USUL AL-KAFI (KITABUL HUJJAH)

USUL AL-KAFI (KITABUL HUJJAH) pengarang:
Kategori: Hadits
Halaman: 29

  • Mulai
  • Sebelumnya
  • 29 /
  • Selanjutnya
  • Selesai
  •  
  • Pengunjung: 184725 / Download: 1175
Ukuran Ukuran Ukuran
USUL AL-KAFI (KITABUL HUJJAH)

USUL AL-KAFI (KITABUL HUJJAH)

pengarang:
Indonesia

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20
PERUMPAMAAN DALAM Al-QUR'AN

Perumpamaan keenambelas:

Masjid Dharar
Allah Swt berfirman dalam surat at-Taubah ayat ke 107-109 sebagai berikut; "Dan (di antara orang-orang munafik itu) ada orang-orang yang mendirikan masjid untuk menimbulkan kemudharatan (pada orang-orang mukmin), untuk kekafiran dan untuk memecah belah antara orang-orang mukmin serta menunggu kedatangan orang-orang yang telah memerangi Allah dan Rasul-Nya sejak dahulu. Mereka Sesungguhnya bersumpah: "Kami tidak menghendaki selain kebaikan." Dan Allah menjadi saksi bahwa sesungguhnya mereka itu adalah pendusta (dalam sumpahnya). Janganlah kamu bersembahyang dalam mesjid itu selama-lamanya. Sesungguh- nya mesjid yang didirikan atas dasar taqwa (mesjid Quba), sejak hari pertama adalah lebih patut kamu sholat di dalamnya. Di dalamnya mesjid itu ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. Dan sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bersih. Maka apakah orang-orang yang mendirikan mesjidnya di atas dasar taqwa kepada Allah dan keridhaan-(Nya) itu yang baik, ataukah orang-orang yang mendirikan bangunannya di tepi jurang yang runtuh, lalu bangunannya itu jatuh bersama-sama dengan dia ke dalam neraka Jahannam. Dan Allah tidak memberikan petunjuk kepada orang- orang yang zalim".


Pengantar pembahasan
Tiga ayat al-Qur`an tersebut adalah perumpamaan ketujuhbelas kita yang berbicara tentang mesjid Dhirâr yang didirikan oleh musuh-musuh agama untuk meredam laju agama baru, Islam. Masjid tersebut mereka jadikan sebagai tameng, jalan dan barikade untuk menghadapi agama dengan agama.


Sebab turun ayat
Mayoritas mufassir telah menunjukkan sebab turun ayat tersebut 125, dan diantaranya disini kami akan sebutkan;

Bani Amr bin `Auf membangun majsid Quba, dan mengutus seseorang kepada Rosulullah Saw untuk mengundang datang kepada mereka. Maka datanglah Rosulullah Saw kepada mereka dan shalat di masjid tersebut. Hal ini membuat orang-orang munafik hasud kepada Bani Ganam bin Auf, mereka berkata; Kami membangun masjid, kami shalat di dalamnya dan kami tidak mengundang jamaah Muhamamd. Mereka konon berjumlah dua belas orang atau lima belas orang. Diantara mereka adalah Tsa`labah bin Hâthib, Mu`attab bin Qusyair, Nabtal bin al-Hârits. Mereka membangun satu masjid di samping masjid Quba.

Ketika mereka selesai membangunnya, mereka datang kepada Rosulullah Saw yang sedang bersiap-siap bergi ke perkang Tabuk, lalu berkata; Wahai Rosulullah Saw, kami telah selesai membangun sebuah masjid karena memang kami membutuhkannya pada saat hujan dan pada malam-malam hari yang gelap. Kami berharap sekali agar Engkau berkenan shalat di sana untuk kami dan berdo`a memohon keberkahan. Lalu Rosulullah Saw bersabda: "Kami benar-benar hampir berangkat pergi, setelah kambali nanti insyaallah akan mendatangi dan shalat di sana untuk kalian". Dan setelah Rosulullah pergi, turunlah ayat terkait dengan masjid tersebut.


Syarah dan tafsir
Allah Swt berfirman; "Dan (di antara orang-orang munafik itu) ada orang-orang yang mendirikan masjid untuk menimbulkan kemudharatan (pada orang-orang mukmin), untuk kekafiran dan untuk memecah belah antara orang-orang mukmin serta menunggu kedatangan orang-orang yang telah memerangi Allah dan Rasul-Nya sejak dahulu".

Memang benar malaikat Jibril a.s telah turun kepada Rosulullah Saw mencegahnya shalat di masjid tersebut. Walau pun secara lahir tempatr tersebut adalah tempat ibadah, namun sebenarnya ia tidak lebih sebagai tempat pemyembahan berhala-berhala dan pusat komando menentang kaum muslimin. Ayat tersebut menjelaskan empat tujuan pembanguan masjid tersebut, yaitu;

1. Dhirâran (untuk menimbulkan kemudharatan). Yakni para pendiri masjid ini bertujuan membuat madharat bagi kaum muslimin dengan menjadikannya sebagai benteng untuk memusuhi Islam.

2. Kufran (untuk kekafiran). Tujuan lain mereka membangun masjid tersebut ialah untuk memperkuat pondasi-pondasi kekafiran. Masjid tersebut berfungsi sebagai central kekafiran dan syirik.

3. "untuk memecah belah antara orang-orang mukmin". Tujuan lainnya dan ini yang sangat berbahaya diantara tujuan-tujuan tersebut ialah menciptakan perpecahan diantara kaum muslimin dan menghancurkan tonggak persatuan yang mereka miliki. Perselisihan-perselisihan diantara mereka adalah hal paling berbahaya terhadap situasi dan kondisi Islam yang heterogen dibanding bahaya-bahaya lain. Inilah sumber segala perselisihan.

4. "serta menunggu kedatangan orang-orang yang telah memerangi Allah dan Rasul-Nya sejak dahulu". Yakni mendirikan pusat bagai para musuh di jantung wilayah Islam sendiri. Orang-orang yang menjadi musuh-musuh Allah dan Rosul-Nya semenjak dahulu.


Abu Amir an-Nashrani, musuh Islam
Dari "Majma`ul bayân"; Ia telah menjadi seorang rahim pada masa jahiliyah. Ketika Nabi Saw dating ke Madinah, ia hasud kepadanya, kemudian membentuk berbagai madzhab dan melarikan diri ke Thaif setelah peristiwa pembebasan (futuh) kota Mekah. Ketika penduduki Thaif masuk Islam, ia pindah ke Syam, pergi menuju Roma dan menjadi Nashrani. Dialah yang menjadi salah seorang pemicu perang Uhud.

Rosulullah Saw telah menggelari Abu Amr dengan "seorang fasik". Dialah yang telah menganjurkan orang-orang munafik agar mempersiapkan dan membangun sebuah masjid. Ia berjanji akan datang ke Kaisar dan meminta bantuan sejumlah tentara dan akan mengeluwarkan Muhamamd dari Madinah. Karenanya

Orang-orang munafik sangat menunggu-nunggunya, namun ia keburu meninggal sebelum sampai ke raja- Romawi.126

Setelah peristiwa ini, orang-orang munafik meminta kepada Rosulullah Saw untuk meresmikan masjid mereka, namun Jibril a.s keburu turun dan mencegahnya dengan redaksi seperti ini; "Janganlah kamu bersembahyang dalam mesjid itu selama-lamanya". Dan Rosulullah Saw pun tidak pernah bersembahyang di sana selamanya.

Allah Swt berfirman; "Sesungguh- nya mesjid yang didirikan atas dasar taqwa (mesjid Quba), sejak hari pertama adalah lebih patut kamu sholat di dalamnya".

Artinya bahwa masjid Dhirar bukanlah tempat yang tepat untuk beribadah kepada Allah yang Esa. Sebuah masjid yang layak dijadikan tempat ibadah memiliki ciri-ciri sebagi berikut;

1. Mesjid tersebut hendaklah dibangun di atas landasan iman dan taqwa. Ayat ini juga mengajarkan kita agar pendirian pusat-pusat agama seperti husainiyah, sekolah agama, pusat ekonomi, politik, budaya, dan devartemen-devartemen dibangun di atas landasan iman dan taqwa. Keduanya merupakan ruh dalam amal.

2. Mereka yang hadir hendaklah orang-orang yang taqwa dan bersih. Demikian itu karena orang-orang yang shalat di dalam masjid dianggap sebagai orang-orang yang mengharumkan masjid.

Kedua ciri ini terdapat pada masjid Quba. Masjid itu telah didirikan diatas landasan iman dan taqwa, sebagaimana orang-orang yang shalat di dalamnya juga orang-orang yang beriman. Sebaliknya, masjid Dhirar tidaklah dibangun di atas asas taqwa dan iman, dan orang-orang yang menghadirinya pun bukan orang-orang yang beriman.


Perintah Pembakaran masjid Dhirar
Rosulullah Saw tidak hanya membatalkan pembukaan masjid tersebut dan shalat di dalamnya, bahkan beliau telah perintahkan membakarnya. Kemudian dua dingdingnya dibakar dan kemudian dipersiapkan menjadi tempat pembuangan sampah.

Allah Swt berfirman; "Maka apakah orang-orang yang mendirikan mesjidnya di atas dasar taqwa kepada Allah dan keridhaan-(Nya) itu yang baik, ataukah orang-orang yang mendirikan bangunannya di tepi jurang yang runtuh". Syafâu (tepi jurang) berti ujung segala sesuatu. Karenanya, kata ini juga biasa dipakai untuk menunjukkan suatu pemahaman terdekat.

"jurf" (tepi jurang) berarti "janb" (dekat). Maka tepi sesuatu adalah ujung-ujung yang mendampinginya, karena itu kata jurf digunakan untuk menunjukkan tepi atau bibir sungai. Kata "hâr" digunakan untuk sesuatu yang jatuh/runtuh. Terkadang ujung sungai menjadi kering sehingga seakan berbentuk tepian (rawa). Seseorang yang tidak mengetahuinya akan berjalan di tepian ini sehingga terperosok ke dalamnya dan tenggelam.

Allah Swt menyamakan pembangunan masjid Dhirar seperti tepian sungai (rawa, penej). Tepian sungai tidaklah seperti air sungai. Air sungai terkadang tidak membahayakan seseorang sehingga menemui kematiannya atau bahaya yang pasti jika ia bisa berenang. Namun tepian sungai adalah neraka itu sendiri, dan apabila seseorang terperosok ke dalamnya maka itulah kehancuran totalnya yang tidak mungkin bisa selamat.

Apakah seorang manusia berakal akan berminat mendirikan bangunan di sebuah tanah yang labil seperti tepian sungai ini dan menantang bahaya yang ada di dalamnya?

Memang benar, sebuah mesjid yang didirikan diatas asas ketakwaan dan ridha Allah, maka bangunan tersebut akan menjadi kuat sekali, yang tidak akan mengantarkan seseorang kecuali kepada keselamatan. Adapun masjid yang didirikan di atas asas kekafiran dan kemusyrikan akan mengandung bahaya cukup besar dan akan mengantarkan seseornag kepada keterpurukan, sebagaimana dijelaskan ayat tersebut, jatuh kepada neraka Jahannam.

Adakah perumpamana lain yang lebih indah dan lebih jelas terhadap sumber-sumber syirik dan kemunafikan selain perumpamaan yang diberikan ayat-ayat al-Qur`an al-karim?


Sasaran ayat tersebut
1. Yang dapat disimpulkan dari ayat tersebut ialah pentingnya orang-orang muslim mengontrol amal-amalnya, sesungguhnya musuh-musuh agama telah memerangi agama dengan agama dan selogan-selogannya itu sendiri. Karena itulah ketika kita membaca kembali sejarah Islam, kita akan menemukan berbagai perpecahan dan kelompok yang telah dirintis oleh musuh untuk menghancurkan Islam yang murni.

Di antara madzhab-madzhab yang ada ialah madzhab Bahai yang sesat yang sekarang ini nampak jelas di semua tempat motif pendirian kelompok ini dan siapa orang-orang yang merintis dan mendirkannya. 127

2. Orang-orang muslim hendaknya cerdas sehingga tidak terpengaruh oleh tampilan-tampilan lahir sesuatu. Terhadap sebuah fitnah, orang-orang muslim hendaknya mencari tahu para pelaku dan otak intelektual di belakangnya serta mereka yang berusaha mencari manfaat darinya. Demikian itu adalah kekhawatiran terhadap tipuan orang-orang yang berniat menghancurkan negara mereka melalui penjajahan, atau menyesatkan kaum muslimin dengan atas nama pembebasan mereka, atau menghancurkan agama dengan agama itu sendiri.128





21
PERUMPAMAAN DALAM Al-QUR'AN

Perumpamaan Ketujuhbelas:

Dunia yang Sementara
Allah Swt berfirman dalam surat Yunus ayat ke 24 sebgai berikut; "Sesungguhnya perumpamaan kehidupan duniawi itu, adalah seperti air (hujan) yang Kami turunkan dan langit, lalu tumbuhlah dengan suburnya karena air itu tanam-tanaman bumi, di antaranya ada yang dimakan manusia dan binatang ternak. Hingga apabila bumi itu telah sempurna keindahannya, dan memakai (pula) perhiasannya, dan pemilik-permliknya mengira bahwa mereka pasti menguasasinya, tiba-tiba datanglah kepadanya azab Kami di waktu malam atau siang, lalu Kami jadikan (tanam-tanamannya) laksana tanam-tanaman yang sudah disabit, seakan-akan belum pernah tumbuh kemarin. Demikianlah Kami menjelaskan tanda-tanda kekuasaan (Kami) kepada orang-orang berfikir".


Pengantar
Ayat tersebut berbicara tentang perumpamana kehidupan dunia yang sementara. Upaya mengingatkannya karena dikhawatirkan seseorang akan tertipu dengan tampilan lahirnya yang menyesatkan dan dari bergantung kepadanya. Seseorang sebenarnya telah kehilangan segala sesuatu ketika ia mendewakan dan berkorban untuk meraihnya. Pada penghujung ayat tersebut Allah Swt menyeru manusia untuk berfikir mencari dan menemukan jalan keluar untuk dirinya.


Syarah dan Tafsir
Allah Swt berfirman; "Sesungguhnya perumpamaan kehidupan duniawi itu", istilah "kehidupan dunia" telah dipergunakan hampir tujuh puluh kali dalam al-Qur`an. Dunia di sini memiliki dua pengertian sebagaimana berikut;

a. Ia berarti yang dekat. Dunia merupakan bentuk muannas dari adna (rendah). Karena itu, kehidupan dunia adalah kiasan paling dekat untuk kehidupan akhirat yang secara relatif ia jauh.

b. Yang dimaksud dengannya adalah sâfilah; yang kotor, hina dan rendah. Karena itu kata danî (rendah) diberikan kepada seseorang yang terperosok dan rendah. Artinya bahwa kehidupan dunia adalah kehidupan yang rendah dan tidak memiliki nilai yang sempurna. Itulah kehidupan dunia sebagai lawan dari kehidupan akhirat yang tinggi dan penuh nilai-nilai agung.

Demikian ini sesuai dengan kesimpulan dari beberapa ayat al-Qur`an, seperti ayat berikut ini; "Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui"129 . Kehidupan yang sesungguhnya hanyalah kehidupan akhirat saja, adapun kehidupan dunia hanyalah kehidupan semu dan hanya sekedar nama saja, padahal sebenarnya ia adalah kematian bertahap.

Al-hasil, sesungguhnya kehidupan dunia adalah kehidupan yang tidak bernilai, atau ia sebenarnya bukanlah kehidupan secara penuh. Ia "adalah seperti air (hujan) yang Kami turunkan dan langit, lalu tumbuhlah dengan suburnya karena air itu tanam-tanaman bumi". Yakni kehidupan sementara seperti air hujan yang turun ke bumi dengan tetesan rintik-rintik, dan dengan turunnya ke bumi tumbulah tumbuh-tumbuhan yang menghasilkan berbagai macam buah.

Adapun tumbuh-tumbuhan terbagi menjadi tiga macam;

1. Tumbuh-tumbuhan yang menyediakan makakan seperti buah-buahan, sayur-sayuran, dan biji-bijian bagi manusia "di antara yang dimakan manusia".

2. Tumbuh-tumbuhan yang menyediakan makanan bagi binatang "di antara yang dimakan manusia dan binatang ternak". Pada keduanya terjadi persamaan pada makanan tertentu seperti pohon yang dimanfaatkan buahnya oleh manusia dan daun-daunnya oleh binatang. Ada juga yang khusus untuk binatang saja seperti alaf (makanan khusus binatang).

3. Ketiga adalah tumbuh-tumbuhan dan pohon yang menjadi penghias alam seperti bunga-bunga "Hingga apabila bumi itu telah sempurna keindahannya, dan memakai (pula) perhiasannya, dan pemilik-permliknya mengira bahwa mereka pasti menguasasinya".

Yakni pada saat hujan turun, pohon-pohon berbuah dan tiba saatnya memanen, lalu terjadilah sebuah peristiwa yang menghancurkan semua usaha manusia selama ini sehingga tidak mendapatkan hasil tanamannya. Inilah sisi menyakitkan yang berkaitan dengan dunia.

Allah Swt berfirman; "tiba-tiba datanglah kepadanya azab Kami (amranâ) di waktu malam atau siang". Memang benar ketika seseorang melihat dunia berpihak kepadanya, menampakkan wajahnya yang menggiurkan dan elok, ia menyimpulkan bahwa segala sesuatu berjalan sesuai harapannya. Pada saat seperti ini tiba-tiba datang ketentuan Allah berupa adzab di siang dan malam hari untuk menghancurkan seluruh harapan dan angan-angan tadi, di mana dunia tidak hadir sebagaiman yang diharapkan.

Kata "amranâ" pada ayat tersebut mengajak kita untuk perhatian dan merenungkan lebih serius dimana ia mengandung berbagai sumber dan bukti, mencakup segala bentuk adzab dari Allah Swt. Di sini akan kami coba sebutkan diantar bukti-bukti tersebut;

1. Sekelompok binatang yang nampaknya lemah seperti belalang diperintahkan untuk menghancurkan lahan pertanian secara total sehingga tidak tersisa apapun darinya karena telah dimakan dan dihancurkan seluruhnya, sebagaimana terjadi dari waktu kewaktu di sejumlah negara.

2. Adzab ini terkadang juga terjadi dalam bentuk cuaca panas melalui angin yang diperintah menghancurkan sebagai adzab ilahi. Yaitu ketika ia bergerak maka yang dilewatinya akan keracunan dan mengering. Dan ketika ia melewati sebuah lahan pertanian, ia akan menghancurkan hingga berubah menjadi debu yang menghilang tertiup angin.

3. Adzab ilahi lain yang lebih berbahaya lagi dari angin panas ialah petir atau kilat yang menghancurkan segala sesuatu seperti gunung-gunung, pohon, binatang dan manusia. Atau wujud-wujud lain yang akan kita bicarakan pada pembahasan-pembahasan berikutnya.

Di sana ada poin penting yang terkandung dalam istilah ayat "siang dan malam". Artinya bahwa manusia tidak mempunyai pilihan lain selain tunduk dan menerima terhadap adzab ilahi, tidak ada beda antara siang dan malam hari. Tidak bisa dilukiskan bahwa seseorang pada malam hari saja akan terperdaya oleh adzab, karena pada malam hari ia tidak bisa berbuat apa-apa. Padahal adzab akan tetap menghancurkan manusia kapan pun datangnya, baik datang pada siang maupun malam hari.

Allah Swt berfirman: "lalu Kami jadikan (tanam-tanamannya) laksana tanam-tanaman yang sudah disabit, seakan-akan belum pernah tumbuh kemarin". Yakni ketika adzab terjadi menghacurkan kekayaan-kekayaan manusia dan lahan-lahan pertaniannya. Ia seakan-akan lahan pertanian yang belum digarap, bahkan berubah menjadi kepulan-kepulan debu.

Allah Swt berfirman; "Demikianlah Kami menjelaskan tanda-tanda kekuasaan (Kami) kepada orang-orang berfikir". Artinya bahwa tujuan-tujuan perumpamaan ini tidak dapat dimengerti kecuali oleh orang-orang yang mau berfikir. Kedalaman ayat-ayat ilahi ini pun tidak dapat dipahami kecuali dengan berfikir dan merenung, dimana tidak ada ibadah lain yang paling tinggi dari selainnya.130


Falsafah perumpamaan
Untuk menyingkap falsafah perumpamaan tersebut, di sini kami akan tunjukkan tiga karakteristik kehidupan dunia;

1. Kehidupan dunia adalah sementara, tidak tetap dan tidak ada keabadian di dalamnya.

2. Kehidupan dunia adalah berlubang. Luarnya nampak menggiurkan hati, sementara dalamnya kosong tidak berisi. Secara jelas ia telah mengkristal dalam kehidupan sebagian orang dimana kehidupan mereka menarik kita dari jauh, membuat kita menyesalkan kehidupan kita dan kita meratapi kehidupan mereka.

Namun ketika kita mendekatkan kehidupan kita -kami banyak bersyukur kepada Allah- kepada mereka yang tidak sama seperti kehidupannya dari sisi banyaknya bencana.

3. Kehidupan dunia menipu manusia.

Sebuah hadis dari Rosulullah Saw menjelaskan ketiga karakteristik ini, beliau bersabda: "Dunia adalah menipu, membahayakan dan musnah".131

Dari sini kita dapat memahami falsafah perumpamana tersebut, yang tanpanya kita akan kesulitan memahami hakekat kehidupan dunia. Melalui merumpamaan tersebut seseorang dapat memahami lebih baik hakekat dan esensi dunia. Karena itu, Allah menjelaskannya melalui perumpamaan tersebut.


Tafsir ayat
Pada ayat tersebut manusia dan kehidupan dunianya diumpamakan seperti air hujan. Dengan perumpamaan itu al-Qur`an menunjukkan potensi dan kemampuannya yang tinggi. Apabila kemampuan ini dapat diaktualkan maka akan melahirkan berbagai macam penemuan, ciptaan dan ivovasi, menggunakan potensi-potensinya dalam kehidupan yang lebih baik dalam berbagai macam bidang dan aktivitas, memaksimalkannya sebanyak mungkin untuk menggapai tujuan-tujuan khusus. Hanya saja sebuah kejadian tiba-tiba terjadi menghancurkan seluruh harapan dan apapun yang ia miliki dalam hidupnya. Bahkan mereka sampai pada titik sekan-akan belum pernah berbuat apa-apa terhadap kehidupannya, belum pernah berbuat untuk jaminan masa depannya.

Kejadian-kejaidan ini merupakan azab ilahi. Ia telah mengkristal dalam internal badan manusia dan ia pun tunduk kepadanya. Sebagai contoh, kebekuan darah seseorang yang menjalar pada pembulu-pembulu darah hingga sampai ke jantung akan menyebabkan kematian jeringan-jaringan di dalamnya. Atau jika ia sampai pada otak, ia juga akan menyebabkan kematian syaraf-syaraf di dalamnya. Semuanya itu menyebabkan kelumpuhan sebagian anggota tubuh, atau bahkan mematikannya.

Yang paling sederhana dari itu ialah Allah Swt memerintahkan sel di antara sel-sel dalam tubuh manusia untuk berkembang biak dengan bentuk yang tidak diketahui. Dengan proses penambahan menakjubkan satu sel bisa berkembang menjadi dua sel, dua sel menjadi empat, empat menjadi delapan, delapan menjadi enam belas, dan demikian seterusnya yang berubah terus secara sekejap hingga batasan tidak tentu yang menyebar di seluruh tubuh sedikit demi sedikit sehingga membuat seseorang lumpuh. "lalu Kami jadikan (tanam-tanamannya) laksana tanam-tanaman yang sudah disabit, seakan-akan belum pernah tumbuh kemarin". Ia nampak seakan-akan telah mati semenjak beberapa tahunan, dan seluruh angan-angannya telah musnah semenjak saat itu.

Adzab lahi pun terkadang berupa kejadian diluar kendali manusia, seperti gempa bumi, angin topan, tabrakan meteor, badai dan lain sebgainya. Inilah perumpamaan di antara berbagai pristiwa yang kita saksikan sepanjang usia kita yang mengingatkan kita berhati-hati agar dunai tidak menipu kita dan agar kita tidak bergantung kepadanya, dan apalagi melakukan berbagai tindak kriminal untuk menggapai tujuan-tujuan duniawi yang sesaat.

Sudah selayaknya apabila kita merenungkan kembali lebih serius ayat mulia ini berserta perumpamaan-perumpamaannya dan kita jadikan sebagai lentera dalam menempuh perjalanan.


Sasaran-sasaran ayat

1. Ma`rifatullah
Sesungguhnya Allah dengan mengumpamakan kehidupan dengan tetesan-tetesan air hujan telah mengajarkan kita pelajaran-pelajaran makrifat (pengetahuan). Ia menanamkan keimanan kepada-Nya pada hati-hati kita. Ayat tersebut mengajarkan kepada kita sesungguhnya Allah dengan pelantara air yang jernih ini, air yang tidak berwarna dapat menciptakan berbagai macam warna berbeda.

