehendak atau kemauan. Akal adalah cahaya yang menentukan nasib jiwa manusia dalam kehidupan. Akal dipandang sebagai wakil kepribadian yang nyata dari manusia dan merupakan cahaya yang menerangi kehidupan. Oleh sebab itu, tanpa petunjuk serta pengawasan akal, kita tidak dapat berkembang dalam kehidupan yang serba rumit.

Manusia dituntut untuk berusaha keras mengendalikan berbagai perasaan dalam dirinya, yaitu dengan menekannya kuat-kuat atau menganggap remeh perasaan-perasaan itu. Akal adalah sebuah kekuatan, dan yang telah menunjukkan kepada kira satu metode rasional dalam mempergunakan perasaan-perasaan yang sehat dan mencegah nafsu guna mengarahkan kita untuk menaati perintah-perintahnya. Sebenarnya, jika cahaya akal memantulkan sinarnya kepada perasaan atau nafsu, maka hal itu menjamin bahwa kebahagiaan akan menyinari kehidupan. Tetapi sebaliknya, jika manusia diperbudak oleh nafsu, maka dirinya akan dilemahkan dan kalah dalam setiap langkah kehidupan.

Mengenai kehendak manusia, yang merupakan salah satu faktor moral yang paling berpengaruh serta jalan terkuat untuk mewujudkan harapan yang mulia dan cita-cita yang baik, ia memiliki hubungan dengan dasar-dasar kebahagiaan manusia. Kehendak manusia juga akan menjaga kepribadiannya dari keburukan.

Kehendak yang kuat akan menemukan kebahagiaan hidup, karena ia dapat mendorong diri manusia untuk menolak keinginan-keinginan yang dapat mempengaruhi kehidupannya. Semakin banyak usaha untuk memelihara kekuatan yang sangat penting ini, maka semakin banyak pula tenaga yang kita dapatkan untuk meraih kebaikan moral serta menghindarkan diri dari kerusakan. Kemudian jiwa kira menjadi tenang dan tetap terlindung dari kekacauan.

Seorang pemikir Barat telah memberikan komentarnya sebagai berikut:

Terdapat satu definisi akal yang baik di mana ia juga menyiratkan keseimbangannya, yaitu, akal merupakan satu kekuatan yang terorganisir. Kekuatan ini laksana sistem kemudi jenis terbaru untuk kendaraan sehingga ia dapat mencegah kaum pria dan wanita bertabrakan satu sama lainnya. Kekuatan ini juga merupakan satu sistem yang dapat menahan guncangan akibat tabrakan yang tiba-tiba atau yang disebabkan oleh ketidakteraturan jalan. Ta juga memberikan kenyamanan serta jaminan bagi para penumpangnya, walaupun di atas jalan yang paling buruk.

Kejahatan merupakan perwujudan dari kepribadian yang tidak seimbang. Ketika seorang individu kehilangan pengawasan atas akalnya, maka ia juga akan kehilangan kendali atas kehendak dan dirinya sendiri. Manusia tersebut tidak hanya lepas dari kendali akal, tetapi juga kehilangan peranannya sebagai unsur yang produktif dalam kehidupan dan pada gilirannya berubah menjadi makhluk sosial yang berbahaya.

Amarah mengubah manusia laksana sungai kecil yang mengalir di antara gunung-gunung yang tinggi sehingga menciptakan suara-suara bising. Manusia mulia yang memiliki keunggulan moral adalah laksana sungai besar yang mengalir di antara rawa-rawa dan bermuara di laut tanpa menimbulkan gelombang.

Sifat-sifat buruk membutuhkan kehendak yang kuat untuk mencegahnya mempengaruhi jiwa. Jika tidak, ia dapat memaksa seorang individu untuk membuat keputusan yang tergesa-gesa pada saat merasakan penderitaan atau ketika berada di bawah tekanan, dengan demikian dapat menuntun manusia ke dalam nasib yang tidak menentu.

Seorang individu untuk membuat keputusan yang tergesagesa pada saat merasakan penderitaan atau ketika berada di bawah tekanan, dengan demikian dapat menuntun manusia ke dalam nasib yang tidak menentu.

