DAFTAR ISI Dialog 1: Kebebasan Berdiskusi dalam Islam
Dialog 2: Definisi Islam
Dialog 3: Mengapa Islam Sedemikian Mendunia
Dialog 4: Bagaimana Islam Memandang Penciptaan Semesta?
Dialog 5: Tatanan Penciptaan
Dialog 6: Pencipta Semesta
Dialog 7: Satu Pencipta
Dialog 8: Persamaan dan Perbedaan Islam dan Kristen Ihwal Isa
Dialog 9: Keadilan Ilahi
Dialog 10: Freewill atau Determinisme?
Dialog 11: Selayang Pandang Sejarah Kenabian
Dialog 12: Mengapa Kita Membutuhkan Seorang Nabi?
Dialog 13: Nabi Muhammad
Dialog 14: Nubuat al-Qur’an
Dialog 15: Nubuat Kemenangan Kaum Kristian
Dialog 16: Penjelasan Kitab Suci Ihwal Sains
Dialog 17: Bible Adalah Saksi Untuk Muhammad
Dialog 18: Konsep Eskatologi
Dialog 19: 38 Titah dan 10 Perintah
2
DIALOG MUSLIM & KRISTEN
Dialog 1: Kebebasan Berdiskusi dalam Islam Cendekia Kristen: Beberapa agama melarang adanya sikap kritis dan gemar bertanya berkenaan dengan ajaran agama mereka. Mereka menganjurkan kepada para pengikutnya untuk mengikuti instruksi-instruksi mereka tanpa pengujian dan pengkajian. Mereka menuntut iman dan melarang mereka untuk bergaul dengan orang yang memeluk agama lain yang boleh jadi menuntunnya kepada keraguan. Bagaimana sikap Islam terhadap pertanyaan yang tertuju kepada ajaranya dan membandingkan ajarannya dengan keyakinan yang lain
Ruhani Muslim:: Islam sangat liberal dan free dalam masalah ini. Ia boleh jadi menuntut seseorang untuk beriman kepada ajaran-ajaran tertentu, namun pada saat yang sama ia menasihatinya untuk mencoba membangun keyakinannya berdasarkan dalil dan argumen. Islam memberinya kebebasan untuk mengajukan pertanyaan dan tidak mencelanya ketika ia memiliki keraguan, jika keraguannya diikuti oleh usaha intensif untuk menemukan kebenaran. Jika agama lainnya menasihatkan pengikutnya untuk menghindari diskusi ihwal masalah-masalah prinsipil selain darinya dan membuatnya takut bahwa ia telah memprovokasi murka Tuhan dengan melakukan hal tersebut, Islam membuat orang merasa aman dari murka Tuhan jika ia menindaklanjuti penelitiannya mencari kebenaran. Pada kenyataannya, Islam tidak pernah menasihatkan orang untuk menghindari diskusi yang menuntun kepada pengetahuan baru dan sebuah penemuan baru tentang kebenaran. Tapi jangan takut, Islam menganjurkan untuk mendiskusikan setiap prinsip-prinsip ajaran agama, apakah itu ajaran Islam atau non-Islam.
Tidak pernah merasa risau dan kuatir akan murka Tuhan lantaran Dia merupakan Tuhan kebenaran. Sebaliknya, semakin orang mencari kebenaran dan melakukan penelitian intensif, semakin banyak ganjaran yang ia dapatkan dari Tuhan menurut pandangan Islam. Dalam pandangan Islam, ganjaran yang paling bernilai dan sikap yang paling berharga, adalah melakukan pendekatan terhadap isu-isu keagamaan dengan semangat dan spirit seorang ilmuan dan saintis yang menyambut setiap dalil yang dapat membuktikan atau membatalkan teorinya (atau teori yang ia dapatkan
Cendekia Kristen: Apakah Islam memiliki aturan spesifik atau anjuran berkenaan dengan riset dan pengkajian agama?
Ruhani Muslim:: Ada beberapa aturan tertentu yang tercantum dalam al-Qur'an yang harus digunakan dalam riset agama demi terjaminnya setiap kesimpulan yang boleh jadi dicapai.
1. Tidak dibenarkan memeluk sebuah doktrin ketika dalil dan argumen telah dibangun yang berseberangan dengan doktrin tersebut, dan tidak dibenarkan mengikuti sebuah prinsip tanpa adanya dalil.
Jika Tuhan menghendaki seseorang untuk beriman kepada sebuah doktrin, Dia membuatnya jelas dan berdalil. Dia adalah Mahaadil lagi Bijaksana. Dia mengetahui bahwa keyakinan dan iman bukan merupakan sebuah hal yang bersifat dipaksakan. Seseorang tidak dapat meyakini atau mengingkari segala sesuatu yang ia tidak pilih. Raga manusia berada di bawah kontrol perintah tapi jiwanya tidak demikian. Saya menaati sebuah titah yang memerintahkan untuk menggerakkan tanganku ke atas dan ke bawah, berjalan atau duduk, bahkan jika perintah tersebut nampaknya tidak bijaksana. Namun saya tidak dapat menaati sebuah perintah, misalnya, yang menitahkan aku bahwa dua kali dua sama dengan lima, atau angka tiga merupakan angka satu, atau api itu dingin atau salju itu panas.
Pengetahuan manusiawi kita datang dari dalil langsung dan tidak langsung, dan ia tidak mengikuti kehendak dan kemauan kita sendiri. Keyakinan dan iman yang dapat diterima haruslah berdasarkan kepada ilmu pengetahuan. Ketika Tuhan menghendaki aku untuk mengetahui sesuatu, Dia membuat ilmu tersebut mungkin bagiku dengan menyediakan petunjuk dan jalan untuknya. Jika Dia menuntut aku untuk meyakini sesuatu sementara ada dalil yang bertentangan dengannya, Dia memintaku untuk melakukan sesuatu yang mustahil.
Dan hal ini berseberangan dengan keadilan-Nya. Islam tidak pernah mencela seseorang apabila ia tidak meyakini sebuah ajaran lantaran kurangya dalil; sebaliknya, Islam mencela seseorang ketika ia mengikuti sebuah ajaran sementara ia meraba-raba dalam kegelapan tanpa adanya petunjuk yang menerangi, atau apabila ajaran tersebut tidak sesuai dengan kebenaran. Mengikuti sebuah ajaran yang bertetangan dengan petunjuk, atau kurangnya dalil, adalah ibarat sebuah pengadilan mahkamah yang memutuskan perkara ke atas terdakwa tanpa adanya bukti. Sikap semacam ini bukan merupakan sebuah perbuatan terpuji. Al-Qur'an menegaskan: "Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya." (Qs. al-Isra' [17]:36)
2. Tidak pernah menerima populeritas secara lahir. Seorang periset dalam bidang agama tidak dibenarkan menerima populeritas sebuah doktrin agama dalam masyarakatnya sebagai sebuah bukti atas kebenarannya. Banyak ide dan gagasan populer yang terbukti kesalahannya. Pada suatu waktu, diyakini bahwa bumi ini datar dan matahari yang mengelilingi bumi. Orang-orang meyakini masalah ini selama ribuan tahun, tetapi kita ketahui bahwa tidak satupun ide dan gagasan ini yang benar. Terlebih, apa yang populer pada suatu komunitas belum tentu populer di komunitas lain. Kebalikannya juga benar. Jika populeritas merupakan simbol kebenaran, seluruh ide yang populer yang bertentangan satu sama lain akan menjadi benar, namun kebenaran tidak pernah bertentangan dengan dirinya.
Tatlkala nabi pertama datang untuk memproklamasikan konsep tauhid (keesaan Tuhan), risalahnya tidak populer di setiap masyarakat lantaran masyarakat dunia ketika itu adalah kafir dan musyrik. Tidak populernya risalah Ilahi seperti itu tidak mencegah risalah itu dari kebenarannya. Pada kenyataannya, seluruh nabi datang ke masyarakatnya dengan risalah-risalah yang tidak populer. Maksud mereka adalah mengoreksi hal-hal yang keliru dan bersifat populer dan menggantinya dengan kebenaran yang bersifat tidak populer. Al-Qur'an menandaskan, "Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah). (Qs. al-An'am [6]:116)
3. Ajaran-ajaran agama yang bersifat warisan harus dikaji. Islam menganjurkan setiap orang dewasa untuk mengkaji agama yang ia warisi dari orang tuanya. Agama yang diwariskan, seperti agama yang lain, harus dibuktikan dengan dalil dan argumen. Seseorang dapat bersandar kepada penilaian orang tuanya selama ia masih kecil dan tidak mampu mengambil keputusan sendiri. Tatkala ia mencapai masa dewasa, agamanya menjadi tanggung jawabnya sendiri. Santun dan hormat kepada orang tua merupakan salah satu perintah Islam, namun hal itu tidak berarti menerima pendapat mereka dalam suatu perkara penting seperti agama jika pendapat mereka merupakan pendapat keliru.
Sebenarnya, ketika orang tua memeluk sebuah ajaran agama yang salah dan menuntut anak-anaknya untuk mengikuti mereka, mereka tidak boleh ditaati lantaran tindakan tersebut bertentangan dengan kehendak Tuhan; artinya, jika seseorang menaati orang tuanya ketika mereka melakukan kesalahan, ia telah membangkang perintah Tuhan. Senada dengan hal ini, al-Qur'an berkata, "Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada kedua orang ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam Keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.
Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, Maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. (Qs. Luqman [31]:14-15)
Islam memerintahkan setiap orang untuk menguji ajarannya sebagaimana ia memerintahkan setiap orang untuk mengkaji dan menguji ajaran lain. Dengan demikian, seseorang dapat menilai Islam lebih dari yang sebelumnya.
4. Tidak dibenarkan adanya keragu-raguan pada diri seseorang. Ketika seseorang tidak komitmen terhadap satu agama dan meragukan seluruh konsep agama, ia tidak boleh puas dengan keraguannya. Adalah tugasnya melindungi dirinya dan kepentingan vitalnya di dunia ini dari segala bentuk musibah dan petaka. Sama saja, ia memiliki tanggung jawab dan tugas yang sama dalam melindungi kepentingan spiritual dari kerusakan.
Pencarian seriusnya tentang apa yang menimpa atas kehidupan spritualnya sama pentingnya dengan pencariannya terhadap apa yang menimpa kehidupan fisikalnya. Supaya seseorang menunaikan tanggun jawab dan mengerjakan tugasnya, diwajibkan baginya untuk mencari, dan mencari secara serius tentang keraguan yang ia miliki tentang agamanya.
Barangkali terdapat banyak fakta-fakta yang dapat diakses dalam wilayah keraguan; oleh karena itu, ia harus menemukannya. Ketika ia melakukan riset dan berupaya sekuat tenaga lalu gagal menemukan kebenaran, ia akan diampuni di hadapan Tuhan. Tuhan meminta setiap orang untuk melakukan apa yang dapat mereka lakukan. Al-Qur'an menyatakan, "Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya." (Qs. al-Baqarah [2]:286)
5. Ketika Anda melakukan riset agama, jangan biarkan orang lain memutuskan sesuatu untuk Anda. Jangan bersandar kepada peniliaian setiap orang, meski ia merupakan seorang tulus dan cerdik cendikia. Di setiap keyakinan terdapat beberapa guru yang tulus dan cendikia. Jika seseorang membolehkannya untuk membuat keputusan tentang agama baginya, ia akan terbiasi lantaran guru-guru ini pasti berbeda satu dengan yang lainnya.
Jika ia bersandar kepada penilaian para guru hanya dalam satu bidang iman, melupakan guru-guru yang lain, ia akan memiliki bias dan subyektifitas. Seorang guru yang tulus dan cendikia dapat salah, dan seseorang tidak akan dimaafkan apabila ia mengikuti penilaian gurunya. Agama seseorang adalah tanggungjawabnya dan setelah ia melakukan pencarian yang bersifat ekstensif, ia adalah seorang penilai tunggal untuk mencapai kesimpulan dan membentuk beragam pendapat. Dalam al-Qur'an disebutkan, Dan orang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. (Qs. 35:18, 53:38)
Dengan demikian, kita dapat melihat kelima ayat al-Qur'an dimana Islam tidak takut untuk ditanyai atau dianalisa. Hanya mereka yang takut gagal yang melarang diskusi secara bebas terhadap ajaran agama mereka dan menghindari pengujian dari para periset dan peneliti.
3
DIALOG MUSLIM & KRISTEN
Dialog 2: Definisi Islam Cendekia Kristen: Salah satu masalah penting dalam setiap pembahasan adalah mendefinisikan subyek sebuah pembahasan. Lantaran kita ingin membahas Islam, saya ingin mendengarkan sebuah definisi ihwal Islam, karena kalimat ini bersumber dari bahasa Arab. Saya telah mendengar lebih dari satu definisi tentang kalimat ini; saya ingin mendengarkan definisi Anda ihwal Islam. "Muslim" merupakan kalimat yang lain yang harus didefinisikan untuk didengarkan oleh kalangan non-Arab yang boleh jadi membacanya berulang kali tanpa mengerti makna yang sebenarnya dari kata itu, atau kebingungan dengan kata Islam.
Ruhani Muslim:: Makna asli "Islam" adalah penerimaan sebuah pendapat atau sebuah kondisi yang sebelumnya tidak diterima. Dalam bahasa al-Qur'an, Islam bermakna kesediaan seseorang untuk menerima titah dan perintah dari Tuhan dan mengikutinya. "Muslim" adalah kata yang diambil dari kata Islam. Kata ini digunakan pada seseorang yang telah menerima dan mengikuti titah dari Tuhan.
"Ibrahim bukan seorang Yahudi dan bukan (pula) seorang Nasrani, akan tetapi Dia adalah seorang yang lurus, lagi berserah diri Musliman dan sekali-kali bukanlah Dia Termasuk golongan orang-orang musyrik." (Qs. Ali Imran [3]:67)
Dua kata yang dimaksud, bagaimanapun, dua makna spesifik yang diperoleh setelah pengenalan risalah yang dibawah oleh Nabi Muhammad Saw. Risalah yang diwahyukan kepada Muhamamad disebut sebagai Islam, dan beriman kepada risalah yang dibawanya juga disebut Islam. Muslim, juga berarti orang yang mengikuti risalah Muhammad dan meyakini akan kebenarannya.
Cendekia Kristen : Apa hubungan antara makna asli Islam dan makna spesifik yang diambil setelah kedatangan Muhammad?
Ruhani Muslim:: Makna baru dari kata tersebut adalah berdekatan dengan makna aslinya lantaran Muhammad menyebutkan bahwa ajarannya mengandung ajaran-ajaran para nabi sebelumnya dan seluruh perintah-perintah Tuhan. Ketika seseorang beriman kepada kebenaran Muhammad dan berikrar untuk mengikuti risalahnya, ia sesungguhnya, menyatakan kesediaannya untuk mentaati perintah dan titah dari Tuhan tanpa syarat.
Cendekia Kristen: Ada prosedur tertentu yang diatur, misalnya, oleh Kristen bagi seseorang yang ingin memeluk Kristen. Contohnya, Baptis yang merupakan salah satu sakramen (penyucian) yang menurut hampir seluruh sekte dalam Kristen, harus dijalankan oleh seseorang muallaf untuk menjadi seorang Kristian. Apakah ada prosedur yang dianjurkan bagi seseorang untuk beriman kepada ajaran Islam?
Ruhani Muslim:: Tidak ada sakramen atau prosedur yang ditentukan bagi seseorang untuk memeluk Islam. Yang diperlukan oleh seseorang ketika ia ingin memeluk Islam hanyalah pengucapan atau iman kepada syahadah (Deklarasi Iman), "Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah."
Cendekia Kristen: Mengapa pengucapan semacam itu memadai bagi seseorang untuk memeluk Islam?
Ruhani Muslim:: Tatkala seseorang menyatakan bahwa ia beriman kepada kebenaran Muhamamad, ia benar-benar menyatakan beriman kepada seluruh yang diperkenalkan oleh Muhammad dan seluruh ajarannya. Hal ini termasuk seluruh ajaran al-Qur'an, seluruh perbuatan dan sabda Muhammad, baik dalam masalah aqidah atau masalah hukum syariat.
Ketika seseorang beriman kepada syahadah (deklarasi iman), ia secara otomatis menjadi seorang Muslimin. Ucapan syahadah merupakan sebuah bukti bagi Muslim yang lain bahwa ia adalah seorang yang beriman kepada Islam. Lantaran hal ini, tidak seorang Muslim yang dapat mengingkarinya, karena ia merupakan seorang yang beriman kepada Islam dan tidak memerlukan hal yang lain untuk membuktikan hal itu.
Cendekia Kristen: Apakah seorang muallaf dipandang sama dan ekual dengan seorang yang menjadi Muslim semenjak lahir?
Ruhani Muslim:: Seorang muallaf adalah ekual dan sama derajatnya dengan Muslim yang lain dalam pandangan al-Qur'an. Lebih dari itu, seorang muallaf memiliki banyak keuntungan daripada seorang yang menjadi Muslim semenjak lahir karena dua alasan:
1. Seorang muallaf mendapatkan ganjaran yang lebih besar dari Tuhan ketimbang seorang yang menjadi Muslim semenjak lahir. Seorang muallaf yang menjadi Muslim biasanya setelah ia mengadakan riset yang panjang dan detail serta harus menghadapi berbagai tekanan psikologis, lantaran mengganti agama bukanlah sebuah pekerjaan mudah. Hal ini menuntut keberanian dan usaha si muallaf, sementara orang yang semenjak kecilnya telah memeluk Islam (Muslim) menerima agamanya melalui warisan dari orang tuanya.
2. Seorang muallaf dipandang, dengan masuknya ia ke dalam Islam, suci dan terbebas dari dosa-dosa sebelumnya. Seluruh dosa-dosa yang ia kerjakan semasa ia memeluk Kristen dihapus secara keseluruhan. Ia hanya akan bertanggung jawab dengan dosa-dosa yang ia lakukan setelah ia menjadi seorang Muslim. Oleh karena itu, jika seseorang menjadi Muslim pada pagi hari, setelah matahari terbit, kemudian ia meninggal pada siang harinya, ia berhak memasuki surga tanpa melakukan atau mengerjakan ritual-ritual keagamaan yang diwajibkan bagi setiap Muslim. Ia tidak harus mengerjakan shalat subuh lantaran ia memeluk Islam setelah matahari terbit, juga tidak harus mengerjakan shalat Zhuhur karena ia meninggal sebelum waktu shalat Zhuhur tiba.
Cendekia Kristen: Kadang-kadang saya menemukan bahwa Islam disebut sebagai "Din at-Tauhid" dan terkadang "Din-al-Fitrah." Karena kedua istilah tersebut merupakan istilah Arab, keduanya harus didefinisikan untuk kepentingan orang-orang non-Arab. Alasan-alasan mengapa Islam disebut dengan istilah ini juga harus dijelaskan.
Ruhani Muslim:: "Din at-Tauhid" bermakna agama yang beriman kepada Keesaan Tuhan, dan "Din al-Fitrah" berarti agama yang sesuai dan selaras dengan tabiat manusia. Islam disebut sebagai agama Tauhid lantaran muatan utama yang terkandung di dalamnya adalah keesaan Tuhan. Doktrin Tuhan Esa merupakan doktrin yang sangat ditekankan dan berulang kali diulas dalam al-Qur'an. Tatkala Islam diperkenalkan kepada dunia, hampir kebanyakan orang-orang adalah penyembah berhala.
