Peranan Para Wanita di Zaman Nabi Saw
Telah disebutkan bahwa peranan para wanita di zaman Imam Mahdi af. kelak sama seperti peranan para wanita di zaman Rasulullah Saw. Maka, ada baiknya jika kita menilik peranan mereka di zaman Rasulullah Saw. Dalam berbagai riwayat dijelaskan bahwa mereka bekerja mengobati orang-orang yang terluka serta merawat orang-orang yang sakit. Tampaknya tugas ini hanyalah beberapa contoh saja dari peranan mereka di zaman Nabi. Karena, mereka juga memiliki aktivitas lainnya yang juga akan dijalankan oleh para wanita di zaman Imam Mahdi af. nanti. Imam Shadiq as. bersabda, “Pada zaman Imam Mahdi af, para wanita akan menjalankan berbagai tugas yang telah dilakukan di zaman Rasulullah Saw.”
Dalam berbagai peperangan di zaman Nabi Saw, para wanita melakukan berbagai tugas, seperti mengirimkan makanan kepada para prajurit Islam, memasak makanan, menjaga perangkat perang para prajurit, menyiapkan obat-obatan, mengirimkan bahan-bahan pokok, merawat dan memperbaiki persenjataan, memindahkan para korban perang, ikut serta dalam peperangan pertahanan, memberikan semangat kepada para prajurit untuk maju ke medan perang, memberikan semangat dalam pertempuran … dan lain sebagainya.
Karena Imam Shadiq as. telah menyerupakan para wanita pengikut Imam Mahdi af. di akhir zaman, seperti para wanita di zaman Rasulullah Saw., maka ada baiknya kita membahas aktivitas yang dilakukan para wanita di zaman beliau. Beberapa wanita yang pernah melakukan pekerjaan mulia itu adalah:
Ummu Athiyah. Ia pernah ikut serta dalam tujuh peperangan. Ia juga sering mengobati orang-orang yang terluka.
Ummu Athiyah pernah berkata, “Salah satu tugasku adalah menjaga perangkat perang para prajurit.”
Ummu A’marah (Nasibah). Keberaniaannya yang sangat menakjubkan di perang Uhud membuat Rasulullah Saw. selalu memujinya.
Ummu Abiyah. Ia adalah salah satu dari enam wanita yang pernah berangkat menuju benteng Khaibar. Rasulullah Saw. bertanya kepada mereka, “Atas perintah siapa kalian datang ke sini?” Ummu Abiyah berkata, “Karena kami melihat kemarahan yang nampak di wajah beliau, kami berkata: ‘Kami datang dengan membawa obat-obatan untuk mengobati orang-orang yang terluka.’ Lalu Rasulullah Saw. mengizinkan kami untuk tinggal di sana. Ummu Abiyah juga mengatakan, “Pekerjaan kami adalah mengobati orang-orang yang terluka dan menyiapkan makanan.”
Ummu Aiman. Ia aktif mengobati orang-orang yang terluka dalam peperangan.
Hamannah. Ia bertugas mengantarkan air kepada orangorang yang terluka lalu mengobati mereka. Ia telah kehilangan suami, sedangkan saudaranya dalam medan pertempuran.
Rabi’ah putri Ma’adz. Ia selalu mengobati orang-orang yang terluka.
Ia berkata, “Kami pergi ke medan perang bersama Rasulullah Saw. dan kami memindahkan para korban perang ke Madinah.”
Ummu Ziyad. Ia adalah salah seorang dari enam wanita yang pernah ikut serta dalam perang Khaibar.
Ummayah binti Qais. Ia memeluk Islam setelah peristiwa hijrah. Ia berkata, “Aku bersama beberapa wanita Bani Gaffar mendatangi Rasulullah Saw. dan kami berkata, “Kami bersedia untuk membantu Anda dan pergi ke Khaibar untuk mengobati orang-orang yang terluka.” Kemudian dengan gembira Rasulullah Saw. bersabda, “Berangkatlah! Semoga Allah membantu kalian.”
Layla Ghifariyah. Ia mengatakan, “Dahulu aku sering pergi ke medan perang bersama Rasulullah Saw. dan di sana aku mengobati orang-orang yang terluka.”
Ummu Sulaim. Ia mengantarkan air untuk para prajurit di perang Uhud. Meskipun dalam keadaan hamil, ia tetap ikut dalam perang Hunain.
Mu’adzah Ghifariyah. Ia merawat orang-orang yang sakit dan mengobati orang-orang yang terluka.
Ummu Sanan Aslamiyah. Ketika ingin berangkat ke perang Khaibar, ia berkata kepada Rasulullah Saw., “Aku ingin pergi bersamamu dan mengobati orang-orang yang terluka di medan perang serta membantu para pejuang. Aku akan menjaga perangkat perang mereka dan mengantarkan air untuk mereka.” Rasulullah Saw bersabda: “Baiklah. Pergilah bersama istriku, Ummu Salamah.”
Fatimah Zahra as. Muhammad bin Musalamah berkata, “Pada peristiwa perang Uhud, para wanita bertugas mencari air. Fatimah as. juga bersama mereka.
Para wanita memikul makanan di punggungnya, lalu mengobati orang-orang yang terluka dan memberikan air kepada mereka.”
Ummu Sulaith. Umar bin Khattab berkata, “Ummu Sulaith sering membawakan air untuk kami di perang Uhud dan ia juga memperbaiki peralatan perang.”
Nasibah. Ia pernah ikut serta dalam perang Uhud bersama suami dan kedua anaknya. Ia membawa air lalu memberikannya kepada para pejuang. Ketika perang menjadi semakin sengit, ia pun ikut berperang, sampai menanggung dua belas luka sayatan pedang.
Anisah. Pada peristiwa perang Uhud, ia menghampiri Rasulullah Saw. dan berkata, “Wahai Rasulullah! Anakku, Abdullah bin Salamah, adalah pejuangmu di perang Badar dan kini ia telah gugur di perang Uhud. Aku ingin membawanya ke Madinah, lalu aku memakamkannya di sana supaya dekat dengan rumahku, sehingga aku dapat merasa tenang dengannya.” Rasulullah Saw. Mengizinkannya. Ia membawa jenazah anaknya bersama satu lagi pria yang syahid, bernama Majdar bin Ziyad lalu melilitnya dengan suatu kain. Ia membawa mereka berdua ke Madinah dengan unta.
Inilah peranan para wanita di zaman Rasulullah saw. yang beliau pimpin sendiri. Mungkin bantuan yang dipersembahkan oleh para wanita tersebut dimaksudkan sebagai upaya pengerahan kekuatan militer seoptimal mungkin. Dengan tujuan tersebut para wanita di zaman Imam Mahdi af. akan menjalankan peran yang sama pula.
Pada zaman pemerintahan Imam Mahdi af. maupun sebelumnya, para wanita melakukan peran lainnya seperti: menyadarkan umat manusia akan bahaya Dajal.
Abu Sa’id Khudri berkata, “Setiap kali Dajal berniat menuju ke suatu tempat, sebelum ia sampai ke sana, seorang perempuan yang bernama Luaibah (Thayibah) datang ke tempat tersebut terlebih dahulu. Lalu berkata, ‘Dajal sedang mendatangi kalian! Jauhilah dia dan berhati-hatilah terhadap akibat perbuatannya!’”
[]