Akibat-akibat Amarah

Keadaan psikologis yang dapat menggiring sifat manusia dari keadaannya yang wajar ke arah penyelewengan adalah sifat marah. Ketika amarah menguasai serta melingkupi diri manusia, maka ia akan mengambil bentuk sifat yang angkuh atau sombong serta menyingkirkan segala hambatan yang dapat mencegahnya mempengaruhi kehendak manusia, karena itu ia dapat menghasut manusia agar mencelakakan lawan-lawannya tanpa pertimbangan sama sekali. Selubung amarah juga membutakan pikiran dan mengubah jiwa manusia menjadi buas tanpa menghiraukan kenyataan. Hal itu juga mendorong diri manusia untuk melakukan segala kejahatan yang mengandung berbagai akibat fatal dalam kehidupan. Namun, ketika ia menyadari kesalahan-kesalahan tersebut, terutama tatkala menghadapi akibat yang tak diinginkan, maka ia baru merasa sedih dan cemas.

Sifat jahat hanya menyebabkan penderitaan. karena pada akhirnya ia tidak dapat menyelamatkan jiwa dan mengubah perbuatan-perbuatan yang rendah menjadi kemarahan hingga sesuai pertimbangan akal dan hati nurani, menyebabkan kepercayaannya hilang. Jika berbagai akibat pertimbangan akal muncul pada diri orang yang marah, maka gelombang penderitaan disertai rasa penyesalan yang hebat akan menggerogoti hatinya. Bahkan rubuh pun mudah terserang penyakit akibat amarah tersebut, karena tubuh merupakan tempat kediaman bagi ketenangan dan kebahagiaan jiwa.

Memang benar bahwa kekuatan amarah dalam proporsi yang benar juga sangat diperlukan. Dalam proporsi tersebut amarah merupakan suatu unsur kekuatan dan unsur usia muda. Jenis amarah yang mengharuskan manusia melawan penindasan serta mempertahankan hak-haknya adalah salah satu sifat dasar kemanusiaan.

Pembalasan dendam yang berbaur dengan sifat amarah akan membuat hidup penuh dengan kesuraman. Jika kita bermaksud melawan kejahatan dengan kejahatan dalam setiap kejadian, serta membalas dendam dengan penghinaan yang tidak sopan, maka berarti kita telah menghabiskan sebagian hidup ini dalam perdebatan dan persengketaan. Selain itu kita akan kehilangan kekuatan dan melemahkan sifat rendah hati.

Manusia adalah tempat kesalahan dan sifat pelupa. Karena itu jika tindakan-tindakan kita mengundang kemarahan orang lain, maka cara terbaik untuk mendapatkan ampunan ialah dengan mengakui kesalahan-kesalahan tersebut.

Menurut Dr. Dale Carnegie:

Jika ternyata menjadi jelas bahwa kita patut menerima hukuman atau celaan, lalu tidakkah lebih baik untuk mengakui kesalahan-kesalahan itu? Apakah celaan yang kita tujukan langsung kepada diri kita lebih pantas dan tepat dibandingkan jika orang lain yang melakukannya? Karena itu marilah kita mulai mengakui tindakan-tindakan yang tercela agar dapat mengalahkan 'senjata-senjata' lawan kita. Dalam sikap seperti ini dapat dijamin hingga 90 persen bahwa kita akan memperoleh ampunan dan keinginan untuk memaafkan kesalahan-kesalahan itu. Setiap orang dapat dengan mudah menyembunyikan kesalahan atau kekurangannya, tetapi manusia yang mulia akan mendapatkan rasa kehormatan serta kebanggaan khusus ketika ia mengakui berbagai kesalahannya. Jika kita yakin bahwa kebajikan berada di sisi kita, maka menjadi suatu kewajiban untuk menciptakan suasana yang baik guna memikat hati orang lain dengan kebajikan yang kita miliki. Sebaliknya, jika kita berada dalam kesalahan, maka adalah suatu kewajiban moral untuk segera mengakuinya. Setelah mengakui berbagai kesalahan, maka tidak hanya akan memperoleh hasil yang baik, tetapi juga merasa lebih lega dibandingkan jika kita membalas dendam.

Dengan memaafkan, hati manusia terisi oleh cahaya kebahagiaan yang sejati serta gelombang perasaan mulia. Bahkan kita pun dapat mempengaruhi musuh serta memaksanya untuk tunduk dengan memaafkan berbagai kesalahannya. Hal yang demikian juga memberikan rasa percaya dalam diri dan kepada orang lain, yang dengannya cahaya cinta dan keharmonisan memancarkan sinarnya. Di samping itu, memberi maaf menyebabkan kita dan musuhmusuh saling berpadu dan mengabaikan perselisihan serta pertikaian.