Beberapa agama mendakwahkan Keesaan Tuhan namun dalam bentuk yang kurang jelas. Beberapa dari mereka menisbahkan Tuhan sebagai sosok yang berbentuk (anthropomorphic image). Poin yang paling penting dari kandungan risalah samawi baru ini adalah membenarkan dan mengoreksi para penyembah berhala dan menghilangkan segala kabut keburaman konsep Keesaan Tuhan.
Islam disebut sebagai agama fitrah lantaran ajarannya dapat diterima oleh akal manusia ketika akal manusia bebas dari segala bentuk berpikir takhayul dan tidak logis. Nabi Muhamamad Saw bersabda: "Setiap manusia lahir dalam keadaan fitrah; pengaruh ibu bapaknyalah yang menjadikan ia sebagai non-Muslim."
Tatkala seseorang bebas dari pemikiran yang tidak logis, ia dapat dengan mudah, hanya dengan melihat tatanan semesta, menyimpulkan bahwa semesta ini memiliki hanya Satu Pencipta. Adalah mudah diterima sebuah ajaran yang menyeru kita untuk meyakini bahwa semesta yang berusia lebih dari empat milyar tahun lamanya telah dicipta oleh Pencipta Tua Yang Tak-Terbatas.
Namun tidak mudah atau tidak gampang mengidentifikasi bahwa Pencipta itu fana yang kelahirannya terjadi empat billion tahun setelah penciptaan semesta. Adalah natural menerima sebuah ajaran yang menyeru meyakini bahwa Pencipta semesta adalah Mutlak Adil dan Pengasih. Bahwa Pencipta yang Mahaadil dan Pengasih itu tidak akan membebani setiap jiwa dengan dosa orang lain; dan bahwa Dia tidak meminta setiap orang untuk membayar dosa orang lain. Ajaran Islam nampaknya dapat diterima akal manusia, kalaulah akal tersebut belum terkontaminasi oleh ajaran-ajaran yang tidak logis. Atas alasan inilah mengapa Islam disebut sebagai agama fitrah.
4
DIALOG MUSLIM & KRISTEN
Dialog 3: Mengapa Islam Sedemikian Mendunia Cendekia Kristen: Salah satu masalah penting dalam setiap pembahasan adalah mendefinisikan subyek sebuah pembahasan. Lantaran kita ingin membahas Islam, saya ingin mendengarkan sebuah definisi ihwal Islam, karena kalimat ini bersumber dari bahasa Arab. Saya telah mendengar lebih dari satu definisi tentang kalimat ini; saya ingin mendengarkan definisi Anda ihwal Islam. "Muslim" merupakan kalimat yang lain yang harus didefinisikan untuk didengarkan oleh kalangan non-Arab yang boleh jadi membacanya berulang kali tanpa mengerti makna yang sebenarnya dari kata itu, atau kebingungan dengan kata Islam.
Ruhani Muslim:: Makna asli "Islam" adalah penerimaan sebuah pendapat atau sebuah kondisi yang sebelumnya tidak diterima. Dalam bahasa al-Qur'an, Islam bermakna kesediaan seseorang untuk menerima titah dan perintah dari Tuhan dan mengikutinya. "Muslim" adalah kata yang diambil dari kata Islam. Kata ini digunakan pada seseorang yang telah menerima dan mengikuti titah dari Tuhan.
"Ibrahim bukan seorang Yahudi dan bukan (pula) seorang Nasrani, akan tetapi Dia adalah seorang yang lurus, lagi berserah diri Musliman dan sekali-kali bukanlah Dia Termasuk golongan orang-orang musyrik." (Qs. Ali Imran [3]:67)
Dua kata yang dimaksud, bagaimanapun, dua makna spesifik yang diperoleh setelah pengenalan risalah yang dibawah oleh Nabi Muhammad Saw. Risalah yang diwahyukan kepada Muhamamad disebut sebagai Islam, dan beriman kepada risalah yang dibawanya juga disebut Islam. Muslim, juga berarti orang yang mengikuti risalah Muhammad dan meyakini akan kebenarannya.
Cendekia Kristen: Apa hubungan antara makna asli Islam dan makna spesifik yang diambil setelah kedatangan Muhammad?
Ruhani Muslim:: Makna baru dari kata tersebut adalah berdekatan dengan makna aslinya lantaran Muhammad menyebutkan bahwa ajarannya mengandung ajaran-ajaran para nabi sebelumnya dan seluruh perintah-perintah Tuhan. Ketika seseorang beriman kepada kebenaran Muhammad dan berikrar untuk mengikuti risalahnya, ia sesungguhnya, menyatakan kesediaannya untuk mentaati perintah dan titah dari Tuhan tanpa syarat.
Cendekia Kristen: Ada prosedur tertentu yang diatur, misalnya, oleh Kristen bagi seseorang yang ingin memeluk Kristen. Contohnya, Baptis yang merupakan salah satu sakramen (penyucian) yang menurut hampir seluruh sekte dalam Kristen, harus dijalankan oleh seseorang muallaf untuk menjadi seorang Kristian. Apakah ada prosedur yang dianjurkan bagi seseorang untuk beriman kepada ajaran Islam?
Ruhani Muslim:: Tidak ada sakramen atau prosedur yang ditentukan bagi seseorang untuk memeluk Islam. Yang diperlukan oleh seseorang ketika ia ingin memeluk Islam hanyalah pengucapan atau iman kepada syahadah (Deklarasi Iman), "Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah."
Cendekia Kristen: Mengapa pengucapan semacam itu memadai bagi seseorang untuk memeluk Islam?
Ruhani Muslim:: Tatkala seseorang menyatakan bahwa ia beriman kepada kebenaran Muhamamad, ia benar-benar menyatakan beriman kepada seluruh yang diperkenalkan oleh Muhammad dan seluruh ajarannya. Hal ini termasuk seluruh ajaran al-Qur'an, seluruh perbuatan dan sabda Muhammad, baik dalam masalah aqidah atau masalah hukum syariat.
Ketika seseorang beriman kepada syahadah (deklarasi iman), ia secara otomatis menjadi seorang Muslimin. Ucapan syahadah merupakan sebuah bukti bagi Muslim yang lain bahwa ia adalah seorang yang beriman kepada Islam. Lantaran hal ini, tidak seorang Muslim yang dapat mengingkarinya, karena ia merupakan seorang yang beriman kepada Islam dan tidak memerlukan hal yang lain untuk membuktikan hal itu.
Cendekia Kristen: Apakah seorang muallaf dipandang sama dan ekual dengan seorang yang menjadi Muslim semenjak lahir?
Ruhani Muslim:: Seorang muallaf adalah ekual dan sama derajatnya dengan Muslim yang lain dalam pandangan al-Qur'an. Lebih dari itu, seorang muallaf memiliki banyak keuntungan daripada seorang yang menjadi Muslim semenjak lahir karena dua alasan:
1. Seorang muallaf mendapatkan ganjaran yang lebih besar dari Tuhan ketimbang seorang yang menjadi Muslim semenjak lahir. Seorang muallaf yang menjadi Muslim biasanya setelah ia mengadakan riset yang panjang dan detail serta harus menghadapi berbagai tekanan psikologis, lantaran mengganti agama bukanlah sebuah pekerjaan mudah. Hal ini menuntut keberanian dan usaha si muallaf, sementara orang yang semenjak kecilnya telah memeluk Islam (Muslim) menerima agamanya melalui warisan dari orang tuanya.
2. Seorang muallaf dipandang, dengan masuknya ia ke dalam Islam, suci dan terbebas dari dosa-dosa sebelumnya. Seluruh dosa-dosa yang ia kerjakan semasa ia memeluk Kristen dihapus secara keseluruhan. Ia hanya akan bertanggung jawab dengan dosa-dosa yang ia lakukan setelah ia menjadi seorang Muslim. Oleh karena itu, jika seseorang menjadi Muslim pada pagi hari, setelah matahari terbit, kemudian ia meninggal pada siang harinya, ia berhak memasuki surga tanpa melakukan atau mengerjakan ritual-ritual keagamaan yang diwajibkan bagi setiap Muslim. Ia tidak harus mengerjakan shalat subuh lantaran ia memeluk Islam setelah matahari terbit, juga tidak harus mengerjakan shalat Zhuhur karena ia meninggal sebelum waktu shalat Zhuhur tiba.
Cendekia Kristen: Kadang-kadang saya menemukan bahwa Islam disebut sebagai "Din at-Tauhid" dan terkadang "Din-al-Fitrah." Karena kedua istilah tersebut merupakan istilah Arab, keduanya harus didefinisikan untuk kepentingan orang-orang non-Arab. Alasan-alasan mengapa Islam disebut dengan istilah ini juga harus dijelaskan.
Ruhani Muslim:: "Din at-Tauhid" bermakna agama yang beriman kepada Keesaan Tuhan, dan "Din al-Fitrah" berarti agama yang sesuai dan selaras dengan tabiat manusia. Islam disebut sebagai agama Tauhid lantaran muatan utama yang terkandung di dalamnya adalah keesaan Tuhan. Doktrin Tuhan Esa merupakan doktrin yang sangat ditekankan dan berulang kali diulas dalam al-Qur'an.
Tatkala Islam diperkenalkan kepada dunia, hampir kebanyakan orang-orang adalah penyembah berhala. Beberapa agama mendakwahkan Keesaan Tuhan namun dalam bentuk yang kurang jelas. Beberapa dari mereka menisbahkan Tuhan sebagai sosok yang berbentuk (anthropomorphic image). Poin yang paling penting dari kandungan risalah samawi baru ini adalah membenarkan dan mengoreksi para penyembah berhala dan menghilangkan segala kabut keburaman konsep Keesaan Tuhan.
Islam disebut sebagai agama fitrah lantaran ajarannya dapat diterima oleh akal manusia ketika akal manusia bebas dari segala bentuk berpikir takhayul dan tidak logis. Nabi Muhamamad Saw bersabda: "Setiap manusia lahir dalam keadaan fitrah; pengaruh ibu bapaknyalah yang menjadikan ia sebagai non-Muslim."
Tatkala seseorang bebas dari pemikiran yang tidak logis, ia dapat dengan mudah, hanya dengan melihat tatanan semesta, menyimpulkan bahwa semesta ini memiliki hanya Satu Pencipta. Adalah mudah diterima sebuah ajaran yang menyeru kita untuk meyakini bahwa semesta yang berusia lebih dari empat milyar tahun lamanya telah dicipta oleh Pencipta Tua Yang Tak-Terbatas.
Namun tidak mudah atau tidak gampang mengidentifikasi bahwa Pencipta itu fana yang kelahirannya terjadi empat billion tahun setelah penciptaan semesta. Adalah natural menerima sebuah ajaran yang menyeru meyakini bahwa Pencipta semesta adalah Mutlak Adil dan Pengasih. Bahwa Pencipta yang Mahaadil dan Pengasih itu tidak akan membebani setiap jiwa dengan dosa orang lain; dan bahwa Dia tidak meminta setiap orang untuk membayar dosa orang lain. Ajaran Islam nampaknya dapat diterima akal manusia, kalaulah akal tersebut belum terkontaminasi oleh ajaran-ajaran yang tidak logis. Atas alasan inilah mengapa Islam disebut sebagai agama fitrah.
5
DIALOG MUSLIM & KRISTEN
Dialog 4: Bagaimana Islam Memandang Penciptaan Semesta? Cendekia Kristen: Dengan kemajuan sains, banyak pertanyaan yang dapat dilontarkan seputar masalah penciptaan semesta. Pertanyaan-pertanyaan ini nampaknya tidak memiliki jawaban dalam Injil, dan terkadang kami temukan beberapa ayat dalam Injil yang bertentangan dengan pengetahuan modern dewasa ini. Saya penasaran jika kita dapat menemukan jawaban-jawaban atas beberapa pertanyaan serup dalam kitab suci umat Islam. Alam semesta kini telah dibuktikan bahwa ia telah menginjak usia lanjut. Usianya diperkirakan triliunan tahun. Kelihatannya Injil mengurangi usia semesta dengan hanya beberapa ribu tahun. Apakah al-Qur’an mengandung penjabaran tentang usia semesta ini?
Ruhani Muslim:: Kitab Suci al-Qur’an tidak menjabarkan usia semesta ini dalam bentuk apapun. Sains juga sejauh ini tidak mampu mengatakan dengan tepat kapan semesta ini bermula. Kitab Suci al-Qur’an telah diperkenalkan pada masa dimana masyarakatnya bukanlah masyarakat ilmiah, masa tatkala orang-orang tidak mampu menerima jangka dan bilangan waktu milyaran atau jutaan tahun. Jika al-Qur’an menyatakan bahwa bintang-bintang bersumber dari milyaran tahun yang lalu, orang-orang telah menolak konsep Islam secara keseluruhan.
Al-Qur’an, dengan demikian, secara bijak berdiam diri dalam masalah ini. Untuk menjadi benar, Anda tidak perlu mengatakan seluruh apa yang Anda ketahui ihwal kebenaran; yang Anda perlukan hanyalah mencegah orang-orang tidak menerima informasi dan berita yang salah serta menyesatkan. Oleh karena itu, pintu tetap terbuka untuk setiap teori ilmiah, sehingga informasi dan warta keagamaan tidak berbenturan dengan setiap pengetahuan ilmiah.
Cendekia Kristen: Benda-benda angkasa, bintang-gemintang, dan planet-planet yang kini terhitung sebanyak miliaran dan ratusan miliar banyaknya. Jumlah dari kesemua itu sangatlah fantastis dan terkadang di luar imaginasi kita. Untuk membentuk benda-benda yang tak terhitung semacam itu, hal itu akan mengambil sejumlah material yang berada di luar kemampuan kita untuk menghitungnya. Apakah kita memiliki ayat dalam al-Qur’an tentang dari jenis materi apa benda-benda ini terbuat?
Ruhani Muslim:: Kitab Suci al-Qur’an menyatakan bahwa benda-benda itu terbuat dari benda semacam gas. Hal ini sesuai dengan teori modern yang mengatakan bahwa benda-benda angkasa terbuat dari gas hidrogen. Dari al-Qur’an kita membaca, “Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: “Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa”. keduanya menjawab: “Kami datang dengan suka hati”. (Qs. Fusshilat [41]:11)
Cendekia Kristen: Apakah al-Qur’an mengandung ayat tentang materi pertama yang dicipta?
Ruhani Muslim:: Ayat yang dinukil di atas menunjukkan bahwa asap atau apa yang membentuk molekul-molekul dan atom-atom asap merupakan benda pertama yang hadir di dunia ini.
Cendekia Kristen: Dari materi apa Allah Yang Mahakuasa menciptakan kehidupan?
Ruhani Muslim:: Al-Qur’an menyatakan bahwa Tuhan menciptakan seluruh makhluk hidup dari air: “Dan Apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka Mengapakah mereka tiada juga beriman?” (Qs. al-Anbiya [21]:30)“Dan Allah telah menciptakan semua jenis hewan dari air, Maka sebagian dari hewan itu ada yang berjalan di atas perutnya dan sebagian berjalan dengan dua kaki sedang sebagian (yang lain) berjalan dengan empat kaki. Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya, Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (Qs. an-Nur [24]:45)
6
DIALOG MUSLIM & KRISTEN
Dialog 5: Tatanan Penciptaan Cendekia Kristen: Apakah Qur’an menegaskan ayat dalam Injil yang termaktub dalam kitab Kejadian (Genesis) ihwal tatanan dalam penciptaan semesta?
Ruhani Muslim:: Al-Qur’an tidak memuat ayat semacam itu tentang tatanan dalam penciptaan. Namun, kaum Muslimin tidak menerima kandungan bagian pertama dalam kitab Kejadian (Genesis) lantaran dalam buku itu terdapat kontrakdiksi dan ketidakselarasan.
Cendekia Kristen: Coba berikan beberapa contoh dari kontradiksi yang Anda sebutkan itu.
Ruhani Muslim: : Silahkan perhatikan beberapa contoh berikut ini:
1. Berfirmanlah Allah: “Jadilah terang.” Lalu terang itu jadi. Allah melihat bahwa terang itu baik, lalu dipisahkan-Nyalah terang itu dari gelap. Dan Allah menamai terang itu siang, dan gelap itu malam. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari pertama.” (Kejadian, 1 :3-5) Ayat Kejadian ini menunjukkan bahwa hal pertama yang dicipta adalah siang dan malam. Namun kita ketahui bahwa siang dan malam dapat hadir setelah keberadaan matahari dan melalui terbit dan terbenamnya.
Bagaimanapun, ayat 14 dari surah yang sama mengindikasikan bahwa matahari diciptakan pada hari keempat: “Berfirmanlah Allah: “Jadilah benda-benda penerang pada cakrawala untuk memisahkan siang dari malam. Biarlah benda-benda penerang itu menjadi tanda yang menunjukkan masa-masa yang tetap dan hari-hari serta tahun-tahun.
Dan sebagai penerang pada cakrawala biarlah benda-benda itu menerangi bumi.” Dan jadilah demikian. Maka Allah menjadikan kedua benda penerang yang besar itu, yakni yang lebih besar untuk menguasai siang dan yang lebih kecil untuk menguasai malam, dan menjadikan juga bintang-bintang. Allah menaruh semuanya itu di cakrawala untuk menerangi bumi dan untuk menguasai siang dan malam dan untuk memisahkan terang dari gelap. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari keempat.” (Kejadian 1:14-19) Redaksi pada ayat ini menunjukkan bahwa matahari dicipta pada hari keempat, dan dari sinilah seharusnya hari bermula. Hal ini, tentu saja, berseberangan dengan ayat 3 yang mengabarkan kepada kita permulaan hari ketiga tahap sebelum pembentukan matahari.
2. Pada Surah yang sama disebutkan bahwa tumbuh-tumbuhan, tanaman yang memiliki benih, dan pepohonan yang berbuah diciptakan dan tumbuh pada hari ketiga: “Dan Tuhan berfirman, “Hendaklah tanah menumbuhkan tunas-tunas muda, tumbuh-tumbuhan yang berbiji, segala jenis pepohonan buah-buahan yang menghasilkan berbiji, supaya ada tumbuh-tumbuhan yang berbiji. Allah melihatnya semuanya itu baik. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari ketiga.” (Kejadian 1:11-13) Namun kita tahu bahwa tidak satu pun tumbuh-tumbuhan dan tanam-tanaman ini dapat tumbuh berkembang tanpa matahari, sementara pada surah yang sama disebutkan bahwa matahari diciptakan pada hari keempat sebagaiamana yang disebutkan sebelumnya.
3. Pada surah yang sama disebutkan bahwa Tuhan, pada hari keenam, menciptakan manusia dalam citra dan rupa-Nya sendiri: “Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka.” (Kejadian 1: 27) Kaum Muslimin meyakini bahwa Tuhan tidak memiliki rupa dan bentuk. Dia adalah tak terbatas Yang meliputi seluruh semesta. Dia tidak memiliki raga, juga tidak berbentuk materi, juga pandangan tidak mampu mencerap-Nya. Berpikir bahw Tuhan memiliki bentuk dan rupa manusia, bagi kaum Muslimin adalah meruntuhkan seluruh tatanan konsep Ketuhanan.
