Fungsi dan Peran Masjid (26)
Fungsi asli masjid adalah tempat ibadah, tetapi ia juga memainkan fungsi khusus di bidang politik, budaya, pendidikan, militer, pengadilan, dan lain-lain. Uniknya, semua kegiatan ini terpusat pada keberadaan seorang pemimpin yang akan mengatur semua urusan di masjid.
Seperti ketika Rasulullah Saw di Madinah, beliau bertanggung jawab untuk memanajemen urusan masjid. Jadi, perlu seorang tokoh di masjid yang menjadi pusat rujukan urusan agama dan politik, selain sebagai pemimpin dan pengelola kegiatannya.
Selain sebagai basis utama kegiatan ibadah, fungsi politik masjid juga tampak dominan pada awal permulaan Islam. Perlu dicatat bahwa Ka'bah – sebagai poros kegiatan ibadah – juga memiliki kedudukan istimewa sebelum terbit fajar Islam. Masjidil Haram memainkan fungsi sebagai basis politik masyarakat Hijaz sebelum pengutusan Nabi Muhammad Saw.
Oleh karena itu, para kabilah dan faksi-faksi politik Mekkah selalu bersaing dan kadang juga terlibat konflik demi meraih posisi sebagai juru kunci Ka'bah dan pengelola Masjidil Haram.
Di awal permulaan Islam, masjid adalah simbol utama dari perpaduan agama dan politik, dan kedua prinsip integral ini ditampilkan untuk pertama kalinya di Masjid Nabawi. Kediaman dan kehadiran rutin Rasulullah Saw – sebagai imam dan pemimpin masyarakat – di masjid Madinah telah menyita perhatian semua orang.
Dengan kehadirannya di masjid yang menjadi pusat konsentrasi masyarakat, Rasulullah Saw mengajarkan kepada para sahabat bahwa pemimpin adalah pelayan rakyat. Pekerjaan Nabi adalah memberikan pelayanan yang semata-mata untuk Allah Swt, dan tidak ditujukan untuk kedudukan, kekayaan, ambisi kekuasaan, atau pencitraan.
Beliau melakukan pekerjaan ini karena kecintaannya kepada Islam dan masyarakat Muslim, dan demi mencari keridhaan Allah Swt; sebuah kegiatan yang benar-benar selaras dengan agama.
Di awal permulaan Islam, masjid juga berfungsi sebagai basis politik, tempat untuk mengambil baiat dari masyarakat, dan pusat kantor pemerintahan. Sejarah mencatat bahwa setelah pembangunan Masjid Nabawi di Madinah, orang-orang yang baru masuk Islam menyatakan baiat kepada Rasulullah Saw di masjid.
Pada masa khalifah pertama, Abu Bakar, meskipun baiat awal dilakukan di Saqifah Bani Sa’idah, namun baiat publik dengan khalifah terjadi pada hari berikutnya di masjid. Ketika itu, Abu Bakar naik ke atas mimbar untuk menyampaikan pidato politik dan ia berdiri satu tingkat lebih rendah dari anak tangga yang biasa dipakai Rasul. Setelah memuji Allah, Abu Bakar berkata, "Sesungguhnya aku telah diangkat sebagai pemimpin kalian meski aku bukan yang terbaik di antara kalian. Jika aku berbuat benar, dukunglah aku, dan jika aku berbuat salah, luruskanlah aku." (Tarikh al-Yaqubi, jilid 2)
Imam Ali as setelah desakan masyarakat untuk menerima posisi khalifah, juga pergi ke masjid untuk dibaiat oleh masyarakat dan menyampaikan khutbah. Dalam pidatonya, beliau menjelaskan program-program pemerintah dan masalah penegakan hukum.
Sejarah Dua Masjid Termegah di Maroko
Pada bagian ini, kami akan memperkenalkan secara singkat dua masjid yang terkenal dari Maroko; Masjid Hassan (Menara Hassan) dan Masjid Hassan II (Masjid Hassan Ath-Thani).
Masjid Menara Hassan di kota Rabat, adalah salah satu monumen bersejarah di Maroko yang dibangun oleh Sultan Yaqub Al Mansur, khalifah ketiga Dinasti Almohad pada tahun 1184 (592 Hijriyah). Setelah kemenangan dalam pertempuran dengan Raja Kastilia, Al Mansur ingin membangun sebuah masjid yang lebih megah dari Masjid Cordoba di Spanyol dan menjadi basis untuk pasukan Muslim.
Al Mansur telah menyusun banyak rencana untuk masjid ini, namun semua itu terhenti setelah kematiannya pada tahun 1199. Pembangunan masjid ini tidak rampung pada tahun-tahun berikutnya, dan sampai sekarang masih berdiri seperti awalnya. Jika pembangunannya sempurna kala itu, Masjid Menara Hassan akan menjadi masjid terbesar kedua di dunia Islam pada abad ke-12 setelah Masjid Samara di Irak.