Pengetahuan merupakan sarana untuk mengurangi kekerasan dan memperbaiki sikap. Semakin pengetahuan seseorang bertambah, maka semakin luaslah jangkauan pemikirannya serta memberikan kekuatan untuk melawan berbagai perangkap nafsu. Ia juga akan menjadi sabar dan lebih pemaaf.

Petunjuk Para Pemimpin Agama

Pengobatan paling efektif bagi penyimpangan yang dikenal sebagai amarah adalah ketaatan kepada ajaran-ajaran para Nabi dan imam-imam. Kajian serta kesimpulan yang dilakukan oleh para dokter, ahli ilmu jiwa dan para ahli filsafat bukan berarti tidak berguna sama sekali, tetapi mereka pada umumnya tidak dapat dengan sempurna menghapus penyimpangan-penyimpangan itu.

Para pemimpin agama telah menggugah perhatian kira dengan kata-kata mereka yang bijaksana tentang akibatakibat amarah yang berbahaya serta manfaat yang luar biasa dalam mengendalikannya.

Imam Ja'far Ash-Shadiq a.s. telah berkata:

Hindarilah amarah, karena hal itu akan menyebabkan kamu tercela.

Dr. Mardin telah menguraikan hal itu sebagai berikut:

Seseorang yang sedang marah, apa pun alasannya, akan menyadari ketidakberartian hal itu segera setelah ia tenang, dan dalam kebanyakan kasus ia akan merasa harus meminta maaf kepada mereka yang telah ia hina. Jika anda membiasakan diri untuk mengakui ketidakgunaan amarah tatkala ia muncul, maka anda dapat mengurangi tingkatan dari berbagai akibat yang tidak diinginkan.

(Pirozi Fikr)

Imam Ja'far Ash-Shadiq a.s. berkata:

Amarah membinasakan hati dan kebijaksanaan, barangsiapa yang tidak dapat menguasainya, maka ia tidak akan dapat mengendalikan pikirannya.

(Ushul Kafi, bab II, hal. 305)

Amarah dan kekecewaan yang terjadi akan mempengaruhi kesehatan seseorang. Menurut para ahli kesehatan, amarah dapat menyebabkan kematian secara mendadak jika hal itu mencapai tingkat intensitas (kehebatan) tertentu.

Imam Ali a .s. berkata:

Barangsiapa yang tidak dapat menahan amarahnya, akan mempercepat kematian.

(Ghurar Al-Hikam, hal. 625)

Dr. Mardin berkata:

Apakah mereka yang memiliki hati lemah menyadari bahwa beberapa kekecewaan dapat mengorbankan hidupnya? Mereka mungkin tidak mengetahui, terapi harus disadari bahwa banyak individu yang sehat menjadi korban akibat amarah yang hebat, sehingga ia mati oleh serangan jantung. Amarah juga dapat berakibat hilangnya nafsu makan serta mengganggu otot dan syaraf selama berjam-jam atau bahkan berhari-hari. Amarah, secara merugikan, mempengaruhi seluruh fungsi spiritual dan rubuh. Bahkan amarah seorang ibu yang sedang menyusui dapat meng-akibatkan peracunan yang berbahaya terhadap air susunya.

(Pirozi Ftkr)

Dr. Mann menambahkan:

Penyelidikan ilmiah mengenai pengaruh fisiologis akibat kecemasan telah mengungkapkan adanya berbagai perubahan dalam seluruh anggota tubuh seperti hati, pembuluh darah, perut, otak dan kelenjar-kelenjar dalam tubuh. Seluruh jalan fungsi tubuh yang alamiah berubah pada waktu marah. Hormon Adrenalin dan hormon-hormon lainnya menyalakan bahan bakar pada saat marah muncul.

(Psychology oleh Dr. Mann)

Imam Ali a.s. berkata:

Hindarkanlah sifat marah, karena awalnya adalah ketidakwajaran dan akhirnya penderitaan. Amarah adalah api yang mengamuk. Barangsiapa dapat mengendalikannya berarti ia memadamkan api itu dan barangsiapa membiarkan, berarti dia yang pertama kali terbakar.

(Ghurar AI-Hikam, hal. 71)

Amirul Mukminin Imam Ali a.s. telah memerintahkan sabar sebagai alat untuk melawan amarah dan juga untuk menghindarkan akibat-akibatnya. Selanjutnya beliau berkata:

Berhati-hatilah terhadap kejahatan amarah dan lindungilah dirimu dengan sifat sabar agar dapat menghadapinya. Mengendalikan diri pada saat-saat amarah akan melindungimu dari kehancuran total.