4. Surah kedua (dari kitab Kejadian) bertolak belakang dengan surah pertama. Pada surah pertama, sebagaiamana Anda ketahui, telah disebutkan bahwa tumbuh-tumbuhan dan tanaman serta pepohonan diciptakan pada hari ketiga, sebelum penciptaan manusia, yang diciptakan pada hari keenam. Surah kedua mengatakan bahwa manusia diciptakan sebelum penciptaan tumbuh-tumbuhan dan tanaman: “Demikianlah riwayat langit dan bumi pada waktu diciptakan. Ketika Allah menjadikan bumi dan langit… belum ada semak apapun di bumi, belum timbul tumbuh-tumbuhan apapun di ilalang, sebab Tuhan Allah belum menurunkan hujan di bumi, dan belum ada yang mengusahakan tanah itu; tetapi ada kabut naik ke atas dari bumi dan membasahi seluruh permukaan bumi itu.
Ketika itulah Tuhan Allah membentuk manusia itu dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup. Selanjutnya Tuhan Allah membuat taman di Eden; di sebelah timur; di situlah ditempatkan-Nya manusia yang dibentuk-Nya itu. Lalu Tuhan Allah menumbuhkan berbagai-bagai pohon dari bumi, yang menarik dan yang baik untuk makan buahnya; dan pohon kehidupan di tengah-tengah taman itu, serta pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang buruk.”(Kejadian 2:49)
Pada ayat ini disebutkan secara terang bahwa tidak ada tanaman sebelum penciptaan manusia. Terdapat poin lain dalam ayat ini, yaitu, adanya pohon pengetahuan ihwal baik dan buruk. Namu yang kita ketahui bahwa pengetahuan tidak tumbuh di atas pohon; ia didapatkan melalui pengalaman dan pembelajaran.
5. Pada surah pertama (dari kitab Kejadian) telah disebutkan bahwa kerajaan binatang diciptakan pada hari kelima: “Dan Tuhan berfirman, “Hendaklah dalam air berkeriapan makhluk yang hidup, dan hendaklah burung berterbangan di atas bumi melintasi cakrawala.” Maka Allah menciptakan binatang-binatang laut yang besar dan segala jenis makhluk hidup yang bergerak, yang berkeriapan dalam air, dan segala jenis burung yang bersayap. Allah melihat semuanya itu baik.
Lalu Allah memberkati semuanya itu, firman-Nya: “Berkembangbiaklah dan bertambah banyaklah serta penuhilah air dalam laut, dan hendaklah burung-burung di bumi bertambah banyak. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari kelima. Berfirmanlah Allah: “Baiklah kita menjadikan segala jenis binatang liar dan segala jenis ternak dan binatang melata dan segala jenis binatang melata di muka bumi.
Allah melihat bahwa semuanya baik. Berfirmanlah Allah: “Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi.” (Kejadian 1:20-26)
Ayat ini secara jelas menunjukkan bahwa manusia diciptakan setelah penciptaan ikan, burung-burung, binatang liar dan melata, namun pada surah kedua disebutkan bahwa manusia diciptakan sebelum penciptaan makhluk tersebut: “Tuhan Allah berfirman: “Tidak baik kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia.” Lalu Tuhan Allah membentuk dari tanah segala binatang hutan dan segala burung di udara. Dibawa-Nyalah semuanya kepada manusia itu untuk melihat, bagaimana ia menamainya; dan seperti nama yang diberikan manusia itu kepada tiap-tiap makhluk hidup, demikianlah nanti nama makhluk hidup itu.” (Kejadian 2:18-19)
6. Kita jumpai pada surah ketiga kitab Kejadian bahwa Hawa dikecoh oleh ular yang membujuknya untuk memakan pohon terlarang: “Ular itu berkata kepada perempuan itu: “Tentulah Allah berfirman, “Semua pohon dalam taman ini jangan kamu memakan buahnya, bukan? ….Namun ular itu berkata kepada perempuan itu: “Sekali-kali kamu tidak akan mati. Tetapi Allah mengetahui, bahwa pada waktu kamu memakannya matamu akan terbuka, dan kamu akan menjadi seperti Allah, tahu tentang yang baik dan yang jahat.” (Kejadian 3:1-5) Tapi kita tahu bahwa seekor ular tidak mampu berbicara, mengecoh atau membujuk. Seekor ular tidak dianugerahi kemampuan mental atau mengucapkan kata-kata dan bercakap-cakap.
7. Pada surah yang sama kita jumpai hal yang menunjukkan keterbatasan pengetahuan Tuhan, dan Dia adalah raga yang berjalan dan bahwa Adam dan Hawa mampu bersembunyi dari-Nya:“Dan ketika mereka mendengar suara langkah Tuhan, yang berjalan-jalan dalam taman itu pada waktu hari sejuk, bersembunyilah manusia dan isterinya itu dari Tuhan Allah di antara pepohonan dan taman. Tetapi Tuhan Allah memanggil manusia itu dan berfirman kepadanya, “Dimanakah engkau?” Ia menjawab: “Ketika aku mendengar, bahwa Engkau ada dalam taman ini, aku menjadi takut, karena aku telanjang; sebab itu aku bersembunyi.” Firman-Nya, “Siapakah yang memberitahukan kepadamu, bahwa engkau telanjang? Apakah engkau makan dari buah pohon, yang Kularang engkau makan itu?” (Kejadian 3:8-11) Tiada satu pun yang tersembunyi dari Tuhan yang Mahahadir dan Mahatahu segala sesuatu. Tuhan tidak perlu bertanya kepada Adam dimana gerangan ia berada dan juga tidak perlu bertanya apakah ia telah memakan pohon itu.
7
DIALOG MUSLIM & KRISTEN
Dialog 6: Pencipta Semesta Cendekia Kristen: Saya tahu bahwa beriman kepada Tuhan, Sang Pencipta semesta merupakan hal pertama dan utama dalam keyakinan Islam, dan bahwa pengingkaran terhadap keberadaan-Nya mengeluarkan seseorang dari agama Islam. Tapi saya tidak tahu apakah Islam menawarkan bukti konkrit tentang eksistensi Wujud Agung atau apakah ia menasihati para pengikutnya untuk bersandar kepada ayat-ayat otoritatif Qur’an dan hadis-hadis Nabi.
Ruhani Muslim:: Islam menuntut setiap pengikutnya untuk beriman kepada Tuhan, Sang Pencipta Semesta, tapi ia tidak menasihatkan mereka untuk menyandarkan keyakinan tersebut kepada ayat-ayat Qur’an atau hadis-hadis Nabi Saw.
Keyakinan kami kepada sebuah kitab suci, seperti al-Qur’an, atau kepada seorang nabi suci, seperti Muhammad, harus didahului oleh keyakinan kami kepada Tuhan. Sebuah kitab religius adalah suci lantaran diperkenalkan oleh seorang yang kita pandang sebagai nabi. Kenabian dapat diterima bilamana ada Tuhan karena seorang nabi merupakan seorang utusan Tuhan.
Keyakinan kami kepada Tuhan, dengan demikian, harus hadir sebelum keyakinan kami terhadap sebuah kitab agama atau seorang nabi, bukan sebaliknya. Tidak ada kitab agama yang diyakini oleh setiap orang, dan tidak ada nabi yang dikenali secara universal. Oleh karena itu, akan menjadi sia-sia bersandar kepada sebuah hadis otoritatif seorang nabi atau sebuah kitab suci tatkala berurusan dengan seorang atheis yang menolak seluruh pewahyuan samawi dan mengingkari seluruh konsep tentang Tuhan.
Cendekia Kristen: Apakah harus saya pahami dari komentar Anda bahwa Islam menawarkan beberapa bukti (argumen) universal untuk menyokong keberadaan Tuhan yang boleh jadi dipertimbangkan bahkan oleh mereka yang tidak memeluk satu agama pun, seperti kaum atheis dan agnostis? Jika ini yang Anda maksud, apa buktinya (argumen)?
Ruhani Muslim:: Tatkala keyakinan kita kepada Tuhan mendahului keyakinan keagamaan yang lain, bukti yang menghasilkan keyakinan semacam ini harus bercorak universal dan tersedia bagi setiap makhluk rasional, apakah ia mengikuti sebuah agama tertentu atau tidak. Kitab Suci al-Qur’an menawarkan semesta sebagai bukti keberadaan Penciptanya.
Dunia material, benda-benda angkasa, bumi, dan planet-planet lainnya, dipandang oleh Islam sebagai bukti utama Pencipta materi dan energi. Dunia materi dapat diamati oleh atheis demikian juga oleh kaum beriman, bagi mereka yang tak terpelajar dan juga bagi filosof. Seseorang dapat merefleksikan susunan benda-benda angkasa dan keberadaan materi dan energi tanpa menganut suatu agama tertentu atau mengenal setiap kitab-kitab agama.
Cendekia Kristen: Namun mengapa seseorang harus memandang keberadaan dunia mater sebagai bukti keberadaan pencipta materi? Anggaplah seseorang memandang bahwa materi atau energi telah berusia lanjut secara tak terbatas, dan ia tidak pernah didahului oleh ketiadaan. Mampukah Anda mematahkan pandangannya?
Ruhani Muslim: Sangat sukar diterima gagasan yang menyatakan bahwa materi berusia lanjut secara tak terbatas. Ketika seseorang berkata bahwa materi atau energi telah berusia lanjut secara tak terbatas, ia beranggapan bahwa materi yang darinya miliaran bintang-bintang tercipta, hadir secara simultan. Tatkala kita sadari bahwa setiap bintang memuat miliaran ton materi, dan bahwa keseimbangan materi mentah lebih banyak dari materi yang terkandung dalam bintang-bintang dan planet-planet, kita sadari kemustahilan gagasan ini. Kita tidak dapat menerima bahwa seluruh kuantitas materi ini hadir dalam sekejap dan tiada satu pun darinya yang didahului oleh ketiadaan.
Ketika Anda berkata bahwa hanya satu porsi dari materi itu yang berusia lanjut secara tak terbatas, dan porsi lainnya mewujud pada tingkatan selanjutnya, artinya Anda menerima kebutuhan pencipta, karena materi yang tidak hidup tidak berkembang melalui swa-reproduksi. Hanya makhluk hidup yang mampu memperbanyak jenis mereka melalui swa-reproduksi. Membolehkan adanya perkembangan gradual dalam kuantitas materi artinya menerima kebutuhan terhadap seorang pencipta.
Cendekia Kristen: Saya boleh jadi setuju dengan Anda bahwa materi dan energi harus didahului oleh ketiadaan. Namun hal ini tidak begitu jelas bagi manusia. Apakah ajaran Islam menyarankan pertimbangan segala sesuatu dalam tabiat bahwa secara pasti didahului oleh ketiadaan?
Ruhani Muslim:: Iya, ada sesuatu yang kita ketahui semuanya, dan ia lahir setelah keberadaan bumi, namanya:kehidupan.
Para ilmuan kita mengatakan bahwa bumi terlalu panas (dan sebagian dari mereka berkta terlalu dingin) bagi setiap jenis kehidupan untuk mengada. Bumi memerlukan jutaan tahun lamanya hingga ia menjadi tempat yang layak untuk kehidupan. Oleh karena itu, tanpa ragu, kehidupan adalah sebuah kelahiran baru. Ilmu pengetahuan, bagaimanapun, mengatakan kepada kita bahwa kehidupan tidak bermula dari non-makhluk hidup. Eksperimen Pasteur, yang terjadi pada abad kesembilanbelas, masih berlaku hingga sekarang.
Melalui sup yang ia sterilkan, ia membuktikan tanpa adanya keraguan bahwa kehidupan tidak bermula dari materi non-animatif (yang tidak hidup). Kaum ilmuan dewasa ini masih tidak mampu untuk mematahkan kesimpulannya. Bumi, beserta atmosfirnya, pada saat pembentukannya adalah steril dan tidak produktif. Transformasi materi-materi yang non-animatif seperti, karbon, hidrogen, nitrogen, kalsium dan besi, tidak dapat dilakukan melalui proses natural. Ia harus dilakukan melalui mukjizat. Hal ini bermakna bahwa keberadaan hidup di atas planet merupakan bukti yang terang akan keberadaan sosok Cerdas, Pencipta yang bersifat supernatural.
Cendekia Kristen: Anda telah membuatnya jelas. Pada kenyataannya, para ilmuan selama beberapa dekade telah mencoba tanpa henti untuk menyingkap misteri kehidupan dan menjelaskan permulaannya pada planet ini. Namun usaha mereka yang tak kenal lelah sejauh ini tidak menghasilkan pengetahuan yang bersifat substansial dalam bidang ini.
Keberadaan kehidupan di planet ini, tanpa disangsikan, sebuah keajaiban besar yang tidak dapat terjadi tanpa adanya sebab supernatural. Manusia telah banyak menyingkap rahasia di alam semesta, maju dalam pengetahuan teknis dan ilmiahnya, dan bahkan telah mendarat di bulan; namun di samping semua ini, ia masih tidak mampu menghasilkan selembar daun dari sebuah tanaman atau sebiji benih dari apel. Kini, saya ingin bertanya apakah al-Qur’an menyebutkan keberadaan kehidupan di planet kita dalam menyokong keberadan Tuhan?
Ruhani Muslim:: Iya, Qur’an menyebutkan transformasi bumi yang tidak hidup menjadi hidup sebagai sebuah tanda keberadaan Tuhan: “…Dan suatu tanda (kekuasaan Allah yang besar) bagi mereka adalah bumi yang mati. Kami hidupkan bumi itu dan Kami keluarkan dari padanya biji-bijian, Maka daripadanya mereka makan. Dan Kami jadikan padanya kebun-kebun kurma dan anggur dan Kami pancarkan padanya beberapa mata air.” (Qs. Yasin [36]:33-34)
Cendekia Kristen: Sejauh ini, Anda telah menjawab banyak pertanyaan penting ihwal keberadaan Tuhan, namun ada satu lagi pertanyaan penting lainnya yang Anda tidak singgung: Mengapa kita tidak dapat melihat Tuhan?
Ruhani Muslim:: Dari diskusi kita yang sebelumnya, telah menjadi jelas bahwa Pencipta semesta haruslah bersifat Mutlak dan Tak-terbatas. Dia meliputi seluruh semesta. Dia Mahaberada dan tidak pernah alpa dari manapun. Dengan ke-Mahaberadaan-Nya, penampakannya tidak akan membuat kita percaya kepada-Nya atau mengenal-Nya. Penampakannya akan menjadi sangat merugikan bagi kita. Sebelum kita mengenal-Nya dengan ke-Mahaberadaan-Nya, kita akan binasa.
Penampakannya akan membutakan seluruh manusia. Anggaplah bahwa udara (yang wujud hanya pada ruang yang terbatas) dapat dilihat. Ia akan memiliki warna, dan kita tidak akan melihat apapun kecuali udara yang telah mengisi seluruh atmosfir. Sekiranya hal ini terjadi, kita tidak akan mampu mendapatkan makanan atau minuman, juga tidak akan mampu menemukan jalan atau perlindungan. Jika penampakan udara yang wujud hanya pada atmosfir planet kita akan membutakan dan membinasakan, apatah lagi penampakan Sang Pencipta yang meliputi seluruh alam semesta? Tatkala memikirkan hal ini, kita sadari bahwa betapa beruntungnya kita tidak mampu melihat Tuhan, Pencipta kita.
Cendekia Kristen: Jika Tuhan tidak dapat dilihat, bagaimana kita dapat yakin akan keberadaan-Nya? Bagaimana mungkin seorang atheis percaya kepada Tuhan yang ia tidak lihat?
Ruhani Muslim:: Untuk meyakini sesuatu, Anda tidak perlu harus melihatnya. Anda percaya kepada listrik, namun Anda tidak melihatnya. Anda meyakininya hanya karena Anda melihat produknya seperti cahaya, panas dan sebagainya. Jika hal ini memadai untuk membuat Anda menjadi seorang beriman kepada keberadaan listrik, semesta raya seharusnya memadai bagi setiap manusia untuk percaya kepada keberadaan Sang Pencipta.
Cendekia Kristen: Tolong Anda sebutkan contoh selain listrik.
Ruhani Muslim:: Eksistensi Anda sendiri merupakan sebuah bukti agung tentang keberadaan Adam dan Hawa, atau kita katakan dua manusia pertama. Anda tidak melihat Adam dan Hawa, namun Anda yakin bahwa mereka pernah ada. Untuk membuatnya lebih jelas: Anda datang melalui kedua orangtua Anda. Kedua orang tua Anda datang melalui kedua orang tua mereka, dan kedua orang tua mereka datang melalui kedua orang tua mereka, dan seterusnya. Anda dapat melanjutkannya kembali hingga Adam dan Hawa.
Jika Anda mengingkari kedua manusia pertama, Anda akan melenyapkan generasi pertama dari anak-anak mereka. Dengan menghilangkan generasi pertama, Anda menghilangkan generasi kedua dan seterusnya. Dan pada akhirnya, Anda harus melenyapkan kedua orang tua Anda. Namun Anda berkata kepada diri sendiri: Saya tidak dapat melakukan hal itu karena saya ada di sini. Oleh karena itu, Anda harus berkata: Adam dan Hawa dulu ada.
Cendekia Kristen: Anda telah membuat persoalan ini menjadi jelas. Kita harus percaya kepada Tuhan. Namun bagaimana kita dapat percaya bahwa Dia tidak memiliki permulaan sementara segala sesuatu yang lain selainnya memiliki permulaan?
Ruhani Muslim:: Sang Pencipta semesta tidak dapat didahului oleh ketiadaan; kalau tidak, Dia akan memerlukan tuhan yang lain untuk menciptakannya; dan tuhan itu, jika ia didahului oleh ketiadaan, ia akan memerlukan tuhan yang lain dan demikian seterusnya. Dengan demikian, kita akan memiliki mata rantai yang tak berujung tanpa mencapai sebuah sebab yang tak bersebab yang menjadi sumber keberadaan semesta. Lalu kita harus mengingkari keberadaan semesta. Juga kita harus mengingkari diri kita sendiri sebagai bagian dari semesta ini.[]
8
DIALOG MUSLIM & KRISTEN
Dialog 7: Satu Pencipta Cendekia Kristen: Anda telah menyebutkan sebelumnya bahwa keesaan Tuhan (dialog kedua) merupakan tema yang sangat ditekankan dalam Kitab Suci al-Qur’an; bahwa Islam, atas alasan ini, juga disebut sebagai “Din at-Tauhid (agama yang meyakini keesaan Tuhan); dan bahwa bersaksi terhadap keesaan-Nya merupakan redaksi pertama dalam Deklarasi Keimanan: “Aku bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah.” Apakah Islam menyuguhkan bukti-bukti atas prinsip penting ini?
Ruhani Muslim:: Kitab Suci al-Qur’an menyebutkan hubungan di antara bagian-bagian semesta sebagai bukti keesaan Penciptanya. Ia menasihatkan kita untuk melihat tatanan yang ada di alam semesta, dan kenyataan bahwa tatanan semacam itu tidak dapat mewujud jika terdapat lebih dari Satu Pencipta. Lebih dari satu administrasi bagi semesta adalah lebih mirip dengan satu administrasi untuk satu kota, negeri atau bangsa.