Sesungguhnya bumi disirami dengan air yang sama (disirami dengan air yang sama 132), namun buah-buahan dan pohon tumbuh berbeda-beda. Dari air ini muculah buah-buahan yang paling manis, biasa-biasa, yang sangat pahit, serta bunga-bunga yang paling cantik dan lain sebgainya. Ini semua muncul dari air yang sama dan tanah yang sama. Sesungguhnya kekuasaan Allah sungguh sangat menakjibkan, namun sayangnya karena sudah terbiasa, kebiasaan itu mencegah dan menghalangi kita memikirkan kitab Allah yang berbicara ini.


2. Semua yang ada di alam adalah tercipta berdasarkan sebuah sistem tertentu
Sesungguhnya Allah Swt telah menjadikan air hujan sebagai sebab keberkahan dan perkembangan manusia. Ia dengan sendirinya apabila bertambah dari volume biasanya akan menyebabkan petaka dan bencana, dan apabila ia berkurang dari biasanya, ia akan menyebabkan kemarau dan kekeringan.

Hal ini merupakan pelajaran lain bagi manusia agar ia berlaku seimbang dan adil dalam berbagai dimensi hidupnya, dan menjauh dari sikap berlebihan.

Seseorang hendaknya tidak berlebihan (ekstrim) dalam permusuhan dan pertentangan. Untuk itu Islam mengajaran etika dalam berperang, sebuah ajaran berupa perintah-perintah lembut dan indah yang mencegah kaum muslimin berlaku berlebihan dalam permusuhan. Karena itu, seorang muslim adalah orang yang seluruh kehidupannya tersusun, tertata dan terperogram.


3. Perubahan nikmat menjadi bencana
Terkadang sesuatu yang pada mulaya memberikan kehidupan baik bagi seseorang (nikmat) berubah menjadi bencana dan kematian baginya, dan demikian itu atas perintah Allah Swt. Sesungguhnya air memberi seseorang kehidupan di dunia ini, namun terkadang ia berubah menjadi banjir yang menghanyutkan dan mematikan.


4. Air yang mengalir adalah air yang sehat, bersih dan enak
Adapun air yang diam, mengendap dan tercemar tidak akan layak diminum. Dalam kondisi seperti ini, air tidah hanya tidak memberikan kehidupan saja, bahkan menjadi penyebab pencemaran itu sendiri. Harta dan berbagai kekayaan pada dasarnya dihasilkan dari air, maka berarti air bisa menumbuhkan perkembangan perekonomian suatu negri apabila ia mengalir dan dimanfaatkan oleh orang-orang. Namun bila ia diam, terkonsentrasi dan mengendap di satu tempat, maka ia dapat menyebabkan kelesuan perekonomian suatu negri.


5. Tumbuhan beracun yang indah
Sejumlah tumbuh-tumbuhan nampak indah dan cantik seperti terlihat pada beberapa macam bunga, namun sebenarnya ia beracun dan membunuh. Untuk ini kita jangan sampai terpesona dengan tampilan luar sesuatu sekalipun itu indah, bahkan kita harus berfikir dan memperhatikan apa yang ada di dalamnya guna menyingkap hakekat sebenarnya, lalu menjatuhkan pilihan yang sesuai.

Penghujung ayat tersebut merupakan nasehat untuk bertafakkur, pujian kepada para ilmuan (ulama) dan para pemikir. Rosulullah Saw bersabda; gunakan kebahagiaan (hadhdh) mata-mata kalian dalam ibadah. Mereka bertanya; apa kebahagiaannya dalam beribadah wahai Rosulullah Saw? Beliau menjawab; memandangi mushhaf, memikirkan kandungannya dan mengambil pelajaran atas keajaiban-keajaibannya. 133

Maka fikirkanlah ayat-ayat al-Qur`an agar kalian tidak tertinpa bencana seperti bencana yang menimpa orang-orang seperti Namrud, Fir`aun dan Abu Lahab, sebagaimana juga kalian harus memikirkan sisi lain seperti kisah Sulaiman, Musa, Dawud dan lain-lain. Renungkan dan fikrikanlah keajabian-keajaiban ayat-ayat al-Qur`an.

Jangan kalian hanya mencukupkan diri dengan membacanya saja meskipun ini ada pahala dan balasannya, terutama pada bulan Ramadhan yang berkah, melainkan juga merenungkan dan memikirkannya.





22
PERUMPAMAAN DALAM Al-QUR'AN

Perumpamaan kedelapanbelas:

Orang Kafir dan Orang Mukmin
Allah Swt berfirman dalam surat Hud ayat ke 24 sebagai berikut; "Perbandingan kedua golongan itu (orang-orang kafir dan orang-orang mukmin), seperti orang buta dan tuli dengan orang yang dapat melihat dan dapat mendengar. Adakah kedua golongan itu sama keadaan dan sifatnya? Maka tidakkah kamu mengambil pelajaran (daripada perbandingan itu)?".


Pengantar
Allah Swt membandingkan dalam perumpamana ini antara orang-orang kafir dan orang-orang mukmin. Salah satunya diumpamakan dengan buta dan tuli, dan yang lainnya dengan mendengar dan melihat. Demikian itu, karena iman dan taqwa memberi efek pendengaran dan penghilatan, sementara kekafiram, fanatisme, dan keras kepala akan menghalangi fung?s kedua anugrah ilahi ini.


Melihat kembali ayat-ayat sebelumnya
Ayat-ayat sebelumnya menjelaskan kondisi-kondisi orang mukmin dan kafir, karena itu kita harus melihat sekilas agar tafsir dan penjelasan ayat tersebut menjadi lebih jelas.


Perjalanan orang-orang kafir
Ayat ke 19 dari surat Hud menjelaskan kondisi orang-orang kafir sebagai berikut; "(yaitu) orang-orang yang menghalangi (manusia) dari jalan Allah dan menghendaki (supaya) jalan itu bengkok. Dan mereka itulah orang-orang yang tidak percaya akan adanya hari akhirat". Ayat ini menjelaskan tiga kondisi atau karakter orang kafir, yaitu;

1. Orang-orang kafir merintangi jalan Allah dan berusaha agar orang lain tidak masuk ke jalan ini.

2. Orang-orang kafir berharap dapat membengkokkan jalan kebenaran, atau ia berkeinginan menampakkan jalan kebenaran sebagai jalan bengkok, padahal jalan Allah-berdasarkan surat al-Hamd- adalah jalan yang lurus, tidak bengkok, tidak berlebihan, bahkan ia jalan yang datar dan seimbang.

3. Orang-orang kafir mengingkari ma`ad dan kehidupan setelah kematian. Hal ini nampak menjadi sebab utama kemunduran mereka. Demikian itu karena ketika mereka mengingkari ma`ad, mereka akan berusaha menunjukkan kebenaran sebagai bengkok (kesesatan) dan berusaha menghalangi orang lain sampai ke jalan ini.

Kemudian Allah Swt dalam ayat ke 22 dari surat yang sama berfirman: "Pasti mereka itu di akhirat menjadi orang-orang yang paling merugi". Yakni orang-orang kafir yang menghalangi orang lain sampai kepada jalan kebenaran dan menunjukkan jalan itu seakan-akan jalan yang bengkok, dan pada akhirnya mengingkari ma`ad, di akhirat nanti mereka adalah orang-orang yang paling merugi diantara semua orang yang merugi.


Perjalanan orang-orang mukmin
Ayat ke 23 dari surat Hud menganjurkan untuk mempelajari kelompok kedua (orang-orang mukmin). Allah Swt berfirman: "Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh dan merendahkan diri kepada Tuhan mereka, mereka itu adalah penghuni-penghuni syurga; mereka kekal di dalamnya". Ayat ini menjelaskan tiga karakter orang-orang mukmin sebagai berikut:

1 dan 2, beriman dan beramal shaleh. Dua karakter ini selalu disebutkan secara bersamaan dalam banyak ayat al-Qur`an, keduanya memang harus selalu bersamaan dan tidak mungkin dapat dipisah-pisahkan 134. Untuk itu seruan imam kepada orang-orang yang tidak mengamalkannya merupakan seruan hampa, dan pada hakekatnya mereka tidaklah beriman. Di sisi lain, orang-orang yang mengamalkan sendiri amal kebaikan tanpa seruan adalah orang-ornag beriman yang hakiki. Demikian itu karena mereka semua -sebagaimana kami jelaskan sebelumnya- bagaikan daun-daun dari satu pohon yang sama.

3. Karakter ketiga yang disandang orang-orang mukmin ialah akhbât yang berarti sebuah padang sahara yang luas. Kemudian dirumuskan terhadap beberapa karakter khusus manusia, dan kami di sini kami akan kemukakan tiga diantaranya;

a. Ia dipergunakan pada manusia yang memiliki ruh kerendahan hati, sebagaimana sahara yang luas terbentang bersikap rendah hati di hadapan air dan lapang dana menerimanya dan mengalirkannya ke seluruh titik sahara. Demikian juga ruh manusia yang tawadhu (rendah hati), maka ia akan mudah menerima kebenaran.

b. Kata makhbat (akhbât) sebagaimana ia diberlakukan untuk manusia yang tawadhu, ia pun diberikan kepada orang yang menyerahkan dirinya kepada Allah Swt. Yakni sebagaimana tanah yang membentang berlapang dada menerima hujan, demikian juga ruh seorang mukmin berlapang dada menerima kebenaran.

c. Kata ini diberlakukan pula kepada orang yang merasa tenang (thumaninah) dengan Allah Swt. Pada umumnya manusia ketika berjalan di padang sahara, ia akan berjalan dengan tenang tanpa rasa takut atau khawatir. Berbeda kalau ia berjalan di gunung-gunung dan lembah, langkahnya akan diserta kekhawatiran dan ketakutan. Seorang mukmin yang melangkah pada jalan penyembahan kepada Allah, maka langkahnya akan disertai ketenangan.

Atas dasar ini, orang-orang mukmin yang menyandang karakter-karakter keimanan, amal shaleh dan kerendahan hati, mereka adalah penghuni surga yang akan kekal menikmati berbagai kenikmatan di dalamnya.


Syarah dan tafsir
Allah Swt berfirman: "Perbandingan kedua golongan itu (orang-orang kafir dan orang-orang mukmin), seperti orang buta dan tuli dengan orang yang dapat melihat dan dapat mendengar". Setelah Allah Swt menjelaskan kartakteristik-karakteristik kedua kelompok pada ayat-ayat sebelumnya, di sini ayat tersebut menjelaskan karakter masing-masing dari keduanya. Dikatakan bahwa orang kafir itu seperti orang buta dan tuli, dan orang mukmin seperti orang melihat dan mendengar.

Allah Swt berfirman; "Adakah kedua golongan itu sama keadaan dan sifatnya?". Sebuah pertanyaan yang bersifat penyangkalan. Keduanya tidak akan pernah sama, orang melihat jelas bukan orang buta, orang tuli jelas bukan orang mendengar. Demikian juga orang kafir bukanlah dan tidak akan pernah sama dengan orang mukmin. Tujuan utama ayat ini ialah perenungan dan pembandingan antara keduanya.

Agar bisa lebih memperdalam dan menyerap efek-efek keimanan kepada Allah dan kekuasan takberhingga Tuhan semesat alam, kita akan melakukan pengkajian nilai penting dan peran mata dan telinga dalam tubuh seseorang.


Mata merupakan ayat-ayat Allah pangling agung
Tidaklah diragukan lagi kalau mata merupakan tanda-tanda Allah Swt paling agung, bahkan bisa dikatakan termasuk tanda-tanda Allah paling menakjubkan yang dianugrahkan untuk membantu kita. Mata merupakan sebuah struktur yang sangat kompleks sekali, dan yang paling menakjubkan darinya, ia merupakan struktur yang terbentuk dari berbagai komponen sangat sederhana. Ia terbentuk oleh sejumlah otot dan lemak serta cairan-cairan sederhana. Hal ini cukup kiranya membantu menyingkap kekuasaan Allah Swt. Ia Maha Kuasa menciptakan struktur dan media sangat komplek dari bahan-bahan sangat sederhana.

Mata memiliki empat tingkatan istimewa dan terprinci. Masing-masing darinya berperan indevenden secara sempurna yang semuanya telah tersusun secara sangat lembut. Demikian juga Allah Swt telah menjadikan pada setiap tingkatan ini tugas-tugas khusus yang akan dijalaninya.

Tidaklah mungkin ditemukan di dunia kamera ada sebuah kamera poto otomatis seperti dilakukan oleh mata. Dalam oprasionalnya ia bekerja tanpa membutuhkan pengontrol. Secara otomais ia mengatur dirinya sendiri untuk mengambil gambar jarak jauh atau dekat dalam tempo waktu yang sesingkat mungkin, sementara untuk mengambil gambar pada jarak jauh kamera poto membutuhkan waktu pengaturan yang relatif cukup lama. Apabila kita ingin mengambil gambar sensitif atau ngjelimet, mungkin kita akan membutuhkan waktu satu jam untuk pengaturannya.

Demikian juga terkait dengan pengaturan cahaya. Apabila kita -misalnya-berada di tempat-tempat terang, lalu listrik dimatikan sehingga berubah menjadi gelap, maka pupil mata akan melebar dengan sendirinya agar penglihatannya bisa menyingkap dan menjangkau sasarannya. Dalam mata pun terdapat sejumlah otot yang mampu bergerak ke enam arah; ke kanan, kiri, belakang, depan, atas, dan bawah.

Di antara keajaiban lain pada mata ialah cairan yang disebut air mata. Air mata merupakan makanan bagi mata, sebagimana juga berperan mencuci dan membercihkannya dari segala macam kotoran yang menempelinya. Masih termasuk keistimewaan mata ialah ia mengatur sendiri problem-problem dan kekurangan yang dihadapinya.

Apakah di sana ada cipaan dari berbagai ciptaan manusia yang memiliki segala keistimewaan ini? Kita akan berpendapat dan menyimpulkan bahwa cukuplah dengan mata ini untuk menetapkan kalau di sana ada Sang Pencipta. Bagaimana mungkin bisa dibenarkan bahwa alam yang serba kekurangan ini dapat mencipta produk agung seperti ini?


Telinga adalah ayat Allah lainnya
Meskipun struktur telinga tidak dapat dikiaskan kepada struktur mata pada derajat yang sama dari sisi kondisi dan kerumitannya, hanya saja ia sama-sama menjelaskan kekuasaan Allah Swt. Sesungguhnya telinga tersusun dari bagian luar, dalam dan tengah. Masing-masing bagian tersebut berada pada posisi tersendiri dan menjalani tugas-tugasnya sendiri secara khusus dan indevenden. Di sana terdapat satu tulang yang cara kerjanya sama seperti raket atau bet. Di sana sebgaimana pada raket terdapat gendrang telinga yang akan bergetar dengan pukulan-pukulan suara. Selanjutnya getaran-getaran ini akan ditransfer ke ke otak melalui perantara sejumlah urat saraf, dan di sana ia ditafsirkan maknanya. Yang menakjubkan juga di sini, telingan dapat menentukan arah sebuah suara.

Sesungguhnya mata dan telinga merupakan dua anugrah ilahi yang Allah berikan kepada kita. Keduanya sangat menakjubkan dengan kemampuannya mencatat berbagai macam informasi dan data. Masing-masing dari keduanya dari sisi ilmu kedokteran memiliki berbagai keistimewaan, bahkan pada mata sendiri terkandung berbagai macam keistimewaan.


Mata dan telinga merupakan media penting pengetahuan
Di antara media terpenting memperoleh pengetahuan (makrifat) adalah mata dan telinga. Ketika manusia lahir, ia kosong dari pengetahuan apa pun. "Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur". Seseorang baru bisa memperoleh pengetahuan ketika alat pendengaran dan penglihatan mulai berfungsi.

Pengetahuan-pengetahuan experimental diperoleh manusia memalui media indra penglihatan. Setelah melihat dengan matanya seseorang dapat memperoleh berbagai macam kesimpulan pengetahuan. Penglihatannya inilah yang mengantarkannya kepada berbagai informasi ke dalam otaknya. Adapun ilmu-ilmu tekstual (naqli) -terutama ilmu-ilmu yang berasal dari wahyu Allah-, ia sampai kepada manusia melalui media pendengaran (telinga). Secara pasti ilmu-ilmu rasional pada dasarnya bergantung pada ilmu-ilmu indrawi (empirik). Yakni apapun yang tidak pernah didengar oleh telinga dan tidak pernah dilihat oleh mata, akal pun tidak mungkin bisa menangkapnya. Demikian itu karena asas-asas pengetahuan rasional adalah hasil dari proses penurunan dan generalisasi hasil-hasil pengindraaan. Untuk itu, apabila di sana ada seorang manusia dewasa yang tuli dan buta -ia pun menjadi bisu- standar pemahamannya akan terlihat pada standar pemahaman anak usia lima tahun, termasuk akan diketahui jika ia memiliki standar kecerdasan seperti kecerdasan Ibn Sina. Demikianlah manusia jika kehilangan fungsi keduanya pada usia ini, berarti ia kehilangan dua pondasi dasar di antara perangkat-perangkat pengetahuan rasional; penglihatan dan pendengaran.


Seorang kafir kehilangan perangkat-perangkat pengetahuan
Berdasarkan ayat tersebut, seorang kafir adalah orang yang tuli dan buta. Artinya ia tidak memiliki perangkat pengetahuan, atau perangkat-perangkat ini hilang darinya sehingga ia tidak dapat mengetahui apapun dari cahaya keimanan. Adapun seorang mukmin -dengan cahaya keimanannya- dapat menggunakan indera pendengaran dan penglihatan secara maksimal sebagai media mendapatkan pengetahuan.


Kenapa seorang kafir buta dan tuli
Sesungguhnya karakter yang dipakai dalam ayat tersebut menunjukkan bahwa kebutaan dan ketulian disebabkan oleh kekufuran seseorang yang membuatnya kehilangan keduanya. Allah Swt berfirman; "Allah telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka ditutup. Dan bagi mereka siksa yang amat berat" .135

Sesungguhnya sikap keras kepala dan tidak mau tunduk kepada Allah Swt serta sufat-sifat rendahan lainnya menyebabkan hilangnya kemampuan orang-orang kafir memahami kebenaran.

Imam as-Sajjad a.s berkata dalam do`a irfani Abu Hamzah Ats-Tsamâlî; "Sesungguhnya kamu tidak akan terhalang dari Penciptamu kecuali oleh amal-amalmu".

Atas dasar do`a ini, sesungguhnya amalan-amalan buruk seseorang adalah penghalang yang akan menghalainya dari Allah. Dalam redaksi lain kata amal diganti dengan harapan-haraman (âmâl) sehingga berarti bahwa harapan-harapan akan menghalangi seseorang dari berbagai hakikat dan pengetahuan-pengetahuan ilahiyah.

Ketika keimanan nampak pada seseorang, maka berbagai penghalang seperti kesombongan, ego, dan kebodohan akan hilang sehingga setelah itu segala sesuatu akan nampak jelas baginya. Demikian itu seperti digegaskan oleh firman-Nya Swt dalam surat al-Baqarah ayat ke 257: "Allah Pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). Dan orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya ialah syaitan, yang mengeluarkan mereka daripada cahaya kepada kegelapan (kekafiran). Mereka itu adalah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya".


Bagaimana cara menghilangkan hijab?
Bagaimana kita dapat memiliki mata dan telinga qur`ai? Bagaiamna kita dapat memiliki mata yang dapat melihat sebuah hakikat? Berdasarkan pesan ayat tersebut, hijab-hijab akan hilang jika kita menghilangkan dari diri kita hijab kebodohan, panatisme, dan keras kepala sehingga kita dapat melihat apa yang dilihat para wali Allah.


Kita harus menjadi orang mukmin
Sebelumnya kami telah sebutkan tanda-tanda orang mukmin dalam berbagai riwayat Ahlul Bayt a.s. dan untuk lebih memperjelas lagi kami di sini akan sebutkan dua contoh;

1. Rosulullah Saw bersabda: "Tidaklah beriman seorang hamba sehingga ia mencintai orang lain sebagimana ia mencintai dirinya".136

2. Dalam riwayat lain disebutkan Imam Ash-Shadiq a.s berkata: "Sesungguhnya diantara hakikat iman ialah kamu mengikuti kebenaran....." .137

Berdasarkan riwayat ini, sesungguhnya hakikat dan kejujuran adalah tanda diantara tanda-tanda seorang mukmin. Ia harus berlaku dalam berbagi sisi kehidupan, termasuk para peraktisi politik di sebuah negara. Mereka harus menjalani berbagai aktivitasnya dalam berpartai dan berkoalisi politik berdasarkan hakikat, kejujuran dan menjauhi bohong. Apabila mereka sampai pada sebuah tahap dimana mereka lebih memilih yang tidak baik dari yang baik didalamnya.
Demikian itu karena mereka tidak memahami hakikat iman, dan adapun klaim mereka terhadap keimanan adalah kebohongan belaka, tidak lebih.
Ya Allah, berilah seruluruh kaum muslimin keimanan yang sempurna.





23
PERUMPAMAAN DALAM Al-QUR'AN

Perumpamaan Kesembilanbelas:

Mereka yang Berdo`a Kepada Selain Allah
Allah Swt berfirman dalam surat ar-Ra`d ayat ke 14: "Hanya bagi Allah-lah (hak mengabulkan) doa yang benar. Dan berhala-berhala yang mereka sembah selain Allah tidak dapat memperkenankan sesuatupun bagi mereka, melainkan seperti orang yang membukakan kedua telapak tangannya ke dalam air supaya sampai air ke mulutnya, padahal air itu tidak dapat sampai ke mulutnya. Dan doa (ibadat) orang-orang kafir itu, hanyalah sia-sia belaka".


Pengantar;
Ayat tersebut menjelaskan masalah do`a dan tawasul. Ia berusaha menjelaskan kepada orang-orang kepada siapa ia harus membentangkan tangannya saat berdo`a dan saat bertawassul. Kemudian ayat tersebut mengumpamakan orang-orang yang membentangkan tangannya dan memohon kebutuhan-kebutuhannya kepada selain Sang Pencipta dengan orang yang membentangkan tangannya ke dalam air agar sampai air tersebut ke dalam mulutnya.


Pertanyaan;
Sebelum mulai masuk pada syarah dan tafsir ayat tersebut, terlebih dahulu harus bertanya tentang sebab kenapa tidak melirik kembali sejumlah ayat perumpamaan lain yang sama-sama termuat dalam surat ar-Ra`d, seperti ayat ke 32 dari surat al-Maidah yang menggambarkan membunuh satu orang bagaikan membunuh manusia seluruhnya, dan membiarkan hidup satu orang bagaikan membiarkan hidup manusia seluruhnya. Di dalamnya terdapat jenis perumpamaan tertentu, maka kenapa tidak ada dalam pembahasan.


Jawaban;
Di dalam al-Qur`an terdapat banyak sekali perumpamaan (matsal) dan persamaan (tasybih), namun di sini kita membahas perumpamaan-perumpamaan Qur`ani saja, dan tidak persamaannya.

Persamaan (tasybih) adalah menglihat atau mengamati sesuatu dengan sesuatu yang lain, seperti dikatakan; Hasan seperti singa. Perkataan ini adalah tasybih dan bukan matsal. Adapun perumpamaan (matsal) ialah personifikasian dan penjelasan suatu kisah, kelompok, kasus, atau tema rasional yang tidak mudah dipahami manusia. Sebagaimana ketika Allah Swt hendak menjelaskan kebenaran dan keburukan (hak dan batil) yang keduanya bukan permasalahan indrawi.

Allah Swt mengumpamakannya dengan air hujan, banjir dan buih yang semuanya terkait dengan air. Kebenaran diumpamakan seperti air dan dan kabatilan seperti buih, mengingat buih sekalipun ia nampak, muncul dan meningggi, namun ia tetap kosong dan dengan segera akan menghilang. Dengan penjelaskan ini kita dapat membedakan masing di antara keduanya; matsal dan tasybih.


Kilat dan awan lebat
Untuk bisa menyingkap lebih baik perumpamana tersebut, kita terlebih dahulu harus menjelaskan secara ringkas ayat 12 dan 13 dari surat ar-Ra`d. Pada ayat ke 12 dari surat ar-Ra`d Allah Swt berfirman sebagai berikut; "Dia-lah Tuhan yang memperlihatkan kilat kepadamu untuk menimbulkan ketakutan dan harapan, dan Dia mengadakan awan mendung".

Kilat merupakan bukti diantara tanda-tanda keagungan Allah Swt. Ia menanamkan harapan pada diri seseorang, sebagaimana juga ia menanamkan rasa takut dan khawatir. Kilat memberi kabar gembira kepada orang-orang akan turunnya anugrah ilahi, hujan. Demikian itu karena kilat dan halilintar menjadi sebab turun hujan yang lebat.