(Ghurar Al-Hikam, hal. 131,462)

Imam Muhammad Al-Baqir a.s. juga menegaskan bahwa sangat mungkin seseorang melakukan pembunuhan pada saat marah. Ia berkata:

Apakah yang lebih jahat dibandingkan dengan amarah? Sesungguhnya manusia dapat marah dan pada gilirannya akan membunuh jiwa yang diharamkan oleh Allah.

(Al-Wafi, bab lll, hal. 148)

Menurut John Markoist:

Beberapa individu, dengan berbagai masalah kejiwaan tertentu akan mengalami adegan (pemandangan) kejahatan secepat pemutaran film.

Sifat khas penderita semacam ini ialah, pada saat mereka berpikir untuk melakukan kejahatan, dia kemudian melakukannya tanpa ragu-ragu. Dengan kata lain, mereka adalah para pembunuh seketika.

(Chi Midanam)

Rasulullah Saw. juga memerintahkan umatnya, jika amarah menguasai diri mereka, agar melakukan hal-hal berikut. Beliau berkata:

"Oleh karena itu, jika salah seorang di antara kalian mendapatkan amarah dalam dirimu, maka apabila engkau sedang berdiri duduklah dan apabila engkau sedang duduk, maka engkau harus berbaring. Jika engkau masih marah, maka lakukanlah wudhu atau mandi, karena sesungguhnya amarah itu api dan api dapat dipadamkan dengan air."

(lhya Al-Ulum, bab II, hal. 151)

Dr. Victor Pashi berkata:

Manakala seorang anak kecil merasa kecewa tanpa anda memarahinya dengan kasar, maka anda dapat menekan amarah tersebut dengan memandikannya dengan air dingin atau menyelimutinya dengan kain yang lembab atau basah.

(Rah e Khosbhakbti)

Dr. C. Robbin mengatakan:

Kebersihan tubuh memiliki pengaruh yang baik terhadap tingkah laku. Mandi menggunakan air hangat setiap pagi dan sore selain dapat membersihkan tubuh juga mengendurkan otot-otot. Hal itu juga dapat menghilangkan kebosanan serta menghilangkan nafsu makan. Mandi dengan air hangat juga dapat menekan amarah yang mungkin timbul oleh kebiasaan (rutinitas) sehari-hari. Oleh sebab itu kita dapat memberikan penekanan akan pentingnya hal itu bagi tubuh dan pikiran.

(Chi Midanam)

Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, bahwa para pemimpin agama telah menetapkan contoh-contoh serta ajaran yang baik untuk kita. Dalam kisah berikut ini, telah diceritakan oleh Ibnu Syahr Ashoub dalam kitabnya AlManaqib, di mana Mubarad dan Ibnu Aisya mengisahkan bahwa seorang lelaki yang berasal dari Syria melihat Imam Hasan a.s. sedang mengendarai seekor kuda. Pada saat itu si lelaki mulai menghinanya. Imam Hasan a.s. tidak menjawab hinaan orang tersebut, dan setelah lelaki itu berhenti ia pun berjalan ke arahnya. Setelah memberi salam, sang Imam berkata:

Wahai orang tua, saya yakin bahwa engkau adalah orang asing. Boleh jadi engkau telah salah mengiraku karena orang lain. Jika engkau memohon maaf, maka saya akan berikan. Jika engkau membutuhkan pertolongan saya akan membantumu. Jika engkau

sedang mencari petunjuk, saya akan menjadi pemandunya. Jika engkau membutuhkan kendaraan, saya akan memberikan untukmu. Jika engkau lapar saya akan memberimu makanan. Jika engkau buruh pakaian. saya akan menyediakannya. Jika engkau dalam pencarian. maka saya akan memberikan perlindungan. Jika engkau memiliki beberapa kebutuhan, maka saya akan memenuhinya. Dan jika engkau ingin melanjutkan kafilahmu,jadilah tamuku hingga kau pergi. Hal ini lebih berguna bagimu karena aku memiliki kedudukan yang baik, kemuliaan serta harta yang sangat banyak.

Setelah mendengar kata-kata Imam Hasan a.s., lelaki tua itu menangis lalu berkata:

Aku bersaksi bahwa engkau adalah pewaris ajaran Allah di muka bumi. Sesungguhnya Allah mengetahui kepada siapa Dia menyerahkan risalah-Nya. Kau dan ayahmu adalah makhluk yang paling kusakiti hatinya, tetapi sekarang engkau adalah hamba Allah yang paling kucintai.