Tentu saja hal ini akan menimbulkan kekacauan dan disorder (amburadul). “Sekiranya ada di langit dan di bumi tuhan-tuhan selain Allah, tentulah keduanya itu telah Rusak binasa. Maka Maha suci Allah yang mempunyai ‘Arsy daripada apa yang mereka sifatkan.” (Qs. al-Anbiya [21]:22) “Dan ketahuilah, wahai putraku,” sabda Imam Ali bin Abi Thalib kepada putranya al-Hasan, “bahwa bila Tuhanmu memiliki sekutu, nabi-nabi dari sekutu-Nya akan datang kepadamu. Namun Dialah satu-satunya Tuhan, sendiri tanpa sekutu.” (Nahjul Balagha, bagian 3)
Cendekia Kristen: Bagaimana pandangan Islam ihwal doktrin Trinitas?
Ruhani Muslim:: Islam dengan sangat tegas mengingkari dan menolak doktrin ini. Kitab Suci al-Qur’an mendeklarasikan: “Katakanlah: “Dia-lah Allah, yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan.Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia.” (Qs. al-Ikhlas [112]:1-4)“Dan mereka berkata: “Tuhan yang Maha Pemurah mengambil (mempunyai) anak”. Sesungguhnya kamu telah mendatangkan sesuatu perkara yang sangat mungkar. Hampir-hampir langit pecah karena Ucapan itu, dan bumi terbelah, dan gunung-gunung runtuh, Karena mereka mendakwahkan Allah yang Maha Pemurah mempunyai anak. Dan tidak layak bagi Tuhan yang Maha Pemurah mengambil (mempunyai) anak.” (Qs. Maryam [19]:88-92)
Cendekia Kristen: Mengapa Islam menolak sedemikian tegas doktrin Trinitas?
Ruhani Muslim:: Islam menolak Trinitas lantaran kebapakan Tuhan bagi seluruh makhluk hidup atau non-makhluk hidup tidak dapat diterima dan mendegradasi konsep ketuhanan. Dia tidak terbatas dan terangkum dalam bentuk raga, dan Dia meliputi segala sesuatu di alam semesta ini. Dia tidak memiliki sekutu untuk memiliki anak sebagaimana tabiat makhluk hidup. Ruh kebapakannya juga tidak dapat diterima bagi setiap jiwa atau ruh apabila hal ini bermakna selain menjadi Pencipta jiwa dan ruh. Tidak ada hubungan yang dapat diterima antara Pencipta dan ciptaan-Nya. Kalau tidak, wujud yang lain akan mandiri dan merdeka dari Tuhan, dan akan menjadi sekutu-Nya. Kini, jika kita menisbahkan anak menyatu dengan Tuhan, urusannya seolah-olah saya mengatakan bahwa anakku dan aku adalah satu. Jika statmen itu benar adanya, aku akan menjadi ayah bagi diriku, lantaran aku sendiri adalah putraku sendiri. Dan putraku akan menjadi putra bagi dirinya sendiri, lantaran ia adalah aku.
Oleh karena itu, Tuhan akan menjadi bapak bagi dirinya sendiri, dan putra-Nya menjadi putra bagi dirinya sendiri. Tuhan tidak, dan tidak dapat menjadi bapak dari makhluk hidup atau non-hidup jika kebapakan digunakan dengan makna yang sesungguhnya. Jika kata yang digunakan memiliki arti majazi (figuratif), bermaksud bahwa Tuhan adalah pengasih terhadap makhluknya sebagaimana pengasihnya seorang ayah, maka Dia tidak hanya akan menjadi ayah bagi satu orang tetapi bagi seluruh umat manusia. Dan hal ini merupakan sesuatu yang dapat dipahami dari doa kaum Krisitan, “Bapa kami, Engkau di surga…”Akan tetapi, bahkan penggunaan ini juga tertolak bagi Islam, lantaran kalimat ini menyesatkan dan membingungkan orang. Oleh karena itu, kaum muslimin, tidak menggunakan kalimat figuratif ini untuk Tuhan.
Cendekia Kristen: Ucapan Anda menunjukkan bahwa kaum Muslimin tidak meyakini keilahian Isa. Apakah Anda memiliki bukti jelas terhadap klaim yang menentang keilahian Isa?
Ruhani Muslim:: Anda tidak perlu mematahkan bukti keilahian Isa atau Muhammad atau manusia lainnya. Namun jika Anda mengklaim keilahian seseorang selain Tuhan, Anda harus membuktikan klaim tersebut. Jika seseorang mengklaim bahwa Anda merupakan seorang malaikat, ia harus membuktikan klaim itu. Saya tidak perlu membuktikan bahwa Anda merupakan seorang manusia lantaran penampilan Anda sebagai seorang manusia dan memiliki seluruh atribut seorang manusia.
Orang yang mengklaim Anda sebagai seorang malaikat yang harus membuktikan klaimnya, lantaran klaimnya itu berlawanan dengan akal sehat dan dengan kenyataan faktual yang terlihat. Tatkala seseorang berkata bahwa Isa atau Muhammad adalah manusia, bukan seorang Tuhan, ia sejalan dengan definisi yang diterima. Isa hidup sebagaimana manusia, memiliki rupa seperti manusia, tidur dan makan sebagaimana laiknya manusia dan dianiaya sebagaimana manusia. Tidak ada satu pun dari fakta ini yang memerlukan bukti. Hal ini tidak seperti kasusnya dengan orang yang mengklaim keilahiannya. Klaimnya bertentangan dengan pengetahuan umum.
Oleh karena itu, ia dan bukan orang lain, yang harus menghadirkan bukti untuk menyokong klaim tersebut. Meski kaum Muslimin tidak sepatutnya menyuguhkan bukti untuk mengingkari keilahian Isa, mereka dapat menghadirkan bukti dan argumen lebih dari satu: 1. Isa merupakan seorang yang ahli ibadah. Tentu saja, ia beribadah kepada Tuhan, bukan kepada dirinya. Hal ini membuktikan bahwa ia bukanlah tuhan namun seorang hamba Tuhan. 2. Sesuai dengan tiga kitab Injil, ucapan terakhir yang disampaikan Isa adalah: “Tuhanku, Tuhanku, mengapa Engkau meninggalkanku?” Seseorang yang memiliki tuhan bukanlah Tuhan.3. Tuhan adalah abadi, sementara Isa adalah fana; Tuhan Mahakuasa, tapi Isa dianiaya.
Cendekia Kristen: Mengapa kita tidak dapat melihat Isa sebagai seorang tuhan dari sisi spiritual dan seorang manusia yang fana dari sisi keragaannya?
Ruhani Muslim:: Memiliki dua sisi, raga dan ruhani, tidak hanya dimiliki oleh Isa secara eksklusif, karena setiap manusia memiliki kedua sisi ini. Anda memiliki dua sisi, ruhani dan ragawi dan demikian juga saya. Dan ruh kita tidak ada satu pun yang berisifat fana, karena ruh kita akan tetap hidup setelah kematian kita. Namun hal ini tidak membuat kita menjadi Tuhan, demikian juga bagi Isa.
Cendekia Kristen: Namun Isa tidak seperti kita. Ia, menurut al-Qur’an dan Injil, lahir dari seorang ibu perawan tanpa ayah. Bukankah hal ini bermakna bahwa ia lebih dari seorang manusia biasa?
Ruhani Muslim:: Terlahir dari seorang ibu tanpa seorang ayah tidak akan membuat Isa lebih dari seorang manusia biasa. Adam dicipta tanpa ayah dan ibu, dan hal itu tidak membuatnya melebihi manusia biasa. Dari al-Qur’an kita membaca: “Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa di sisi Allah, adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya: “Jadilah” (seorang manusia), Maka jadilah Dia.” (Qs. Ali Imran [3]:59) Isa bukanlah tuhan, demikian juga Adam karena tidak satu pun dari mereka yang merupakan Sang Pencipta semesta.
Cendekia Kristen: Bagaimana kita tahu bahwa ia bukan Pencipta semesta?
Ruhani Muslim:: Para ilmuan berkata bahwa usia bintang-bintang adalah lebih dari empat miliar tahun lamanya, dan Isa lahir kurang lebih dua ribu tahun yang lalu. Bagaimana mungkin usia semesta yang sedemikian tuanya dicipta oleh seorang pencipta muda?
Cendekia Kristen: Anda tepat. Dan saya pikir Anda telah membuat masalahnya menjadi jelas untuk meyakinkan setiap orang yang berpikiran jujur dan jernih. Sebenarnya, fakta-fakta yang Anda beberkan telah masyhur bagi setiap orang. Namun menakjubkan bagaimana orang-orang melalaikannya. Saya pikir mereka melakukan hal ini karena mereka diajarkan keilahian Isa semenjak kecil.
Ajaran ini diulang-ulang di rumah dan di gereja yang tetap lekat dalam ingatan anak-anak; dan ketika mereka tumbuh dewasa, mereka tumbuh seiring dengan pikiran mereka. Mereka tidak mempersoalkan masalah ini karena mengangggap masalah ini sudah seperti ini adanya (taken for granted). Dari apa yang telah didialogkan selama ini, telah jelas bagiku pandangan tanpa kompromi Islam ihwal keesaan Tuhan yang merupakan hal yang sangat rasional. Oleh karena itu, saya bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah Yang Mahakuasa, Esa tanpa sekutu, mitra dan anak.
9
DIALOG MUSLIM & KRISTEN
Dialog 8: Persamaan dan Perbedaan Islam dan Kristen Ihwal Isa Cendekia Kristen: Seluruh masalah tauhid dan monoteisme dalam Islam, sesuai dengan penjelasan Anda, telah menjadi jelas. Ajaran Islam berkenaan dengan Isa juga telah menjadi terang. Kini saya ingin mendengar poin secara ringkas tentang persamaan Islam dan Kristen ihwal Isa.
Ruhani Muslim: Islam sejalan dengan Kristen, secara umum, sebagaimana pada poin-poin berikut ini:
1. Islam mendakwahkan kesucian Isa As. Pada kenyataannya, hal ini menjadi bagian penting dalam ajaran Islam untuk mengagungkan dan meyakini kesucian Isa As, dan bahwa ia hidup di dunia ini sebagai seorang yang bebas dari segala bentuk dosa.
Dari al-Qur’an kita membaca, “(ingatlah), ketika Malaikat berkata: “Hai Maryam, seungguhnya Allah menggembirakan kamu (dengan kelahiran seorang putera yang diciptakan) dengan kalimat (yang datang) daripada-Nya, namanya Al masih Isa putera Maryam, seorang terkemuka di dunia dan di akhirat dan Termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada Allah).” (Qs. Ali Imran [3]:45)
2. Islam mendeklarasikan kesucian Maria, ibunda Isa. Tidak ada seorang Muslim yang dapat meragukan kesucian dan kesusilaan Maria. Ia, sesuai dengan al-Qur’an, merupakan wanita tersuci di antara bangsa-bangsa, “Dan (ingatlah) ketika Malaikat (Jibril) berkata: “Hai Maryam, Sesungguhnya Allah telah memilih kamu, mensucikan kamu dan melebihkan kamu atas segala wanita di dunia (yang semasa dengan kamu). Hai Maryam, taatlah kepada Tuhanmu, sujud dan ruku’lah bersama orang-orang yang ruku’. (Qs. Ali Imran [3]:42-43)
3. Islam menyatakan bahwa Isa dengan mukjizat lahir dari seorang ibu perawan tanpa seorang ayah. Al-Qur’an menegaskan, “Dan Ceritakanlah (kisah) Maryam di dalam Al-Qura'n, Yaitu ketika ia menjauhkan diri dari keluarganya ke suatu tempat di sebelah timur. Maka ia Mengadakan tabir (yang melindunginya) dari mereka; lalu Kami mengutus roh Kami kepadanya, Maka ia menjelma di hadapannya (dalam bentuk) manusia yang sempurna. Maryam berkata:
“Sesungguhnya aku berlindung dari padamu kepada Tuhan yang Maha pemurah, jika kamu seorang yang bertakwa”. Ia (Jibril) berkata: “Sesungguhnya aku ini hanyalah seorang utusan Tuhanmu, untuk memberimu seorang anak laki-laki yang suci”. Maryam berkata: “Bagaimana akan ada bagiku seorang anak laki-laki, sedang tidak pernah seorang manusiapun menyentuhku dan aku bukan (pula) seorang pezina!” Jibril berkata: “Demikianlah”. Tuhanmu berfirman: “Hal itu adalah mudah bagiku; dan agar dapat Kami menjadikannya suatu tanda bagi manusia dan sebagai rahmat dari kami; dan hal itu adalah suatu perkara yang sudah diputuskan”. Maka Maryam mengandungnya, lalu ia menyisihkan diri dengan kandungannya itu ke tempat yang jauh. Maka rasa sakit akan melahirkan anak memaksa ia (bersandar) pada pangkal pohon kurma, Dia berkata: “Aduhai, Alangkah baiknya aku mati sebelum ini, dan aku menjadi barang yang tidak berarti, lagi dilupakan”.
Maka Jibril menyerunya dari tempat yang rendah: “Janganlah kamu bersedih hati, Sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan anak sungai di bawahmu. Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu. Maka makan, minum dan bersenang hatilah kamu. jika kamu melihat seorang manusia, Maka Katakanlah: “Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan yang Maha pemurah, Maka aku tidak akan berbicara dengan seorang manusiapun pada hari ini”. (Qs. Maryam [19]:16-26) 4. Al-Qur’an mengatributkan kepada Isa banyak mukjizat yang disebutkan dalam Injil.
Menurut al-Qur’an, Isa diberikan kekuasaan oleh Allah untuk menyembuhkan orang sakit, menghidupkan orang mati, dan membuat orang buta menjadi melihat, “Dan (sebagai) Rasul kepada Bani Israil (yang berkata kepada mereka): “Sesungguhnya aku telah datang kepadamu dengan membawa sesuatu tanda (mukjizat) dari Tuhanmu, Yaitu aku membuat untuk kamu dari tanah berbentuk burung; kemudian aku meniupnya, Maka ia menjadi seekor burung dengan seizin Allah; dan aku menyembuhkan orang yang buta sejak dari lahirnya dan orang yang berpenyakit sopak; dan aku menghidupkan orang mati dengan seizin Allah; dan aku kabarkan kepadamu apa yang kamu makan dan apa yang kamu simpan di rumahmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu adalah suatu tanda (kebenaran kerasulanku) bagimu, jika kamu sungguh-sungguh beriman.” (Qs. Ali Imran [3]:49) Di samping itu, Kitab Suci al-Qur’an menisbahkan kepada Isa sebuah mukjizat yang tidak tercatat dalam kitab-kitab Injil: Isa berbicara dengan jelas tatkala ia masih dalam buaian (ayunan), “Maka Maryam membawa anak itu kepada kaumnya dengan menggendongnya. kaumnya berkata: “Hai Maryam, Sesungguhnya kamu telah melakukan sesuatu yang amat mungkar. Hai saudara perempuan Harun, ayahmu sekali-kali bukanlah seorang yang jahat dan ibumu sekali-kali bukanlah seorang pezina”.
Maka Maryam menunjuk kepada anaknya. Mereka berkata: “Bagaimana Kami akan berbicara dengan anak kecil yang masih di dalam ayunan?” Berkata Isa: “Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Al kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang Nabi, dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) shalat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup; Dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka. Dan Kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaKu, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali.” (Qs. Maryam [19]:27-33)
Cendekia Kristen: Titik-titik persamaan, berkat penjelasan Anda, telah menjadi jelas. Saya tahu bahwa para pengikut banyak agama memiliki pandangan yang berbeda dalam masalah Isa. Sebagian dari mereka dapat dipandang sebagai anti-Isa lantaran mereka mengingkari kesucian Isa dan Maria, tidak meyakini mukjizat-mukjizatnya dan menolak kebenarannya; sebagian dari mereka bersikap netral, juga tidak bersikap anti-Isa; dan beberapa dari mereka pro terhadap Isa, meyakini kesuciannya dan menerima seluruh ajarannya dan meyekini seluruh mukjizatnya. Sesuai dengan penjelasan Anda, kaum Muslimin harus dipandang sebagai pro-Isa, sebagaimana kaum Kristian sendiri. Apa yang tertinggal kini adalah melihat titik-titik perbedaan antara kaum Muslimin dan kaum Kristian berkenaan dengan Isa.
Ruhani Muslim: Wilayah perbedaan antara Islam dan Kristen, dalam melihat Isa, termasuk dalam beberapa poin-poin berikut ini:
1. Kendati Islam menerima kesucian Isa, namun ia mengingkari keilahian Isa. Menurut ajaran Islam, Isa tidak memiliki sifat ketuhanan. Ia bukan Tuhan, juga tidak menyatu dengan Tuhan. Ia layak mendapatkan pengagungan, takzim dan penghormatan, namun ia tidak patut untuk disembah. Islam bersikap non-kompromi dalam tauhidnya. Tuhan hanya Satu, tiada Tuhan selain Dia, Mahakuasa, Abadi, Swa-Ada, Nir-batas dalam pengetahuan, hidup dan kekuasaan. Isa tidak abadi. Ia hidup kurang lebih 2000 tahun yang lalu, dan menurut kitab-kitab Injil, usianya tidak panjang. Ia bukan mahakuasa lantaran mendapatkan penganiayaan; juga tidak nir-batas. Ia tidak dapat menjadi Sang Pencipta semesta lantaran semesta telah berusia lebih dari empat miliar tahun lamanya, sementara ia lahir kurang lebih dua ribu tahun yang lalu. Ia tidak layak disembah karena ia sendiri merupakan hamba yang beribadah kepada Tuhan.
2. Isa, sesuai dengan ajaran Islam, bukan merupakan anak Tuhan. Tuhan tidak memiliki putra atau anak, karena Dia di atas semua itu. Sejatinya, kebapakan merupakan sesuatu yang tidak diterima dalam urusan Tuhan lantaran Dia tidak berbentuk fisikal. Kebapakan spiritual juga tidak dapat diterima karena Dia merupakan Pencipta setiap wujud spiritual dan material.
Dalam al-Qur’an kita dapat menemui poin ini dengan jelas, “Dan mereka (orang-orang musyrik) menjadikan jin itu sekutu bagi Allah, Padahal Allah-lah yang menciptakan jin-jin itu, dan mereka membohong (dengan mengatakan): “Bahwasanya Allah mempunyai anak laki-laki dan perempuan”, tanpa (berdasar) ilmu pengetahuan. Maha suci Allah dan Maha Tinggi dari sifat-sifat yang mereka berikan. Dia Pencipta langit dan bumi. Bagaimana Dia mempunyai anak Padahal Dia tidak mempunyai isteri. Dia menciptakan segala sesuatu; dan Dia mengetahui segala sesuatu. (yang memiliki sifat-sifat yang) demikian itu ialah Allah Tuhan kamu; tidak ada Tuhan selain dia; Pencipta segala sesuatu, Maka sembahlah dia; dan Dia adalah pemelihara segala sesuatu.” (Qs. al-An’am [6]: 100-102) 3. Islam mengingkari kruksifisi (penyaliban) Isa. Isa tidak mati di atas salib.
Dalam al-Qur’an kita dapat menjumpai poin ini dengan jelas, “Dan karena Ucapan mereka: “Sesungguhnya Kami telah membunuh Al Masih, Isa putra Maryam, Rasul Allah “, Padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa. Tetapi (yang sebenarnya), Allah telah mengangkat Isa kepada-Nya, dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (Qs. an-Nisa [4]:157-158)
Cendekia Kristen: Pandangan ini adalah berseberangan secara tajam dengan ayat-ayat dalam seluruh kitab Injil. Keempat Injil secara terang menyatakan bahwa Isa mati di atas salib. Bagaimana kita dapat merekonsiliasi ayat al-Qur’an ini yang mengingkari dengan tegas kematian Isa di atas salib?