Bagaimana proses kilat menyebabkan turun hujan
Pertemuan awan-awan yang membawa arus-arus listrik yang saling bertumburkan menimbulkan hawa panas hingga lima belas ribu derajat. Derajat panas seperti ini mampu menggerakkan awan yang mengelilinginya, dan dengan itu maka tekanann udara menjadi ringan dan terjadilah proses turun hujan. Di sisi lain kilat mengkristal berbentuk petir sehingga dapat membakar hutan, perkampungan, orang, binatang, dan lahan-lahan pertanian. Sisi inilah yang menyebabkan ketakutan orang-orang.

Allah Swt berfirman: "dan Dia mengadakan awan mendung". Banyak orang menggambarkan bahwa awan tidak bertolakbelakang dan berjalan secara serempak, padahal sebenarnya tidaklah demikian. Satu dengan yang lain awan sering kali berjalan bersebrangan.

Dengan terjadinya benturan antara awan, ia terbagi menjadi beban yang berat dan ringan. Beban yang berat berada di udara yang paling dekat ke bumi, sementara beban yang ringat mengapung diketinggian langit yang jauh dari bumi. Karena kandungan air dan kelembaban pada beban yang berat, ia bergerak mendekat ke bumi dan tidak bisa lagi naik meninggi ke udara yang lebih jauh.


Kilat merupakan bukti keagungan Allah.
Allah Swt berfirman dalam surat ar-Ra`d ayat ke 13 sebagai berikut; "Dan guruh itu bertasbih dengan memuji Allah, (demikian pula) para malaikat karena takut kepada-Nya, dan Allah melepaskan halilintar, lalu menimpakannya kepada siapa yang Dia kehendaki, dan mereka berbantah-bantahan tentang Allah, dan Dia-lah Tuhan Yang Maha keras siksa-Nya".

Ayat tersebut menjelaskan dua tema, pertama adalah guruh, dan kedua halilintar. Dan karena guruh telah kita singgung dalam pembicaraan sebelumnya, di sini kita hanya akan bicara tentang halilintar saja.

Sebelumnya telah kami katakan bahwa benturan awan yang mengandung aliran listrik yang berbeda melahirkan percikan cahaya dan suara. Cahayanya di sebut kilat dan suaranya disebut guruh. Keduanya; cahaya dan suara terjadi pada satu masa yang sama, namun mengingat kecepatan cahaya berkali-kali jauh lebih cepat dari suara, maka cahaya nampak datang lebih dahulu dan kemudian suara.

Meskipun fenomena terjadinya guruh (geludug) nampak sederhanya, ia dikategorikan sebagai tanda diantara tanda-tanda kekuasaan Allah yang terbesar, yang memiliki efek secara global kepada kehidupan seluruh keberadaan. Para sarjana terkait dengan ini telah menyebutkan beberapa efek geluduh dan kilat, dan diantaranya akan kami sebutkan di sini;

1. Derasnya hujan adalah manfaat pertama dari guruh dan kilat. Sebuah manfaat yang berlaku global bagi seluruh keberadaan (maujûdât), baik manusia, binatang, tumbuhan, maupun benda.

2. Guruh dan kilat berfungsi membunuh wabah tanaman. Demikian itu karena hawa panas yang dihasilkan dari dua fenomena ini menyebabkan oksigenasi air (pensenyawaan dengan zat asam, penej). Yakni melahirkan air beroksigen yang tersusun dari dua molekul oksigen, satu molekulnya berubah bersama dua molekul hidrogen. Di antara manfaat air ini ialah sebagai bahan pensuci dan dapat membunuh wabah-wabah berbahaya. Air seperti ini tersedia di berbagai apotik dan dipergunakan untuk tujuan membersihkan. Maka setiak kali volume guruh dan kilat bertambah, maka bertambah pula jumlah kematian wabah-wabah ini.

Manfaat lain dari guruh dan kilat ialah memproduksi berbagai macam zat pupuk bagi tumbuhan. Dua fenomena ini dalam setiap tahunnya telah memproduksi puluhan milyar pupuk berkwalitas, yang baik dan bermanfaat pada semua tumbuh-tumbuhan.

Proses produksi pupuk alami ini bahwa hawa panas yang berasal dari guruh dan kilat menyebabkan air bercampur dengan molekul-molekul karbon sehingga darinya dihasilkan oksigen karbon, dan ketika oksigen ini turun ke bumi dan bercampur dengan tanah, ia menghasilkan pupuk yang bagus dan bermanfaat besar.

Memang benar sekali, guruh dan kulat benar-benar sebuah tanda-tanda diantara tanda keagungan Allah Swt, dan yang paling menakjubkan ialah Allah menyingkapkan rahasia ini pada saat ia belum terpikirkan oleh pikiran manusia.

Dan berdasarkan ayat tersbeut, gurun pun memuji dan bertasbih kepada Allah Swt. Tasbih di sini berarti pensucian Allah dari aib dan kekurangan apapun. Bukankah terbunuhnya wabah-wabah penyakit oleh keduanaya merupakan bukti pensucian kepada Allah dari segala aib dan kekurangan? Bukankah hal ini meruapkan bentuk tasbih tertentu kepada Allah Swt?

Sesungguhnya guruh memuji Allah Swt atas sifat, keagungan dan keindahaannya. Bukankah memberi makakan (pupuk) kepada tumbuh-tumbuhan merupakan sejenis pujian dan sanjungan kepada Allah pada alam materi dan tumbuhan?

Tidak diragukan lagi kalau ayat 12 dan 13 dari surat ar-Ra`d ini menjelaskan poin ini dan mengkategorikannya sebagai bentuk keagungan Sang Pencipta.

Kesimpulannya bahwa kedua ayat menunjukkan beberapa diantara ayat ilahiyah yang penting, yaitu guruh, kilat, hujan dan petir.


Syarah dan tafsir
Allah Swt berfirman; "Hanya bagi Allah-lah (hak mengabulkan) doa yang benar". Para mufassir berbeda pandangan tentang maksud kalimat ini. Sebagian mereka berbendapat bahwa ia berarti tauhid, dan tauhid adalah khusus bagi Allah Swt. Sebagian yang lain meyakini bahwa ia berarti al-Qur`an al-Majid. Yakni ia dimaksudkan untuk kitab ilahi ini (Qur`an).

Namun mayoritas mufassir berpendapat bahwa ia berarti do`a. Yakni ketika seseorang ingin agar do`anya dikabulkan, maka ia harus berdo`a kepada Allah secara tulus. Tidak ada selain Allah yang dapat menyelesaikan segala permasalahannya, dan Dialah satu-satunya yang kuasa untuk itu.

Sebagai bukti atas pandangan ketiga ini, ialah penghujung atas tersebut yang akan kita sebutkan. Penghujung ayat tersebut mengatakan; "Dan doa (ibadat) orang-orang kafir itu, hanyalah sia-sia belaka".

Sebab kesia-siaan do`a orang-orang kafir ialah karena mereka berdo`a kepada seseorang yang tidak kuasa menjawabnya, bahkan untuk menjawab kebuthan dirinya sendiri. Ia tidak bisa memberi manfaat apa pun kepada dirinya, dan apalagi kepada orang lain selainnya.

Allah Swt berfirman: "Dan berhala-berhala yang mereka sembah selain Allah tidak dapat memperkenankan sesuatupun bagi mereka, melainkan seperti orang yang membukakan kedua telapak tangannya ke dalam air supaya sampai air ke mulutnya, padahal air itu tidak dapat sampai ke mulutnya". Bagian inilah yang menjadi bukti kunci untuk perumpamaan kedua puluh di atas.

Sesungguhnya mereka yang berdo`a kepada selain Allah dan bermaksud menyembah dan berperantara kepada berhala-berhala agar menyelesaikan permasalahan-permasalahan mereka, maka sampai kapan pun tentu permasalahan mereka tidak akan terselesaikan. Perumpamaan orang seperti ini bagaikan orang yang membentangkan tangannya untuk mengambil air dan meminumnya, maka dengan cara seperti ini ia tidak selamanya tidak akan pernah bisa meminumnya.

Terdapat perbedaan pandangan para mufassir terkait tafsiran kalimat "seperti orang yang membukakan kedua telapak tangannya". Di sini akan kami sebutkan beberapa pandangan mereka sebagaimana berikut;

1. Maksudnya ialah seseorang yang kehausan dan ingin menghilangkan rasa hausnya, lalu dia bermaksud pergi ke sebuah sumur tanpa tambang dan tanpa ember, sementara dasar sumur itu sangat dalam. Lalu orang ini membentangkan tangannya ke subur, namun tangan itu tidak bisa sampai kecuali hanya kurang dari satu meter saja. Orang seperti ini tentu tidak akan pernah bisa mencapai tujuannya dan tidak akan bisa menghilangkan rasa hausnya.

2. Maksud darinya ialah seseorang yang berdiri di bibir sebuah sumur dan menunjuk (memebri isyarat) ke sebuah air dengan harapa air akan naik sendiri dan ia bisa minum darinya. Tentu saja air tidak bisa sampai kepadanya dengan hanya isyarat saja, melainkan dibutuhkan sebuah alat untuk menaikkannya. Memang benar do`a orang-orang kafir kepada berhala-berhala itu adalah sebuah kesia-siaan, sebagaikan kondisi orang seperti ini.

3. Orang yang membentangkan kedua tangan dan tidak menikuknya sehingga ia tidak dapat menciduk air dengan keduanya. Orang ini akan pergi menuju bibir pantai dan menjulurkan tangannya, seperti kondisi orang yang membuka dan membentangkan tangan. Hal ini tidak akan pernah mendatangkan air, ia tetap akan jauh dari sumber air dan tetap dalam kehausan.

Kami melihat bahwa tafsiran yang pertama jauh lebih baik dari kedua tafsiran lainnya, meskipun ketiganya bisa jadi sama-sama benar dan menjelaskan satu penjelasan tersendiri, karena penggunaan satu kata dapat berfungsi untuk beberapa makna .138

Berdasarkan paparan kami di atas dalam upaya menyelesaikan berbagai permasalahan, hendaknya kita tidak mengetuk pintu lain selain pintu Allah Swt, bahkan kita perlu sejak semula bermaksud mengetuk pintu-Nya. Dialah Sang Pencipta, Pemberi rizki, Menghidupkan dan Mematikan. Dengan kuasanya Ia dapat menyelesaikan segala permasalahan, sementara selain-Nya tidak berarti apa-apa dalam kuasa-Nya. Demikian itu karena tidak ada satu wujud pun kecuali ia butuh kepada Allah Yang Maha Kaya. Segala sesuatu butuh kepada-Nya. Segala sesuatu adalah lemah, sementara Ia adalah kuasa. Segala sesuatu adalah lemah, sementara ia adalah kuat dan kuasa secara mutlak. Karena itu, tidak hanya beribadah kepada berhala saja yang tidak bisa dibenarkan, bahkan segala kebergantungan kepada selain-Nya.


Sasaran-sasaran ayat

1. Apakah bertawassul kepada orang-orang maksum adalah syirik
Dengan kata lain, apakah do`a dan tawasul-tawsul kepada para Imam tecakup dalam maksud ayat tersebut, Allah Swt melarang dan memerintahkan untuk menjauhinya? Kami akan menjawab bahwa menghadap kepada orang-orang agung seperti mereka tidaklah berarti kita memohon kepada mereka secara langsung untuk menyelesaikan berbagai permasalahan, melainkan kita memohon agar mereka memberikan syafaatnya di sisi Allah dan memohonkan agar Allah Yang Maha Kuasa secara mutlak memberikan jalan keluwarnya. Demikian itu karena kita meyakini bahwa jika mereka dapat berbuat sesuatu, maka itu atas seizin-Nya, tidak lebih. Adapun orang-orang wahabi yang mengalamatkan kesyirikan dan kekufuran kepada kami atas perbuatan tadi, ini adalah sebuah kesalahan. Mereka sungguh tidak mengerti arti hakiki kemusyrikan dan kekufuran, sebagaiamana juga mereka tidak mengerti tawasul yang ada pada syi`ah.

Dalam perjalananku ke Makkah dan Madinah pada tahun 1419 dengan tujuan menunaikan umrah, saya ikut shalat jum`at pada bulan Sya`ban tanggal 22 di masjid al-Haram. Aku pun mendengarkan apa yang dikatakan oleh khatib. Yang aneh di sini, ia membaca teks pidato yang sudah dipersiapkan sebelumnya. Ia persis tidak bisa menambah atau menguranginya walau satu kalimat pun, dan aku pun jadi teringat nuansa kebebasan yang dinikmati para khatib di beberap kota di Iran dan tempat-tempat lain. Al-hasil di tenagh-tengah khutbahnya ia menyerang orang-orang yang bertawassul di kuburan-kuburan suci dengan syirik dan kufur. Tentu kami tidak diam bergitu saja, kami menulis sebuah pernyataan yang dialamatkan kepada pemuka Saudi atas tuduhan-tuduhan khatib ini.

Mereka yang bertawassul dan berdo`a tidaklah menganggap para wali Allah sekutu bagi Allah, bahkan mereka adalah penyampai syafaat-Nya. Dengan kata lain, keyakinan kami ialah pembuktiaan terhadap ayat 110 dari surat a-Maidah yang berbicara tentang nabi kita Al-Masih a.s. Allah Swt berfirman: "Ingatlah), ketika Allah mengatakan: "Hai Isa putra Maryam, ingatlah nikmat-Ku kepadamu dan kepada ibumu di waktu Aku menguatkan kamu dengan ruhul qudus. Kamu dapat berbicara dengan manusia di waktu masih dalam buaian dan sesudah dewasa; dan (ingatlah) di waktu Aku mengajar kamu menulis, hikmah, Taurat dan Injil, dan (ingatlah pula) diwaktu kamu membentuk dari tanah (suatu bentuk) yang berupa burung dengan ijin-Ku, kemudian kamu meniup kepadanya, lalu bentuk itu menjadi burung (yang sebenarnya) dengan seizin-Ku. Dan (ingatlah) di waktu kamu menyembuhkan orang yang buta sejak dalam kandungan ibu dan orang yang berpenyakit sopak dengan seizin-Ku, dan (ingatlah) di waktu kamu mengeluarkan orang mati dari kubur (menjadi hidup) dengan seizin-Ku, dan (ingatlah) di waktu Aku menghalangi Bani Israil (dari keinginan mereka membunuh kamu) di kala kamu mengemukakan kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, lalu orang-orang kafir diantara mereka berkata: "Ini tidak lain melainkan sihir yang nyata". Dalam ayat ini, menciptakan, menghidupkan dan memberi kesembuhan dinisbatkan kepada al-Masih a.s, namun semuanya berjalan atas seizin Allah Swt .139

Inilah pandangan kelompok syi`ah sebagaimana disebutkan ayat di atas. Orang-orang syi`ah meyakini bahwa sosok-sosok agung dan para wali Allah bisa berbuat banyak sesuatu atas seizin Allah yang sulit dilakukan orang secara umum. Mereka pun dapat memberi syafaat kepada hamba-hamba Allah untuk menyelesaikan masalah-masalah mereka. Atas dasar ini do`a dan tawasul orang-orang syi`ah tidak termasuk syirik atau kufur.

Bersamaan dengan seluruh penjelasan tadi, maka kami berpandangan bahwa orang yang mengatakan syirik dan kufur kepada syi`ah karena do`a dan tawasulnya, berarti ia pun telah mengalamatkan syirik dan kufur kepada al-Masih a.s.

Dari pembahasan ini pun kita dapat menyimpulkan bahwa mukjizat terkadang tidak hanya dihasilkan dengan do`a seorang nabi dan dengan pengabulan Allah secara langsung, terkadang juga terjadi secara langsung dari seorang nabi atau wali atas seizin Allah Swt, seperti mukjizat pembelahan bulan yang dilakukan Rosululullah Saw 140. Hal ini tidaklah termasuk fenomena asing.


2. Berbagai macam bentuk penyembahan berhala
Penyembahan berhala memiliki sejarah panjang dan bentuk yang beragam. Terkadang dalam bentuk berhala yang dibuat oleh manusia dari batu, kayu hingga makanan, lalu kepadanya seseorang bersujud dan beribadah.

Pada suatu masa, orang-orang musyrik memilih wujud-wujud bendawi yang mereka jadikan berhala sembahan. Sebagian mereka memilih matahari sebagai sembahanya, dan sebagian lain memilih bintang-bintang dan bulan 141, bahkan sebagian lainnya memilih menyembah sungai dan danau-danau penting, seperti sungai Nil dan danau Sâwat di Iran. Danau Sâwat pernah mengalami kering/surut dan api sembahan di Persia padam saat kelahiran Rosulullah Saw 142, karena keduanya menjadi salah satu tempat penyembahan orang-orang.

Di beberapa pelosok dunia sebagian orang ada yang menyembah pohon, terutama pohon cemara yang semenjak lama sudah dikenal sebagi tempat ibadah sekelompok masyarakat. Dari sini beberapa mufassir meyakini bahwa ashâbul aikah adalah mereka yang menyembah pohon cemara. Mereka adalah sumber khurafat atau tahayul pada tiga belas abad pertama kalender syamsiyyah.

Pada masa tertentu ada orang-orang yang menjadikan binatang sebagai tuhannya, sayangnya bentuk ibadah seperti ini masih ada di beberapa wilayah India.

Sebagian lainnya ada yang mentuhankan beberapa sosok manusia, sebagaimana terjadi pada Fir`aun dimana sebagian orang menyembahnya sebagai tuhan.

Dalam hal ini Al-Qur`an telah mengutifkan perkataan Fir`aun sendiri sebagai berikut; "Dan berkata Fir'aun: "Hai pembesar kaumku, aku tidak mengetahui tuhan bagimu selain aku. Maka bakarlah hai Haman untukku tanah liat kemudian buatkanlah untukku bangunan yang tinggi supaya aku dapat naik melihat Tuhan Musa, dan sesungguhnya aku benar-benar yakin bahwa dia termasuk orang-orang pendusta". Ada juga sekelompok ornagyang telah mentuhankan para malaikat.

Seorang sejarahwan mengatakan bahwa segala sesuatu di alam mini pernah dijadikan sebagai tuhan. Ia disembah pada masa tertentu yang tidak kita ketahui, dan pada masa-masa lain ia tidak lagi dituhankan.

Alhasil, penyembahan berhala-berhala ialah berpaling kepada selain Allah Swt dan lalai dari Tuhan semesta alam. Salah seorang ulama pernah mengatakan bahwa apapun yang dapat memalingkanmu dari Allah adalah berhalamu. Dari sini, harta kekayaan, anak-anak, perempuan, teman, jabatan dan apapun yang melalaikan kita dari Allah dikategorikan sebagai berhala.

Al-Qur`an telah menghapus penyembahan atas segala sesuatu selain Allah dan menyatakan ketidaklayakan beribadah kepada selain-Nya. Sesungguhnya semua makhluk adalah fakir dan butuh serta bergantung pada pemberiaan-Nya pada setiap saat dan tempat, pada masa awal penciptaan hingga sepanjang masa hidup.

Perumpamaan kebutuhan seseorang kepada Allah seperti kebutuhan lampu kepada sumber listrik. Dan sebagaimana lampu membutuhkan sumber listrik setiap saat, demikian juga seorang manusia selalu membutuhkan curahan rahmat Allah pada setiap saatnya sepanjang ia hidup.

Dengan kata lain, pada setiap saat dari umurnya ia selau dicpta dari baru. Allah Swt berfirman: "Setiap waktu Dia dalam kesibukan "143. Akan lebih jelas lagi bila hal itu kita tafsirkan dengan konsep gerak substansial (harakah jauhariyah).144


Do`a dalam pandangan al-Qur`an dan riwayat
Sesungguhnya do`a merupakan masalah penting sekali yang secara luas dan gamblang telah dipaparkan dalam al-Qur`an dan riwayat para maksum a.s. Dalam tema ini terdapat banyak sekali bahasan dan pertanyaan yang diantaranya akan kami ulas di sini;

1. Apa falsafah sebua do`a? Kalau memang kita berhak mendapatkan jawaban atas berbagai kebutuhan, maka Allah yang Maha mengetahui dengan yang lahir dan yang batin akan menjawab kebutuhan-kebutuhan tersebut tanpa perlu kita berdo`a kepada-Nya. Dan kalau memang kita sudah diponis tidak akan mendapatkan jawaban, maka Allah pun tidak akan pernah menjawab kebutuhan-kebutuhan itu, baik kita berdo`a atau tidak. Di sini do`a tidak berperan sama sekali.

Dengan kata lain, andaikan memang kita berhak mendapatkan kebutuhan-kebutuhan tersebut, maka dengan sendirinya Allah akan memberikannya kepada kita tanpa perlu lagi berdo`a, dan kalau tidak maka Ia pun tidak akan memberinya sekali pun kita berdo`a. lalu apa falsafah do`a dan apa pula peranannya?

2. Apa yang menjadi syarat dikabulkannya sebuah do`a? Apa yang harus kita lakukan sehingga do`a kita dikabulkan Alah Swt?

3. Apa saja yang dapat menghalangi terkabulkannya do`a? Kenapa beberap ado`a tidak memperoleh jawaban, padahal telah dilakukan beberapa kali?

4. Do`a apa yang paling buruk?


Doa merupakan ibadah paling utama
Dapat disimpulkan dari beberapa ayat dan riwayat bahwa keberadaan do`a tidakalah hanya dihitung sebagai ibadah saja, bahkan ia dihitung sebagai ibadah yang paling utama. Uutuk ini akan kami sebutkan tiga ayat al-Qur`an dan enam riwayat dari para maksum a.s yang terkait dengannya;

1. Allah Swt berfirman dalam surat Gâfir (al-Mukmin) ayat ke 60 sebagai berikut; "Dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan
Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina".

Pada bagian awal ayat ini mengusung tema do`a, dan pada bagian akhir mengusung tema ibadah.

Kenapa al-Qur`an menggambarkan do`a sebagai ibadah? Sebagian ulama berpendapat bahwa ibadah pada makna dasarnya adalah do`a itu sendiri, karena itulah beberapa riwayat menggambarkan do`a sebagai inti ibadah. 145

2. Allah Swt berfirman dalam surat al-Furqan ayat terakhir ayat ke 77 sebagai berikut: "Katakanlah (kepada orang-orang musyrik): "Tuhanku tidak mengindahkan kamu, melainkan kalau ada ibadatmu. (Tetapi bagaimana kamu beribadat kepada-Nya), padahal kamu sungguh telah mendustakan-Nya? karena itu kelak (azab) pasti (menimpamu)".

Gambaran ini "Tuhanku tidak mengindahkan kamu" yang berarti tidak akan ada perhatian Tuhan kepada kalian jika kalian tidak berdo`a, tidak pernah dipakai dalam term ibadah-ibadah lain seperti haji, puasa dan jihad serta lain-lainnya. Ia hanya dipakai untuk do`a saja. Ini berarti secara mutlak bahwa yang menjadikan Allah perhatian dan peduli terhadap kalian adalah do`a. Maka perhatikanlah ibdadah ini dan nilai ketinggiannya.

3. Allah Swt berfirman dalam surat al-Baqarah ayat ke 186 setelah berbicara tentang hukum-hukum dan keutamaan bulan Ramadhan yang berkah; "Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran".

Tidaklah diragukan bahwa gambaran ayat berikut "Dan Kami lebihdekat kepada kalian dari urat nadi (kamu sendiri) 146" menunjukkan kedekatan Sang Pencipta kepada makhluk. Inilah gambaran paling indah terkait tema kita ini.

Atas dasar ini semua, kita akan ditunjukkan oleh ayat-ayat tersebut bahwa do`a dalam pandangan Islam adalah sesuatu yang amat penting, dimana peranannya sebagai ibadah yang akan menjadikan Tuhan perhatian kepada seseorang, dan peranannya sebagai wasilah seorang hamba mendekatkan diri (bertaqarrub) kepada Kekasihnya.


Do`a dalam riwayat
Telah saya katakan sebelumnya, banyak sekali riwayat yang menyajikan permasalahan-permasalahan do`a, dan disini kami akan sebutkan enam darinya sebagai berikut;

1. Rosulullah Saw bersabda; "Do`a adalah senjata seorang mukmin, tiang agama, dan cahaya langit dan bumi" .147

Memang benar, do`a adalah ibadah yang mudah, namun berdasarkan sabda Rosulullah tadi ia memiliki posisi tinggi di sisi Allah Swt, dan sayangnya orang-orang lalai dari itu karena kemudahan dan kesederhanaannya.

2. Amirulmukminin a.s berkata: "do`a adalah pintu rahmat dan cahaya dalam kegelapan"148. Do`a adalah pelita di dunia dan di akhirat.

3. Pada riwaat lain Rosulullah Saw bersabda: "Seluruh amal kebaikan adalah setengah dari ibadah, dan setengahnya lagi adalah do`a" 149.