Kemudian lelaki itu mengurus kafilahnya dan menjadi tamu di kota itu hingga keberangkatannya. Dan, kini, ia yakin akan kecintaan mereka (Ahlul Bait Nabi Saw.).

13. Melanggar Janji

• Berbagai Tanggung Jawab

• Pentingnya Sumpah dan Mudarat-mudarat Melanggarnya

• lslam Melarang Pelanggaran Janji

Berbagai Tanggung Jawab

Manusia menyadari tanggung jawabnya hanya ketika dia sampai pada tahap-tahap mampu membedakan antara yang hak dan yang batil. Setelah itu ia dapat memperhatikan berbagai perintah dari sistem kehidupan dan mematuhi serangkaian keputusan yang menentukan dan kepada keputusan inilah kebahagiaan dan integritas manusia bergantung. Dengan kata lain, ia mampu menciptakan keharmonisan antara perilaku dan berbagai kebutuhan jasmani dan rohaninya.

Pelaksanaan tanggung jawab materi dan rohani merupakan suatu kebutuhan, baik bagi akal maupun kesadaran; tanggung jawab meminta manusia untuk tabah mengikuti kemajuan, dan menguruk faktor-faktor yang menyebabkan kekacauan di dalam sistem kehidupan. Pelaksanaan tanggung jawab memainkan suatu peranan yang besar dalam meningkatkan akhlak yang baik dan kehidupan kerohanian. Kendati dalam beberapa kepercayaan (agama), tanggung jawab bukan merupakan perbudakan melainkan kebebasan yang sesungguhnya. Tanggung jawab menarik manusia kepada tara nan perilaku yang sesuai dengan sistem kehidupan yang paling memadai. Tanggung jawab manusia itu ada selama manusia ada, tetapi dalam bentuknya yang berbeda-beda. Sudah sepantasnyalah mengharapkan seseorang untuk memenuhi tanggung jawabnya jika ia mampu dan berkehendak untuk memenuhinya.

Ketiadaan rasa tanggung jawab dan pelanggaran berbagai peraturan hanya akan menunjukkan kejahilan akan asas-asas kehidupan dan mengantar kepada kesengsaraan dan kerusakan. Tidak ada kesalahan yang lebih besar daripada pelecehan terhadap para anggota masyarakatnya. Oleh karena itu, kita harus mencegah pelanggaran kewajiban individual yang dilakukan semata-mata untuk memenuhi nafsu-nafsu kita.

Orang-orang yang menjadi tawanan hawa nafsunya sendiri lebih mengutamakan hasrat-hasrat dan berbagai kepentingan pribadi, di atas tugas-tugas mereka, yang adalah akar kerusakan dan ketidakmampuan dalam mencapai integritas manusia seutuhnya.

Menurut Dr. CarI:

Seseorang yang memandang dirinya bebas untuk berbuat segala sesuatu bukanlah seperti elang yang menjelajah langit yang tiada bertepi, melainkan seperti anjing pelarian yang menemukan dirinya di tengah-tengah keramaian lalu lintas. Orang ini dapat dibandingkan dengan anjing yang berbuat apa saja sekehendaknya, namun orang ini lebih tersesat dari pada anjing karena ia tidak tahu ke mana ia pergi atau bagaimana menjauhkan dirinya dari semua bahaya yang ada di sekelilingnya.

Kita semua sepakat bahwa fitrah tunduk kepada hukum-hukum tertentu. Kita juga harus menyadari bahwa kehidupan manusia mengandung serangkaian hukum dan undang-undang. Kita mengkhayalkan diri kita sebagai makhluk yang sepenuhnya merdeka dan berbuat apa saja yang kita kehendaki. Kita tidak ingin mengakui bahwa kendali atas hidup kita tidaklah berbeda dengan mengendarai mobil dari sudut pandang bahwa keduanya tunduk kepada peraturanperaturan tertentu. Kita berpikir seolah-olah tujuan sesungguhnya bagi manusia adalah makan, minum, tidur, berhubungan seks, serta memiliki mobil, radio, dst

Menaati peraturan adalah penting bagi masyarakat manusia, dan ini tidak dapat dilakukan tanpa benar-benar memperhatikan peraturan-peraturan tersebut. Orang-orang yang mengandalkan kemampuan sendiri dapat memperhatikan kenyataan-kenyataan hidup dengan kaca mata akal dan logika; dan oleh karena itu, dapat menunaikan berbagai kewajiban mereka. Mereka mengatur hidupnya sesuai dengan asas-asas keadilan dan kebenaran serta menerima semua kewajibannya tanpa adanya keluhan. Jika seseorang gagal, bagaimanapun ia masih dapat menemukan alasan untuk merasa bangga, karena kelalaian semacam ini tidak muncul melainkan setelah ia memenuhi berbagai tanggungjawabnya.