Ruhani Muslim: Ada sebuah jalan untuk merekonsiliasi ayat Qur’ani dan ayat-ayat dalam kitab-kitab Injil: Perbedaan keduanya dapat menjadi sebuah perbedaan antara penampilan dan realitas. Tidak ada keraguan, beberapa peristiwa yang terjadi pada masa apa yang dipandang sebagai masa penyaliban Isa dan kematiannya di atas salib. Kehidupan Isa merupakan kehidupan yang penuh dengan mukjizat. Boleh jadi bahwa orang lain (seperti Yudas, orang yang mengkhianatinya) yang secara mukjizat diserupakan dengannya, dan ia, bukan Isa, yang mati di atas salib.
Ada jalan lain juga untuk merekonsiliasi antara ayat Qur’ani dan ayat-ayat Injil tanpa berujung pada asumsi terhadap mukjizat: Anggaplah Isa ditaruh di atas salib, dan ia pingsan, sehingga ia kelihatannya mati, sementara ia masih hidup. Asumsi ini bukan tanpa bukti dari kitab-kitab Injil: kitab-kitab Injil menyatakan bahwa Isa tidak bertahan lama di atas salib. Ia diturunkan dengan segera, tanpa dipatahkan kakinya, sementara sudah merupakan kebiasaan untuk mematahkan kaki orang yang disalib.
Orang-orang Yahudi mempersiapkan untuk merayakan kepergiannya. Mereka tidak ingin ia tinggal di atas salib hingga hari berikutnya, Sabtu, pada hari dimana mereka tidak boleh melakukan pekerjaan apa pun termasuk penguburan. Karena Isa tidak bertahan lama di atas salib, ia boleh jadi tetap hidup. Kitab-kitab Injil juga menyatakan bahwa setelah Isa kelihatan mati, seseorang menghajarnya dengan sebuah tombak, dan darah mengucur keluar dari badannya. Kita tahu bahwa darah tidak akan mengucur dari badan yang mati.
Hal ini menunjukkan bahwa Isa masih hidup. Kitab-kitab Injil menyatakan bahwa Isa diletakkan di atas kuburnya, dan sebuah batu berat ditaruh di atas pusaranya, dan pada hari Minggu, tubuh itu lenyap, dan bahwa batu itu tersingkir dari mulut pusara itu. Kita memiliki hak untuk curiga bahwa beberapa orang murid Isa menyingkirkan batu itu dan menyelamatkannya. Jika Isa dibangkitkan dengan mukjizat, maka tidak akan perlu adanya penyingkiran batu itu. Tuhan mampu untuk membangkitkan dari kuburnya dan tetap membiarkan batu itu tak bergerak. Penyingkiran batu itu nampaknya merupakan perbuatan manusia, bukan pekerjaan Tuhan.
Di samping itu, kitab-kitab Injil menyatakan bahwa Isa muncul beberapa kali di hadapan muridnya setelah kejadian penyaliban. Seluruh kemunculan ini nampaknya terjadi secara rahasia, dan bahwa Isa tidak ingin muncul secara terang-terangan. Jika ia dibangkitkan dengan mukjizat, ia tidak perlu menyembunyikan dirinya dari musuh-musuhnya.
Rahasia kemunculannya mengindikasikan bahwa ia masih hidup sebagaimana sebelumnya, dan bahwa hidupnya tidak diganggu oleh kematian singkat, dan bahwa ia masih merasa takut akan kejaran musuh-musuhnya. Masyarakat internasional Kafan Suci akhir-akhir ini telah menyimpulkan bahwa noda-noda darah pada kain kafan Isa menunjukkan bahwa Isa masih hidup ketika ia diturunkan dari salib. Kalau tidak, maka tidak akan ada darah pada lembaran kain yang menutupi tubuhnya.
Seorang Kristian, yang beriman kepada penyaliban Isa, akan kesusahan untuk mendamaikan antara dua prinsip yang ia yakini, yaitu: Isa adalah Tuhan dan Isa disalib. Seorang yang disalib tidak dapat menjadi Tuhan lantaran ia tidak mampu melindungi dirinya, apatah lagi untuk menjadi mahakuasa. Seorang Muslim, di sisi lain, tidak menghadapi problem semacam ini. Ia yakin bahwa Isa merupakan seoarang nabi dan tidak lebih. Seorang nabi boleh jadi dianiaya dan disalib, lantaran seorang nabi tidak harus menjadi mahakuasa. Meski Islam tidak memiliki problem kontradiksi, ia telah memecahkan problem yang sebenarnya tidak ia miliki. Isa tidak disalib. Tuhan yang telah melindunginya.
4. Islam tidak sejalan dengan Kristen dalam hal doktrin penebusan dosa. (Doctrine of Redemption). Doktrin penebusan adalah bersandar pada doktrin dosa semula (original sin): bahwa umat manusia telah dikutuk oleh Tuhan karena dosa Adam dan Hawa yang secara konsekuensial diwarisi oleh anak-anak mereka. Islam menafikan seluruh doktrin dosa semula; Tuhan tidak mengutuk manusia lantaran sebuah dosa yang dilakukan oleh sepasang manusia yang hidup pada masa-masa awal penciptaan. (Hal ini dapat dibuat jelas dalam poin-poin berikut ini) Tidak ada dosa asli; oleh karena itu, tidak perlu pada penebusan bagi manusia dari dosa yang sebenarnya tidak ada. Terlebih, anggaplah bahwa terdapat dosa semula.
Untuk memaafkan umat manusia dari dosa asal mereka, Tuhan tidak perlu kepada seorang yang tanpa dosa, sepert Isa, untuk disalib. Dia dapat memaafkan umat tanpa menyebabkan penderitaan seorang yang tak berdosa. Berkata bahwa Tuhan tidak memaafkan umat manusia kecuali menyalib Isa, adalah menempatkan Dia pada posisi seorang penguasa yang tidak ditaati oleh warganya. Tatkala anak-anak meminta penguasa untuk memaafkan dosa ayah mereka, ia menolak untuk melakukan hal itu kecuali ia membunuh salah seorang yang ia cintai.
Jika mereka melakukan kejahatan yang serius, ia akan memaafkannya; kalau tidak, ia tidak akan melakukannya. Saya kira bahwa pendakwahan dosa asal tidak akan menempatkan Tuhan dalam posisi seperti itu. Tuhan, Mahadil dan Mahapengasih, tidak mengutuk manusia lantaran dosa para nenek moyang mereka.. Dia dapat mengampuni dosa-dosa mereka tanpa meminta mereka untuk melakukana dosa yang lebih besar.
10
DIALOG MUSLIM & KRISTEN
Dialog 9: Keadilan Ilahi Cendekia Kristen: Saya tahu bahwa al-Qur'an sangat jelas berkisah ihwal sifat-sifat tertentu Tuhan seperti, Mahapengasih, Mahabijaksana, Mahapemurah, Baqa, Pencipta semesta, Esa tanpa sekutu, mitra atau anak. Tapi saya ingin tahu apakah "Adil" merupakan salah satu sifat Tuhan. Sebab saya diberitahu oleh beberapa orang Muslim bahwa ia merupakan salah satu sifat Tuhan, dan beberapa Muslim lainnya berkata tidak.
Ruhani Muslim: Tiada agama yang logis yang dapat menanggung pengingkaran atau keraguan terhadap keadilan Tuhan dan kemahabijakan-Nya. Mengingkari keadilan-Nya adalah sama dengan merongrong konsep keagamaan secara keseluruhan. Tidak ada satu keyakinan agama, bahkan keyakinan terhadap keberadaan Wujud Suprim, akan berguna bagi kita tanpa keyakinan terhadap keadilan-Nya.
Seorang penguasa tiran boleh jadi memberi ganjaran kepada pelaku kejahatan dan menghukum orang yang berbuat kebaikan. Jika seseorang menaatinya, ia tidak mesti menjamin kepuasan baginya. Jika seseorang membangkang titahnya, hal itu tidak mesti menjadikannya orang yang dibenci.
Terlebih, kita meyakini pesan-pesan langit dan utusan-utusan Tuhan karena kita pikir bahwa Dia adalah adil untuk berkata kepada para hamba-Nya apa yang diinginkan-Nya. Namun Tuhan yang tidak adil boleh jadi tidak berkata apa pun kepada kita atau boleh jadi Dia berkata sesuatu yang sebenarnya Dia tidak ingin katakan. Dengan demikian, seluruh doktrin kenabian akan sia-sia.
Pengingkaran terhadap keadilan Tuhan juga akan bermuara kepada pengingkaran akhirat, lantaran hari akhirat merupakan dunia yang mengimplementasikan keadilan dengan memberi ganjaran kepada orang-orang yang berbuat kebaikan dan mengazab orang-orang yang berbuat jahat.
Singkatnya, konsep keadilan Tuhan, bagi kami, merupakan masalah yang penting sebagaimana pentingnya konsep keberadaan Tuhan dan Keesaan-Nya; dan pengingkaran atasnya sedemikian merusak agama sebagaimana pengingkaran terhadap keberadaan Tuhan dan ke-Esa-an-Nya; Oleh karena itu, konsep keadilan Tuhan harus dipandang sebagai fondasi agama dimana tanpanya tidak ada agama yang dapat dibangun secara rasional.
Islam secara keseluruhan sejalan dan selaras dengan cara berpikir logis dan benar seperti ini. Kitab Suci al-Qur'an menyatakan keadilan Tuhan sedemikian tegasnya sebagaimana ia menyatakan ke-Esa-an Tuhan dan keberadaan-Nya. Dalam banyak ayat al-Qur'an, perbuatan tiran dicela dan dikutuk. Sementara itu, banyak ayat lainnya, Tuhan dijelaskan sebagai adil, dan bahwa Dia tidak ingin melakukan kezaliman kepada para hamba-Nya, atau tidak akan menyia-nyiakan perbuatan setiap pelakunya, atau bahwa Dia tidak ingin menyebabkan orang kehilangan sebiji atom kebaikan yang ia lakukan.
"Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), yang menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." (Qs. Ali Imran [3]:18)
"Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya. Dan Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya pula. (Qs. al-Zalzalah [99]:7-8)
Cendekia Kristen: Ucapan Anda tentang keadilan Tuhan merupakan ucapan yang paling rasional yang pernah saya dengar. Pada kenyataannya, pentingnya doktrin keagamaan ini tidak dapat dibesar-besarkan karena konsep ketuhanan tanpa keadilan-Nya tidak akan berguna bagi kita. Kita tidak dapat mempercayai juga jika ada agama yang rela terhadap tuhan yang zalim. Agama Yahudi dan Kristen memiliki pandangan yang sama dengan Islam dalam hal ini, dan tidak ada seorang Kristian atau Yahudi yang meragukan keadilan Tuhan. Doktrin keadilan Tuhan, dengan demikian, dalam pandangan Kristen dan Yahudi adalah sama dalam pandangan Islam, dan saya tidak melihat perbedaan antara tiga keyakinan ini dalam masalah tersebut.
Ruhani Muslim: Perbedaan Islam dan keyakinan yang lain bukan tentang konsep keadilan Tuhan itu sendiri, namun tentang konsep yang bersumber dari konsep ini. Islam tidak menganut doktrin apa pun yang bertentangan dengan doktrin Keadilan Ilahi. Islam mendakwahkan dan mengukuhkan setiap doktrin yang boleh jadi bersumber dari konsep keadilan Tuhan.
Cendekia Kristen: Dapatkah Anda menyebutkan beberapa contoh dari doktrin yang bersumber dari keadilan Tuhan?
Ruhani Muslim: Saya akan menyebutkan tiga prinsip yang bersumber dari doktrin keadilan Ilahi:
1. Tuhan tidak meminta manusia sebagai makhluk-Nya untuk melakukan apa yang mereka tidak dapat melakukannya. Kita dapat menjumpai poin ini dalam al-Qur'an: "Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya." (Qs. al-Baqarah [2]:286)
Apa yang berada di luar kekuasaanmu merupakan hal yang mustahil bagimu untuk melakukannya. Tuhan Yang Mahadadil tidak meminta yang mustahil.
2. Tuhan hanya menuntut tanggung jawab setiap orang dari perbuatan yang ia lakukan di bawah kontrolnya. Tidak ada orang yang bertanggung jawab atas perbuatan orang lain, bahkan jika mereka itu merupakan sahabat atau kerabat, dan termasuk perbuatan yang dilakukan di luar kontrol. Poin ini dapat dijumpai dalam al-Qur'an:
"Katakanlah: "Apakah aku akan mencari Tuhan selain Allah, Padahal Dia adalah Tuhan bagi segala sesuatu. dan tidaklah seorang membuat dosa melainkan kemudharatannya kembali kepada dirinya sendiri; dan seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. kemudian kepada Tuhanmulah kamu kembali, dan akan diberitakan-Nya kepadamu apa yang kamu perselisihkan." (Qs. al-An'am [6]:164)
3. Jika hal ini benar adanya, umat manusia tidak dapat dibebankan perbuatan yang dilakukan Adam dan Hawa. Ketika berkata bahwa seluruh umat manusia dibebankan dengan warisan dari perbuatan tak terpuji Adam dan Hawa artinya bahwa ribuan umat manusia berbagi dengan Adam dan Hawa tanggung jawab atas perbuatan mereka, dan bahwa mereka mendapatkan kutukan dari Tuhan atas kesalahan yang terjadi sebelum kelahiran generasi dari mereka. Hal ini, tentu saja, tidak sejalan dengan keadilan Tuhan.
Mahkamah manusia tidak mengutuk seorang anak atas perbuatan dosa yang dilakukan oleh ayahnya. Bagaimana kita dapat menerima keadilan Tuhan yang menempatkan kesalahan yang dibuat oleh orang tua kepada anak-anak mereka atau cucu-cucu mereka?
Oleh karena itu, Islam dengan tegas menolak doktrin dosa asal, dan memandang setiap umat manusia suci pada saat kelahirannya dan bebas dari segala macam dosa. Sebenarnya, Islam menawarkan bayi manusia sebagai contoh sempurna dari wujud suci dan tanpa dosa. Setiap manusia, menurut ajaran Islam, lahir suci dan bebas dari segala bentuk dosa dan tetap berlanjut suci hingga ia melakukan dosa sebagai seorang dewasa.
Dengan melakukan dosa pada usia dewasa, manusia kehilangan kesuciannya, namun ia dapat meraih kembali kesucian tersebut melalui tobat yang tulus. Tatkala seseorang secara tulus merubah sikapnya dan dengan ikhlas berniat untuk tidak mengulang lagi perbuatan dosanya, dan sebenar-benarnya bersumpah untuk menaati titah Tuhan, Tuhan Yang Mahapengasih akan mengampuni dan menghapus dosa yang telah ia lakukan.
Cendekia Kristen: Biarkan aku melantur sejenak: Adam dan Hawa merupakan orang-orang seperti adanya kita. Mari kita berasumsi bahwa mereka bertobat dengan tulus setelah mereka berbuat kesalahan. Apakah hal itu tidak berarti bahwa kesalahan mereka dihapus?
Ruhani Muslim: Jika Anda berasumsi bahwa Adam telah bertobat setelah ia melakukan perbuatan yang tidak layak ia lakukan, Anda benar. Anda juga tidak keliru jika Anda meyakini bahwa Adam telah mendapatkan ampunan dari Tuhan atas tobat yang ia lakukan. Kitab Suci al-Qur'an mengatakan kepada kita bahwa Tuhan Yang Mahakuasa menerima tobat Adam, dan dengan demikian, perbuatan Adam dimaafkan: "…Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, Maka Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang." (Qs. al-Baqarah [2]:37)
Cendekia Kristen: Jika Adam dimaafkan, mengapa ia diusir dari firdaus?
Ruhani Muslim: Tergelincirnya Adam dari surga tidak mesti berarti sebuah hukuman bagi sebuah dosa. Boleh jadi bermakna hasil dari perubahan statusnya. Pada permulaan, Adam memiliki nilai untuk berkomunikasi dengan Tuhan kapan saja, dan pada masa-masa seperti ini adalah kebahagian dan surga baginya. Dengan bertindak yang tidak patut, ia menjadi rawan untuk tergelincir lagi; artinya, ia telah kehilangan imunitas (kekebalan) dari perbuatan yang tidak patut. Dengan menjadi tidak imun, ia tidak lagi berada pada posisi tinggi yang membuat ia dapat berkomunikasi dengan Tuhannya setiap waktu. Kini ia dapat melakukan hal itu pada masa ia telah bersuci. Kesuciannya, tentu saja, tidak bersifat permanen seperti sebelum ia tergelincir, lantaran ia boleh jadi tergelincir lagi.
Cendekia Kristen: Perjanjian Lama mengabarkan kepada kita bahwa dosa Adam adalah memakan dari sebuah pohon, dan bahwa pohon itu merupakan pohon ilmu pengetahuan yang dititahkan Tuhan kepadanya untuk ia hindari. Bagaimana versi Qur'an dalam masalah ini?
Ruhani Muslim: Kitab Suci al-Qur'an menyatakan bahwa ada sebuah pohon yang dilarang menyentuhnya dan bahwa kesalahan Adam adalah memakan buah dari pohon tersebut. Namun al-Qur'an tidak spesifik dalam pohon jenis apa yang ia makan. Dengan mengetahui spirit logis Islam, saya yakin bahwa pohon itu bukan pohon ilmu pengetahuan lantaran pengetahuan diperoleh dari belajar dan pengalaman, dan ia tidak tumbuh di atas pohon. Boleh jadi tidak ada yang signifikan yang menempel pada pohon itu atau jenisnya secara keseluruhan. Masalah signifikan yang dapat menjadi larangan itu sendiri adalah titah Tuhan untuk menguji keinginan hamba-Nya Adam dan Hawa. Terlebih, Tuhan, menurut al-Qur'an, cinta kepada pengetahuan; bagaimana mungki Dia melarangnya?
Cendekia Kristen: Mari kita kembali kepada topik utama pembahasan kita.
Kini saya yakin bahwa Islam berdiri di atas landasan yang kokoh dalam mendakwahkan kesucian umat manusia dan bahwa ajarannya dalam bidang ini sangat benar dan konsisten. Islam, sejauh ini, menganut prinsip keadilan Tuhan dan menjunjung tinggi prinsip tanggun jawab individu yang tidak dapat dilepaskan dari keadilan Tuhan.
Tatkala kaum Kristian mendakwahkan doktrin dosa asal, mereka sebenarnya menkonstruksi dasar sebuah doktrin lainnya, yaitu: doktrin penebusan. Umat manusia, mereka katakan, adalah berdosa dan terkutuk karena dosa asal. Dengan kata lain, dengan mewarisi dosa Adam dan Hawa, kami bernoda dosa; oleh karena itu, dosa-dosa kita perlu ditebus. Seseorang harus membayar dosa kita. Isa membayarnya dengan disalib. Dengan demikian, Isa menjadi penebus dan penyelamat umat manusia.