4. Imam ash-Shadiq a.s berkata: "Perbanayklah berdoa, karen aberdo`a merupakan pintu setiap rahmat dan keberhasilan dalam setiap kebutuhan. Tidaklah dapat digapai sesuatu yang ada disisi Allah kecuali dengan do`a, dan tidaklah sebuah pintu lebih sering diketuk kecuali akan lebih sering pula ia dibukakan untuk pengetuknya" 150.

Untuk itu, janganlah seseorang berputus asa dan berhenti berdo`a ketika do`anya belum dikabulkan, karena Allah ingin membersihkan hatinya, mengajar dan mendidiknya melalui melalui do`a tersebut.

5. Imam Ash-Shadiq a.s pernah mensifati do`a dengan bentuk seperti ini: "Sebaik-baiknya ibadah adalah do`a" 151.

6. Imam Ali bin Musa ar-Ridha a.s berkata: "Hendaklah kalian berpegang pada senjata para nabi. Dikatakan: Apakah senjata para nabi itu? Beliau menjawab: do`a" 152.

Dari ayat-ayat dan riwayat di atas dapat disimpulkan bahwa do`a dalam Islam memiliki posisi agung dan mendapatkan perhatian cukup besar.


Rahasia do`a dalam Islam
Kenapa dalam agama Islam do`a mendapatan perhatian sedemikian besar, dimana ia dikategorikan sebagai ibadah paling utama, senjata seorang mukmin, tiang agama, cahaya langit dan bumi, kunci rahmat, pelita hidayah, setengah dari keseluruhan ibadah, rahasia pertolongan dan senjata para nabi, dan sebab posisi seorang menjadi mulia di sisi Allah?

Apabila kita mengkaji dan meneliti lebih dalam hidayah ilahi ini maka kita pun akan menemukan kelayakan posisi do`a untuk itu semua. Sesungguhnya do`a meninggalkan bekas cukup besar bagi seseorang, dan bekas paling penting darinya adalah pendidikan. Do`a benar-benar menjadi sarana pendidikan dan pensucian seseorang?

Pendidikan dan pengajaran yang atasnya pengutusan para nabi telah dibangun, keduanya dikategorikan sebagai tujuan terpenting kenabian 153. Tidak diragukan lagi bahwa pengajaran merupakan mukaddimah untuk pendidikan, karena itu pendidikan merupakan tujuan terakhir dari kenabian.


Hubungan antara do`a dan pendidikan
Do`a memiliki efek pendidikan cukup besar, dan di sini kami akan menunjukkan sebagian dari efek tersebut:

1. Efek pendidikan pertama dari do`a adalah memasukkan cahaya harapan ke dalam hati seseorang. Seseorang yang sedang dalam keadaan frustrasi berada pada sejumlah kesengsaraan (maut). Orang yang sakit akan menjadi baik ketika muncul cahaya harapan akan kesembuhan pada hatinya, namun ia tidak akan membaik ketika sudah kehilangan harapan akan kesembuhan, sebagaimana sebab utama kemenangan para pejuang di medan perang adalah karena adanya harapan kemenangan dan cita-cita tinggi. Adapun tentara yang sudah kehilangan harapan dan cita-cita mulianya maka ia akan kalah dalam pertempuran, sekalipun ia telah dipersiapkan dan dibekali berbagai persenjataan modern.


Doa dapat memupuk harapan pada hati seseorang
Orang-orang yang terbiasa berdo`a dan bertawakal kepada Allah -sekalipun memiliki banyak permasalahan, tekanan musuh, dan fakir dari harta benda- ketika mereka bermunajat dan menghadap kepada Allah, dimana hati mereka berbinar-binar dengan cahaya harapan, mereka optimis pada masa depan dan sekan-akan diberikan kehidupan baru. Demikian itu karena mereka membentangkan tangan-tangannya memohon bantuan kepada Dzat dimana problem sangat besar nampak kecil pada-Nya. Mereka membentangkan tanganya kepada Allah Swt yang tidak pernah mengenal kesulitan, dan bahkan hanya ada kemudahan pada-Nya. Demikian itu karena sulit berarti sesuatu yang ada diatas kekuasaan, sementara mudah adalah sesuatu yang ada dibawah kekuasaan. Apakah di sana ada sesuatu di atas kekuasaan Allah?

Atas dasar ini, maka tidak ada istilah sulit atau mudah bagi Allah. Apabila Ia menghendaki sesuatu, maka ia berkata kepada sesuatu itu "jadilah" (kun) dan menjadilah sesuatu tersebut dalam kekejap, sekalipun jika Ia menghendaki menciptakan jutaan matahari seperti matahari bumi.

Sesungguhnya seseorang apabila berdo`a dan bermunajat kepada Dzat yang memiliki kekuasan seperti ini, bersujud, khusyu`, menangis, dan menyampaikan problem-problemnya kepada-Nya, maka tidak diragukan lagi cahaya harapan akan terpupuk dalam hati orang seperti ini.

2. Efek kedua dari do`a adalah memupuk cahaya ketaqwaan pada seseorang yang itu merupakan sebab kedekatan seseorang kepada Tuhan-nya 154. Ketaqwaan merupakan modal kesuksesan (keselamatan) seseorang pada hari kiamat 155, dan dia pula yang memperbolehkan seseorang memasuki surga.156

Sebuah do`a akan menghidupkan permata mulia nan mahal ini dalam hati seseorang. Ketika seseorang bermunajat kepada Allah, bertawassul kepada-Nya, dan berdo`a dengan nama-nama-Nya yang baik (al-asmâ al-husna) dan sifat-sifat-Nya yang agung dan indah, maka penyebutan sifat-sifat ini akan memberikan efek mendorong seseorang menuju Allah. Ia akan merasa bahwa apabila saya menghendaki jawaban atas do`an saya, saya harus bertaubat dan kembali kepada Allah Swt.

Do`a akan mendorong seseorang bertaubat, dan taubat akan mendorong seseorang untuk melihat kembali (muhasabah) kehidupannya, dan pada akhirnya gerakan ini akan berujung pada masuknya cahaya ketaqwaan kepada kehidupan seseorang.

Terdapat ungkapan dalam sebuah hadis: "Barang siapa senatiasa dalam berdo`a, maka ia akan dikabulkan -do`anya- ketika ia ditimpa bencana. Para malaikat akan berkata: suara yang tidak asing lagi yang tidak terhijab dari langit. Dan barang siapa yang malas berdo`a maka ia tidak akan diterima do`anya ketika ia ditimpa bencana, dan para malaikan berkata: suara tersebut tidak kami kenal" .157

Imam Ali a.s berkata dalam khutbahnya yang sangat penting dalam Nahjul Balaghah ketika beliau mensifati orang-orang bertaqwa: "Diri-diri merekabiasa saja ke berada dalam bencana sebagimana mereka pun biasa ketika berada dalam kesenangan" 158.

Karena inilah munajat Fir`aun dan pernyataan tauhidnya tidak lagi berarti, sebagaimana terdapat dalam sebuah hadis: ".....Jibril berkata....ketika Fir`aun tengegla, demi Allah ia berkata: Saya beriman bahwa tiada Tuhan kecuali Tuhan yang diimani oleh Bani Israil, lalu aku ambil lumpur dan aku tutupkan kemulutnya......." 159.

3.Yang ketiga dari efek pendidikan do`a adalah memperkuat cahaya makrifat.

Sesungguhnya seseorang ketika menghadap kepada Allah, ia akan mulai dengan pemikiran bahwa Allah Maha Kuasa dan Maha Mengetahui atas apa yang tersembunyi dari kita. Dan diantara do`a yang bisa dibaca dalam Shahifah Sajjadiyah, Munajat Sya`baniyyah, atau Shabah, Kumail dan Nudbah semuanya mengandung pelajaran-pelajaran irfani. Atas dasar ini do`a dapat menanamkan cahaya ketakwaan dan makrifat pada hati seseorang.

Pertanyaan, Kami membaca dalam do`a bulan Rajab -yang disunnahkan membacanya pada setiap kali selesai shalat- ungkapan seperti ini "Wahai Yang memberi orang yang meminta kepada-Nya, wahai Yang memberi orang yang tidak meminta dan tidak mengenali-Nya".

Atas dasar ungkapan ini, Allah akan memberi siapa pun baik yang meminta maupun yang tidak meminta kepada-Nya, baik ia mengenal-Nya atau pun tidak. Maka jika demikian lalu apa manfaat berdo`a kepada-Nya?

Jawabannya, anugrah dan barakah Allah terdiri dari berbagai macam bentuk dan jenis. Diantaranya Allah membangikan kepada seluruh manusia, seperti air hujan. Seluruh orang baik mukmin atau pun kafir, seorang arfi atau pun bukan akan sama-sama mendapat manfaatnya.

Jenis barokah lain hanya diberikan kepada orang-orang arif di antara orang-orang mukmin, dan tidak mencakup selainnya. Dan sebagian lainnya hanya diberikan kepada para dai saja, tidak lepada yang lainnya.

Dalam sebuah hadis disebutkan: "Janganlah berkata bahwa sebuah urusan kosong dari-Nya. Sesungguhnya bagi Allah ada sebuah posisi yang tidak akan dicapai kecuali dengan diminta"160 .

Atas dasar ini, hanya jenis anugrah pertama saja yang mencakup semua orang, sementara yang kedua dan ketiga hanya diperuntukkan bagi orang beriman dan bedo`a (memohon) saja.


Syarat-syarat terkabulkannya sebuah do`a
Kenapa sebagian do`a-do`a kita tidak dikabulkan? Kenapa janji Allah akan mengabulkan do`a tidak terwujud? Apakah sebabnya berasal dari sisi Allah -naudzubillah- atau berasal dari para pendo`a itu sendiri?

Pertanyaan-pertanyaan seperti ini sering dilontarkan para sahabat dan orang-orang muslim pada zaman para Imam maksum a.s, seperti tertulis dalam berbagai riwayat hadis dari mereka dan para Imam pun memberikan jawabannya.

Riwayat-riwayat tadi dan juga riwayat-riwayat lainnya muncul terkait dengan pertanyaan-pertanyaan ini, sekalipun tidak terkandungn pertanyaan di dalamnya.

Semuanya menyingkap bahwa di sana terdapat sejumlah persyaratan terkabulkannya sebuah do`a yang harus dipenuhi oleh para pendo`a, sebagaimana juga mereka harus menghilangkan hal-hal yang dapat menghalangi terkabulkannya sebuah do`a.

Atas dasar ini, apabila seseorang berdo`a tanpa mengindahkan syarat-syarat dan penghalang tersebut dan do`anya tidak dikabulkan, maka ia harus introspeksi dirinya sendiri. Perumpamaan orang seperti ini bagaikan orang yang sakit pergi ke dokter untukberobat, lalu dokter menuliskan resep untuknya berupa meminum obat dua kali dalam sehari. Setelah ia menerima obat, mengkonsumsinya dan ternyata tidak kunjung sembuh ia kembali ke dokter dan berkata dengan gugup: Dikter macam apa kamu, obat apa yang sudah kamu resepkan untukku? Aku tidak kunjung juga sembuh. Lalu dokter bertanya balik: Apakah kamu mengkonsumsi obat tersebut dua kali dalam sehari? Ia menjawab: tidak, saya meminumnya tiga kali dalam sehari.

Kali lain ia bertanya; Apakah kamu memakai .h.213..pokok/utama selama beberapa jam pada setiap minggu? Ia menjawab: Dalam sehari saya mengkonsumsi satu kapsul. Ia bertanya lagi: saya sudah perintahkan anda beristirahat selama empat hari, apakah kamu istirahat selama empat hari atau tidak? Ia menjawab:

Apakah ini memungkinkan sekalipun kami harus melewati rawat inaf dengan makanan dan biyaya mahal? Pada hari itu juga aku langsung kembali bekerja.

Dokter pun menggeleng-gelengkan kepalanya dan berkata kepadanya: Tidak ada kesalahan pada resep yang aku tuliskan untukmu, kesalahannya ada pada dirimu yang tidak mau mengikuti anjuranku. Kesalahan yang membuatmu tetap dalam keadaan sakit. Karenanya salahkanlah dirimu sendiri.

Demikian juga halnya ketika para insinyur pertanian memberikan bibit tanaman kepada para petani dan memerintahkan mereka menanam, menaburkan dan merawatnya secara khusus dan menyiraminya pada waktu-waktu tertentu. Namun petani tidak mau mengikuti saran-sarannya sehingga hasilnya gagal panen. Yang bersalah di sini ialah petani itu sendiri, bukan siapa pun.

Sahabatku yang sedang berpuasa, saudara-saudara dan saudariku, do`a-do`a kita benar-benar seperi bibit biji-bijian tersebut yang tidak hanya cukup dengan ditebarkan di tanah saja. Ia pun membutuhkan penyiraman, penjagaan dan perawatan khusus, serta menggunakan obat-obatan agar terhindar dari berbagai hama.

Apa yang telah dipaparkan riwayat-riwayat tadi adalah keharusan terpenuhinya berbagai syarat, situasi, kondisi dan tidak adanya berbagai penghalang terkabulkannya sebuah do`a. Sayannya kita berharap dikabulkan tanpa memenuhi syarat dan menghilangakn penghalangnya, dan tentu ini tidak masuk akal.


Berikut ini kami akan paparkan beberapa diantara syarat terkabulkannya sebuah do`a:

1. Tidak adanya pengenalan terhadap Allah (makrifatullah) adalah sebab terpenting terhalangnya sebuah do`a.
Dengan kata lain, sesungguhnya makrifatullah adalah diantara syarat pendasar bahkan terpenting untuk terkabulkannya sebuah do`a. Dan apakah mungkin kita memohon kepada orang yang tidak kita kenali dan ketahui?

Sebuah riwayat dari Imam ash-Shadiq a.s; Beberapa orang mengadu tentang sebab tidak dikabulkan do`anya. Maka Imam menjawab: Karena kalian berdo`a kepada dzat yang tidak kalian kenali".

Maka sebagaimana telah kami sebutkan barusan, sesungguhnya do`a harus dilontarkan dengan cahaya makrifatullah dalam hati seseorang, karena makrifatullah merupakan asas terkabulkannya sebuah do`a. Artinya bahwa keduanya; do`a dan makrifatullah saling berkaitan.

Allah Swt berfirman dalam al-Qur`an: "Sesungguhnya shalat mencegah dari keburukan dna kemunkaran"161. Artinya bahwa jamaah orang shalat tidak akan terkotori dengan dosa, dan demikian pula masing-masing individunya, karena shalat itu sendiri adalah jaminan dan penjaga dari berbagai dosa.

Dengan memperhatikan pesan ayat tersebut, kita bertanya kenapa sejumlah orang-orang yang shalat tetap melakukan dosa? Apakah kesalahannya -naudzubillah- bersumber dari ayat itu sendiri atau dari diri mereka sendiri? Orang yang shalat jika tidak mengenal kepada siapa ia shalat dna bersujud, maka shalatnya tidak akan menjaganya dari perbuatan dosa dan tidak menghalanginya dari maksiat. Sesungguhnya makrifatulah adalah intan berlian yang berharga yang menjadi syarat berbagai ibadah, termasuk juga syarat dalam berziarah. Demikian itu karena pahala dan efek ziarah dikhususkan kepada mereka yang ziarahnya disertai makrifatullah 162.

Atas dasar ini pula, syarat pertama terkabulkannya sebuah do`a adalah mengenali sifat-sifat keagungan Allah, perbuatan dan nama-nama-Nya yang baik (al-Asmâ al-Husnâ). Karena itu setiap orang harus memaksimalkan makrifatnya ini sesuai tingkat maksimal kemampuannya masing-masing.


2. Niat yang benar dan hati yang bersih
Syarat kedua terkabulkannya sebuah do`a adalah niat yang benar dan suci serta hati yang ikhlas, dan bersih dari riya. Dalam hal ini Imam Ash-Shadiq a.s bersabda: "Sesungguhnya seorang hamba apabila ia berdo`a kepada Allah Swt dengan niatan dan hati yang ikhlas, maka Allah akan mengabulkan setelah ia memenuhi dan menunaikan janji Allah Azza wa Jalla ".163

Sesungguhnya amal dengan niat memenuhi dan menunaikan janji Allah -yang merupakan upaya membershakn hati dan mengikhlaskan niat- adalah syarat terkabulkannya sebauh do`a. Kiranya perlu diperhatikan bagaimana cara do`a memberi pendidikan kepada seseorang. Kita sering mengetuk pintu Allah untuk mengajukan kebutuhan dan menyelesaikan berbagai permasalkahan, namun kita perlu ketahui bahwa pengabulan-Nya tidaklah mungkin terjadi kecuali dnegan keikhlasan dan kebersihan hati. Untuk itu kita diharuskan berusaha mensucikan dan membersihkan diri.


3. Makanan yang halal merupakan syarat penting dan sulit bagi terkabulnya do`a
Rosulullah Saw bersabda dalam sebuah riwayat sangat indah sebagai berikut: "Bersihkanlah usahamu maka do`amu akan diijabah. Bila seseorang memakan makanan haram maka do`anya tidak akan diterima selama empat puluh hari" 164.

Beberapa orang memiliki harta kekayaan yang bercampur dengan harta dan usaha yang haram riba dan mendhalimi hak orang lain serta tidak menunaikan kewajiban agama terkait dengan harta, namun demikian ia tetap mengharap Allah mengabulkan do`anya.

Kesimpulan yang dapat diambil dari sabda berharga Rosulullah Saw di atas ialah bahwa do`a merupakan faktor penting dalam pendidikan seseorang yang mengajarinya menjaga makanan yang halal dan haram.

Secara jujur kami ingin katakan bahwa menjaga makanan halal dan haram memiliki peranan penting dalam kehidupan seseorang. Apabila seseorang mementingkan sisi ini dari kehidupannya, niscaya tidak akan ada lagi dokumen-dokumen kriminal di berbagai lembaga kehakimah.

Andaikan masyarakat kita menjaga yang halal dan yang haram, maka kemiskinan tidak akan lagi menghimpit kita. Sayangnya sebagian orang lupa akan hal penting ini dan membiarkan bebas berbuat apa saja. Mereka berkata: dimana halal dan haram? Tidak ada lagi istilah halal dan haram yang harus kita jaga.

Salah seorang diantara mereka yang berprinsip pada justifikasi berkata bahwa pada kenyatananya ia adalah omong kosong. Satu-satunya barang yang halal di dunia ini hanyalah air hujan yang dapat anda manfaatkan hanya pada tengah hari saja, karena hanya inilah yang dapat kita yakini bersih dari unsur perampasan (gashab). Ketika air gujan turun, bentangkan tanganmu dan bukalah mulutmu untuk meminumnya. Inilah satu0satunya yang dapat diterima sebagai halal.

Sesungguhnya orang seperti ini benar-benar telah membohongi dirinya sendiri. Allah Swt berfirman: "Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar ".165

Dengan kata lain, mereka menipu diri mereka sendiri, karena pembahasan kita tentang halal- dan haram yang nampak. Mereka berbicara tentang halal-dan haram yang sebenarnya, sementara kita diperintahkan berbicara tentangnya sebatas yang nampak saja, bukan yang sebenarnya.

Bukankah para Imam maksum kita a.s juga memberi makanan dan minuman-minumannya dari pasar-pasar kaum muslimin, dan pada saat yang sama mereka berpegangan pada yang nampak (dhahir), tidak melakukan investigasi kecuali pada kondisi-kondisi tertentu yang sesuai. Misalnya mereka tetap memanfaatkan roti dan daging yang belum dinunaikan kewajiban zakatnya?

Kita pun tentunya harus demikian, kita harus mengkalkulasi ukuran dan mengeluarkan kewajiban tahunan membayar zakat, karena banyak diantara pada pedangan yang tidak menunaikan kewajiban membayar zakat -zakat harta mereka, sementara kita menggunakan barang produksi dan jualan mereka. Ini sangat kita sayangkan memang, karena ia berarti bencana bagi kita.

Sekalipun kita terbatas karena tidak adanya pengetahuan sebenarnya tentang mana yang halal dan yang haram, namun cukuplah berkesimpulan dengan tampilan yang ada. Demikian itu karena membayar zakat adalah kebaikan yang berfungsi membersihkan hati dan mendatangkan kesucian ruhani.

Kesimpulannya bahwa makanan yang halal tidak akan berefek pada do`a saja, bahkan terhadap seluruh peribadatan seseorang, dari shalat, puasa, haji, ziarah-ziarah wajib dan sunnah, dan lain sebagainya. Pada sisi lain, makanan yang haram benar-benar dapat menghalangi terkabulkannya sebuah do`a, bahkan ia dapat berefek negatif terhadap prilaku, pemikiran dan ibadah serta ziarah-ziarah seseorang. Ia menyebabkan seseorang malas memabca al-Qur`an dan melaksanakan shalat, dan pada akhirnya membuat seseorang tidak lagi dapat merasakan kelezatan ibadah-ibadah ini.


4. Kehadiran hati.
Syarat keempat dikabulkanya sebuah do`a ialah ialah kehadiran hati. Cukup jelas bahwa ini merupakan syarat mendasar dan penting, sebagaimana diungkap dalam sebuah riwayat: "Nabi Saw ditanya tentang nama Allah yang paling agung? Beliau menjawab: semau nama dari nama-nama Allah adalah agung, maka bersihkanlah hatimu dari selain-Nya dan mintalah kepada-Nya dengan nama manapun juga kamu suka" .166

Dari sini jelas bahwa tidak ada lapad khusu untuk nama-Nya yang paling agung -sebagaimana digambarkan beberapa orang- untuk dipakai dan dipanjatkan terhadap seluruh permasalahan. Yang harus ialah menghadirkan kondisi khusus pada batin seseorang, yaitu pensucian hati .167

Ketika hati menjadi tempat pusat bagi berhala-berhala, baik berhala harta, kedudukan, popularitas, istri, anak-anak dan lain-lain, maka ketika sebuah do`a dipanjatkan, dia keluar dari hati tempat peribadatan berhala-berhala ini. Dan jelas do`a seperti ini tidak akan pernah dikabulkan.

Langkah pertama untuk terkabulkannya do`a ialah meriru jejak perbuatan nabi Ibrahim a.s dan Ali a.s dalam menghancurkan berhala-berhala. Maka dengan itu hati akan menjadi suci. Pada saat itu hati hanya dikhususkan murni untuk Sang Maha Esa Swt, lalu berdo`alah kepada-Nya dengan nama manapun juga, maka hasilnya tidak lain melainkan pengabulan do`a.Dengan memperhatikan keempat persyaratan tadi, kami berpandangan, apakah kita telah memenuhi keempat persyaratan ini? Apakah makanan-makanan kita halal? Apakah hati-hati kita sudha bersih dari selain-Nya? Apakah yang mendorong kita berdoa adalah kejernihan dan keikhlasan dalam niat? Apakh kita sudah mengenal Allah?

Apabila kita tidak memiliki syarat-syarat ini, maka hendaknya kita berusaha untuk memenuhinya, terutama di bulan Ramadhan yang berkah. Bulan rahmat dan kelembutan ilahi. Itulah bulan dimana hati seseornag dipersiapkan betul untuk berbagai macam urusan, sebagaimana juga kesempatan yang tepat untuk berdo`a.


Pengabulan sebagian do`a bukan berarti pasti sesuai kebutuan seseorang
Meskipun kita terus berdo`a dan berharap ia diterima, namun perlu juga diperhatikan bahwa pengabuan beberapa do`a tidaklah selamanya sesuai dengan kemaslahatan seseorang, sekalipun ia melihat kemaslahatan dan kebahagiaannya ada di dalamnya. Namun Allah melihatnya tidak demikian, kecelakaan justru terjadi jika do`anya dikabulkan, karenanya Allah tidak mengabulkan do`anya.

Sebelumnya saya telah katakan pada kisah Tsalabah al-Anshâri bahwa apa yang ia pinta dan harapkan dari Allah tidak sesuai dengan kemaslahatannya, namun ia tetap ngotot memintanya hingga Allah pun mengabulkannya. Hasilnya ia kehilangan iman, terjerumus dalam kesesatan dan melanggar beberapa ketentuan ilahi. Kisah ini mengandung pelajaran besar dan berharga bagi semua orang.

Sebagai contoh, ada seorang pemuda berkali-kali memohon dalam do`a-do`anya serta bertawassul setelah lamarannya ditolak oleh seorang perempuan. Ia berharap agar perempuan itu berubah sikap, tertarik dan mau kepadanya, namun do`anya tidak kunjung dikabulkan. Setelah sekian lama dan peremuan itu sudah hilang dari ingatannya, ia pun menemukan kebaikannya ada pada ketidakterkabulan do`anya. Ia mengetahuibahwa perempuan tersebut terlahir sebagai anak haram.

Atas dasar ini, janganlah kita bersedih karena do`a kita tidak dikabulkan, bisa jadi apa yang kita pinta tidak sesuai dengan kemaslahatan kita sendiri. Hal ini didukung oleh sejumlah riwayat dari para Imam maksum a.s bahwa Allah akan memberikan permohonan seorang hamba di akhirat yang belum Ia berikan di dunia 168.