Kita harus mencari kebahagiaan dalam wujud yang sesungguhnya.

Kebahagiaan bersama, keselamatan menjadikan orang-orang yang menaati panggilan kesadarannya mencapai keberhasilan, Imbalan bagi orang-orang yang memperhatikan tanggung jawabnya adalah munculnya rasa percaya diri dan keharmonisan antara pikiran dan kesadaran. Perasaan yang menyenangkan ini berangkat dari jiwa orang-orang yang melaksanakan berbagai tanggung jawabnya dalam kehidupan.

Pentingnya Sumpah dan Mudarat-mudarat Melanggarnya

Salah satu kewajiban penting manusia dalam kehidupan adalah memperhatikan sumpahnya. Adalah fitrah manusia untuk merasa kesal bila melanggar sumpahnya dan merasakan kepuasan dan kebaikan ketika memenuhinya, baik individu maupun masyarakat, tanpa memandang agamanya. Asas-asas yang mendidik seseorang memainkan suatu peranan penting dalam tingkah lakunya di masa mendatang. Maka perlunya didikan yang memadai dan pengembangan akan keberhasilannya serta penjauhan diri dari hal-hal yang merusak fitrah manusia, sangatlah jelas. Pendidikan yang tepat merupakan kunci kepada kesempurnaan akhlak.

Moralitas dipandang perlu untuk memperhatikan dan menghargai semua sumpah lisan (persetujuan, janji) yang dilakukan di antara berbagai kelompok, bahkan jika mereka kekurangan akan jaminan-jaminan yang sah. Pelanggaran sumpah dianggap sebagai penolakan terhadap peraturanperaturan tentang martabat dan harga diri.

Menurut Buzarjumehr:

Pelanggaran sumpah menjauhkan martabat.

Orang-orang yang menyelewengkan dirinya dari jalan yang benar dengan melanggar sumpahnya, akan menanam benihbenih penolakan dan kebencian di dalam hati orang lain: Pada akhirnya tindakan pelanggaran akan mempermalukan nya, kemudian ia akan mencoba untuk menutupi berbagai tindakannya dengan macam-macam alasan dan kontradiksi, sehingga orang-orang yang mengetahui orang ini akan melihat bahwa ia adalah seorang munafik yang tersesat.

Sesungguhnya pelanggaran sumpah termasuk di antara unsur yang paling aktif dalam menciptakan perselisihan sosial dan melemahkan ikatan di antara manusia. Tak syak lagi, suatu masyarakat yang diliputi oleh perselisihan dan saling tidak percaya lama kelamaan akan kehilangan keseimbangan dalam kehidupan sosialnya dan akibatnya para anggotanya tidak akan dapat mempercayai bahkan terhadap kerabat terdekatnya sekalipun.

Ada tipe individu yang tidak hanya lalai dalam memegang janjinya, juga memandang pengkhianatan (khianat akan amanah) sebagai tindakan yang bijaksana dan baik; orangorang ini bahkan merasa bangga dengan tindakantindakannya kepada orang lain.

Pemenuhan janji itu penting bagi seseorang yang ingin hidup ber-masyarakat; ia adalah landasan bagi kebahagiaan, perkembangan dan keberhasilan sosial.

Diriwayatkan bahwa sekelompok orang Khawarij ditangkap di masa lalu yang meninjau kembali kasus-kasus mereka dan menghukum mereka sekehendaknya. Ketika orang terakhir berdiri di depan Hajjaj untuk menunggu hukumannya, waktu shalat pun tiba. Hajjaj mendengar adzan dan mengembalikan tawanan itu kepada seorang bijak serta berkata padanya untuk membawanya kembali esok pagi.