Dengan mengingkari dosa asal, doktrin penebusan tersisa tanpa dasar dan fondasi. Anda telah berbicara tentang permasalahan ini, dan kini telah menjadi terang bahwa doktrin penebusan merupakan salah satu prinsip yang tidak sesuai dan sejalan dengan konsep keadilan Tuhan.
Ruhani Muslim: Seluruh doktrin dosa asal adalah, sejauh yang kita diskusikan, secara keseluruhan bertentangan dengan doktrin keadilan Tuhan. Bahkan bila kita melupakan inkonsistensinya dengan keadilan Tuhan, kita tidak dapat menerima bahwa Sang Mahaadil membuat seseorang, seorang yang tak berdosa, Isa, membayar dosa seluruh umat manusia. Lagi, bagaimana kita dapat mencuci sebuah dosa kecil, seperti dengan memakan setiap apel, melalui dosa yang paling keji, pembunuhan seorang manusia suci, seperti Isa. Dosa boleh jadi dicuci oleh sebuah perbuatan baik, bukan dengan pembunuhan. Terlebih, bagaimana kita dapat menerima bahwa Tuhan, Sang Mahabijaksana, akan menuntut darah utusan-Nya sebagai harga sebuah pengampunan?
11
DIALOG MUSLIM & KRISTEN
Dialog 10: Freewill atau Determinisme? Cendekia Kristen: Terdapat satu isu penting yang terdapat dalam konsep Keadilan Ilahi, dan hal ini merupakan masalah kontroversial dalam filsafat sekaligus dalam bidang agama; yaitu, kebebasan manusia. Para filosof dan juga para ulama berbeda dalam menghadapi permasalahan ini. Beberapa dari mereka mendakwahkan kebebasan manusia, dan bahwa apa saja yang ia lakukan, ia kerjakan berdasarkan kepada kebebasan yang dimilikinya; beberapa dari mereka mengingkari kebebasan ini, dan berpikir bahwa apa yang kelihatannya sebuah aksi bebas atau non-aksi adalah telah diatur atau sebuah hasil dari sebab tertentu atau dari mata rantai sebab-sebab.
Saya telah membaca literatur Islam yang mengatakan bahwa Islam mendakwahkan predestinasi, dan bahwa seluruh pekerjaan manusia telah ditentukan oleh Tuhan, dan bahwa manusia tidak dapat merubah jalur yang ia ambil. Saya juga membaca, sebuah pandangan Islami yang berbeda dan mengingkari konsep predestinasi atau jabariyah dalam aksi dan non-aksi manusia. Kini, saya ingin mendiskusikan dengan Anda permasalahan ini dan mencari tahu apa yang sebenarnya Islam ajarkan dalam masalah yang penting ini.
Ruhani Muslim: Untuk mendefinisikan subjek pembahasan kita, perlu kiranya kita memperjelas bahwa diskusi yang kita lakukan tidak termasuk kondisi-kondisi tertentu yang tidak disebabkan oleh kehendak manusia sendiri, seperti jatuh sakit, menderita kebutaan, dan kematian. Dalam wilayah ini tidak adanya kebebasan manusia nampak dengan jelas. Tidak ada yang dapat mengklaim bahwa manusia memiliki kebebasan dalam menghadapi kondisi semacam itu, karena hal ini tidak datang lantaran manusia memilihnya demikian.
Diskusi kita hanya termasuk pada wilayah pekerjaan dan perbuatan manusia dimana manusia sepertinya bertindak atas pilihan dan kehendaknya sendiri. Di sini ikhtilaf lama masih menyala dan membagi orang-orang ke dalam dua kelompok: kelompok yang menganjurkan dan mendakwahkan kebebasan, dan kelompok yang mempropagandakan predestinasti, Determinisme atau jabariyah.
Islam, sebagaimana Anda tahu, mengabarkan kepada kita bahwa Tuhan telah mewahyukan perintah-perintah tertentu; bahwa Dia akan mengganjari mereka yang menaati perintah-perintah-Nya; dan bahwa Dia akan mengazab mereka yang tidak menjalankan perintah-perintah-Nya. Agama yang mendakwahkan masalah ini dapat menjadi konsisten hanya bilamana ia menganjurkan kebebasan manusia, kalau tidak, agama semacam ini mengingkari konsep keadilan Tuhan.
Agama yang mendakwahkan keduanya baik keadilan Tuhan dan predestinasi akan secara jelas bertentangan dengan dirinya sendiri tatkala disebutkan bahwa Tuhan akan mengganjari hambanya yang taat dan mengazab yang membangkang. Ketika aksi atau non-aksi manusia diatur sebelumnya oleh Tuhan, manusia tidak akan mampu mengubah jalur hidupnya. Ia tidak akan mampu melakukan sesuatu tatkala ia telah ditakdirkan untuk melakukan sesuatu yang lain. Manusia akan seperti sebuah mesin. Sebuah mesin tidak mampu, dengan sendirinya, mengubah jalur hidupnya, dan akan menjadi konyol ketika dikatakan bahwa sebuah mesin tunduk patuh terhadap sebuah perintah tertentu, kemudian mendapat ganjaran atau mendapat hajaran.
Menghilangkan kebebasan manusia, seluruh tatanan konsep agama akan runtuh dan rusak. Pada kenyataannya, jika kita mengingkari kebebasan manusia, maka tidak akan perlu pewahyuan dari langit. Pengutusan para nabi yang mengajar dan membimbing umat manusia akan menjadi sia-sia. Tatkala seseorang ditakdirkan untuk menjadi seorang atheis, ia tidak akan menjadi seorang yang beriman, dan tidak akan ada seorang nabi yang mampu mengubah hatinya. Seorang ditakdirkan menjadi jahat tidak akan menjadi warga yang baik, terlepas dari ajaran apapun yang ia terima.
Kebebasan manusia, pada kenyataannya, menjadi dasar seluruh konsep agama, dan Islam secara jelas menganjurkan kebebasan manusia.
Cendekia Kristen: Dari diskusi kita yang sebelumnya, saya tahu bahwa Islam menganjurkan dengan kuat doktrin Keadilan Tuhan. Oleh karena itu, Islam, diharapkan mendakwahkan kebebasan manusia dan menentang gagasan predistinasi atau apa yang disebut dalam filsafat sebagai "Determinisme." Saya ingin tahu apakah al-Qur'an menunjukkan kebebasan manusia secara jelas.
Ruhani Muslim: Kitab Suci al-Qur'an telah mengindikasikan, lebih dari satu cara, bahwa manusia merupakan seorang pelaku yang merdeka dan bebas. Indikasi al-Qur'an itu menjelaskan bahwa manusia mampu merubah kondisi dan keadaan hidupnya, "Sesungguhnya Allah tidak merubah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri." (Qs. ar-Ra'ad [13]:11)
Jika manusia ditakdirkan untuk mengambil satu jalur tertentu, ia tidak akan mampu merubah jalur tersebut. Apa saja yang ia lakukan atau hindari akan dilakukan atau dihindari, tidak melalui pilihan, tapi melalui paksaan.
Kitab Suci al-Qur'an, juga mendeklarasikan bahwa Tuhan tidak meminta manusia untuk melakukan sesuatu yang mustahil, juga tidak meletakkan sesuatu yang sukar bagi hamba-Nya, "Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. (Qs. al-Baqarah [2]:286)
Sebagai contoh, jika manusia ditakdirkan untuk berdoa atau melakukan pembunuhan dan Tuhan berkata kepadanya untuk tidak membunuh atau berdoa, Dia akan meletakkan kesulitan besar kepadanya, dan Dia akan memintanya untuk melakukan sesuatu yang mustahil baginya. Dia tidak akan memintanya untuk melakukan apa yang ia mampu lakukan karena ia telah ditakdirkan untuk, sebelum ia lahir, membunuh dan bukan untuk shalat. Kemudian, ia tidak mampu mematuhi perintah Tuhan. Kenyataannya bahwa ia diperintahkan untuk shalat dan dilarang untuk membunuh, hal ini menunjukkan bahwa Tuhan memandang manusia hamba-Nya sebagai makhluk yang bebas, dan bahwa apa saja yang diperintahkan atau tidak atasnya adalah berada dalam kemampuannya.
Kitab Suci al-Qur'an juga, menunjukkan kebebasan manusia dengan menyebut dan menekankan tanggung jawab setiap individu atas apa yang ia lakukan:
"Sesungguhnya Kami menurunkan kepadamu al-Kitab (al-Quran) untuk manusia dengan membawa kebenaran; siapa yang mendapat petunjuk maka (petunjuk itu) untuk dirinya sendiri, dan siapa yang sesat maka sesungguhnya dia semata-mata sesat buat (kerugian) dirinya sendiri, dan kamu sekali-kali bukanlah orang yang bertanggung jawab terhadap mereka." (Qs. az-Zumar [39]:41)
"(Yaitu) bahwa seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain." (Qs. an-Najm [53]:38)
"Katakanlah: "Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu kebenaran (al- Qur'an) dari Tuhanmu, sebab itu barangsiapa yang mendapat petunjuk maka sesungguhnya (petunjuk itu) untuk kebaikan dirinya sendiri. dan barangsiapa yang sesat, maka sesungguhnya kesesatannya itu mencelakakan dirinya sendiri." (Qs. Yunus [10]:39)
Konsep tanggung jawab individu menunjukkan secara jelas bahwa individu merupakan pelaku bebas. Kalau tidak, ia tidak memikul tanggung jawab atas segala sesuatu yang boleh jadi dihasilkan olehnya. Tanggung jawab adalah suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dari kebebasan.
Cendekia Kristen: Ayat-ayat yang Anda nukil dari Kitab Suci al-Qur'an menunjukkan bahwa manusia dianugerahi kebebasan yang memadai yang membuat ia dapat memikul tanggung jawab dan pantas untuk mendapatkan ganjaran atau azab atas perbuatannya. Bagaimanapun, terdapat beberapa ayat yang dinukil dari al-Qur'an yang menunjukkan predestinasi. Ayat-ayat ini menunjukkan bahwa perbuatan manusia dikontrol oleh Tuhan. Ayat-ayat tersebut adalah sebagai berikut:
"Sesungguhnya (ayat-ayat) ini adalah suatu peringatan, maka barangsiapa menghendaki (kebaikan bagi dirinya) niscaya dia mengambil jalan kepada Tuhannya. Dan kamu tidak mampu (menempuh jalan itu), kecuali bila dikehendaki Allah. Sesungguhnya Allah adalah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana." (Qs. al-Insan [76]:29-30)
"Itu hanyalah cobaan dari Engkau, Engkau sesatkan dengan cobaan itu siapa yang Engkau kehendaki dan Engkau beri petunjuk kepada siapa yang Engkau kehendaki." (Qs. al-A'raf [7]:155)
Ayat-ayat ini berseberangan dengan ayat-ayat yang Anda nukil. Hal ini membuat bingung dan menciptakan dilema.
Ruhani Muslim: Bagi seorang Muslim, Kitab Suci al-Qur'an merupakan kitab wahyu. Ia mengandung kebenaran, dan seluruh kandungan al-Qur'an haruslah benar. Sebuah kebenaran tidak akan bertentangan dengan kebenaran yang lain. Apa saja yang nampak kontradiksi namun pada hakikatnya tidaklah demikian. Hal itu hanya secara lahir tampak kontradiktif.
Tatkala dua bagian ayat-ayat kelihatannya bertentangan dengan yang lain, mereka harus diperlakukan dengan sebuah perlakuan khusus. Tatkala salah satu dari dua bagian itu memiliki indikasi yang lebih jelas dari indikasi bagian yang lain dalam masalah yang sama, bagian yang memiliki indikasi yang lebih jelas harus diikuti. Kelompok lain harus diinterpretasikan dengan sebuah jalan yang tidak berseberangan dengan yang pertama. Perlakuan ini nampaknya perlu dilakukan tatakala bagian yang lebih jelas adalah lebih sesuai dengan sisi logis dari masalah tersebut. Dan beginilah perkara dari dua permasalahan yang disebutkan di atas.
Camkan hal ini baik-baik, kita boleh jadi dapat memahami dua kelompok tersebut dan mengintepretasi yang pertama dengan sebuah jalan yang tidak akan berseberangan dengan yang terakhir. Kita boleh memahami dari dua ayat pertama pada kelompok kedua bahwa kemampuan manusia untuk memilih adalah bersumber dari Tuhan. Manusia boleh jadi memilih jalur tertentu, namun kemampuannya untuk memilih adalah anugerah Tuhan. Tuhan mampu menghilangkan darinya kebebasan ini dan turut campur dengan kehendak-Nya. Namun Tuhan tidak biasanya melakukan hal tersebut.
Dua ayat kedua, juga dapat diinterpretasikan dengan sebuah jalan yang tidak berseberangan dengan kebebasan manusia: Tuhan boleh jadi menuntun seseorang kepada jalan yang benar, dan Dia boleh jadi meninggalkan yang lain pada jalan yang salah. Namun kita tidak dapat mengharap dari Tuhan untuk menganugerahkan tuntunan kepada seseorang dan meninggalkan yang lain dalam kesalahan berdasarkan pada sistem acak.
Dia boleh jadi menolong seseorang dengan menganugerahkan untuk mencoba menemukan kebenaran dan keinginan untuk mengikutinya. Dia boleh jadi meninggalkan seseorang dalam kesalahan tatkala orang itu tidak ingin menerima kebenaran. Dengan penafsiran ini, tidak akan ada dilema. Bagian pertama dari ayat-ayat itu akan tetap demikian adanya tanpa pertentangan, yang menunnjukkan secara jelas kebebasan manusia.
Cendekia Kristen: Tuhan merupakan Pencipta seluruh semesta, seluruh segmen dan kejadiannya. Tidak ada kejadian apa pun di luar penciptaan-Nya. Keinginan manusia merupakan salah satu kejadian yang berlaku di dunia ini. Manusia, dengan demikian, tidak memiliki kebebasan.
Ruhani Muslim: Apabila hal ini benar adanya, kita harus menisbahkan kepada Tuhan seluruh kezaliman, tirani dan kejahatan yang dilakukan manusia. Namun tidak seorang pun orang yang beriman kepada Tuhan akan mengatributkan seluruh kejahatan dan dosa kita kepada Tuhan.
Yang benar adalah bahwa Tuhan telah menciptakan manusia dengan kekuatan untuk memilih, dan hal ini berarti bahwa Dia menganugerahkan kepadanya sebuah kebebasan. Tuhan dapat mengarahkan kehendak manusia dan membuat ia memilih jalur tertentu jika Dia menghendaki, namun tidak ada dalam kehidupan kita yang mengindikasikan bahwa Tuhan biasanya turut campur dalam keinginan kita. Lantaran Dia menganugerahkan kepada kita kekuasaan untuk memilih tanpa interfensi dari-Nya. Hal ini bermakna bahwa Dia mengharapkan kita untuk menggunakan kekuasaan kita untuk memilih dan memiliki pilihan sendiri.
Cendekia Kristen: Tuhan mengetahui masa depan kita sebagaimana Dia mengetahui masa kini dan masa lalu kita. Dia mengetahui apa yang akan saya lakukan di masa datang seperti Dia mengetahui apa yang saya lakukan sekarang. Dia mengetahui sebelum kita lahir jalan apa yang akan kita ambil setelah kelahiran kita dan di masa mendatang. Lantaran segala sesuatu diketahui oleh-Nya, perbuatan kita haruslah telah ditentukan sebelum kita berbuat atau bertindak.
Kita tidak akan dapat mengambil sebuah jalan baru yang tidak diketahui oleh Tuhan, juga kita tidak akan keliru mengambil jalan yang telah diketahui sebelumnya oleh Tuhan. Kekeliruan kita untuk mengambil jalan yang Dia ketahui, akan bermakna kekeliruan dalam pengetahuan-Nya. Pengetahuan Tuhan tidak pernah salah dan keliru.
Ruhani Muslim: Pengetahuan kita terhadap kejadian-kejadian tertentu tidak menentukan kejadian-kejadian tersebut, juga tidak karena pengetahuan kita peristiwa itu terjadi. Saya tahu, misalnya, bahwa seluruh pekerja pada sebuah pabrik khusus menyantap makan siang mereka pada siang hari. Hal ini tidak berarti bahwa pengetahuankulah yang menyebabkan mereka menyantap makan siang mereka pada saat itu. Tuhan, tanpa sangsi, mengetahui masa depan kita, tapi hal ini tidak harus berarti bahwa seluruh perbuatan kita di masa depan disebabkan oleh pengetahuan-Nya. Seluruh perbuatan yang kita kerjakan masing-masing memiliki sebabnya sendiri-sendiri, dan faktor utamanya adalah kehendak manusia yang menghendaki terlaksananya sebuah tindakan atau perbuatan.
Di samping itu, Tuhan mengetahui bahwa saya akan melakukan suatu perbuatan tertentu didorong oleh kehendak bebasku sendiri. Lantaran pengetahuan Tuhan tidak keliru, perbuatanku harus merupakan sebuah perbuatan bebas yang disebabkan oleh kehendak bebasku. Jika perbuatanku merupakan sebuah produk dari keterpaksaan (bukan kebebasan), pengetahuan Tuhan akan keliru. Pengetahuan Tuhan tidak pernah keliru; oleh karena itu, saya tidak akan keliru dalam membuat keputusanku sendiri, melalui kehendak bebas yang aku miliki.
Cendekia Kristen: Diskusi ini telah membuat seluruh permasalahan menjadi jelas. Poin yang Anda sebutkan terakhir merupakan poin yang sangat penting. Pada kenyataannya, argumen terakhir yang saya ajukan adalah keliru karena mencampur aduk antara pengetahuan terhadap sebuah perisitwa dan sebabnya, namun setiap kejadian biasanya memiliki sebabnya sendiri. Kita tahu bahwa Tuhan mengetahui seluruh perbuatan kita yang merupakan produk dari kehendak bebas.
Dan karena Tuhan telah memberikan kepada kita kekuasaan untuk memilih, kehendak kita haruslah merupakan sebuah produk bebas dari kekuasaan tersebut. Pengetahuan Tuhan tidak pernah keliru. Oleh karena itu, kita tidak akan pernah keliru untuk mendapatkan seluruh perbuatan kita sebagai produk dari kehendak bebas yang kita miliki.
Ketika kita menisbahkan doktrin kebebasan manusia, kita akan konsisten dan terjaga dari kontradiksi. Doktrin keadilan Tuhan tidak dapat direkonsiliasi dengan doktrin predestinasi. Kita tidak dapat berkata bahwa perbuatan manusia dipaksa oleh Tuhan, kecuali kita mengingkari keadilan Ilahi. Karena kita tidak ingin mengingkari doktrin keadilan Tuhan, juga tidak mau menerima kontradiksi, kita harus menegasikan, secara bulat, doktrin predestinasi.
12
DIALOG MUSLIM & KRISTEN
Dialog 11: Selayang Pandang Sejarah Kenabian Cendekia Kristen: Sejarah agama-agama tauhid menunjukkan bahwa seluruh nabi mereka berasal dari ras Semitik dan kebanyakan dari mereka merupakan keturunan Nabi Ibrahim, baik dari keturunan Nabi Ishak atau putra-putri Ismail. Hal ini dapat ditafsirkan sebagai sebuah keistimewaan yang dengannya Bani Israil dan Bani Ismail unggul dari keseluruhan manusia. Namun hal yang sukar dipercaya untuk diyakini bahwa Tuhan menghadirkan pesan langit hanya kepada dua komunitas ini. Tuhan merupakan Tuhan seluruh bangsa dan pesan-Nya harus diwahyukan kepada seluruh bangsa juga. Jika sejarah agama benar adanya, harus terdapat beberapa alasan kenapa kenabian hanya dibatasi kepada dua komunitas ini saja.