Dua pertanyaan penting terkait dengan do`a
Pertama, kita menemukan dalam diwayat yang berasal dari para Imam a.s do`a-do`a yang selamanya tidak dikabulkan, sebagaimana pula do`a-do`a yang dipanjatkan pada bulan Ramadhan yang berisikan seperti: "Ya Allah penuhilah hutang orang yang berhutang", padahal kita tahu bahwa do`a tersebut tidak akan terkabulkan. Selama dunia ini masih ada, maka selama itu pula hutang pasti ada. Kehidupan tanpa hutang adalah khayalan, tidak lebih. Lalu apa fungsi do`a-do`a seperti ini?

Jawabannya; Sesungguhnya ada dua jenis hutang. Pertama hutang yang biasa terjadi antara pedagang dan pelanggannya, dimana pelanggan tidak langsung membayar harganya, atau mereka membayar setelah menjualnya, atau juga para karyawan dan pekerja meminjam uang kepada bosnya untuk kemudian dibayar secara berkala (cicilan) sesuai kemampuannya dalam setiap bulan.

Jenis lainnya ialah hutang yang selalu ada pada seseorang, dimana ia terpaksa meminjam dan ia tahu kalau ia tidak mampu membayarnya. Nampak bahwa yang dimaksud Imam di sini ialah jenis hutang kedua ini, bukan yang pertama.

Jenis hutang yang kedua tidaklah berarti pengabulan do`a memungkinkan baginya, namun karena Islam memerintahkan untuk itu, maka do`a harus selaras dengan usaha-usaha yang ada. Demikian itu karena dalam masyarakat Islam yang sempurna -yakni masyarakat shahibul `ashr waz Zaman al-Mahdi a.s- yang tidak akan ada lagi orang kelaparan ata fakir satu pun. Untuk itulah kita baca dalam do`a: Ya Allah kenyangkanlah setiap orang yang lapar. Ya Allah berilah pakaian setiap orang yang telanjang (tidak punya pakaian). Ya Allah kayakanlah orang yang fakir".

Sebagai bukti pendukung kesimpulan ini ialah sebuah riwayat dari Imam ash-Shadiq a.s; "Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla mewajibkan orang-orang fakir mendapatkan seukuran kebutuhkan mereka pada harta orang-orang kaya, walau pun Ia tahu itu tidak dapat mencukupi kebutuhan mereka" 169.

Pesan yang terkandung pada riwayat tersebut dan juga riwayat-riwayat sebelumnya menjelaskan bahwa apabila orang-orang menunaikan kewajibannya terkait harta, maka tidak akan ada lagi orang kelaparan, telanjang dan fakir dalam sebuah masyarakat. Semua ini terjadi karena ketidaktaatan orang-orang kaya yang tidak mau memberikan hak-hak orang fakir.

Masyarakat Shabibuz zaman al-Mahdi a.s tidak akan mengenal ada seorang fakir, kelaparan dan berhutang. Karena itu do`a supaya segala permasalahan ini segera selesai akan dikabulkan.

Pertanyaan kedua, Di antara amal-amal yang berlaku dan dianjurkan pada malam lailatul qadr ialah meletakkan al-Qur`an di atas kepala, mengingat al-Qur`an berfungsi seperti seorang dokter "Dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian" 170. Namun kita tahu ia baru akan memberi kesembuhan setelah pesan-pesannya diamalkan.


Lalu apa manfaat meletakkan al-Qur`an di kepala pada malam tersebut?
Jawaban; Al-Qur`an sendiri selalu memiliki dua sisi. Satu sisi ialah sebagai penyembuh, dan al-Qur`an pun juga kalam Allah di sisi lain. Satu sisi ia adalah kata-kata suci, karena itu orang-orang Islam meyakini keharusan berwudhu ketika hendak menyentuhnya, dan di sisi lain kandunagnnya disucikan sehingga al-Qur`an disebut sebgai tsaql akbar (pusaka besar) dan Ahlul Bayt a.s sebagai tsaqak ashgar (pusaka kecil). Karena itu, mengkiaskan dokter/penyembuh saja kepada al-Qur`an tidak dapat dibernarkan.

Tentunya, perbuatan peletakkan al-Qur`an di atas kepala ini didorong oleh keperluan khusus. Tradisi ini mengajarkan kepada kita laranagn meletakkan al-Qur`an di bawah tangan dan kaki. Adapun kandungannya mengajari kita bahwa al-Qur`an adalah panduang segala aktivitas kita, keharusan melaksanakan hukum-hukumnya dengan bentuk sempurna, dan tidak melupakannya.





24
PERUMPAMAAN DALAM Al-QUR'AN

Perumpamaan Keduapuluh:

Hak dan Batil
Di antara perumpamana al-Qur`an yang terindah adalah perumpamaan hak dan batil. Allah Swt berfirman menjelaskan perumpaman ini secara mendalam pada surat Ar-Ra`d ayat ke 17 sebagai berikut: "Allah telah menurunkan air (hujan) dari langit, maka mengalirlah air di lembah-lembah menurut ukurannya, maka arus itu membawa buih yang mengambang. Dan dari apa (logam) yang mereka lebur dalam api untuk membuat perhiasan atau alat-alat, ada (pula) buihnya seperti buih arus itu. Demikianlah Allah membuat perumpamaan (bagi) yang benar dan yang bathil. Adapun buih itu, akan hilang sebagai sesuatu yang tak ada harganya; adapun yang memberi manfaat kepada manusia, maka ia tetap di bumi. Demikianlah Allah membuat perumpamaan-perumpamaan".


Pengantar pembahasan
Tema pembicaraan dalam perumpamaan ini ialah tentang hak dan batil, menyakut defenisi, ruang lingku, bidang dan tanda-tanda serta eferk-efek keduanya. Di penghujung bahasan akan diurai petrarungan antar keduanya dalam rentang panjang sejarah.


Syarah dan tafsir
Allah Swt berfirman: "Allah telah menurunkan air (hujan) dari langit, maka mengalirlah air di lembah-lembah menurut ukurannya,". Hasil dari hujan turun ke atas gunung dan kemudian dari gunung itu mengalir ke bawahnya membuat air berkumpul di lembah-lembah sesuai kadarnya masing-masing hingga alirannya membentuk sungai-sungai kecil, dan dari pertemuan antara semuanya terbentuklah sungai yang lebih besar. Ketika air semakin banyak hingga melampoi bantalan sungai, ia akan berubah menjadi banjir dan merusak.

Allah Swt berfirman: "maka arus itu membawa buih yang mengambang". Sungai besar ini dengan ombak yang dihasilkannya akan mendobrak setiap kayu atau rintangan apapun yang menghalanginya. Dari kondisi ini muncullah buih pada air. Buih ini menyerupai deterjen atau bahan pembersih yang berkumpul dan nampak mengendap di tepian sungai, sementara sungainya sendiri tetap terus mengalir dibawah buih tersebut.

Allah Swt berfirman: "Dan dari apa (logam) yang mereka lebur dalam api untuk membuat perhiasan atau alat-alat, ada (pula) buihnya seperti buih arus itu". Buih yang sombong ini tidaklah melekat dengan air, bahkan menghasilkan metal-metal logal ketika meleleh dan larut, seperti besi, tembaga, dan lain sebagainya.

Yang patut diperhatikan di sini ialah ungkapan "Dan dari apa (logam) yang mereka lebur". Secara tekstual ia menunjukkan bahwa api diarahkan dari atas terhadap logam-logam ini, padahal sebelumnya api dihidupkan dari bawah terhadap logam-logam tersebut. Memang sekarang proses pengapiannya bisa dilakukan dari bawah dan dari atas, sehingga ini menjadi bukti bahwa semenjak itu pun al-Qur`an sudah menunjukkannya.

Allah Swt berfirman: "Demikianlah Allah membuat perumpamaan (bagi) yang benar dan yang bathil". Yakni Allah menggunakan perumpamaan ini untuk menjelaskan perbedaan antara hak dan batil yang berlangsung terus menerus sepanjang sejarah. Allah mengumpamakan kebenaran dengan air dan kebatilan dengan buih.

Allah Swt berfirman: "Adapun buih itu, akan hilang sebagai sesuatu yang tak ada harganya". Karena buih berada di atas air dan tidak menempel kepadanya, ia akan menghilang begitu saja seakan tidak berarti apa-apa. Air banjirlah yang menyebabkan buih ini muncul. Air yang saling bertabrakan akan sampai ke tepian dan menjadi diam tidak bergerak, lalu ia akan menghilang dan merembes ke dalam air sehingga tidak ada lagi yang tersisa kecuali tinggal airnya saja. Demikian itu menunjukkan bahwa umur kebatilah hanyalah sebentar dan akan berujung pada kehancuran.

Allah Swt befirman: "adapun yang memberi manfaat kepada manusia, maka ia tetap di bumi". Yang akan tersisa dan bermanfaat bagi manusia hanyalah air yang jernih dan logam yang murni saja. Air yang ada dan menggenang dapat dimanfaatkan untuk minum, sementara air yang masih tersimpan di dalam perut bumi akan menjadi tabungan di masa depan. Ia baru dapat dipergunakan setelah keluar sebagai mata air atau setelah dilakukan pengeboran.

Allah Swt berfirman: "Demikianlah Allah membuat perumpamaan-perumpamaan". Yakni Allah menjelaskan semua ini kepada orang-orang melalui sebuah perumpamaan agar dapat dipahami dengan lebih baik.


Sasaran ayat
Ayat tersebut telah mengungkapkan secara ringkas beberapa permasalahan pelik sekali terkait dengan hak dan batil. Sekarang kami akan jelaskan secara lebh terperinci pemasalahan tersebut ;


1. Berdasarkan ayat tadi, hak adalah berbagai hakikat dan realita, sementara batil adalah khayalan dan lamunan yang tidka berdasar.
Sesungguhnya air adalah sesuatu yang riil dan hakiki. Tampakan luarnya sesuai dengan tampakan batinnya, yang berarti juga ia memiliki peranan yang ril dan hakiki. Adapun buih tampakan luarnya menipu dan tidak sama dengan batinnya, sebagaimana sebuah mimpi atau khayalan.

Pada dua ayat dari surat al-A`raf, ayat ke 117-118 al-Qur`an menjelaskan kisah Musa a.s dan sihir sebagaimana berikut: "Dan Kami wahyukan kepada Musa: "Lemparkanlah tongkatmu!." Maka sekonyong-konyong tongkat itu menelan apa yang mereka sulapkan. Karena itu nyatalah yang benar dan batallah yang selalu mereka kerjakan". Sesungguhnya kebenaran adalah mukzijat nabi Musa a.s, sementara kebatilan adalah sihir para penyihir. Mukzijat adalah riil dan nyata, karena tongkat Musa benar-benar berubah menjadi ular dan bukan hanya sekedar pertunjukan sulapan. Adapun ular-ular para penyihir adalah murni sebuah pertunjukan sulap, dan bukan kejadian sebenarnya. Ia adalah tipuan sebagaiamna dikemukakan al-Qur`an.

Para penyihir telah mempersiapkan tambang dan tongkat yang dicat dengan air raksa, lalu mereka letakkan di tempat tertentu, sementara orang-orang, Fir`aun dan para penyihir duduk menyaksikan apa yang akan terjadi. Ketika cahaya matahari mulai menyinari tambang-tambang ini, maka meninggilah derajat panas pada air raksa sehingga membuat tambang-tambang tersebut bergerak-gerak dan bersinggungan satu dengan yang lainnya. kondisi ini membuat tambang-tambang seakan menjadi ular, namun pada kenyataannya ia hanyalah khayalan saja, tidak lebih.


2. Tanda-tanda kebenaran dan kebatilan
Dari ayat tersebut dapat disimpulkan bahwa tanda kebenaran ialah bermanfaat bagi manusia, sementara tanda kebalikan memberi madarat atau bahaya kepada orang. Air bermanfaat dan memiliki fungsi jelas, sementara buih hanya mencelakakan dan tidak bermanfaat. Demikian itu karena buih tidak dapat menghilangkan rasa haus, menyirami lahan pertanian, dan tidak memberikan kekuatan apapun. Di antara tanda lainnya ialah kebenaran bersifat tawadhu dan rendah hati, sementara kebatilan dengan kesombongan. Kebenaran adalah air yang berada di bawah buih, sementara buih berada di atas dan sombong.

Tanda ketiga ialah kebatilah bersifat riuh dan bising, sementara kebenaran bersifat tenang dan tentram. Air bersifat diam dan tenang, sementara buih bersifat bising dan riuh. Maka tidaklah mungkin bisa hidup dengan keriuhan dan kebisingan.


3. Ukuran atau kapasitas kebenaran dan kebatilan
Sesungguhnya kapasitas ekbaikan dan keburukan ialah seluas kapasitas konsep-konsep kehidupan. Kebaikan dan keburukan tidak dapat dibatasi pada hanya satu sisi kehidupan saja, keduaya akan ada dan mencakup setiap urusan; politik, budaya, jurnalistik, dan lain-lain. Dengan kata lain, keduanya tercakup dalam seluruh dimensi kehidupan. Kesimpulan ini diambil dari al-Qur`an dan terutama dari ayat perumpamana dimaksud. Sebagimana buih tidak hanya terkait dengan air, demikian pula kebatilan tercakup dalam apapun.


4. Efek dari benturan antara kebenaran dan kebatilan
Dalam benturan antar keduanya, keebnarna akan tetap dan sementarakebatilan akan sirna dan tengeglam. Hanya saja kemenangan kebenaran bergantung pada dua bentuk, temporar dan abadi. Apabila para penolong kebenaran terus memperjuangkannya dan tidak melakukan penyimpangan, maka mereka akan menjadi pemenang pada berbagai masa yang berbeda selama mereka consisten dan tidak menyimpang. Adapun kemenangan abadi baru akan diperoleh dengan kemunculan Shahibuz Zaman al-Mahdi a.s (semoga Allah mempercepat kemunculannya). Pada saat kemunculannya wajah dunia akan berubah dan akan dipimpin oleh pemerintahan universal yang benar.

Ayat tersebut adalah diantara ayat-ayat yang terkait dengan al-Hujjah bin al-Hasan al-`Askari a.s, dimana air dalam perumpamaan tersebut ditafsirkan dengan keberadaan al-hujjah, dan buih dengan kedzaliman, penjajahan dan kehancuran yang akan menghilang seperti buih pada suatu saat nanti.


5. Benturan abadi antara kebenaran dan kebatilan
Sebagaimana kami sebutkan tadi, benturan antara kebenarna dan kebatilan telah dimulai sejak awal penciptaan, dan setiap masa akan diisi oleh kedua fenomena ini. Keduanya akan tetap ada sepanjang sejarah kedepan hingga dunia ini berakhir. Setiap ada nabi pasti ada syetan 171 . Pada Adam a.s ada Iblis, dan pada nabi-nabi lain ada syetan yang lain, seperti diungkapkan oleh ayat berikut ini:

"Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu syaitan-syaitan (dari jenis) manusia dan (dan jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia). Jikalau Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan".

Dari ayat mulia ini dapat disimpulkan bahwa syetan tidaklah selamanya berbentuk sesuatu yang tersembunyi, bahkan terkadang berasal dari manusia itu sendiri. Karena itulah redaksi ayat tersebut mendahulukan manusia atas jin.

Atas dasar itu, benturan antara kebenaran dan kebatilan akan terus berlanjut ing? berdirinya pemerintahan kebenaran dan berhasil membentangkan kekuasaannya ke seluruh penjuru dunia, sehingga terrealisasilah ungkapan ayat berikut ini: "Dan katakanlah: "Yang benar telah datang dan yang batil telah lenyap.172" Sesungguhnya yang batil itu adalah sesuatu yang pasti lenyap" pada saat kemunculan al-Mahdi (semoga Allah mempercepat kemunculannya).


6. Proses penyebaran kebatilan
Bagaimana kebatilan berkembang dan menyebar luas? Apakah Allah yang telah menciptakan maujud-maujud kebatilan, padahal Ia h?dala kebenaran, bahkan kebenarna yang paling nampak dan paling tinggi?

Keberadaan kebatilan sebenarnya hanya keberadaan nisbi (relatif). Ia hanyalah imajinasi dan khayalan yang mengenakan baju kebenaran, seperti buih yang penampilannya menipu dan bohong.

Yang baik di sini ialah, pelaku kebatilan ketika ia melakukan pembatalan terhadap dirinya, demikian itu karena berkat kebenaran. Sesungguhnya para pembohong adalah orang-orang yang meyakini kebohongan sebagai profesinya. Apabila mereka belum berpindah…yang bernilai dan mengandung pelajaran, mereka tidak akan berhenti pada pekerjaan batinya ini. Demikian pula para pembohong apabila mereka tidak berpegangan dengan kebenaran dan tidak menampakkan kejujuran, maka tidak akan ada seorang pun yang membenarkannya. Demikian juga bila seorang munafik tidak mengenakan pakaian orang shaleh, apabila seorang musuh tidak mengenakan identitas seorang teman, dan buih apabila tidak nampak seperti air. Artinya bahwa kebatilan selalu bersentuhan dengan kebenaran sehingga sebenarnya tidak terjadi benturan diantara keduanya. Ketahuilah bahwa kerberadaan kebatilan adalah nisbi dan keberadaannya murni bergantung lepada kebenaran. Adapun kebenaran adalah keberadaan yang hakiki yang menjadi sumber keberuntungan, manfaat dan berkah bagi banyak orang.


Hak dan batil menurut pandangan ayat dan riwayat
Sesungguhnya pembahasan terpenting dalam kehidupan seseorang adalah permasalahan kebenaran dan kebatilan. Ia mendapatkan perhatian khusus pada seluruh manusia dengan segala perbedaan latar belakang pandangan. Untuk itu sangatlah relevan jika ia dibahas dalam perspektif al-Qur`an dan hadis.

Al-Qur`an telah banyak berbicara tentang kebenarna dan kebatilan, dan telah mengulang kata hak (kebenaran) sebanyak 244 kali, sementara kata bâthil terulang sebanyak 26 kali saja. hal ini menyimpulkan bahwa al-Qur`an sendiri berperan sebagai perwujudan kebenaran.


Apakah perwujudan kebenaran?
Al-Qir`an al-KArim telah menunjukkan berbagai perwujudan kebenaran yang sebagainnay di sini akan kami sebutkan:

1. Perwujudan kebenaran yangtertinggi h?dala Allah Swt sendiri. Pada hakikatnya Dia h?dala kumpulan dari segala perwujudan kebenaran. Ia adalah inti dan wujud hakiki kebenaran. Karena itu Allah Swt menjelaskannya dalam al-Qur`an, surat al-An`am ayat ke 62 sebagai berikut: "Kemudian mereka (hamba Allah) dikembalikan kepada Allah, Penguasa mereka yang sebenarnya. Ketahuilah bahwa segala hukum (pada hari itu) kepunyaanNya. Dan Dialah Pembuat Perhitungan yang paling cepat". Atas dasar ayat ini, Allah adalah kebenarna yang tiada bandingnya.

2. Contoh lain dari kebenaran dalam al-Qur`an adalah penciptaan langit dan bumi, atau alam secara keseluruhan. Demikian itu seperti disebutkan dalam surat al-Jâtsiyah, ayat ke 22: "Dan Allah menciptakan langit dan bumi dengan tujuan yang benar dan agar dibalasi tiap-tiap diri terhadap apa yang dikerjakannya, dan mereka tidak akan dirugikan".

3. Perwujudan kebenaran yang ketiga dalam al-Qur`an ialah al-Qur`an itu sendiri. Demikain itu seperti dijelaskan dalam surat al-Maidah ayat ke 48 sebagai berikut: "Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya".

4. Perwujudan lainnya ialah agama Islam sebagai agama yang berfungsi menjelaskan. Untuk itu Allah Swt berfirman dalam surat al-Fath ayat ke 28: "Dia-lah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar agar Dia memenangkannya di atas segala agama-agama meskipun orang musyrik membenci"173 .

Kesimpulannya, semua keberadaan adalah sumber kebaikan dan kebahagiaan bagi manusia dan dikategorikan sebagai kebenaran. Untuk itu Allah adalah kebenaran mutlak , karena Ia adalah sumber segala keberkahan dan kebahagiaan, sebagaimana juga langit, bumi, al-Qur`an al-Majid, agama Islam dan tauhid disebut sebagai kebenaran karena semuanya berperan sebagai sumber hidayah dan keberkahan.

Segala sesuatu yang menjadi sumber derita adalah kebatilan, seperti Syetan, berhala-berhala dan beribadah kepada keduanya, riya, unjuk diri, munafik, dan lain sebagainya.


Slogan kebatilan dan negara kebenaran
Yang dapat disimpulkan dari berbagai riwayat ialah kebatilan akan juga memiliki peran, peredaran, slogan dan juga syi`ar, hanya saja ia tidak berumur panjang atau temporal saja. "kebatilan memiliki slogan dan kebaikan pun juga memilikinya"174 . Negara adalah tetap dna kekal, sementara slogan adalah kemunafikan dan tipuan yang bersifat temporal.


Jadilah selamanya bersama kebenaran
Berdasarkan penjelasan riwayat-riwayat dalam Islam, setiap orang muslim hendaklah ada bersama kebenaran dan hakikat. Apabila anda ingin mempersenjatai dengan senjata membela diri di hadapan musuh, maka hendaklah anda berpegangan pada pedang kebenaran yang tajam, sebagaimaan dikatakan Imam Ali a.s : "Kebenaran adalah pedang yang tajam"175 .

Apabila anda ingin masuk dalam kelompok orang sukses dalam posisi beramal, dan ornag yang berkemampuan berdebat dna berargumen dalam kalam (teologi), maka hendaklah anda bergerak pada kebenaran, sebagaimana dikatakan oleh Imam Ali a.s: "Kebenaran adalah kesuksesan bagi setiap pelaku amal dan hujjah bagi setiap pembicara"176 .

Apabila anda menghendaki orang lain menerima pembicaraan anda, apabila anda ingn mendapatkan apresiasi dari orang lain, maka katakanlah kebenaran dan konsistenlah dengannya. Apabila anda hendak berkendaraan hingga sampai pada tujuanmu, maka berkendaraanlah bersama kebenaran. Imam Ali a.s berkata: Ingatlah, sesungguhnya kebenaran adalah binatang kendaraan yang hina yang dinaiki .228....177


Kebenaran itu pahit dan kebatilan itu manis
Kebenaran selalu disertai dengan berbagai problem, karena ia pahit sifatnya, sementara kebatilan bersifat Manis. Namun pahitnya kebenaran seperti pahitnya obat yang di dalamnya terkandung obat, sementara manisnya kebatilan seperti manisnya racun yang membunuh. Untuk itu Rosululah Saw bersabda: "kebenaran itu berat dan pahit, sementara kebatilan ringan dan manis. Tidak sedikit menuruti syahwat sesaat menimbulkan penyesalan yang panjang"178.

Memang benar, kebenarna itu berat dan pahit, karena keberadaannya tidak selamanya serasi dengan keinginan seseorang, bahkan bertentangan dengannya. keberadaannya terkadang bertentangan dengan ego dan kemauan syahwat kemanusiaan. Keberadaannya pun terkadang memunculkan kecaman dan celaan orang lain serta berbagai peoblem serius yang berat dipikul seseorang. Adapun kebatilan ringat dan manis sifatnya, maun ia bagaikan racun yang membunuh.

Karena itu, ia menimbulkan penyesalan yang akan menemani pelakunya hingga akhir hidupnya. Sebagaimana ketika seseorang melakukan sebuah dosa, ia tidak tenggelam langsung pada masa yang panjang, namun akibatnya terpenjara selama hidup. Artinya, sesaat dalam dosa berari seumru hidup dalam penjara.


Kebatilan selalu berbaju dengan baju kebenaran
Yang penting di catat di sini adalah bahwa kebatilan tidak akan pernah tambil dengan baju hakikinya, karena jika ia menjelaskan identitas sesungguhnya, ia akan kehilangan kemampuan menipunya. Ia tampil dengan identitas kebenaran sehingga bisa menipu banyak orang.

Terkait dengan ini, Imam Ali a.s berkata dalam khutbahnya no. 50 dalam Nahjul Balaghah: "".

Yakni, karena kebatilan tidak punya pelanggan yang pasti, maka ia mengelabuhi para pengikutnya dengan kebenaran sehingga tampil seakan-akan ia kebenaran. Pada saat itu datanglah peran syetan untuk memberi pesan lepada para wali dan sahabat-sahabatnya.

Untuk itu, kita jangan sampai tertipu dengan tampilan lahir sesuatu. Apabila kita hendak membeli sebuah buku, misalnya, maka janganlah kita tertipu dengan sampulnya yang indah, atau iklannya yang membuai dan temanya yang mombastis, karena pelaku kebatilan akan menggunakan cara-cara ini untuk menanamkan racun-racun dan keburukannya. Hal ini sendiri benar jika dinisbatkan kepada film-film, sandiwara, koran, majalah, para pengajar, ustadz, partai, dan lain-lain sebagainya.