Orang bijak itu meninggalkan istana bersama sang tawanan. Sewaktu mereka berjalan, tawanan itu berkata: "Aku bukanlah salah seorang Khawarij. Aku memohon kepada Allah dengan rahmat-Nya untuk membuktikan kebenaranku, karena aku adalah tawanan yang tidak bersalah. Aku mohon padamu untuk membiarkanku menghabiskan malam ini bersama isteri dan anak-anakku sehingga aku dapat memuaskan keinginanku kepada mereka. Aku berjanji bahwa aku akan kembali sebelum ayam berkokok di pagi hari." Setelah hening sesaat, akhirnya orang bijak itu setuju dengan usul si tawanan dan mengizinkan dia pulang untuk semalam. Beberapa waktu kemudian, orang bijak itu mulai merasa takut dan membayangkan bahwa ia akan menjadi korban kemarahan Hajjaj. Malam itu orang tersebut terjaga penuh ketakutan dan heran pada sang tawanan, yang telah berjanji untuk kembali, mengeruk pintunya. Orang bijak ini kaget dan tidak dapat berbuat apa-apa kecuali berseru:

"Kenapa kamu datang kembali?"

Sang tawanan menjawab: "Orang yang mengakui kebesaran dan kekuasaan Allah, dan menjadikan-Nya saksi terhadap sumpahnya, harus memenuhi janjinya."

Orang bijak itu pun berjalan bersama tawanannya menuju istana Hajjaj, dan menceritakan segala perihalnya. Hajjaj, yang terkenal dengan kekejamannya, begitu tergerak dengan lelaki yang jujur itu dan mengizinkannya untuk membebaskannya.

Sekarang anggaplah suatu perusahaan komersial mengabaikan janjinya dalam memenuhi kewajiban dan undang-undangnya. Perilaku ini tidak akan menyebabkan kemajuan melainkan kemunduran, karena perusahaan ini akan kehilangan kepercayaan di mata masyarakat.

Tidak ada faktor yang lebih mapan daripada sifat saling percaya di antara para anggota masyarakat. Hubungan antar pribadi tidak akan stabil, dan sifat saling percaya tidak akan terwujud di masyarakat mana pun tanpa setiap orang memberikan perhatian yang besar kepada janji-janji lisannya, sebagaimana yang ia lakukan terhadap karyawan nya dan kontrak-kontrak sahnya. Misalnya, seorang pedagang harus mengirim barang kepada pelanggarannya tepat waktu; seorang peminjam harus mengembalikan pinjamannya dst.

Selain itu perselisihan pun dapat dihapus dan kehidupan dapat mencapai tujuan utamanya.

Adalah penting bagi seseorang untuk meninjau kembali kemampuan nya sebelum membuat berbagai janji, dan menjauhkan diri dari janji-janji yang berada di luar jangkauannya, sebab jika seseorang tidak dapat memenuhi janjinya ia bertanggung jawab atasnya. Maka, jika seseorang tidak berhati-hati dengan apa yang diucapkannya, ia akan menjadi korban kutukan dan kritikan.

lslam Melarang Pelanggaran Janji

Manusia wajib berperilaku baik sehingga dipandang sebagai manusia. Keberhasilan masyarakat manusia sepenuhnya bergantung kepada kemanunggalan para anggota nya. Oleh karena itu, sangatlah penting bagi setiap orang dalam kehidupan nya bertingkah laku sesuai dengan asas-asas kebenaran dan keadilan, dan sepenuh hati berupaya untuk menjauhkan diri dari tindakan yang dapat menyebabkan perselisihan atau perpecahan. Lebih jauh lagi, jika kesucian sumpah dan janji-janji berangkat dari keimanan dan moralitas, maka hal ini lebih memungkinkan untuk diperhatikan.

lslam sangat mengutuk pelanggaran janji; lslam memandang tidak sah dan tidak etis bagi para pengikutnya dalam melanggar sumpah bahkan jika sumpah itu dibuat dengan para tiran. Imam Al-Baqir a.s. berkata:

Ada tiga urusan yang baginya Allah tidak memberikan izin (izin untuk melanggarnya): Pemberian kepercayaan kepada orang yang benar dan yang batil. Pemenuhan janji kepada orang yang benar dan yang batil. Dan kebaikan kepada orangtua, baik mereka itu benar ataupun berdosa.

(AI-Kafi, jilid II, hal. 162)

Al-Quran menggambarkan orang-orang beriman dengan kata-kata berikut ini:

“Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanatnya, dan janji-janjinya.”

(QS.23:8)

Di samping itu, Rasulullah Saw. memasukkan pelanggaran janji di antara tanda-tanda kemunafikan. Beliau bersabda:

"Ada empat sifat yang jika seseorang memilikinya ia dianggap sebagai seorang munafik. Jika salah satu darinya didapati pada seseorang, ia memiliki sifat munafik, kecuali bila ia menolaknya: (empat sifat itu adalah):

Orang yang berdusta ketika berbicara;

Orang yang melanggar janjinya;

Orang yang berkhianat ketika bersumpah, dan

Orang yang meledak-ledak ketika berselisih (dengan seseorang)."

