Fungsi dan Peran Masjid (45)
Masjid adalah poros persatuan dan solidaritas masyarakat Muslim. Pintu masjid terbuka untuk semua individu dari segala jenis warna kulit, etnis, serta kelas ekonomi dan sosial. Individu dengan beragam selera dan orientasi berdiri berdampingan dalam barisan shalat berjamaah.
Masjid adalah rumah ibadah dan kegiatan budaya untuk misi persatuan dan perdamaian, yang akan memperkuat soliditas di antara masyarakat dan mencegah mereka dari kekerasan dan saling curiga. Masjid kadang tidak bisa memainkan fungsinya ini dan tidak dapat menyampaikan risalah perdamaian karena dihalang-halangi oleh kubu anti-Islam. Kelompok ini beraksi untuk melemahkan dan bahkan menghancurkan pusat-pusat keagamaan kaum Muslim.
Hari ini, salah satu masjid yang berperan signifikan untuk persatuan dan perdamaian adalah Masjid Imam Ali as (Islamic Center Hamburg) di Jerman. Masjid ini menjadi rumah ibadah untuk berbagai suku bangsa dan mazhab-mazhab Islam. Ia juga menjadi pusat untuk kegiatan keagamaan dan kemanusiaan.
Di Jerman, ada Hari Pintu Terbuka Masjid (Der Tag der offenen Moschee) yang diperingati pada 3 Oktober setiap tahun. Kegiatan ini sudah berlangsung sejak 1997 dan digelar bersamaan dengan peringatan Hari Reunifikasi Jerman. Dewan Koordinasi Muslim Jerman (KRM) bertanggung jawab untuk memperingati acara ini.
Selama acara, KRM akan memberi penjelasan dan melayani pertanyaan dari pengunjung non-Muslim. Dewan juga memilih sebuah tema khusus setiap tahun untuk meramaikan kegiatan ini. Fokus utama dalam beberapa tahun terakhir tertuju pada isu perlindungan lingkungan hidup, tanggung jawab sosial, seni Islam, dan imigrasi.
Pada 3 Oktober 2017, peringatan Hari Pintu Terbuka Masjid mengusung motto "Tetangga Rukun, Masyarakat Lebih Baik." KRM memilih tema itu mengingat pentingnya kedudukan tetangga dalam Islam dan kurangnya perhatian terhadap masalah ini di dunia modern.
Setiap tahun, ada ratusan masjid di Jerman yang berpartisipasi membuka pintu bagi pengunjung, termasuk Masjid Imam Ali as di Hamburg. Perpustakaan masjid ini menjadi primadona pengunjung untuk melihat koleksi lebih dari 5.000 buku tentang agama, Islam, sejarah, budaya, sastra, dan sosial.
Sebagian dari buku-buku itu sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Arab, Persia, Jerman, dan Inggris. Pengunjung bisa membaca di sana atau meminjam buku untuk dibaca di luar perpustakaan.
Masjid Imam Ali as sudah menerbitkan banyak buku ke dalam bahasa Arab, Persia, Jerman, Turki, dan Bosnia demi memperkenalkan pemikiran dan budaya Islam. Buku-buku itu disesuaikan dengan kebutuhan dan untuk menjawab pertanyaan masyarakat Eropa serta memperkenalkan berbagai dimensi budaya Islam.
Masjid juga menyediakan brosur dan pamflet dalam bahasa Jerman untuk menjelaskan pandangan Islam di berbagai bidang dan menjawab kekhawatiran Eropa. Brosur ini dibagikan secara gratis kepada pengunjung.
Majalah al-Fajr (Die Morgendammerung) Islamic Center Hamburg terbit secara teratur setiap dua bulan sekali dalam bahasa Jerman sejak 1982. Majalah ini berisi beberapa artikel tentang pemikiran dan budaya Islam. Formulir berlangganan majalah ini disediakan untuk individu dan organisasi di Jerman.
Pada hari Jumat, Masjid Imam Ali as menggelar kegiatan shalat Jumat dan khutbah disampaikan dalam tiga bahasa Arab, Persia, dan Jerman. Banyak warga Muslim secara rutin menghadiri kegiatan mingguan ini dan menunaikan shalat Jumat di masjid tersebut.
Shalat Idul Fitri dan Idul Adha juga diadakan setiap tahun, dan khutbah akan disajikan dalam bahasa Arab, Persia, dan Jerman. Selain untuk menunaikan kewajiban agama, perayaan dua hari besar Islam ini akan memperkuat hubungan dan solidaritas di antara komunitas Muslim.
Kegiatan lain Masjid Imam Ali as adalah mengadakan pelajaran tafsir al-Quran setiap minggu sekali. Acara ini digelar pada Jumat malam di ruang konferensi dalam bahasa Persia, sementara sesi bahasa Jerman diadakan pada hari Sabtu di perpustakaan. Kegiatan ini kemudian dilanjutkan dengan shalat berjamaah. Warga keturunan Arab juga datang untuk mengikuti pelajaran tafsir yang disajikan dalam bahasa Arab.