Sesungguhnya orang yang pandai dan cerdas akan dapat membedakan kebatilan dari kebenaran. Karena itu, ketika Alalh memberi mereka al-Furqân (diantara nama al-Qur`an yang berarti pembeda, penej) berfungsi sebagai anugrah untuk menambah ketaqwaan mereka.


Ali sebagai manipestasi kebenaran
Terdapat banyak sekali catatan terkait dengan keutamaan-keutamaan dan kepribadian Imam Ali a.s yang termaut dalam berbagai kitab Sunnah dan Syi`ah. Di antara hadis yang disepakai oleh kedua madzhab adalah hadis yang berbunyi Ali bersama kebenaran dan kebenaran bersama Ali atas lisannya. Kebenaran beredar dimana saja Ali beredar. Ini adalah hadis yang diriwayatkan dari Rosulullah Saw.

Hadis ini merupakan standar popular untuk membedakan kebenaran dari kebatilan. Untuk itu, beberapa riwayat menyimpulkan bahwa orang-orang muslim yang masuk dalam naungan Islam saat itu adalah orang-orang muslim sendiri dan orang-orang munafik, serta mereka yang menampakkan diri dengan keislamannya sebagai orang muslim, karenanya sulit dibedakan. Untuk itu, cara membedakan mereka adalah dengan kecintaannya kepada Ali. Orang-orang muslim adalah mereka yang cinta kepada Ali dan para pengikutnya, sementara orang-orang munafik adalah mereka yang menimpan dendam dan permusuhan kepadanya 179.

Orang-orang syi`ah sering berbesar kepala karena memiliki seorang pemimpin agung…229.

Di antara bukti pernyatan ini ialah kisah Qunbur, Budak Ali al-Wafî dan kaki tanagnnya dalam pemerintahannya. Budak ini diperintahkan untuk melakukan hukuman pecut kepada seorang pelanggar, hanya saja ia melakukan kesalahan dalam pelaksanaannya tiga kali pecutan lebih banyak dari standar seharusnya, maka sang pemimpin ini memerintahkan Qumbur agar bersiap dipecut balik oleh yang bersangkutan 180.





25
PERUMPAMAAN DALAM Al-QUR'AN

Perumpamaan Keduapuluh Satu:

Ketaqwaan Memperkenankan Masuk Surga
Allah Swt berfirman dalam surat ar-Ra`d ayat ke 35 sebagai berikut: "Perumpamaan surga yang dijanjikan kepada orang-orang yang takwa ialah (seperti taman); mengalir sungai-sungai di dalamnya; buahnya tak henti-henti sedang naungannya (demikian pula). Itulah tempat kesudahan bagi orang-orang yang bertakwa, sedang tempat kesudahan bagi orang-orang kafir ialah neraka".


Pengantara
Ayat ini dengan segala kejelasan redaksinya terkategori sebagai ayat-ayat perumpamaan paling pelik. Ia menetapkan perumpamaan surga yang menjadi tempat orang-orang bertaqwa dengan tiga kenikmatan di dalamnya.


Syarah dan tafsir
Perumamana yang digunakkan dalam ayat tersebut nampak sebagai perumpamaan sederhana, namun sebenarnya -sebagaimana telah saya katakana sebelumnya- termasuk perumpamaan dalam al-Qur`an yang paling pelik.

Para mufassir meyakini bahwa terdapat kalimat yang dibuang dalam ayat tersebut. Yaitu kalimat yang diletakkan di awal ayat sehingga ayat berposisi sebagai khabar dari mubtada yang dibuang, atau bisa juga dikatakan bahwa ayat tersebut berposisi sebagai mubtada dengan khabarnya yang dibuang. Kami sendiri meyakini bahwa khabar ayat tersebut telah dibuang. Untuk menjelaskan alasannya, kami akan sampaikan sebuah muqaddimah sebagai berikut:


Empat pase perkembangan sebelum masa kelahiran.
Sesungguhnya manusia pasti melewati empat tahap perkembanagn sebelum ia sempurna menjadi manusia. Pase pertama, manusia merupakan tanah yang ditumbuhi oleh tumbuhan dan pohon. Lalu tanah ini berubah menjadi salah satu bagian dari bagian tumbuhan, tumbuhan ini dimakan hewan sehingga menjadi bagian dari tubuh hewan tersebut, lalu danging hewan dimakan manusia, sehingga ia menjadi bagian dari badan manusia.

Empat pase perkembangan ini bisa dijelaskan dengan bentuk lain bahwa manusia pada suatu masa adalah wujud tanah (pase pertama). Secara alami manusia tidak mungkin bisa memakan tanah secara langsung, melainkan terlebih dahulu harus berubah menjadi unsur tumbuhan atau hewan (pase kedua). Pada pase ketiga, tumbuhan atau hewan berubah bentuk menjadi sperma manusia.

Seorang janin pada pertumbuhan pertamanya tumbuh bagaikan pertumbuhan tumbuhan, karena ia tidak memiliki gerak dan pengindraan. Ia hanya tumbuh saja.

Setelah empat bulan pertama, baru ia bisa bergerak dan mengindra. Pada saatinilah ia memasuki pase perkembangan yang ke empat, ia akan terus menjadi hingga janin dimasuki ruh. Keempat pase perkembangan ini sungguh memiliki banyak sekali keajaiban, terutama pada pase janin.


Keajaiban-keajaiban alam janin
Para sarjana sekarang telah bisa menunjukkan bentuk kehidupan janin. Mereka akan meletakkan film selama setengah jam untuk memfoto seluruh perkembangan janin. Film ini bagaikana sebuah hadiah menakjubkan yang dipersembahkan kepada umat manusia pada era kontemporer sekarang ini.

Bagiaman Allah kuasa menciptakan keajaiban-keajaiban ini semua? Saya bermaksud mengingatkan anda-anda semua dengan dua contoh keajaiban berikut ini:

1. Sperma manusia bermula dari satu sel, kemudian ia membelah menjadi dua sel, selanjutnya masing-masing darinya membelah diri kembali sehingga jumlahnya menjadi empat, dan demikian seterusnya terjadi pembelahan diri. Pembelahan sel ini terus menerus terjadi sehingga membentuk sel-sel secara sempurna, dan kemudian menjadi terkelompokkan pada beberapa kelompok sel.sebagiannya membentuk kepala mansuia, sebagiannya membentuk mata, tangan, kaki dan lain sebagainya.

Seluruh sel ini adalah sama dan serupa, namun bagaimana sebagiannya membentuk tangan dan sebagian lainnya membentuk kaki? Siapakah yang memerintahkan sel-sel ini sehingga membentuk satu anggota badan, padahal memiliki kesamaan wujud? Bagaimana sel-sel ini mendapatkan inspirasi? Siapakah yang mengilhami kemampuan ini? Tidak ada seorang pun yang bisa menjelaskan semua rahasia ini.

2.Sesungguhnya janin di dalam perut ibunya hidup bergerak di sebuah kantong khusus yang dipenuhi dengan cairan tebal. Dengan kantong ini sang janin tidak langsung berhubungan dengan tubuh ibunya, sebagaimana ibu juga tidak langsung mengandung janin. Bagaimana menurut anda jika kantong khusu tersebut tidak ada, apa yang terjadi?

Bagaimana janin bisa menjaga dirinya sendiri dan bisa terus bertahan hidup mengingat kelembutan dan kehalusannya, juga dari kondisi khusus dimana ia tumbuh terhadap ibunya, atau perbedaan jadwal tidurantara sang ibu dan janinnya.

Allah Yang Maha Alim berjanji memberikan perlindungan dan kondisi khusus kepada janin serupa dengan kondisi seseorang ketika kehilangan daya tariknya, dimana ia tidak lagi memberi efek dengan ditekan ketika bertentangan dengannya. Karen inilah ketika banyi terlahir ia merasakan keseimbangan, sebagai sesuatu yang mendorongnya berteriak dan menangis.

Kantong khusus tersebut adalah sebaik-baiknya tempat bagi sang janin. Ia akan melindunginya dari berbagai bahaya dari segala arah, selain juga dapat memberikan suhu panas yang dibutuhkan. Terkadang sang ibu mengalami kondisi panas dan dingin yang sangat, namun kondisi ini tidak akan bersentuhan secara langsung dengan sang janin. Bahkan panas dan dingin akan dikembalikan kepada tubuh janin setelah sebelumnya dinetralisasi sehingga sesuai dengan drajat panas dan dingin yang dibutuhkan.

Atas dasar ini, Allah Swt berfirman dalam surat Az-Zumar ayat ke enam sebagai berikut: "Dia menciptakan kamu dari seorang diri kemudian Dia jadikan daripadanya isterinya dan Dia menurunkan untuk kamu delapan ekor yang berpasangan dari binatang ternak. Dia menjadikan kamu dalam perut ibumu kejadian demi kejadian dalam tiga kegelapan. Yang (berbuat) demikian itu adalah Allah, Tuhan kamu, Tuhan Yang mempunyai kerajaan. Tidak ada Tuhan selain Dia; maka bagaimana kamu dapat dipalingkan?".


Empat pase kesempurnaan manusia
Untuk mencapai pada kesempurnaannya, seseorang harus melalui empat pase atau alam sebagai berikut: 1) alam rahim ibu, 2) alam dunia, 3) alam barzakh, dan 4) alam kiyamat. Yang menakjubkan di sini ialah seseorang pasti melewati setiap alam tersebut, namun ia tidak mengetahu secara pasti apa yang diliputi dan dikandung alam berikutnya. Seorang anak yang ada dalam kandungan ibunya tidak dapat memahami atau membayangkan konsepi-konsepsi dunia kecuali setelah ia memiliki akal dan kecerdasan seperti kecerdasan dan pemahaman Ali Ibn Sina.

Sekalipun ia dapat saling berhubungan bersama ibunya dalam kandungan untuk menejlaskan kepadanya apa itu bulan, matahari, siang, malam, pepohonan, bunga-bunga, dan tumbuhan. Sekalipun yang ibu berusaha memahamkannya dengan metode paling baik, ia tetap tidak akan memahami apa pun. Demikian juga kita terkait dengan alam barzah sama seperti anak kecil dalam kandungan yang tidak memahami kehidupan dunia. Kita hanya mendengar nama barzahknya saja. Namun apa dan bagaimana kehidupan di sana? Apa arti dari bahwa para syuhada tetap hidup di alam sana? Bagaimana mereka diberi rizki di sana? Bagaimana Allah memberi nikmat atau mengadzab ruh di alam sana?

Kita tidak tahu semua jawaban ini. Sebagian wali Allah berhasil sampai ke alam barzakh dan bertanya kepada pengkhuninya tentang alamt tersebut. Lalu mereka menjawab, kami tidak mungkin bisa mensifati dan menjelaskan alam barzakh dengan sifat-sifat, kata-kata dan konsepsi duniawi ini yang kalian pahami di dunia. Perumpamaan konsep alam barzah dan konsepsi alam dunia seperti saringan atau filter dan air. Apakah air akan berhenti pada sebuah saringan?

Demikian juga pemahaman penduduk barzakh terhadapn konsep alam kiamat. Sebagaimana kita tidak dapat memahami alam barzakh, demikian juga mereka tidak dapat mengetahui nikmat-nikmat surga, sebagaimana merekia juga tidak dapat mengetahui jenis-jenis siksa neraka.

Atas dasar ini, al-Qur`an menjelaskan dalam surat As-Sajdah ayat ke 17 sebagai berikut: "Tak seorangpun (nafsun) mengetahui berbagai nikmat yang menanti, yang indah dipandang sebagai balasan bagi mereka, atas apa yang mereka kerjakan". Apabila kita ambil kata "nafsun" secara mutlak, kata tersebut juga akan mencakup para nabi dan imam a.s. artinya bahwa mereka pun tidak mengetahui kenikmatan surga yang dijanjikan kepada orang-orang mukmin.

Sebuah hadis qudsi menjelaskan; "Aku berjanji kepada hamba-hambaKu yang shalih kenikmatan yang tidak pernah didilihat oleh mata, tidak pernah didnegar oleh telinga dan tidakpernah terlintas pada benak manusia" .181

Artinya bahwa nikjmat-nikmat tersebut adalah nikmat yang tidak pernah terlihat baik pada kondisi mimpi atau kondisi sadar, dan tidak juga pada alam imajinasi atau konsep. Demikian itu karena alam kiamat tidak akan bisa ditembus.

Atas dasar ini, satu sisi ditegaskan bahwa konsep-konsep alam kiamat tidak mungkin bisa dipaparkan dna dipahami, dan pada sisi lain kenikmatan-keniikmatan durgawi pun harus dijelaskan dalam bentuk yang dapat memicu orang-orang untuk beramal baik dan menjauh dari amal-amal buruk.

Dari sini terlihat jelas akan kemustahilan menerangkan dan menjelaskan kondisi-kondisi alam sana dengan konsepsi-konsepsi duniawi. Untuk itu dalam memahaminya kita hendaknya menggunakan konsepsi-konsepi duniawi yang paling mendekati saja dengan konsepsi alam sana, sehingga dihasilkan sebuah gambaran mendekati kondisi nyata nikmat dan adzab-adzab ukhrawi.

Sebagai perumpamaan atas hal itu, ketika dikatakan bahwa di surga terdapat pepohonan. Maka tidkalah mungkin menganalogikan kedua jenis pohon di kedua alam tersebut. Dan terkait dengan tafsir ayat ke 54 dari surat ar-Rahman "Dan buah-buahan di kedua syurga itu dapat (dipetik) dari dekat". Maka dikatakan bahwa pohon-pohon surga tidaklah jauh sehingga mudah untuk disentuh. Dan pada tafsiran ayat ke 48 dari surat yang sama "kedua surga itu mempunyai pohon-pohonan dan buah-buahan", dikatakan bahwa satu tangkai memiliki berbagai macam buah berbeda, sehingga tidak diketahui bahwa buah-buahan di di sana juga buah dari jensi yang sama dengan buah di sini.

Atau ketika penduduk surga hendak menikmati nyanyian dan musik, mereka tinggal mengambil ranting pepohonan dan secara otomatis akan keluwar suara musik dan nyanyian.

Atas dasar ini, maka kita dapat memahai adanya keserupaan antara pohon-pohon di dunia dan di akhirat, namun kita tidak menyadari dan tidak merasakannya, dari musik, nyanyain dan buah-buahan.


Penjelasan
Dengan berpegangan pada mukaddimah tadi, maka ayat tersebut merubakan bagian dari sejumlah ayat yang bermakna menolak segala bentuk penyerupaan pada surga, menjelaskan atau pelukiskan tempat orang-orang bertaqwa tersebut. Dari sini berarti bahwa khabar ayat tersebut memang dibuang. Yakni bahwa ayat dengan bentuk seperti ini "Perumpamaan surga yang dijanjikan kepada orang-orang yang takwa ialah (seperti taman); mengalir sungai-sungai di dalamnya; buahnya tak henti-henti...." berarti di dalam surga terdapat dua taman yang tdiak sama dengan taman di dunia, karena pertama, sumber-sumber air di dalamnya bersiaf spontan dan otomatis. Terdapat mata air didekat setiap pohon sehingga tidka dibutuhkan suplai air dari luar. Kedua, buah-buahan surga bersifat permanen dan berlaki pad asetiap musim. Ketiga, naunagn pepohonan di sanah juga bersifat permanen dan kekal. Artinya bahwa daun-daun pepohonan surga tidak pernah berjatuhan selamanya.


Target-target penting ayat tersebut
Di antara yang dapat disimpulkan dari ayat tersebut ialah ketakwaan adalah ukuran baju ilahi di akhirat. Tema taqwa telah banyak memunculkan banyak tulisan.

Dan untuk menyingkap lebih banyak kandungan ini, yang menjadi kunci diperbolehkannya seseorang masuk surga, bekalnya di akhirat dan standar nilai, kami akan menunjukkan dua buah riwayat di sini.

1. Dalam sebuah hadis singkat namun pada saat bersmaan memiliki kandungan makan cukup dalam, Rosulullah Saw bersabda: "Kesempurnaan ketaqwaan ialah engkau harus belajar dari apa yang tidak kamu ketahui, dan beramallah dengan apa yang kamu ketahui" 182.

Berdasarkan riwayat ini, ketidaktahuan tidaklah dikategorikan sebagai udzur (alas an), bahkan seseorang harus tetap mempelajari apa yang tidak diketahuinya sehingga bisa beramal dengan ilmu. Demikian juga dicela mereka yang membenrkan amalan-amalan mereka padahal mereka bodoh, lalau dikatakan kepada mereka: "Kenapa kalian tidak belajar? ".183

2. Imam Ali a.s berkata dalam sebauh hadis singkat: "Barang siapa memiliki (bukan dimiliki, penej) syahwatnya, maka dialah orang bertaqwa" 184.

Sesungguhnya seseorang dengan ketaqwaannya dapat memiliki marah dan syahwatnya, cinta popularitas dan keduduk, keinginan menyerang, dan lain sebagainya. Ia akan dapat mengendalikan semuanya.

Dua riwayat ini memberikan sebuah defenisi indah, mencakup dan memberi pemahaman terhadap arti taqwa. Karenanya perlu sekali melakukan kajian mendalam terhadap kedua riwayat agung ini, terutama pada bulan Ramadhan yang berkah, mengingat taqwa adalah kunci masuk surga dan bekal di hari akhirat nanti.





26
PERUMPAMAAN DALAM Al-QUR'AN

Perumpamaan Keduapuluh Dua :

Amal-Amal Orang Kafir
Dalam surat Ibrahim, ayat ke 18 al-Qur`an al-Karim menyebutkan sebagai berikut: "Perumpamaan orang-orang yang kafir kepada Tuhannya, amalan-amalan mereka adalah seperti abu yang ditiup angin dengan keras pada suatu hari yang berangin kencang. Mereka tidak dapat mengambil manfaat sedikitpun dari apa yang telah mereka usahakan (di dunia). Yang demikian itu adalah kesesatan yang jauh".


Pengantar
Ayat tersebut menyajikan penjelasan tentang amal-amal baik orang kafir, dan berusaha mempercantik bahwa amal-amal mereka tidak diterima disebabkan oleh kekufurannya. Dari sini kemungkinan penghitungan amal-amal mereka dengan mengabaikan kekafirannya adalah sesuatu yang tidak dapat diterima.


Hubungan ayat tersebut dengan ayat sebelumnya
Ayat sebelumnya menjelaskan orang yang diistilahkan sebagai "semua orang yang berlaku sewenang-wenang lagi keras kepala"185 adalah orang malang yang putus asa dari kelembutan-kelembutan dan rahmat Allah, dan sesungguhnya neraka jahannam akan mencermati secara seksama orang-orang seperti ini, dan akan menuangkan air busuh yang tersebar baunya. Di sini mulcul sebuah pertanyaan; Apakah amal-amal baik orang kafir tidak akan diperhitungkan?

Umum diketahui bahwa berbagai amal baik telah dilakukan oleh orang-orang malang. Seperti Fir`aun, dikatakan ia memiliki dapur umum yang memasok makanan ke rumah-rumah di seluruh wilayah kota. Semua orang dari ornag-ornag miski, orang sakit, ibu hamil, dan lain sebagainya telah mendapatkan manfaat berupa makanan dari dapur ini.

Juga berbagai kebaikan penting telah datang dari para penguasa dzalim. Di sana pun banyak tersebar majid-masjid bersejarah dan mewah yang dibangun oleh orang-orang dzalim. Tangga atau pintu suci para Imam maksum a.s dan juga selainnya banyak dibangun dan didirikan serta diperbesar oleh orang-orang dzalim. Sebagai contoh adalah masjid al-Haram dan masjid an-Nabawi yang dibangun oleh penguasa dzalim keluwarga Saud. Demikian juga berbagai rumah sakit penting, universitas-universitas mewah, klinik, sekolah dan lain sebagainya telah dibangun oleh dan atas perintah orang-orang dzalim seperti mereka.

Namun bagaimana menurut Anda, apakah semua amal-amal baik ini akan memberi manfaat bagi para pelakunya yang dzalim di akhirat nanti? Tidakkah kelembutan-kelembutan Allah dan rahmat-Nya dengan amal-amal yang banyak ini akan menutupi mereka?

Sesungguhnya ayat perumpamana tadi yang penjelasan dan tafsirnya akan kami sajikan nanti adalah jawaban terhadap pertanyaan ini yang terlintas pada benak orang yang membaca ayat-ayat sebelumnya.


Syarah dan tafsir
Allah Swt berfirman: "Perumpamaan orang-orang yang kafir kepada Tuhannya". Sesungguhnya perumpamaan-prumpamaan al-Qur`an terbagi pada dua bagian. Bagian pertama adalah diperuntukkan terhadap amal-amal manusia, dan ayat ini termasuk bagian darinya yang menyajikan kajian terhadap amal-amal orang kafir.

Bagian kedua adalah perumpamaan-perumpamana yang diperuntukkan untuk manusia bersangkutan, dimana person-person tertentu diumpamakan seperti sesuatu sebagaimana terlihat dalam perumpamaan ayat ke 261 dalam surat al-Baqarah, yang mengumpamakan orang berinfak seperti biji gandum yang menghasilkan tujuh ratus biji lainnya.

Al-hasil, ayat mulia tersebut menyajikan orang-orang yang kafir kepada Tuhannya. Yang perlu dicermati pada ayat tersebut ialah menggunakan kata tunggal rob (Tuhan) sebagai pengganti kata tunggal Allah. Seakan ia ingin menunjukkan pada efek-efek ketuhanan pada setiap tempat dan rahmat serta berkat-berkat-Nya pada semua orang pada setiap saatnya. Ayat tersebut ingin mengatakan bahwa; Engkau mendafatkan manfaat dari nikmat-nikmat Allah yang itu saja sudah cukup seabagi alasan keharusan anda bersyukur kepada Allah pada setiap hari dan sepanjang hayat. Manusia selamanya harus bersyukur terhadap nikmat-nikmat-Nya.

Allah Swt berfirman: "amalan-amalan mereka adalah seperti abu". Ayat ini menyerupakan amal-amal baik orang kafir dengan abu atau debu. Ayat tersebut tidak menunjukkan amal-amal buruk mereka, karena memang sudah jelas tidak menarik untuk dibahas dan dijaki.


Manfaat abu
Di sini kami akan menunjukkan beberapa manfaat dan fungsi abu, sebagaimana berikut:

1. Apabila abu bercampur dengan tanah, maka ia akan menghasilkan pupuk yang sangat bermanfaat. Karena itu anda terkadang melihat para petani membakar sisa-sisa tanamannya setelah panen di kebun agar berubah menjadi pupuk yang bagus.

2. Abu juga berfungsi membersihkan benda-benda kotor, menghilangkan karatnya dan membuatnya mengkilap.pada zaman dahulu tukang patri (solder) biasa menggunakan debu untuk mengkilapkan baja agar bisa dijadikan alat cermin yang bening.

3. Manfaat lain dari abu adalah menjaga api dan panasnya, dimana ketika kita taburkan tanah ke api, maka ia akan padam. Namun jika kita lemparkan abu atasnya, maka ia tidak akan mati kecuali setelah beberapa saat.

Allah Swt berfirman: "yang ditiup angin dengan keras pada suatu hari yang berangin kencang. Mereka tidak dapat mengambil manfaat sedikitpun dari apa yang telah mereka usahakan (di dunia)".

Jelas sekali sekarang ini apabila angin topan datang, ia akan mengambil apapun yang ringan dan kecil. Dan setiap kali demikian segala sesuatu yang sulit dikumpulkan menjadi lebih kecil. Adapun abu akan sulit dikumpulkan, karena bagaian-bagian yang membentuk abu sedemikian kecil, sementara warnanya sesuai dengan warna tempat dimana ia jatuh. Apabila seluruh penduduk kota berkumpul, mereka tidak akan dapat sedikitpun mengumpulkan kembali abu yang telah beterbangan.

Sesungguhnya badai kekupuran akan berfungsi menghancurkan terhadap amal-amal orang kafir sebagaimana badai alami memporak-porandakan abu, dimana tidak ada lagi sesuatu yang tersisa dari amal-amal baik orang kafir.

Allah Swt berfirman: "Yang demikian itu adalah kesesatan yang jauh". Penyimpangan mereka dari jalan yang lurus sebagaimana penyimpangan dan tersesat jauh dari jalan sehingga sulit untuk kembali ke jalan yang benar.


Sasaran-sasaran ayat

1. Iman merupakan syarat sahnya sebuah amal
Tonggak amal-amal baik adalah keimanan. Apabila sebuah amal baik tidak disertai keimana, maka ia akan kehilangan nilainnya.

Para ahli fiqh senantiasa menyebutkan iman sebagai syarat diterima sebuah ibadah, dan bahkan syarat sahnya sebvuah ibadah. Artinya bahwa shalat, puasa, haji, ingfak, memberi bantuan kepada mereka yang membutuhkan, dan lain-lainnya tidak akan lagi bernilai apabila tidak serasi dengan iman.