Ruhani Muslim:: Sejarah umat manusia menunjukkan bahwa pemahaman manusia, pada masa-masa awal, tidak mampu mengangkat isu-isu metafisis, atau menerima ide-ide universal dan tinggi. Adapun interaksi manusia, masing-masing individu terbatas hanya kepada kecintaan terhadap keluarga dan kekerabatan. Seluruh suku yang lain, adalah asing dan kafir baginya. Konsep kebangsaan dan kemanusiaan jarang terlintas dalam benaknya.
Namun demikian, beberapa orang yang berbakat hidup di kalangan manusia pada saat itu, mampu memahami matlab-matlab yang mendalam, dapat mencerap apa yang berada di atas indra, siap untuk menerima tanggung jawab dalam membimbing dan mengajar manusia kala itu. Dengan mengetahui kapasitas luar biasa mereka, Tuhan Mahakasih mewahyukan kepada mereka kebenaran dan membebankan kepada mereka tugas yang paling berat, membimbing umat manusia.
Orang-orang ini dipilih atas asas kepatutan mereka, bukan lantaran hubungan mereka kepada ras atau komunitas tertentu. Sebagaimana diharapkan, orang-orang ini berhadapan dengan kesulitan dan kesukaran yang tak teratasi. Orang-orang tidak siap mengikuti atau menerima ajaran mereka, dan kebanyakan dari mereka seperti Nabi Nuh hanya memperoleh sejumlah kecil pengikut, atau seperti Nabi Ibrahim, yang hampir sepanjang hidupnya sebagai seorang nabi tanpa seorang pun pengikut.
Karena masyarakat menolak untuk berubah, dituntut seorang nabi seperti Ibrahim menjamin keberlangsungan agamanya melalui anak-anaknya, Ismail dan Ishak, yang dengan penuh iman mengikuti keyakinan ayah mereka dan menyampaikannya kepada anak-anak mereka. Ajaran agama berlanjut tersebar hampir sepanjang garis kesukuan. Abad dan kurun berlalu, keyakinan tidak memperoleh para pengikut dari luar, juga tidak diyakini oleh seluruh keturunan Ibrahim.
Tujuan Ilahi, bagaimanapun, tidak membatasi iman dalam konteks kesukuan atau batasan negara. Tuhan Mahakasih dan Mahasayang bertujuan untuk menyebarkan iman di seantero penjuru dunia dan menunjukkan kepada seluruh manusia jalan lurus. Tuhan Yang Mahakuasa mengurus alam semesta melalui jalur-jalur natural dan wajar.
Seluruh kejadian di dunia berlaku menurut hukum sebab dan akibat. Dia menjaga iman yang diwahyukan dan memeliharanya untuk tetap hidup, meski pada titik perhentian, melalui sebuah komunitas kecil, yang diberkati dengan mewarisi iman tersebut dari ayah sucinya. Dia yang menyebabkan iman itu tetap menyala dan menyebar tatkala komunitas itu tumbuh berkembang dan memperoleh kekuasaan yang memadai untuk penyebarannya dan menjaganya untuk tetap ada dan hidup, meskipun hanya terbatas, melalui suatu masyarakat kecil, yang mendapat berkah warisan dari kekudusan iman sang ayah.
Dia menyebabkan iman itu membakar dan menyebar ketika masyarakat itu tumbuh dan memperoleh kekuasaan yang memadai untuk mengemban tugas besar dalam penyebaran keimanan.
Masyarakat kecil itu diperuntukkan untuk bertumbuh melalui dua garis keturunan, melalui Bani Ismail dan Bani Israil. Mereka berdua diberkati dan kedua-duanya diuji dan dibebankan tugas yang besar untuk memelihara dan menyebarkan iman, kendati ujian tersebut tidak berlangsung bersamaan. Meskipun [demikian] Ismail adalah putra yang pertama Ibrahim dan memperoleh suatu warisan dalam bentuk iman dan saudaranya Ishak juga mendapat berkah seperti itu, dan Allah menangguhkan ujian dari keturunan-keturunan Ismail selama berabad-abad. Ia sedang menyiapkan mereka untuk melanjutkan misi dimana misi tersebut telah dimulai melalui keturunan-keturunan Ishak.
Dengan memulai generasi Ishak, Tuhan Yang Mahakuasa mengikat perjanjian dengannya. Dari Perjanjian Lama kita membaca: "Tentang Ismael, Aku telah mendengarkan permintaanmu; ia akan Kuberkati, Kubuat beranak cucu dan sangat banyak; ia akan memperanakkan dua belas raja, dan Aku akan membuatnya menjadi bangsa yang besar. (Kejadian 17:20)
Cendekia Kristen: Sesuai dengan ucapan Anda, tujuan Ilahi bukan bermaksud untuk membatasi keimanan kepada seseorang atau dua komunitas atau bangsa tetapi untuk menyebarkan keimanan yang benar ke seluruh penjuru dunia dan memperkenalkan ajaran-ajaran Tuhan kepada seluruh bangsa. Namun, hal ini bukan menjadi persoalan. Perjanjian Lama secara berulang menyebut bangsa Israil sebagai bangsa pilihan Tuhan. Ia menyebut bangsa lain sebagai kafir (bukan bangsa Yahudi). Hal ini menunjukkan bahwa Bani Israil mendapatkan perhatian utama dari risalah langit ini.
Ruhani Muslim:: Dengan perjanjian yang dirajut antara Tuhan dan Ishak, Bani Israil seharusnya memeluk dan mengikut dengan tulus perintah dan titah Tuhan dan menuntun seluruh bangsa di dunia ke jalan Tuhan. Namun Bani Israil tidak memenuhi harapan ini. Hanya sebagian kecil yang mengikuti ajaran langit dan kelompok minoritas itu tidak mampu menerima keimanan sebagai sesuatu yang universal atau manusiawi. Sebagai hasilnya, nabi-nabi Bani Israil yang datang berikutnya berbicara kepada umat mereka berdasarkan kepada pemahaman dan pengetahuan mereka. Dalam keadaan ini, keimanan diberi warna sifat kesukuan atau kebangsaan; Tuhan adalah Tuhannya Bani Israil, dan Bani Israil merupakan bangsa pilihan-Nya. Para nabi telah berusaha untuk membuat masyarakat Yahudi memeluk keimanan mereka secara tulus. Perhatian seluruh nabi Bani Israil berpusat pada umat Yahudi, tidak ada umat lain yang menjadi perhatian mereka. Bahkan Isa, sesuai dengan Mathius, memiliki sikap yang sama:
Maka datanglah seorang perempuan Kanaan dari daerah itu dan berseru: Kasihanilah aku, ya Tuhan, Anak Daud, karena anakku perempuan kerasukan setan dan sangat menderita.
Tetapi Yesus sama sekali tidak menjawabnya. Lalu murid-murid-Nya datang dan meminta kepada-Nya: Suruhlah ia pergi, ia mengikuti kita dengan berteriak-teriak.
Jawab Yesus: Aku diutus hanya kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel.
Tetapi perempuan itu mendekat dan menyembah Dia sambil berkata: Tuhan, tolonglah aku. Tetapi Yesus menjawab: Tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing. (Matius 15:22-26)
Cendekia Kristen: Kitab Injil mengatakan bahwa Tuhan telah memerintahkan Ibrahim untuk memperingatkan, istrinya, dan membuang Ismail di sahara Paran, dimana di tempat itu tidak tersedia makanan dan minuman. Perintah ini tidak hanya kelihatan kejam, tapi juga menyiratkan bahwa Tuhan tidak memiliki tujuan apa pun untuk Ismail dan keturunannya.
Ruhani Muslim:: Persiapan yang dilakukan untuk Ismail telah dimulai semenjak Tuhan menasihati hamba utama-Nya Ibrahim untuk memperingatkan istrinya, Sarah, dengan membawa Ismail dan ibunya Hajar pergi ke dataran kering Paran. Para pembaca Perjanjian Lama mesti merasa takjub akan hikmah nasihat sedemikian itu yang nampaknya secara lahir kejam dan tak berbelas kasih. Namun tatkala kita merenungi apa yang ditimbulkan dari peristiwa yang terjadi dalam sejarah ini, kita boleh jadi mengerti hikmah dan kebijaksanaan tersebut.
Tugas untuk menyebarkan sebuah agama yang benar merupakan tugas mentransformasi karakter-karakter individual dan merubah kehidupan seluruh bangsa. Hal yang pertama dihadapi oleh tugas ini adalah sebuah ketidaksepakatan antara guru sebuah ideologi baru dan orang-orang yang ia coba untuk pengaruhi. Usaha semacam ini biasanya menjumpai perlawanan dan resistensi, dan merupakan hal yang wajar bahwa resistensi dapat menuntun kepada sebuah konflik bersenjata.
Dalam kasus seperti ini, kebebasan untuk meyakini, mendakwahkan dan mengamalkan terancam, dan dapat diselamatkan dan dilindungi hanya ketika ideologi baru ini siap menerima tantangan dan menghadapi kekerasan dengan kekerasan. Misi ini, kemudian, memerlukan seorang pemimpin Ilahi yang didukung oleh masyarakat yang memiliki kekuatan, keprawiraan dan ketakwaan yang siap melakukan pengorbanan tanpa ragu-ragu.
Dari seluruh bangsa dan umat di Timur-Tengah, bangsa Arab, selama beberapa abad, telah teruji dan oleh karena itu, memenuhi kualifikasi untuk menunaikan tugas tersebut. Semenanjung Arab tetap tidak dapat ditembus untuk ditaklukkan dan dijajah oleh kekuatan asing. Orang Arab menikmati sebuah kebebasan yang jarang diperiksa oleh penguasa. Ia menjadi percaya diri (self-confident), siap melindungi dirinya dan kebebasannya dengan kekuatannya sendiri dan mencetuskan keinginannya dengan perbuatan. Sebuah bangsa atau umat yang terdiri orang-orang semacam ini memenuhi syarat untuk menunaikan sebuah misi besar; dan ketika mereka diilhami oleh seorang pemimpin langit, ia akan mampu melaksanakan tugas tersebut dengan baik.
Untuk menanamkan agama Ibrahim kepada umat yang seberani dan sekuat itu dan untuk mempersiapkan bangsa tersebut untuk masa depan yang gemilang, Tuhan menasihatkan hamba-Nya Ibrahim untuk mendengarkan istrinya, Sarah, dengan mengutus putranya Ismail pergi sehingga ia dapat bermukim di tengah-tengah masyarakat Arab. Melalui perkawinan antar mereka, keturunan Ismail bersatu dan menjadi sebuah bangsa besar yang ditakdirkan untuk memikul misi besar ini di masa yang akan datang.
"Allah mendengar suara anak itu, lalu Malaikat Allah berseru dari langit kepada Hagar, kata-Nya kepadanya: Apakah yang engkau susahkan, Hagar? Janganlah takut, sebab Allah telah mendengar suara anak itu dari tempat ia terbaring. Bangunlah, angkatlah anak itu, dan bimbinglah dia, sebab Aku akan membuat dia menjadi bangsa yang besar. Lalu Allah membuka mata Hagar, sehingga ia melihat sebuah sumur; ia pergi mengisi kirbatnya dengan air, kemudian diberinya anak itu minum. Allah menyertai anak itu, sehingga ia bertambah besar; ia menetap di padang gurun dan menjadi seorang pemanah. Maka tinggallah ia di padang gurun Paran, dan ibunya mengambil seorang isteri baginya dari tanah Mesir." (Kejadian 21:17-21)
Dengan menempatkan Ismail di semenanjung Arabia , Ibrahim telah menanamkan biji keimanannya di bumi Arab. Untuk membuat benih ini tumbuh dan keimanan berlanjut, ia membangun bangunan masa depan dengan membangun Rumah Suci, Ka'bah, di tengah-tengah wilayah Arab, sebagai candi pertama Tuhan di dunia. Karena Tuhan telah mengatakan sebelumnya kepada Ibrahim dan sebagaimana yang telah diharapkan Ibrahim, Ka'bah menarik para penduduk Arab dan menjadi markaz suci di negeri itu. Kota suci Mekkah kemudian dibangun di sekelilingnya, dan kemudian setelah itu panggilan Ibrahim setiap tahunnya dipenuhi oleh sejumlah besar peziarah yang mengungjungi Rumah Suci dan beribadah kepada Tuhan di candi-Nya. Dari al-Qur'an kita membaca:
"Dan (ingatlah), ketika Kami memberikan tempat kepada Ibrahim di tempat Baitullah (dengan mengatakan): "Janganlah kamu memperserikatkan sesuatupun dengan aku dan sucikanlah rumahKu ini bagi orang-orang yang thawaf, dan orang-orang yang beribadat dan orang-orang yang ruku' dan sujud. Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh. Supaya mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari yang telah ditentukan atas rezki yang Allah telah berikan kepada mereka berupa binatang ternak. Maka makanlah sebahagian daripadanya dan (sebahagian lagi) berikanlah untuk dimakan orang-orang yang sengsara dan fakir." (Qs. Hajj [22]:26-28)
Berat bagi Ibrahim meninggalkan putra pertamanya di sahara Arabia dimana di tempat itu tiada buah, tiada air, dan juga tiada kota . Namun ia memiliki dua tujuan yang ingin ia capai, dan masing-masing merupakan tujuan besar yang membuat Ibrahim rela mempersembahkan pengorbanan semacam itu dan ia melakukannya dengan segala upaya dan kesungguhan. Tujuan pertama dari dua tujuan tersebut adalah segera membangun Rumah Suci dan mengangkat putranya sebagai penjaga Rumah Suci tersebut yang akan beribadah kepada Tuhan, menunaikan perkhidmatan sesuai dengan agama benar Tuhan, dan mengajarkan putranya dan masyarakat di tempat itu ajaran-ajaran yang benar.
Dengan melakukan hal ini, Ibrahim tidak hanya meluaskan wilayah keimanannyan tapi juga menjamin kontinuitas keyakinannya. Sekiranya keturunan Ishak gagal dalam menunaikan tugas-tugas keagamaan yang dibebankan kepadanya, keimanan dapat berlanjut melalui anak-anak Ismail di negeri Arab. Dari al-Qur'an kita membaca, "Ya Tuhan Kami, Sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, Ya Tuhan Kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, Maka Jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezkilah mereka dari buah-buahan, Mudah-mudahan mereka bersyukur."(Qs. Ibrahim [14]:37)
Kita tidak tahu keluasan perkembangan iman Ibrahim di tanah Arab. Sejarah tidak memberitahukan kepada kita secara jelas suasana agama di bumi Arab selama masa panjang yang terbentang semenjak masa Ibrahim hingga akhir abad kelima masa Kristen. Pada abad keenam, kita dapatkan mayoritas masyarakat ketika itu adalah para penyembah berhala Arabia . Namun demikian, kita jumpai, pada saat yang sama, beberapa ritual dan praktik yang hanya dapat diatributkan kepada ajaran Ibrahim. Di antara ritual tersebut adalah ziarah ke Baitullah di Mekkah dan sirkumsisi (sunat/khitan) yang dilakukan dan dipraktikan oleh seluruh kabilah Arab yang bukan beragama Kristen.
Di sepanjang ritual dan pratik ini, kita temukan sebagian kecil masyarakat Arab, beriman kepada Tuhan, beribadah kepada-Nya dan menolak menyembah berhala.
Tujuan kedua Ibrahim adalah menyiapkan putra-putra Ismail dan umat dimana mereka bersatu, untuk masa depan yang gemilang dan jauh -tatkala orang-orang yang berbahasa Arab diutamakan dan dihormati untuk mendapatkan Nabi Pamungkas di antara mereka-; ketika mereka siap menerima pesan agungnya dan menyebarkan firman Tuhan ke seantero jagad. Dari al-Qur'an kita membaca:
"Dan (ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan (membina) dasar-dasar Baitullah bersama Ismail (seraya berdoa): "Ya Tuhan Kami terimalah daripada Kami (amalan kami), Sesungguhnya Engkaulah yang Maha mendengar lagi Maha Mengetahui". Ya Tuhan Kami, Jadikanlah Kami berdua orang yang tunduk patuh kepada Engkau dan (jadikanlah) diantara anak cucu Kami umat yang tunduk patuh kepada Engkau dan tunjukkanlah kepada Kami cara-cara dan tempat-tempat ibadat haji Kami, dan terimalah taubat kami. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. Ya Tuhan Kami, utuslah untuk mereka seorang Rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka Al kitab (Al Quran) dan Al-Hikmah (As-Sunnah) serta mensucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana." (Qs. al-Baqarah [2]:127-129)
Doa Nabi Ibrahim diterima (dan menjadi kenyataan) pada abad ketujuh. Nabi yang diramalkan datang dengan sebuah metode yang baru yang mampu menopang kebenaran, menjamin kebebasan yang dibutuhkan dan membuka jalan bagi ajaran-ajaran samawi. Metode yang menggunakan logika sebagai media utama untuk meyakinkan dan menunjukkan kekuatan di hadapan setiap orang yang mengancam kebebasan-kebebasan suci tersebut.
Pada abad ketujuh, dunia diberkati dengan kemunculan Nabi Terakhir dan Universal Muhammad Saw, yang bangkit dari Mekkah, pusat tanah Arab, menyinari Timur dan Barat.
13
DIALOG MUSLIM & KRISTEN
Dialog 12: Mengapa Kita Membutuhkan Seorang Nabi? Cendekia Kristen:: Mengapa manusia memerlukan seorang nabi atau rasul Tuhan? Manusia dianugerahi dengan kemampuan mental yang dengannya ia dapat membedakan antara baik dan buruk. Seseorang dapat berkata bahwa tidak ada perlunya kita bimbingan langit untuk mengatakan kepada kita apa yang harus kita lakukan dan apa yang tidak boleh kita lakukan. Rata-rata orang mampu berlaku rasional untuk dirinya, sehingga ia bisa berhubungan dengan orang lain dan keluarganya secara rasional tanpa perlu adanya hukum Ilahi.
Ruhani Muslim:: Konsep kenabian diperlukan karena beberapa alasan:
1. Adanya Kebutuhan untuk Mengingatkan Manusia Kepada Tuhan
Secara teoritis, manusia mampu berargumen secara deduktif (menggunakan silogisme) akan keberadaan Sang Pencipta melalui pengamatannya terhadap ciptaan-ciptaan Tuhan di muka bumi. Manusia yang berfikiran bebas mampu memahami hal-hal yang abstrak dan ide-ide universal. Lantaran nafsu atau kebutuhan, kita nyaris lekat dan terikat dengan dunia materi. Ketertarikan kepada materi dunia telah membuat kita berpaling. Kendatipun orang kebanyakan tidak mampu melepaskan pemahamannya ihwal penciptanya, namun kita juga tidak dapat berharap kepada orang kebanyakan menalak dirinya dari dunia materi untuk berpikir jelas dan jernih tentang Tuhan.