Islamic Center Hamburg menggelar sebuah ceramah pada hari Sabtu pertama setiap bulan dalam bahasa Arab. Kegiatan ini diikuti oleh komunitas Arab-Jerman dari berbagai negara Arab. Ceramah ini biasanya akan diisi oleh salah satu profesor universitas atau ulama.
Islamic Center Hamburg kadang juga mengadakan seminar untuk menyebarkan pemikiran Islam dan bertukar pandangan seputar agama, budaya, dan sosial. Seminar ini mengangkat berbagai tema seperti, isu persatuan Islam, masalah haji, seminar untuk mengenang para pemikir Islam dan karya mereka, dan diskusi tentang isu-isu dunia Islam dan negara-negara Muslim.
Kelas bacaan al-Quran dan fiqih digelar secara teratur untuk para remaja putra dan putri, di samping kelas pendidikan agama untuk anak-anak dan remaja.
Uniknya, siswa dari sekolah-sekolah Jerman bersama guru mereka sering berkunjung ke Masjid Imam Ali Hamburg untuk mengenal tentang keyakinan kaum Muslim. Mereka akan memperoleh penjelasan terkait kegiatan di Islamic Center itu dan kegiatan ini akan ditutup dengan tanya-jawab seputar Islam dan kaum Muslim.
Komunitas-komunitas Jerman yang tertarik dengan pemikiran Islam juga mendatangi masjid tersebut untuk memperoleh jawaban atas banyak persoalan seputar Islam.
Pada dasarnya, pintu Masjid Imam Ali as Hamburg selalu terbuka untuk umum dan pengunjung baik turis maupun masyarakat lokal dapat mengunjungi semua sudut masjid ini. Biasanya salah satu pengurus akan memandu tamu dan menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka.
Sejarah Masjid Imam Ali as (Islamic Center Hamburg)
Islamic Center Hamburg adalah salah satu masjid tertua di Jerman dan Eropa. Ia didirikan oleh sekelompok imigran dan pengusaha Iran di Hamburg pada akhir 1950-an. Masjid ini dengan cepat berkembang menjadi salah satu pusat Islam terkemuka di Barat.
Selama pertemuan di Atlantic Hotel Hamburg pada 1953, sekelompok warga Iran di Jerman mendiskusikan kebutuhan untuk mendirikan pusat keagamaan Islam. Sebuah surat dikirim ke almarhum Ayatullah al-Udzma Sayid Husein Borujerdi untuk meminta arahannya. Ayatullah Borujerdi setuju dengan rencana itu dan ikut menyumbangkan dana. Pembangunannya dimulai pada tahun 1960 dan selesai pada 1965. Pada tahun yang sama, Ayatullah Mohammad Beheshti ditunjuk sebagai imam masjid.
Selama memimpin, Ayatullah Beheshti mengambil beberapa inisiatif termasuk mengusulkan pembangunan sebuah lembaga kebudayaan Islam untuk melayani semua Muslim dari berbagai latar belakang kebangsaan dan mazhab. Oleh karena itu, muncullah Islamic Center Hamburg yang melaksanakan kegiatan budayanya di Jerman dan negara-negara lain Eropa.
Struktur Masjid Imam Ali as terdiri dari dua bagian utama yang saling terhubung. Bagian utama masjid berbentuk lingkaran yang berada di bawah kubah besar dengan tinggi 18 meter dan berdiameter 13,5 m. Kubah ini terbuat dari beton dan kemudian dilapisi dengan tembaga warna biru, yang memberikan keindahan tersendiri bagi masjid.
Dua menara dibangun di kedua sisi kubah, menara ini terbuat dari beton dan dilapisi dengan ubin mosaik warna kuning keemasan. Tinggi masing-masing menara ini mencapai 18 meter.
Dinding interior masjid ditutupi dengan ubin yang bertuliskan ayat-ayat surat al-Jumu’ah dan al-Isra dengan khat Tsulus. Terjemahan ayat-ayat ini ditulis dalam bahasa Jerman. Ubin mosaik dengan beragam pola dan kaligrafi memenuhi dinding masjid ini.
Dinding mihrab masjid dipercantik dengan kombinasi batu bata dan ubin mosaik khas Iran. Di atas mihrab terukir ayat 162 surat al-An’am, “Katakanlah, sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.”
Ruang utama masjid dipakai untuk pelaksanaan shalat lima waktu, shalat Jumat, dan shalat Idul Fitri dan Idul Adha. Bagian lain yang bisa diakses dari ruang utama adalah sebuah aula besar untuk konferensi, perpustakaan, kantor administrasi, dan ruangan untuk kegiatan Islamic Center.
Pintu utama masuk ke masjid berada di sisi Barat, dan bagian luarnya dihiasi dengan ubin-ubin mosaik yang indah. Beberapa anak tangga dibuat sebagai akses masuk dan anak tangga ini terhubung ke kedua sisi halaman masjid.