Pembahasan sama juga muncul dalam tema wilayah (kepemimpinan). Sebagian kaum muslimin meyakini bahwa berwilayah adalah syarat diterimanya amal.

Artinya -berdasarkan pandangan kelompok syi`ah- amal-amal tertebut tetap dikategorikan sebagai amal baik, hanya saja Allah tidak akan menerimanya jika tidak disertai dengan keyakinan terhadap wilayah. Sebagian mereka bahkan ada yang meyakini bahwa wilayah merupakan syarat sah dan diterimanya sebuah amal.
Artinya hukum taklif tidak akan gugur dari seseorang yang tidak meyakini wilayah.

Terkait pembahasan ini, banyak sekali riwayat dalam referensi-referensi syi`ah, dan sebagai contoh salah satunya akan kami sebutkan di sini;

Imam al-Baqir a.s berkata: "Apabila seseorang beribadah di malam hari (qiyâmullail, penej), puasa di siang harinya, menginfakkan seluruh hartanya, dan hajji sepanjangumurnya, namun ia tidak mengenal wilayah wali Allah...., maka selamanya Allah tidak berhak memberikan pahala kepadanya" 186.

Ayat tersebut berbicara tentang keimanan kepada Allah dan menyatakan bahwa orang yang tidak memiliki iman tidak akan mendapatkan pahala, sekalipun ia telah melakukan amal yang paling baik. Pembahasan ini juga telah disinggung pada ayat-ayat lainnya, seperti ayat-ayat berikut ini:

a. Terdapat dalam surat al-Baqarah ayat ke 264 yang sempat juga dibahas pada pembahasan sebelumnya, "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir".

b. Dalam surat an-Nur ayat ke 39 sebagai berikut: "Dan orang-orang kafir amal-amal mereka adalah laksana fatamorgana di tanah yang datar, yang disangka air oleh orang-orang yang dahaga, tetapi bila didatanginya air itu dia tidak mendapatinya sesuatu apapun. Dan didapatinya (ketetapan) Allah disisinya, lalu Allah memberikan kepadanya perhitungan amal-amal dengan cukup dan Allah adalah sangat cepat perhitungan-Nya".

c. Dalam surat al-Furqan ayat ke 23 sebagai berikut: "Dan kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang berterbangan". Ayat ini dan juga ayat-ayat lainnya belum memberikan nilai apapun terhadap amal yang tidak disertai iman.

d. Dalam surat at-Taubah ayat ke 54 sebagai berikut: "Dan tidak ada yang menghalangi mereka untuk diterima dari mereka nafkah-nafkahnya melainkan karena mereka kafir kepada Allah dan RasulNya dan mereka tidak mengerjakan sembahyang, melainkan dengan malas dan tidak (pula) menafkahkan (harta) mereka, melainkan dengan rasa enggan".

Ayat ini pun menggambarkan bahwa imam merupakan syarat dikabulkannya sebuah amal. Ayat ini dan ayat-ayat lainnya serta beberapa riwayat mengkategorikan iman sebagai syarat sah dan sempurnanya sebuah amal. Sebagaimana juga ayat dan riwayat-riwayat tersebut menggambarkan berwilayah dengan posisi yang sama dengan keimanan kepada Allah.


Kenapa iman dan wilayah menjadi syarat kesahihan sebuah amal?
Dengan kata lain, kenapa Allah Swt tidak membuka amal-amal baik dan buruk orang kafir dengan penghitungan yang tersendiri. Yakni menghitung amal-amal buruk orang kafir dengan timbangan yang sama ketika menghitung amal-amal baiknya?

Jawaban: Jawabanya telah ada juga dalam beberapa ayat dan riwayat hadis yang mengkategorikan iman dan wilayah sebagai dua syarat kesahan sebuah amal.

Terdapat sebuah riwayat dari Imam a.s: "dan tidak mengenal; wilayah wali Allah, lalu ia berwilayah kepadanya dan seluruh amalannya menjadi indikasi kepadanya". Artinya bahwa amal-amal shaleh bersyarat dan memiliki pengantar sesuai petunjuk imam maksum itu sendiri. Apabila belum sesuai secara sempurna dengan petunjuk-petunjukknya, maka berarti ia bersumber dari hawa nafsu dan ketidaksadaran yang dilakukan bukan pada tempatnya.

Ketika orang-orang non-mukmin melakukan amal shaleh seperti orang-orang sakit yang mengobati diri mereka dengan obat-obatan tertentu tanpa resep dari dokter. Proses pengobatan seperti ini justru akan mendatangkan bahaya lebih besar yang terkadang menyebabkan kematian.

Sesungguhnya Rosulullah Saw dan para imam a.s adalah dokter-dokter ruhani. Ketika seseorang hendak mengobati sakitnya, maka hendaknya ia berbuat sebagaimana anjuran mereka, bukan anjuran selainnya.

Dari sini Imam Ali a.s membagi manusia kepada tiga bagian -dalam ucapan indahnya yang ditujukan kepada Kumai bin Ziad-: 1) para ulama rabbani yang selalu ditemuakn berjalan pada jalan hidayah dan jalan yang lurus.

2) Mereka yang senantiasa belajar dan selalu berusaha mencari manfaaf dari ilmu para ulama dan guru sehinga sampai pada jalan hidayah dan keselamatan.

Dua tipe kelompok manusia ini bagaikan matahari dan bulan dimana salah satunya menjadi sumber cahaya dan penerangan. Sementara yang satu sekali pun bukan sumber cahaya, ia mendapatkan cahaya dari orang lain sebagai lentera sehingga bisa berjalan dengan lentera tersebut di kegelapan malam.

3) Kelompok ketiga ialah mereka yang bukan termasuk kelompok ustad dan juga buka mereka yang mau belajar kepada para ustadz dan berada pada jalan keilmuan. Mereka bukan sumber cahaya dan dan tidak pula mau mendapatkan cahaya dari orang lain. Mereka orang-orang awam yang bodoh dan picik, yang mengikuti semua suara -yang benar maupun yang salah- bergoyang bersama setiap angin yang menembus, tidak berjalan dengan cahaya ilmuya dan tidak melindungi dirinya dengan berpegangan pada perlindungan yang kuat.

Sesungguhnya orang-orang yang menjauh dari langkah dakwah para Imam maksum a.s dan menolak berwilayah, padahal mereka akan ditunjukkan kepada amal-amal yang baik, mereka termasuk bagian dari kelompok ke tiga di atas. Seluruh kehidupan mereka adalah bengkok dan kesasar. Kondisi mereka seperti pohon yang bergoyang-goyang sesuai arah mata angin menghembus.

Atas dasar ini, falsafat pensyaratan keimana dan wilayah ialah petunjuk agar agal-amal mengarah kepada jalan yang lurus, dan kondisinya seperti seorang sakit yang sedang menjalani pengobatan seornag dokter spesialis.


2. Motif-motif spiritual orang-orang non mukmin
Sasaran kedua ayat tersebut ialah bahwa orang-orang non mukmin tidak memiliki motif-motif spiritual atau maknawi, melainkan kebanyakannya hanyalah motif-motif material semata. Sebagai contoh dri itu semua ialah sumbangan-sumbangan kemanusiaan yang dilakukan oleh sepertiga manusia di berbagai wilayah. Demikian itu diperuntukkan semata untuk pengkhidmatan manusia dan akhlaki yang sampai kepada mereka yang membutuhkan. Namun pada saat yang sama praktek-praktek kemanusiaan ini banyak dipergunakan untuk memata-matai demi kepentingan negara-negara besar.

Tujuan-tujuan bantuan ini terkadang dimaksudkan menjaga kehidupan kelompok tertindas guna mengeksploitasi mereka lebih besar dan lebih besar lagi, sebagaimana dilakukan oleh para tuan dan pedagang budak. Mereka memberi mereka makanan sekedar untuk menjaga agar mereka tidak mati. Pemberian makanan yang sama sekali tidak dapat mengenyangkan mereka. Karenanya kita melihat bahwa tujuan sebenarnya sebagian bantuan-bantuan kemanusiaan tersebut adalah tujuan materi, bukan kemanusiaan.

Hal ini telah sebagaimana ditunjukkan dalam surat at-Taubah ayat ke 45 -yang syarahnya telah kami paparkan-. Allah Swt berfirman: "Dan tidak ada yang menghalangi mereka untuk diterima dari mereka nafkah-nafkahnya melainkan karena mereka kafir kepada Allah dan RasulNya dan mereka tidak mengerjakan sembahyang, melainkan dengan malas dan tidak (pula) menafkahkan (harta) mereka, melainkan dengan rasa enggan".

Dari itu, Imam Ali a.s telah berpesan kepada Malik al-Asytar sebagai kontrak perjanjian untuknya agar memilih waktu paling baik untuk shalatnya 187, karena kalau engkau menyempurnakan hubungamu dengan PenciptaMu, maka Allah akan memperkuat hubunganmu dengan seluruh makhluk-Nya.

Atas dasar ayat tersebut, sesungguhnya infak-infak orang munafik dan non mukmin, serta bantuan material mereka tidak akan muncul dari niatan tulus, melainkan dari ketidak senangan dan keebncian.

Tidaklah ada nilainnya apa yang mereka infakkan sekalipun mereka mengeluarkan harta kekayaannya lebih banyak dan lebih baik lagi. Demikian itu karena tidak adanya keimanan kepada Allah dan ketidak mauan berwilayah, sebagiamna amalan-amalan mereka tidak mungkin muncul dari niatan yang baik. Sebagai contoh, apabila seornag mukmin ingin membangun sebuah sekolah, maka ia memilih sebuah lokasi biasa yang pas sehingga jauh dari keributan, sebagaimaan juga mereka tidak akan pelit mengucurkan kekayaan-kekayaannya untuk tujuan ini. Adapun seorang non muslim atau munafik karena tujuannya adalah ria dan unjuk diri, ia akan memilih lokasi pembangunan yang mencolok dari pandangan umum dan di kawasan yang tidak membutuhkan keberadaan sebuah sekolah. Ia tidak memikirkan fungsi bangunannya, tujuannya hanyalah kemegahannya saja.

Perbuatan-perbuatan non muslim kebanyakan berasal dari hawa nafsu dan kegilaan semata, dan untuk tujuan mencari posisi serta popularitas, yang tidak ada keterkaitannya dengan niatan ikhlas. Karenanya, kita meyakini bahwa orang-orang non muslim tidaklah mungkin bisa menyandnag akhlak yang baik.


Ihbâth (Pehapusan amal) dalam al-Qur`an
Sebagaimana iman dan wilayah menjadi syarat pada permulaan amal, dan tidak ana nilainya sebuah amal tanpanya, demikian juga kekontinyuaan dan kelanjutannya. Kedua syarat ini hendaknya selalu ada hingga akhir hayat, ketika berpindah dari alam ini ke alam akhirat.

Atas dasar ini, kalau ada seseorang datang dengan membawa beberapa amal baik, namun pada saaat-saat terakhir usianya ia melepas keimanannya, maka selamanya amal-amal baik dia di dunia tidak akan berarti apa-apa di akhirat nanti.

Inilah di antara conton ihbâth yang telah dipaparkan al-Qur`an dengan sangat jelas, paling tidak ada enam belas ayat berbicara tentangnya, dan dua diantaranya akan kami paparkan di sini:

1. Terdapat dalam surat al-An`âm ayat ke 88 sebagai berikut: "Itulah petunjuk Allah, yang dengannya Dia memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendakiNya di antara hamba-hambaNya. Seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan". Ayat ini menjelaskan bahwa syirik adalah salah satu faktor yang dapat memusnahkan (ihbâth) amal-amal baik.

2. Juga dalam surat Az-Zumar ayat ke 65 sebagai berikut: "Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu. "Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi".

Sekalipun ayat tersebut dimaksudkan kepada Rosulullah Saw, namun jelas bahwa beliau merupkan pusat tauhid dan kesucian, dan tidak pernah ada satu saat pun terlibat dalam kemusyrikan. Karenanya menruut kami, ayat tersebut dimaksudkan sebagai peringatan kepada orang lain dan bukan kepada beliau Saw.


Ikhbâth (pengguguran) di alam raya.
Apakah adil jika amal-amal yang banyak bisa digugurkan dengan sebuah dosa tertentu? Atau dengan kata lain, apakah prakterk pengguguran tersebut sesuai dengan aturan hukum-hukum alam?

Jawabannya adalah, sebenarnya proses ihbâth juga dapat disaksikan di alam raya ini. Ia juga terdapat di alam tasyrî` (perundang-undangan) dan aturan-aturan agama, sebagaimana juga terdapat dalam ritinitas kita sehari-hari.

Siang malam lahan-lahan pertanian digarap dan petani mencurahkan segenap usahanya untuk menjaga kebun yang luas dan penuh dengan berbagai macam buah-buahan. Hanya saja ia menyalakan api dipinggirannya dan untuk beberapa saat ia lalai dan tidak menjaganya, dan ternyata api telah melalap seluruh kebun sehingga menghabiskan seluruh usaha kerasnya uang telah ia curahkan untuk kebun ini.

Seseorang yang lurus sepanjang umurnya telah melakukan segala kebaikan dan langkah yang benar, karena sebab tertentu ia mengkonsumsi obat-obat terlarang (NARKOBA) sehingga badannya menjadi sangat kurus, sakit-sakitan, lemah tidak ada daya dan kekuatan, dan kehilangan kegembiraan dan kesenangan. Atas dasar ini, sesungguhnya api telah menghanguskan (ihbâth) lahan-lahan pertanian dan tidak berhasil memanennya, dan NARKOBA tersebut telah menghanguskan kebaikan dan kelurusannya.

Mungkin kita bisa memberikan contoh yang ketiga. Sebuah bendungan raksasa telah dibangun dengan melibatkan para pekerja dan insinyur selama beberapa tahun terus menerus. Setelah dipenuhi air dan dipergunakan untuk tujuan-tujuan tertentu, datanglah sebuah banjir besar, sementara para petugasnya lupa tidak membukan pintu pembuangan air untuk mengurangi tekanan air tehadap bendungan tersebut. Sebuah tindakan cerobah yang telah menyebabkan hancurnya bendungan dan usaha selama bertahun-tahun lamanya.

Atas dasar ini, ihbâth tidaklah hanya terbatas pada permasalahan-permasalahan agama dan akidah, melainkan juga terjadi dalam kebiasaan dan aktivitas-aktivitas keseharian seseorang, ia pun tidak bertentanagn dnegan konsep keadilan ilahi. Jelas diketahui bahw penyebab ihbâth ini ialah perbuatan manusia itu sendiri. Dirinya sendirilahyang telahmenyebabkan kebunnya habis terbakar, hilangnya kekuatan tubuh karena telah mengkonsumsi obat-obatan terlarang, dan hancurnya bendungan.

Karena itu, orang-orang muslim hendanya tidak hanya berfikir melakukan kebaikan-kebaikan saja, melainkan juga harus berfikir bagaimana cara menjaganya.

Sesungguhnya menjaga amal-amal baik tersebut akan jauh lebih sulit daripada saat mendatangkannya. Terkadang seseorang membakar kebun kehidupannya dengan sesuatu yang sepele saja, sebagaimana tergambarkan dalam surat al-Baqarah ayat ke 264. ayat dalam surat al-Baqarah ini menjelaskan bagimana menyebut-nyebut pemberian dan mencaci maki orang yang diberi akan menghilangkan (mengihbâth) infak-infak dan sadaqahnya.

Ketika ada seseorang yang merawat serta mendidik seorang yatim semenjak hingga tumbuh dewsa, ia sekolahkan dari SD hingga universitas, lalu ia mengawinkannya. Namun pada suatu hari di muka publik ia katakan kepada halayak tentang anak yatim ini: sebelumnya ia tidak lebih dari seorang anak yatim.

Akulah yang telah mengangkatmu, menyekolahkanmu hingga ke universitas dan memberimu segalanya sehingga menjadi seperti ini. Bersandar pada ayat al-Baqarah tersebut, orang ini telah mengihbâth seluruh alamnya yang telah ia lakukan sepanjang hidupnya.

Dengan kesimpulan dari beberapa ayat al-Qur`an, kaum muslimin tidak berhak menunjukkan perangai buruk terhadap Rosulullah Saw, atau meninggikan suara mereka di atas suaranya. Dan kalau mereka tetap demikian, maka gugurlah seluruh amal mereka. Allah Swt berfirman: "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu meninggikan suaramu melebihi suara Nabi, dan janganlah kamu berkata kepadanya dengan suara yang keras, sebagaimana kerasnya suara sebagian kamu terhadap sebagian yang lain, supaya tidak hapus (pahala) amalanmu, sedangkan kamu tidak menyadari" 188.

Demikian rasa hasud atau iri dengki juga termasuk di antara faktor yang dapat mengihbâth amal. Dalaam beberapa riwayat Rosulullah Saw bersabda:

"Hati-hatilah kalian dengan hasud, sesungguhnya ia memakan kebaikan-kebaikan sebagaimana api melahap kayu bakar" 189.

Terakhir, sesungguhnya iman dan wilayah adalah dua syarat kesahan amal, dan ketiadaan keduanya akan menyebabkan gugurnya sebuah amal, baik di lakukan di awal atau di akhir usia sesorang.






27
PERUMPAMAAN DALAM Al-QUR'AN

Perumpamaan Keduapuluh Tiga dan Keduapuluh Empat:

Kalimat Yang Baik dan Kalimat Yang Buruk
Allah Swt berfirman dalam surat Ibrahim ayat ke 24, 25 dan 26 sebagai berikut: "Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit, pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat. Dan perumpamaan kalimat yang buruk seperti pohon yang buruk, yang telah dicabut dengan akar-akarnya dari permukaan bumi; tidak dapat tetap (tegak) sedikitpun".


Pengantar pembahasan
Ketiga ayat ini merupakan di antara ayat terindah dan terbaik dalam menyajikan perumpamaan Qur`an. Ayat-ayat itu benar-benar ayat perumpamaan yang indah dan sempurna terhadap kalimat yang baik (kalimah thayyibah) di satu sisi, dan kalibat yang buruk (kalimah khabîtsah) di sisi lain. Di dalamnya Allah mendeskripsikan manfaat dan efek-efek pendidikan untuk masing-masing dari keduanya.


Keterkaitan dengan ayat-ayat sebelumnya
Membicarakan dua perumpamaan kalibat ini tidaklah bisa lepas dari tema pembicaraan pada ayat-ayat sebelumnya, yang menisbatkan kalimat yang baik kepada Allah dan kalimat yang buruk kepada syetan. Ayat-ayuat tersebut juga mengandung pelajarna dna pemahaman yang tinggi. Berikut ini bunyi surat Ibrahim ayat ke 22:

"Dan berkatalah syaitan tatkala perkara (hisab) telah diselesaikan: "Sesungguhnya Allah telah menjanjikan kepadamu janji yang benar, dan akupun telah menjanjikan kepadamu tetapi aku menyalahinya. Sekali-kali tidak ada kekuasaan bagiku terhadapmu, melainkan (sekedar) aku menyeru kamu lalu kamu mematuhi seruanku, oleh sebab itu janganlah kamu mencerca aku akan tetapi cercalah dirimu sendiri. Aku sekali-kali tidak dapat menolongmu dan kamupun sekali-kali tidak dapat menolongku. Sesungguhnya aku tidak membenarkan perbuatanmu mempersekutukan aku (dengan Allah) sejak dahulu." Sesungguhnya orang-orang yang zalim itu mendapat siksaan yang pedih".

Perlu kiranya diperhatikan bahwa pengutipan dua kalimat pada ayat tersebut. Salah satunya adalah untuk Allah, yaitu janji yang benar (hak) yang akan akan dipenuhi oleh Allah Swt. Inilah perwujudan kalimat yang baik. Kedua adalah untuk syetan, yaitu janji palsu yang tidak akan pernah dipenuhi oleh syetan. Inilah perwujudan dari kalimat yang buruk.

Berdasarkan pesan ayat tersebut, sesungguhnya mengabulkan ajakan syatan adalah ikhtiyari sifatnya, dan bukan pemaksaan (jabr). Maka setiap orang yang ikut kepada syetan, ia ikuti dengan sekehendaknya. Karenanya pada hari kiamat syetan akan mengejek manusia, karena manusia benar-benar mengetahui keburukan tabiat syetan, namun ia tetap saja mau mengikutinya.

Tidakkah manusia tahu trik tipu daya syetan kepada ayahnya Adam a.s? Tipu muslihatnyalah yang telah menyebabkan Adam dikeluarkan dari surga 190 . Tidakkah manusia mendnegar sumpah syetan untuk menggangu dan menggelincirkannya dari jalan yang lurus, yang datang melalui samping kanan dan kiri, depan dan belakangnya?191 Lalu kenapa manusia dengan segala pengetahuannya yang jelas masih juga masih mau ditipu daya syetan dan meninggalkan firman Allah yang benar?


Syarah dan Tafsir
Allah Swt berfirman: "Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit". Sesungguhnya pohon yang dijadikan Allah sebagai perumpamaan di sini memiliki lima keistimewaan, yaitu:

1. Thayyibah (baik). Keistimewaan pertama ia adalah pohon yang baik, yakni pohon yang bersih dan memiliki wangi yang disukai. Ada beebrapa pohon yang keseluruhan bagiannya dapat dimanfaatkan; daun, ranting, buah, akar dan getah-getahnya, pemandangannya indah dan wanginya menyenangkan. Namun ada juga beberpaa pohon yang sebaliknya, tidak enak dipandang, wanginya tidak enak, akarnya bau busuk, dan buahnya pun pahit.

Pohon yang dijadikan perumpamaan oleh Allah Swt adalah pohon yang berguna, baik dan indah.

2. Akarnya menacap. Keistimewaa kedua pohon perumpamana ini adalah akarnya yang kuat menancap ke bumi. Di antara fenomena kekuasaan Allah Swt, Ia telah menjadikan kesesuaian/keseimbangan antara batang-batang pohon dan akar-akarnya. Setiapkali batangnya semakin besar dan banyak, maka akar-akarnya pun semakin kuat, banyak dan dalam. Demikian itu untuk menjaga cabang-cabangnya dari terpaan angin-angin topan dan banjir.

3. Cabangnya menjulangke langit. Keistimewaan ketiga ialah pertumbuhannya menaik dan menjulang menuju langit. Telah diketahui bahwa fungsi akar ialah mengantarkan bahan bakaan ke cabang-cabang dan daun pohon, namun apa fungsi batang pohon yang tinggi sekali dan menjulang ke langit?

Di sini kami akan tunjukkan fungsi dan manfaat batang pohon yang menjulang ke langit;

a. Bagian batang pohon yang lebih menjulang ke langit akan sanggup bernafas lebih baik dari batang-batang lainnya. sebagaiaman diketahui bahwa daun-daun pepohonan selalu bernafas, dan yang menakjubkan di sini ialah kebuthan bernafas manusia kebalikan dari kebutuhan bernafas manusia. Ketika pohon bernafas, ia akan menghirup karbon dioksida dan melepaskan oksigen, sementara manusia akan menghirup oksigen dan melepaskan karbon dioksida.

Falsafah perbedaan cara bernafas ialah apabila pepohonan bernafas dengan menghirup gas-gas yang dibutuhkan manusia, maka bumi ini dalam jangka waktu cukup singkat akan menjadi tempat yang tidak layak lagi di huni sebagai tempat hidup, karena sedikit demi sedikit oksigen akan habis, dan tidak akan ada lagi yang tersisa di udara kecuali karbon dioksida. Jensi gas yang dapat membunuh manusia.

Untuk itu, kita hendaklah menanam pepohonan di berbagai kota, terutama kota-kota besar untuk menjernihkan udara dari gas-gas beracun yang muncul dari pencemaran-pencemaran kenalpon dan asap-asap pabrik, disamping pohon-pohon tersebut akan mensuplai kebutuhan ogsigen untuk kita. Sesungguhnya rahmat Allah datang dengan udara yang bersih dan akan hilang dengan udara yang tercemari polusi.

b. Batang-batang yang menjulang tinggi dapat mengambil manfaat cahya matahari dengan lebih baik. Cahaya matahir memberi efek besar terhadap proses pertukaran oksigen dan karbon dioksida pada pohon. Karenanya udara taman jauh lebih baik di siang hari di banding pada malam hari yang pengap.

c. Batang pohon yang menjulang ke atas pastri lebih aman dari terpaan debu dan pencemaran-pencemaran yang dilakukan manusia di permukaan bumi.


Pelajaran penting untuk diketahui
Di antara pelajaran-pelajaran ilahi yang kita coba gali di sini ialah bahwa bumi menarik air yang permukaannnya meninggi dan menyerapnya ke tingkat paling rendah, yakni hingga ke kerak bumi. Inilah sebuah ketentuan umum. Namun yang menakjubkan di sini ialah pepohonan menyerap air yang ada disekitarnya tanpa perlu menelusurinya hingga bagian paling dalam perut bumi untuk dirubah menjadi lobang air. Pepohonan dengan feran mengantarkan air ke batang-batang dan daun, ia bergerak berlawanan dengan daya gravitasi bumi, dan cara kerjanya seperti cara kerja pompa air besar yang membentang dan tersebar di hutan lebat dengan kandungan air yang banyak, tanpa suara dan bergerak melawan daya gravitasi bumi. Dan apakah selain Allah kuasa melakukan demikian?