Dikatakan bahwa Masjid Menara Hassan dirancang oleh kakek Al Mansur sebagai benteng pertahanan untuk melindungi diri dan pasukannya dari serangan musuh. Luas ruang utama untuk shalat saja mencapai lebih dari 1.932 meter. Ruangan ini dibangun berbentuk huruf T.
Tidak seperti masjid lain yang umumnya memiliki sebuah halaman, Masjid Hassan memiliki beberapa halaman yang luas dan salah satunya yang berada di dekat menara yang diapit oleh banyak tiang. Panjang tiang-tiang itu antara 2,5 sampai 6,5 meter dan dibangun dengan bentuk lingkaran. Kumpulan tiang yang melingkari masjid ini merupakan salah satu daya tarik Masjid Menara Hassan.
Tiang-tiang yang terbuat dari marmer itu dihias dengan indah. Masjid ini memiliki sekitar 400 tiang dan juga 16 pintu; enam buah di bagian barat, empat di bagian timur, dua di bagian selatan, dan empat sisanya di bagian utara. Panjang mihrab masjid mencapai 3 meter, tetapi saat ini hanya tersisa bekas tempat mihrab. Mihrab ini dikelilingi oleh tembok yang sangat besar dan posisinya persis di hadapan menara.
Meski tidak selesai dibangun, saat ini Masjid Menara Hassan dengan lantai marmer yang luas, tiang-tiang yang megah dan dinding yang masih berdiri tegak, menegaskan betapa besarnya masjid tersebut. Menara Hassan sekarang menjadi salah satu monumen bersejarah paling megah di Maroko. Menara yang dipercantik oleh taman-taman menawan di sekitarnya ini, terdaftar sebagai warisan dunia UNESCO pada tahun 1995.
Masjid lain yang sangat populer di Casablanca, Maroko adalah Masjid Hassan II (Masjid Hassan Ath-Thani). Masjid ini mulai dibangun tahun 1980 dan peresmiannya dilakukan pada Agustus 1993. Dengan luas yang mencapai 20.000 meter per segi, Masjid Hassan II dianggap sebagai masjid terbesar ketiga setelah Masjidil Haram di Mekkah dan Masjid Nabawi di Madinah. Sebagian dari bangunan masjid ini menjorok ke pantai kota Casablanca dan berada di atas perkumaan laut.
Dinding Masjid Hassan II terbuat dari beton dan marmer serta dihiasi dengan ornamen yang sangat indah di bagian interiornya. Semua batu granit, marmer, kayu, dan bahan lain yang digunakan dalam konstruksi, berasal dari Maroko, dengan pengecualian beberapa tiang granit putih impor dari Italia.
Masjid Hassan II dengan kapasitas 25,000 jemaah, terletak di pinggir Samudera Atlantik dan dijuluki sebagai masjid terapung terbesar di dunia. Ruangan shalat membentuk persegi panjang yang ditopang oleh 78 pilar, dan panjang ruangan mencapai 200 meter dengan lebar 100 meter dan tinggi 60 meter. Bagian tengahnya lebih besar dan lebih tinggi dari yang lain. Atap ruangan dibangun berombak-ombak dengan kubah beraneka ragam.
Bangunan megah ini dilengkapi dengan peralatan modern, termasuk pintu otomatis dan atap yang bisa dibuka atau digeser dengan ubin hijau zamrud. Dalam Islam, warna hijau menunjukkan kebaikan dan aura spiritualitas.
Menara masjid ini merupakan yang paling tinggi di dunia dan dari puncaknya akan terlihat sinar laser terang yang mengarah ke kiblat di kota Mekkah. Tinggi menara masjid ini mencapai 200 meter dan karena tingginya yang luar biasa, teknologi canggih dan teknik konstruksi modern digunakan untuk memperkokoh menara. Ia diperkuat dengan beton bertulang yang mampu menahan terhadap efek gabungan dari angin dan gempa bumi.
Di kompleks masjid juga terdapat madrasah untuk belajar al-Quran dan ilmu-ilmu agama. Madrasah ini mencakup perpustakaan, museum, dan ruang serba guna untuk seminar dan konferensi. Ruangan ini semua dilengkapi dengan peralatan audiovisual yang canggih.
Pekerjaan konstruksi Masjid Hassan II melibatkan sekitar 35.000 pekerja dan 10.000 pekerja profesional. Mereka bekerja siang dan malam selama enam tahun untuk merampungkan bangunan tersebut. Masjid ini diperkirakan menelan biaya sampai 800 juta dolar AS.
Masjid Hassan II adalah lambang dari segenap bangsa. Ia melambangkan solidaritas, komitmen, kreativitas, dan pengabdian religius rakyat Maroko. Ia merupakan elemen fundamental dari warisan nasional Maroko. Sebagai hasilnya, ia terkenal di dunia sebagai contoh menakjubkan dari seni Islam.