Imam Ali a.s. menulis kata-kata berikut kepada Malik AlAsytar:

Jauhilah sifat menyombongkan diri terhadap bawahanmu tentang kebaikanmu (kepada mereka), dan dari lebih menyukai dirimu (sebagai gubernur) daripada bawahanmu, atau menjanjikan mereka dan mengikuti janjimu dengan khianat; karena menyombongkan diri menghalangi kebaikan, cinta diri menyembunyikan cahaya kebenaran, dan khianat patut menerima murka Allah dan manusia. Allah SWT berfirman: "Adalah suatu kemurkaan Allah bila kamu mengatakan apa yang tidak kamu kerjakan."

(Mustadrak Al-Wasa'il. jilid 11, hal. 85)

Imam Ali a.s. berkata:

Pemenuhan (janji) itu kembar dengan sifat amanah, dan aku tahu tidak ada perisai yang lebih baik daripadanya (amanah).

(Ghurar AI-Hikam, hal. 228)

Islam memberikan perhatian khusus kepada pertumbuhan anak. lslam telah menjelaskan kepada para orangtua tentang tugas-tugas moral terhadap anak-anak mereka melalui perintah-perintah yang tegas dan lengkap. Tanpa orangtua melaksanakan kewajibannya menurut prinsip-prinsip moral ini, mereka tidak akan dapat mengajarkan anak-anak mereka untuk mematuhi kemuliaan moral.

Ini semua karena berbicara lebih nyaring daripada kata-kata. Oleh karena itu, Rasulullah Saw. melarang manusia melanggar janji kepada anak mereka. Beliau bersabda:

"Dan seseorang tidak semestinya membuat janji kepada anaknya dan tidak memenuhinya."

(Nahj Al-Fasahah, hal. 201)

Dr. Alindi berkata:

Anak usia enam belas tahun yang setiap hari mencuri dibawa kepada saya untuk berobat. Saya temukan bahwa ketika anak itu berusia tujuh atau delapan tahun telah dipaksa ayahnya untuk memberikan mainannya kepada putri seorang aristokrat, karena si ayah bekerja padanya. Mainan itu bagi si anak melambangkan impiannya. Si ayah berjanji untuk membelikan mainan pengganti terapi secara tidak disengaja si ayah lupa. Anak yang tiada daya itu melampiaskan dendam dengan mencuri permen dari kantong ayahnya. Hari berikutnya anak itu membongkar sebuah rumah dan mencuri barangbarangnya. Tidaklah sulit mengobati anak itu bila ia dibawa kepada saya. Mungkin saja anak itu akan menjadi seorang penjahat yang berbahaya jika tidak diobati selayaknya. Namun sekarang kesempatannya untuk menjadi orang yang berakal dan percaya diri menjadi lebih besar.

(Ma Wa Farzand e Ma)

Imam Ali a.s. menekankan cara bergaul yang semestinya antara seseorang dengan sahabat-sahabatnya. Beliau berkata:

Jika kamu mengangkat seorang menjadi sahabat karib, jadilah pelayannya dan berilah ia iman yang mumi dan ketulusan yang benar.

(Ghurar Al-Hikam, hal. 223)

Hanya orang-orang yang memiliki sifat yang mulia dan moral yang baik yang memenuhi syarat bagi cinta dan persahabatan (relationship).

Rasulullah Saw. bersabda:

"Bila kamu bergaul dengan orang-orang yang memiliki sifat-sifat mulia, kamu akan merasakan suatu kekuatan yang tak terkalahkan memanggil jiwa dan akhlakmu kepada kemuliaan dan keagungan. Persahabatan dengan orang-orang yang memiliki akal yang kuat, sifat yang mulia, dan lebih berpengalaman, adalah suatu hal yang sangat bernilai, karena bubungan seperti ini memberikan suatu kesempatan untuk mencapai rohani yang tinggi, mengajarkan kita cara-cara baru tentang perilaku yang layak, dan mengarabkan pandangan kita tentang orang lain kepada jalan yang benar."

Pergaulan dengan orang-orang yang baik mengajarkan kita tentang kebaikan dan kebajikan, karena akhlak yang baik itu laksana cahaya yang menerangi sekelilingnya dan semua yang berada di dekatnya. Kesimpulannya, semua insan harus mengetahui tanggung jawab mereka terhadap sumpah dan janji-janji mereka.


3