Akhirnya kami ingin katakan, keistimewaan ketiga pohon yang baik ialah memiliki cabang-cabang yang menjulang ke atas hingga sanggup mengghirup udara yang jernih dan jauh dari permukaan bumi, sebagaimana juga ia dapat menyerap cahaya matahari dengan lebih baik dibanding batang-batang lainnya. Ia dapat terlindungi dari menghirup udara berpolusi dari udara bumi.

4.Dengan seizin Tuhannya. Keistimewaan terakhir pohon yang baik ialah buah-buahnya dapat dipanen pada setiap musim, hanya saja ia akan tumbuh dan bekerja sesuai dengan aturan-aturan hukum alam dan tidak mungkin menyimpang darinya. Ia akan tunduk pada hukum-hukum alam yang telah Allah Swt jadikan. Hal ini bahkan tidak hanya khusus pada pohon saja, melainkan semua yang ada di alam tunduk dan patuh kepada-Nya. Allah Swt berfirman: "padahal kepada-Nya-lah menyerahkan diri segala apa yang di langit dan di bumi" 192.

Allah Swt berfirman: "Dan perumpamaan kalimat yang buruk seperti pohon yang buruk". Pohon buruk ini dicirikan dengan dua hal;

1. "yang telah dicabut dengan akar-akarnya dari permukaan bumi". Artinya ia memiliki akar yang tidak tertancap di bumi dengan kuat. Akar-akar pohon yang buruk mengangkat dari bumi sehingga tidak dapat menjaga pohon dari serangan angin topan dan banjir. Ia adalah akar yang tercerabut.

2. "tidak dapat tetap (tegak) sedikitpun". Yakni tidak memiliki sanggahan kuat sehingga mudah goyah diterpa angin sekecil apapun. Pohon tersebut tidak berbuah yang bermanfaat dan tidak pula memiliki wangi yang enak. Ia tidak dapat dijadikan tempat bernaung, dan tidak dapat dimanfaatkan kecuali sebagai kayu bakar saja.


Apa itu kalimat yang baik?
Di sana terdapat pembahasan diantara kalangan para mufassir tentang makna kalimat yang baik, dan di sini kami hanya akan menunjukkan sebagian darinya saja;

1. Sekelompok mufassir meyakini bahwa arti kalimat yang baik di sana adalah kalimat "lâ ilâha illallah" (Tiada Tuhan selain Allah)193 . Kalimat tauhid ini seperti pohon baik yang akarnya menancap kuat ke bumi dan cabang-cabangnya menjulang tinggi ke langit, yang pada hakikatnya ia adalah pohon kebahagiaan seseorang. Pohon ini yang merupakan hakikat tauhid akan menghidupkan hati seseorang dan akan menghancurkan segala macam bentuk berhala di dalamnya.

Dengannya seseorang akan dijauhkan dari bersujud kepada berhala harta, menyogok, riba, mencuri dan melanggar. Ia tidak akan pernah berbohong dengan ribuan kebohongan untuk mempertahankan posisinya, tidak akan melakukan perbuatan-perbuatan kriminal untuk mempertahankan hartan duniaya. Demikian itu karena semua perbuatan-perbuatan ini terkategorikan sebagai syirik sehingga akan dipanggil di akhirat sebagai munafik atau fajir (cabul).194

Sesungguhnya tauhid jika ia hidup dan tertanam dalam hati seseorang, ia pasti mengalahkan dan menghancurkan hawa nafsu dan dorongan keinginan tak terpuaskan yang menjadi sebab utama segala macam penyimpangan.

Dalam hal ini terdapat sebuah riwayat indah: "tuhan sembahan yang paling dibenci Allah di muka bumi adalah hawa nafsu" 195 . Sesungguhnya pohon tauhid yang baik itu jika ditanam dalam hati seseorang, ia pasti menghancurkan segala bentuk berhala di sekitarnya.

2. Sebagian mufassir lain meyakini bahwa maksud dari kalimat yang baik ialah sorang mukmin. Di dalam al-Qur`an memang kalimat yang baik (kalimah thayyibah) telah diperuntukkan untuk berbagai hal, dan seorang mukmin (al-mukmin) juga termasuk diantara kalam ilahi. Demikain juga matahari, bulan, bintang-bintang, langit dan bumi seluruhnya adalah kalimat-kalimat Allah. Ia adalah kitab takwini Allah Swt, sebagimana juga istilah kalimat ini dipakai untuk menunjukkan al-Masih a.s .196

Sesungguhnya pohon keberadaan seorang mukmin ialah dari sisi pohon yang baik yang dapat berbuah di semua musim, dan buahnya adalah keberanian, kedermawana, kasih sayang, kecintaan, kebaikan, iman, dan lain sebagainya 197.

3. Sejumlah mufassir lain telah mentafsirkan kalimat yang baik tersebut dengan para imam a.s.

Sesungguhnya para imam a.s benar-benar menyerupai pohon yang baik yang dahan-dahannya dipenuhi dengan buah. Setiap orang yang mempelajari sejarah perjalanan dan hidup mereka, berusaha mendekati dan menziarahi pemakaman-pemakaman, atau mencermati ceramah dan perkataan-perkataannya, atau membentangkan tangan untuk meminta pertolongannya, maka tidaklah akan tersisa…252. 198

4. Para ulama adalah tafsiran lain para mufassir terhadap kalimat yang baik. Demikian itu karena orang-orang mendapatkan manfaat dari buah keberadaan mereka.

5. Tafsiran kelima kalimat yang baik adalah pemikiran yang jernih. Sesungguhnya pemikiran-pemikiran yang jernih dan bersih menyerupai pohon yang baik yang dapat tumbuh sepanjang sejarah.

6. Tafsiran kelima untuk kalimat yang baik ialah perkataan yang baik. Sesungguhnya sebuah ucapan yang baik akan tumbuh, kekal dan masyarakat dapat mengambil manfaat darinya .199

Di sana terdapat sebuah riwayat terkenal dari Nabi Saw yang tertulis dalam kitab Irsyâd ad-Dailamî dimana di dalamnya berliau bersabda: "Tidaklah seorang muslim memberikan hadiah kepada saudara muslimnya yang lebih baik daripada hadiah kalimat hikmah (bijak). Dengan itu Allah Swt akan menambahkan kepadanya petunjuk dan memalingkannya dari ketergelinciran" 200.

Dalam kisah nabi Isa dan Khidhr a.s disebutkan ketika keduanya sampai ke kota Anthoqiyah dan menemukan prilaku buruk penduduk kota itu. Mereka keluwar dari kota dan di sana ditemukan sebuah dingding yang roboh, maka Khidr memerintahkan untuk memperbaikinya kembali. Perintah tersebut sangat mengejutkan bagi Musa sehingga saat itu Khidr berkaat kepadanya: Sesungguhnya dibawah dingding tersebut ada hara karun untuk dua anak yatim. Ayahnya seorang yang sangat baik sekali dan berharap agar keduanya pun kelak menjadi sepertinya.

Dalam beberapa riwaya disebutkan bahwa harta tersebut bukanlah berupa emas dan perak, melainkan sekumpulan hukum yang sang ayah tinggalkan untuk keduanya 201 , sebagaimana jika dinisbatkan kepada perkataan berharga dari Amirul mukminin a.s yang pasti lebih mahal dari sebuah harta karun. Peninggalannya dapat berguna bagi setiap masa dna setiap generasi.


Kalimat yang baik dari Imam al-Hasan al-Mujtaba
Sesungguhnya Junadah bin Abu Sufyan, diantara salah seorang sahabat Imam al-Husein a.s yang mukhlis. Ia meminta kepada Imam agar memberi sesuatu di akhir-akhir masa hidupnya, sementara Imam sedang dalam kesehatan yang kurang memungkinkan untuk melakukannya, namun ia dapat memberikan bekal kepada orang mukhlis ini dengan beberapa nasihat indah dan kandunagn yang dalam. Diantaranya adalah sebagai berikut:

"Kalau anda mengiginkan kemuliaan dengan tanpa klan (nama keluwarga besar, penej) dan pengaruh dnegan tanpa kekuasaan, maka keluwarlah dari kehinaan bermaksiat kepada Allah kepada kemuliaan mentaati-Nya Azza wa Jalla" 202. Ini memang sangat benar sekali, kemuliaan dan kekuasaan ada pada ketaatan kepada Allah dan beribadah kepada-Nya. "Maka sesungguhnya semua kekuatan kepunyaan Allah"203 .





28
PERUMPAMAAN DALAM Al-QUR'AN

Perumpamaan keduapuluh Lima:

Allah Memiliki Perumpamaan yang Maha Tinggi
Allah Swt berfirman dalam surat an-Nahl ayat ke 60 sebagai berikut: "Orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat, mempunyai sifat yang buruk; dan Allah mempunyai sifat yang Maha Tinggi; dan Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana".


Pengantar;
Sebagaiman telah saya sebutkan sebelumnya, tujuan perumpamana dalam al-Qur`an adalah untuk menjelaskan secara lebih kongkrit empirik berbagai permsalahan rasional teologis sehingga dapat dipahami oleh semua kalangan, karena al-Qur`an memang diperuntukkan untuk semua kalangan manusia. Ia berdialog dengan para ilmuan berilian, sebagaimana juga berdialog dengan orang yang paling rendah pemahamannya diantara mereka.

Terdapat perdebatan di antara para mufassir apakah ayat tersebut di atas termasuk ayat perumpamaan atau tidak? Sebanya adalah karena ada dua tafsiran terhadap ayat tersebut. Salah satunya menyebutkan bahwa ia merupakan ayat perumpamaan, dan yang lainnya menyatakan bukan perumpamaan. Dan untuk menjelaskannya kami akan paparkan di sini kedua penafsiran tersebut:


Tafsiran Pertama;
Sesuai dengan tafsiran pertama, kata matsal (perumpamaan) dalam ayat tersebut muncul dengan pengertian sifat. Yakni orang-orang yang dhalim, berbohong, membunuh, KKN, dan lain sebagainya itu bisa dipastikan mereka tidak meyakini hari kiamat, karena kalau meyakininya, mereka tidak mungkin melakukan dosa-dosa ini. Allah Swt berfirman dalam surat al-Muthaffifin ayat ke 4 sebagai berikut: "Tidaklah orang-orang itu menyangka, bahwa sesungguhnya mereka akan dibangkitkan".

Berdasarkan kesimpulan ayat tersebut, sesungguhnya sebab orang-orang curang berlaku curang ialah tidak adanya keyakinan dan keimanan pada mereka akan hari kiamat.

Memang benar, orang-orang non-mukmin memikul sifat-sifat yang jelek dan buruk. Dari sini, seseorang hendaknya berjalan menempuh seluruh langkah dalam naungan jalan/system yang dapat membimbing perjalananya. Dan kalau tidak, maka banyak diantara mereka orang-orang yang melakukan dosa untuk mencari harta dan kekayaan, sekalipun itu sia-sia, hina dan sepele.

"dan Allah mempunyai sifat yang Maha Tinggi", karena Ia Maha Kuasa yang tidak mungkin ada keterpaksaan, sebagaimana Ia juga Maha Bijaksana dan Maha memiliki jalan yang lurus.

Sesungguhnya merek ayang memiliki kekuasaan secara lahir banyak yang tidak bijaksanaan dan tidak menggunakan kekuasaannya secara benar.

Kekuasaan sebenarnya memiliki efek yang sangat banyak, diantaranya adalah lalai dari kebijaksanan, aturan dan perencanaan. Namun Allah Swt yang Maha Kuasa -yang memiliki kuasa dan kekuasaan paling tinggi- adalah secara mutlak Dzat Yang Maha Bijaksana.
Atas dasar tafsiran ini semua, ayat tersebut tidak diaktegorikan sebagai ayat perumpamaan.


Tafsir kedua
Menurut tafsiran kedua ini, kata matsal (perumpamaan) pada ayat tersebut disini tetap terjaga dalam makna literalnya. Sesunggunya mereka yang tidak berimana kepada hari kiamat dan ma`ad baik dalam aksi maupun dalam keyakinannya, mereka memiliki perumpamana buruk sebagaimana perumpamaan-perumpamaan lain yang disebutkan dalam al-Qur`an al-Karim.

Sesungguhnya perumpamaan yang disebutkan dalam surat al-Baqarah ayat ke 18 yang terkait dengan orang-orang munafik adalah diantara sejumlah perumpamaan buruk yang dialamatkan kepada mereka yang tidak meyakini ma`ad. Di sini Allah Swt berfirman: "Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api, maka setelah api itu menerangi sekelilingnya Allah hilangkan cahaya (yang menyinari) mereka, dan membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak dapat melihat" 204.

Diantara contoh perumpamaan dalam hal ini ialah perumpamaan yang disebutkan dalam surat al-A`raf ayat ke 176. di dalamnya Allah Swt menyerupakan orang-orang musyrik di dini dengan anjing yang sakit yang selalu menjulur-julurkan lidahnya yang tidak lagi membedakan mana kawan dan mana lawan.

"dan Allah mempunyai sifat yang Maha Tinggi", artinya bahwa Allah Swt memiliki perumpamaan-perumpamaan yang tidak ada pada selain-Nya, karenanya Allahlah yang memiliki perumpamaan yang paling tinggi, dan perumpamaan-perumpamaan lain di sisi-Nya adalah kurang. Demikian itu karena perumpamaan-perumpamana kita diambil dari alam maujud-maujud yang mumkin sifatnya sehingga seluruh hasilnya pun kurang dan terbatas, dan tidak mungkin bisa dibayangkan yang tidak terbatas dengan keterbatasan.

Ayat berikutnya; "Maka janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah. Sesungguhnya Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui" 205, dimaksudkan untuk penjelasan ini.

Meskipun demikian, ketika kita hendak menjelaskan perumpamaan Allah Swt, maka ayat ke 35 dalam surat an-Nur jauh lebih pas. Di sana Alalh Swt diumpamakan dengan cahaya, karena tidak ada maujud yang memiliki manfaat, berkah, kelembutan, dan kecepatan lebih banyak dari cahaya. Maka sesunggunya bagi Allah lah perumpamaan yang paling tinggi dan mulia.

Pertanyaan, terkadang terlintas dalam benak pertanyaan; kalau Allah menciptakan segala sesuatu, lalu siapa yang menciptakan Allah?

Jawabnya, memang benar Allah menciptakan segala sesuatu, namun tidak ada sesuatu apapun yang telah menciptakan Allah. Demikian itu adalah karena Allah adalah maujdud yang azali dan abadi. Artinya Ia maujud selamanya; lalu, sednag dan akan datang. Ia selamanya tidak akan pernah mengaami diciptakan sehingga memunculkan sang pencipta baginya. Untuk penjelasan lebih lanjut hal ini, kami mengharap perhatian kalian pada perumpamana berikut yang di dalamnya terdapat penjelasan terhadap permasalahan-permasalahan rasonal;

Sesungguhnya batu bara yang merupakan sampah-sampah hutan yang ada pada masa lalu sebagai akibat dari kekuatan sinar matahari. Dmikian juga minyak bumi yang kini menjadi sumber energi terbesar di dunia juga akibat dari energi matahari. Karenanya bisa dikatakan bahwa minya bumi adalah sisa-sisa atau buangan kotoran hewan pada masa-masa dahulu yang terpendam sehingga berubah setelah beberapa abad menjadi materi minyak ini. Secara alami memang binatag-binatng memakan makanan dari tumbuh-tumbuhan yang mengambil manfaat untuk tumbuh dari sinar matahari. Andaikan tidak ada sinar matahari, tentu tidak akan ada tumbuh-tumbuhan.

Sesungguhnya mesin-mesin energi yang mewah untuk menghasilka energi menggantungkan energinya kepada matahari dengan proses sebagai berikut; matahari menyinri lautan sehingga air lautan menguap dan lalu air tersebut berubah menjadi awan. Awan tersbeut sedikit demi sedikit jatuh kebumi dalam bentuk tetesan air hujan yang penuh berkah. Selanjutya air hujan ini membentuk sungai-sungai yang sanggup menggerakkan alat-alat pembangkit dan akhirnya lahirlah energi listrik.

Adapun energi matahari adalah otomatis, bukanlah berasal dari luar dirinya, bahkan matahari itu sendiri lah yang memberikan energi dan tidak membuthkan kepada selainnya.

Namun meskipun demikian, karena ia adalah makhluk, ia tetap membutuhkan kepada Dzat yang telah memberinya energi tersebut. Perumpamaan matahari ini mungkin dapat membantu menjelaskan keazalian dan keabadian Allah, dan bahwa Dia Maha kaya (tidak membutuhkan) kepada pencipta diri-Nya atau pihak lain yang memberinya wujud dan kekuasan.

Kesimpulannya tafsiran kedua ini ialah bahwa ayat tersebut termasuk bagian dari ayat-ayat perumpamaan.


Keterkaitan ayat tersebut dengan ayat sebelumnya.
Ayat-ayat sebelumnya (ayat ke 57, 58, 59) berbicara tentang keiasaan-kebiasaan dan keyakinan yang buruk pada masyarakat Arab jahiliyah yang di antaranya adalah membunuh anak perempuan.

Ayat ke 58 dan 59 berbunyi sebagai berikut: "Dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak perempuan, hitamlah (merah padamlah) mukanya, dan dia sangat marah, Ia menyembunyikan dirinya dari orang banyak, disebabkan buruknya berita yang disampaikan kepadanya. Apakah dia akan memeliharanya dengan menanggung kehinaan ataukah akan menguburkannya ke dalam tanah (hidup-hidup) ?. Ketahuilah, alangkah buruknya apa yang mereka tetapkan itu".

Dari kedua ayat tersebut bisa disimpulkan bahwa masyarakat Arab merasa bersedih jika dikaruniai anak perempuan. Sebuah sikap yang dipertanyakan semua orang apa sebabnya mereka bersikap demikian.


Kenapa masyarakat Arab Jahiliyah menguburkan anak-anak perempuannya
Berbagai kajian telah menjelaskan ada dua sebab kenapa mereka bersikap demikian:

1.Mereka mengira bahwa anak lakil-laki dilahirkan untuk membrikan harta dan kekayaan, sementaar anak-anak perempuan diduga justru untuk menghabiskan kekayaan. Pada saat itu par awanita tidak terlibat sama sekali dalam aktivitas perekonomian, sementara laki-laki terlibat dalam berbagai macam aktivitas ekonomi atau bisa terlibat dalam aksi mencuri, merampok dan lain sebagainya. Karenanya mereka berpandangan bahwa hak hidup hanyalah untuk laki-laki, sementara perempuan tidak memiliki hak sama sekali untuk hidup di dunia.

2.Panatisme buta. Konon telah terjadi pertempuran diantaar dua kabilah Arab. Kabilah pemenang telah menawan para peria dan wanita serta anak-anak perempuan dari kabilah yang dikalahkan, dan selama masa penawanan para wanita dari kabilah yang kalah dikawini oleh kablah pemenang. Setelah beberapa lama tercapailah perdamaian dan pengembalian kembali tawanan. Namun para wanita yang ditelah dikawini kelompok pemenang ditolak kembali oleh kabilahnya sendiri. Sebuah tragedi yang amat membebani para wanita saat itu. Salah seorang dari kabilah yang kalah bahkan telah bersumpah akan membunuh anak perempuannya yang lahir agar tidak terjadi lagi peristiwa memalukan seperti ini 206.

Penyakit gila ini sedikit demi sedikit menular kepada yang lain untukmelakukan dosa besar ini sebagai slogan-slogan suci seperti upaya membela kehormatan atau menjaga semangat, fanatisme kelompok dan lain sebagainya.

Pada zaman kita sekarang pun banyak dikenal berbagai prilaku kriminal dilakukan untuk slogan-slogan suci. Di antara slogan tersebut yang paling terkenal adalah Hak Asasi Manusia. Dengan slogan HAM ini telah banyak hak-hak umat manusi yang dirampas dari pemiliknya, sebagaiamna juga mereka telah menawan manusia atas nama kebebasan, atau juga melakukan berbagai tindak kriminal dan dosa atas nama modern. Tindakan-tindakan kriminal yang belum pernah dilakukan oleh manusia kapanpun.

Al-hasil, sesungguhnya masyarakat Arab jahiliyah telah saling mewariskan tradisi ini, hingga kemudian datang Islam dan menghapuskan tradisi sangat bejad ini serta menganjurkan untuk memberika penghargaan besar kepada para wanita.

Di sisi lain, orang-orang Arab yang yang beranggapan bahwa keberadaan anak perempuan sebagai sumber kesialan, mereka meyakini bahwa para malaikat Allah berkelamin wanita dan menyembahnya untuk mengharap ridha Allah Swt.

Untuk itu terdapat firman Alalh Swt dalam surat an-Nahl ayat ke 57 sebagi berikut: "Dan mereka menetapkan bagi Allah anak-anak perempuan[831]. Maha Suci Allah, sedang untuk mereka sendiri (mereka tetapkan) apa yang mereka sukai (yaitu anak-anak laki-laki)".

Dalam ayat tersebut Allah Swt menghimbau orang-orang Arab dan berfirman kepada mereka dengan logika yang mereka yakini. Allah bertanya kepada mereka, jika kalian memang benar meyakini para malaikat sebagai anak-anak perempuan Allah, lalu kenapa ketika Allah menganugrahi kalian anak perempaun kalian membunuhnya?

Pemikiran jahiliyah semacam ini masih tetap saja menjangkiti sebagian otak-otak mereka, sehingga ketika mereka melukiskan para malaikat, mereka melukisnya dengan bentuk anak perempuan.


Anak perempuan sebagai bunga mawar terindah.
Sangat disayangkan bahwa pemikiran salah jahiliyah ini tetap saja menjangit pada sebagian orang dan tidak mau menerima kesetaraan gender antara laki-laki dan wanita dan berperasana senang ketika dianugrahi anak perempuan.

Terdapat banyak sekali riwayat dalm sumber-sumber Islam yang menolak pemikirna jahiliyah ini. Di sini sebaagi contoh akan kami paparkan sebagian darinya, dengan harapan kami agar penyakit buruk ini menghilang dari peredaran umat manusia.

1. Nabi diberi kabar gembira dengan kelahilan anak perempuan, lalu beliau memandnagi wajah-wajar para sahabatnya dan menemukan rasa keenggana pada wajah-wajah mereka. Maka bersabdalah beliau Saw: "Ada apa dengan kalain? Biarlah rizkinya diserahkan kepada Allah Azza wa Jalla"207 .

2. Allah Swt berfirman dalam sebuah ayat: "Dan adapun anak muda itu, maka keduanya adalah orang-orang mukmin, dan kami khawatir bahwa dia akan mendorong kedua orang tuanya itu kepada kesesatan dan kekafiran. Dan kami menghendaki, supaya Tuhan mereka mengganti bagi mereka dengan anak lain yang lebih baik kesuciannya dari anaknya itu dan lebih dalam kasih sayangnya (kepada ibu bapaknya)" .208

Sesungguhnya Allah memberi rizki berupa anak perempuan kepada pasangan suami istri sebagai bunga mawar terindah. Anak perempuan tidaklah hanya bisa menyebabkan malu pada kedua orang tuanya, bahkan pula sebaliknya, ia dapat memberikan kehormatan kepada keduanya, mengingat tujuh puluh nabi pun lahir dari seorang wanita 209. Apakah ini berarti anak perempuan buruk dan anak laki-laki baik dan menguntungkan?

Berdasarkan ayat perumpamaan tadi, sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada Allah dan kepada hari kiamat, mereka adalah perumpamaan yang terburuk, perkataan mereka rendah, dan mereka meyakini bahwa Allah memiliki anak-anak perempuan, padahal dia tidaklah demikian, Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakkan.


Dua pertimbangan yang dibutuhkan seseorang kepada anaknya
Pertama, Sesungguhnya umur seseorang adalah terbatas dan ia membutuhkan anak-anak untuk menjaga generasinya.

Kedua, Seseornag tidak sanggup menjaga keperkasaan hingga usia senjanya, bahkan di usia senja ini ia akan mulai menemukan berbagai kelemahan. Pada saat seperti ini ia membutuhkan seseorang yang akan menjaga dan melindunginya.

Adapun Allah Azza wa Jalla adalah azali dan abadi, dan tidak ada istilah maut pada-Nya, sebagaimana Ia pun secara mutlak Maha Kuat yang tidak akan pernah membunuhkan seorang anak, baik laki-laki maupun perempuan.

Sebagai tambahan saja, kepemilikan anak terkait dengan badan, dan jelas bahwa Ia bukanlah sebuah badan. "Maha Suci dan Maha Tinggi Dia dari apa yang mereka katakan dengan ketinggian yang sebesar-besarnya"210 .




29