Tatanan yang menakjubkan yang terdapat pada alam semesta menandakan keberadaan Sang Penata, Tuhan Yang Mahakuasa. Namun manusia terpikat perhatiannya terhadap yang kecil dalam memperhatikan hukum-hukum natural. Manusia menjadi terbiasa mengapa matahari terbit di belahan timur bumi. Umat manusia kurang menaruh perhatian terhadap pentingnya pengenalan terhadap Sang Pencipta. Pengenalan universal manusia akan keberadaan-Nya bukan merupakan hasil pemikiran umum, namun berdasarkan kepada ajaran orang-orang yang dianugerahi yang berhasil membawa manusia kepada kesimpulan seperti ini.
2. Kebutuhan Terhadap Seseorang Yang Memiliki Otoritas Yang Tak Terbantahkan
Manusia berbeda dalam pendidikan, kemampuan, perasaan dan latar belakang; sehingga mereka berbeda dalam cara pandang. Banyak isu penting berkenaan dengan perbuatan manusia yang sangat kontroversial di kalangan setiap individu dan kelompok. Etika dan akhlak sangat diperdebatkan. Pembenaran filosofis dapat dijumpai pada hampir sudut pandang. Alih-alih menjelaskan isu-isu ini sehingga seseorang menemukannya untuk membuat sebuah pilihan rasional, pembenaran filosofis justru semakin menambah kebingungan. Akal dan filsafat telah gagal menjadi sebuah solusi bagi pertanyaan-pertanyaan moral dan etika. Pelbagai jawaban yang kita cari harus dicari dari seseorang yang memiliki otoritas yang tak terbantahkan, dimana kepadanyalah setiap individu dan kelompok harus berserah diri. Pemiliki otoritas itu adalah Tuhan.
3. Kebutuhan Ibadah Kepada Tuhan
Kendati seorang pemikir bebas boleh jadi mengenali Tuhan dan kebesaran-Nya, ia biasanya melalaikan pentingnya penyembahan dan pemujaan. Bahkan jika seseorang perlu kepada penyembahan, ia tidak tahu bagaimana melakukannya. Sebagian orang boleh jadi berpikir pentingnya berkorban dan membakar binatang dan hewan, sebagian lainnya memburu binatang atas nama Tuhan. Sebagian orang percaya hidup zuhud dan asketik dicintai oleh tuhan-tuhan, sementara sebagian lainnya meyakini bahwa kehidupan merupakan sesuatu yang sangat dibenci oleh Tuhan dan destruktif bagi umat manusia. Sebagian orang memuja Tuhan dengan bernyanyi dan memainkan alat-alat musikal, sementara yang lain meyakini kepada penyerahan diri dan bertekuk lutut sebagai bentuk pengabdian. Bentuk yang diterima harus sesuai dengan kehendak Tuhan, bukan berdasarkan kepada keinginan dan anggapan kita. Tuhan membuat kehendak-Nya jelas kepada kita melalui seorang nabi atau rasul.
4. Kebutuhan untuk Mengendalikan Gejolak Nafsu
Manusia yang tak terbimbing dan terbina, mirip dengan binatang dalam bangunan instingnya. Akal akan tunduk dalam pelayanan memuaskan nafsu, kecuali diperkenalkan sebuah elemen yang mampu mengendalikan dan mencegahnya untuk tidak tunduk di bawah pengaruh nafsu. Filsafat tidak banyak membantu dalam mengendalikan hawa nafsu, ia hanya dapat sedikit membantu dalam hal ini; juga tidak terdapat konsistensi dalam filsafat yang menyerukan kita untuk mengontrol hawa nafsu. Beberapa orang mencari kesimpulan bahwa kita harus berjuang untuk memenuhi kepuasan instingtif. Kini kita berjuang melawan ideologi ultra-materialistik semacam ini, doktrin yang melemahkan kendali nafus dikarenakan alasan-alasan moral. Standar moral dan etika semuanya berada bersama Tuhan. Ketika para nabi-Nya menyampaikan firman-Nya, itu akan menjadi basis kuat untuk menghentikan pertikaian seputar masalah ini.
5. Kebutuhan Informasi akan Hari Kiamat
Bagi seseorang yang percaya kepada Tuhan, kemungkinan besar ia akan percaya bahwa hidupnya akan berlanjut setelah kematian dalam beberapa bentuk. Mungkin juga ia akan percaya bahwa akan ada sebuah hari perhitungan yang di dalamnya manusia akan diberi ganjaran dan balasan. Bilamana ada kehidupan semacam itu setelah kehidupan ini, manusia harus mempersiapkan dirinya untuk perhitungan tersebut. Hanya Tuhan yang dapat mengetahui kehidupan pada hari kiamat. Filsafat tidak dapat membantu dalam hal ini; juga manusia tidak akan mampu mendeduksi keberadaannya setelah kehidupan ini melalui observasi atau pengalaman di dunia ini. Hanya Tuhan yang memiliki ilmu tentang hal ini. Dia dapat menyampaikan kabar ini melalui seorang nabi sehingga manusia mengetahui masalah ini dan mendapatkan peringatan.
Jawaban atas pertanyaan di atas terletak di tangan Tuhan. Dia dapat membagi pengetahuan ini kepada manusia sesuai dengan yang Dia kehendaki. Salah satunya adalah mengutus seorang nabi yang menjawab dengan jelas setiap pertanyaan tersebut sebagai mediator antara Tuhan dan manusia. Ajaran-ajaran dari nabi samawi ini menyuguhkan beberapa tujuan berikut ini:
A. Untuk menarik perhatian manusia kepada signifikansi riil dari tatanan agung alam semesta, yang menjadi non-signifikan bagi manusia biasa, karena familiarnya mereka dengan masalah ini. Alam semesta yang penuh keajaiban dan tak-terbatas; dan jika direnungi secara seksama, akan menuntun kepada iman yang dalam dan kuat kepada Sang Pencipta. Perhatian manusia dapat ditarik kepada ayat-ayat natural ini melalui ajaran dan bimbingan nabi.
B. Mengekspresikan standar moral dan kode etik yang dapat dihadapi dan diselesaiakan oleh manusia dalam menghadapi isu-isu kontroversial dalam masalah etika.
C. Membuat perintah dan titah Tuhan untuk beribadah menjadi jelas dan mengajarkan kepada kita untuk menunaikan ibadah tersebut.
D. Menyampaikan aturan kepada kita yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan kita dan menstimulir aspirasi kita untuk ketinggian dan kesucian yang bilamana meningkat secara progressif dapat mendudukkan kita setingkat dengan para malaikat.
E. Menginformasikan kepada kita secara jelas bahwa ada atau tiadanya kehidupan setelah mati. Informasi ini hanya dapat diperoleh dari Sang Pencipta melalui orang yang mengetahui bahwa Dia akan menciptakan dunia lain.
Cendekia Kristen:: Ajaran samawi ini sama sekali tidak menyuguhkan tujuan-tujuan ini, karena kita masih bercekcok dalam isu-isu moral dan etika. Ketidaksesuaian masih terdapat dalam masalah tata cara ibadah kepada Sang Pencipta, Keberadaan-Nya dan kehidupan setelah kematian.
Ruhani Muslim:: Tujuan-tujuan ini telah disajikan secara memuaskan, karena sebagian besar manusia telah bersepakat dalam isu-isu moral dan meyakini Sang Pencipta dan Hari Kiamat. Dengan penerimaan prinsip-prinsip samawi ini oleh sebagian besar umat manusia, manusia dapat membatasi gejolak nafsunya dan memoralisasi dunia hingga pada tingkatan tertentu.
Terlebih, warta samawi ini tetap diperlukan meskipun jika tidak untuk melayan tujuan-tujuan ini. Hal ini benar adanya lantaran Sang Pencipta seyogyanya menyediakan kesempatan ini demi membuat kita mampu untuk mengenal-Nya dan membantu untuk meninggikan moralitas kita, yang menarik garis aktual antara manusia dan hewan.
Tatkala Tuhan menciptakan dunia lain atau berencana untuk menciptakannya, Dia harus membuatnya masyhur bagi manusia melalui warta samawi-Nya ini, yang merupakan satu-satunya jalan yang dapat membuat kita mengenalnya. Jika Sang Pencipta tidak mengutus nabi-Nya untuk menyampaikan warta ini kepada manusia, kita dapat dimaafkan ketika kita tidak mengetahuinya, dan kita tidak akan memiliki kesempatan untuk menggapai kesempurnaan. Terlebih, jika Dia mencipta dunia lain, dan membuatnya misterius bagi kita, ciptaan-Nya dapat disebut sebagai sesuatu yang sia-sia. Tuhan tidak melalaikan manusia karena mereka berada pada tingkatan yang sangat sederhana. Oleh karena itu, banyak orang-orang pilihan yang dipilih oleh Sang Pencipta untuk menunaikan tugas agung dan mulia ini, mengadakan perbaikan dan mengajarkan manusia ajaran samawi.
Cendekia Kristen:: Dari kata “nabi” kita mengetahui bahwa seorang nabi harus berkomunikasi dengan Tuhan dan menerima firman-Nya. Corak komunikasi manusia adalah fisikal, baik melalui audio atau membaca beberapa kata yang tertulis. Seorang nabi seperti manusia sebagaimana kita. Ia dapat mendengar suara melalui indra pendengaran dan melihat tulisan melalui indra penglihatan. Tapi Tuhan tidak bersifat fisikal. Dia tidak berfirman dengan suara, juga tidak menulis dengan tangan. Bagaimana seorang nabi berkomunikasi dengan Tuhan?
Ruhani Muslim:: Seorang nabi dapat berkomunikasi dengan Tuhan melalui salah satu jalan di bawah ini:
(a) Ia menerima wahyu secara mental. Tuhan menunjukkan kepadanya secara ruhani kebenaran, dengan menciptakan pengetahuan tentang kebenaran itu dalam benaknya.
(b) Tuhan menciptakan beberapa firman yang dapat didengar oleh nabi, dalam objek yang tak-terkatakan. Wahyu pertama yang diterima oleh Musa melalui jalan ini. Ia mendengar firman Tuhan yang datang dari sebuah pohon.
(c) Seorang nabi dapat menerima sebuah pesan jelas dari Tuhan melalui malaikat utusan. Nabi Muhammad menerima al-Qur’an melalui Malaikat Jibril. Dari al-Qur’an kita membaca:
“Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu seorang ruh dengan perintah Kami (sebagaimana Kami juga telah mengutus seorang ruh kepada para nabi sebelummu). Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah al-Kitab (Al-Qur’an) dan tidak pula mengetahui apakah iman itu. Tetapi Kami menjadikan Al-Qur’an itu cahaya, yang Kami tunjuki dengannya siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus.“ (Qs. asy-Syura [42]:51)
Tidak satu pun dari jalan ini yang digunakan oleh seorang nabi dalam berkomunikasi dengan Tuhan merupakan sesuatu yang biasa bagi manusia selainnya. Dan tiada satu pun dari hal ini mustahil adanya bagi orang lain. Sang Pencipta dapat berkomunikasi dengan hamba-Nya sesuai yang Dia kehendaki. Betapapun, penerima wahyu harus memiliki kualifikasi tertentu yang menempatkannya lebih qualified secara spiritual dari manusia lainnya.
Cendekia Kristen:: Sejarah menyaksikan betapa banyak orang yang mengklaim dirinya sebagai nabi. Orang-orang ini tampil di pelataran sejarah dalam masa yang berbeda, dan beberapa dari mereka masih hidup. Kita tahu bahwa beberapa dari mereka merupakan nabi yang sebenarnya, dan sebagian lainnya adalah palsu. Bagaimana kita dapat membedakan antara nabi yang benar dan nabi palsu?
Ruhani Muslim:: Seorang nabi merupakan utusan Tuhan. Ia merupakan duta Tuhan bagi manusia. Seorang duta harus memiliki surat-surat kredensial, beberapa tanda-tanda yang membuktikan kebenarannya.
Tidak seorang pun yang diterima sebagai seorang duta berdasarkan klaimnya sendiri. Terlebih, kita jumpai bahwa orang-orang tersebut yang diyakini sebagai para nabi dibekali dengan beberapa kekuatan luar biasa yang tidak dapat dijumpai pada orang-orang selainnya.
Musa dibekali kekuatan oleh Tuhan untuk merubah tongkatnya menjadi seekor ular, mengganti air menjadi darah, dan memecah lautan dengan sebuah pukulan tongkatnya. Isa dimodali kekuatan untuk menyembuhkan tanpa obat, dan menurut al-Qur’an, berbicara kepada orang-orang selagi ia masih dalam buaian. Muhammad dibekali dengan bahasa yang agung, Kitab Suci al-Qur’an, yang menantang manusia untuk memproduksi yang serupa dengan yang dimiliki al-Qur’an.
Cendekia Kristen:: Haruskah seorang nabi seorang manusia atau dapatkah Tuhan mengutus seorang nabi yang bukan manusia (seperti malaikat) kepada manusia?
Ruhani Muslim:: Seorang nabi merupakan sebuah teladan bagi umat manusia. Ia harus memiliki tabiat yang sama seperti dengan mereka, kemampuan yang sama, dan keterbatasan yang sama. Keteladanan yang menarik bagi manusia harus dapat dicapai. Ia harus memiliki kemampuan menarik manusia untuk mengikutinya. Jika seorang nabi berbeda tabiatnya dengan manusia, manusia tidak akan berupaya mengikutinya dan menjadikannya sebagai teladan. Kesempurnaan relativ ditunjukkan oleh seorang nabi harus menjadi mungkin bagi seluruh pengikutnya. Jika seorang manusia menunjukkan kepadaku sebuah derajat kemuliaan hidup, saya boleh jadi tergoda untuk mencapai derajat tersebut. Ia dan aku adalah sama sebagai manusia. Apa yang menjadi mungkin baginya adalah menjadi mungkin bagiku. Tapi jika seorang malaikat menunjukkan kepadaku sebuah kemuliaan moral, saya barangkali tidak tergoda untuk mengikutinya sebagai teladan. Apa yang menjadi mungkin baginya boleh jadi mustahil bagiku. Lantaran ia tidak berasal dari tabiat yang sama denganku.
Ada alasan lain yang diyakini bahwa umat manusia harus menerima nabi manusia: Kita telah mengemukakan bahwa seorang nabi diharapkan membenarkan kejujurannya dengan menunjukkan sebuah perbuatan yang tidak biasa. Dengan melakukan hal itu manusia akan tahu bahwa ia dibekali oleh Tuhan, lantaran apa yang ia lakukan adalah di luar kemampuan naturalnya. Hal ini tidak akan berfungsi jika seorang nabi adalah bukan manusia -katakanlah seorang malaikat-. Seorang nabi manusia boleh jadi, sebagai contoh, menunjukkan kebenarannya dengan terbang tanpa ada alat bantuan. Jika seorang malaikat melakukan hal yang sama, hal itu tidak akan menunjukkan kebenarannya. Terbangnya tidak mesti di luar kemampuan naturalnya, lantaran ia boleh jadi tidak terpengaruh secara natural oleh gaya gravitasi.
Cendekia Kristen:: Keyakinan kepada kenabian termasuk apa saja dalam pandangan Islam?
Ruhani Muslim:: Keyakinan kepada kenabian, dari sudut pandang Islam, termasuk beberapa poin berikut ini:
1. kepada kenabian Muhammad. Muhamamd adalah nabi agung yang tidak diutus hanya kepada bangsa tertentu, tapi diutus kepada seluruh umat manusia. Dari al-Qur’an kita membaca ayat yang menegaskan poin ini. Katakanlah, “Hai manusia, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua, yaitu Allah yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; tidak ada Tuhan selain Dia, Yang menghidupkan dan mematikan. Maka berimanlah kepada Allah dan rasul-Nya, nabi ummi yang beriman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya dan ikutilah dia, supaya kamu mendapat petunjuk.” (Qs. al-A’raf [7]:158)
2.Keyakinan kepada kenabian dari seluruh nabi yang datang sebelum Nabi Muhamad lantaran mereka dikenali oleh al-Qur’an:
“Katakanlah (hai orang-orang mukmin), “Kami beriman kepada Allah dan apa yang telah diturunkan kepada kami dan apa yang telah diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishak, Ya’qub dan (para nabi dari) anak cucunya, serta kepada apa yang telah diberikan kepada Musa, Isa, dan kepada nabi-nabi (lain) dari Tuhan mereka. Kami tidak membeda-bedakan seorang pun di antara mereka dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya.” (Qs. al-Baqarah [2]:136)
3. Keyakinan kepada Muhammad sebagai Nabi terakhir yang kematiannya menutup pintu kenabian. Kita membaca dari al-Qur’an demikian:
“Muhammad itu sekali-kali bukanlah ayah dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup para nabi. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (Qs. al-Ahzab [33]:40)
Redaksi khatam (pamungkas, terakhir) bermakna segel yang menutup sebuah kontainer atau segel yang stampnya menegaskan otensisitas kandungan dari sebuah dokumen tertulis atau sebuah pesan. Menyegel untuk menutup atau menegaskan diletakkan pada akhir dari apa yang ditutup atau ditegaskan.
Nabi Muhammad bersabda kepada saudaranya Ali: “Kedudukanmu bagiku adalah seperti kedudukan Harun bagi Musa, hanya saja tidak ada nabi selepasku.”
14
DIALOG MUSLIM & KRISTEN
Dialog 13: Nabi Muhammad Cendekia Kristen:: Sejarah kehidupan Nabi Muhammad mewartakan kepada kita bahwa pada usia keempat puluh, selagi ia beribadah di gua Hira, cahaya Tuhan bersinar ke atasnya dan ia mendengar suara kebenaran. Pada saat itulah penugasannya sebagai seorang Nabi Allah kepada manusia dimulai. Pesan apa yang disampaikan kepada Muhammad di gua Hira?
Ruhani Muslim:: Risalah atau pesan Hira yang diwahyukan kepada nabi baru adalah realitas-realitas yang bersumber dari konsep kebenaran dari Tuhan yang Haq. Kekuasaan mencipta, kekuasaan mentransformasi lempung menjadi manusia, dan kekuasaan membuat sesuatu menyadari dirinya sendiri dan dunianya. Kekuasaan yang menjadikan sesuatu menyadari dirinya sendiri adalah secara jelas dibuktikan oleh ilmu pengetahuan manusia dan kemampuan manusia menulis, yang merupakan fondasi dari peradaban dunia. Dari al-Qur’an kita membaca, “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam (dengan perantaraan tulis baca). Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (Qs. al-Alaq [96]:1-5)
Cendekia Kristen:: Bagaimana kedudukan Muhammad di antara para nabi?
Ruhani Muslim:: Kedudukannya tercatat sebagai nabi-nabi utama dengan perbedaan-perbedaan yang jelas:
1. Ia merupakan bagian dari sejarah dunia dan agama. Risalahnya merupakan faktor penting dalam mengubah sejarah dunia, dan tiada sejarawan yang meragukan keberadaannya dan perannya dalam peristiwa-peristiwa dunia.
2. Ia adalah satu-satunya nabi yang menyaksikan dengan mata-kepala sendiri perkembangan agamanya hingga agama tersebut dianut oleh seluruh bangsa selama masa hidupnya.
3. Ia merupakan nabi semesta yang diutus, tidak hanya kepada umat tertentu, seperti Arab atau Yahudi, tapi kepada seluruh manusia. Dari al-Qur’an kita membaca: “Katakanlah: “Hai manusia! Sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua, Yaitu Allah yang mempunyai kerajaan langit dan bumi” (Qs. al-A’raf [7]:158)
4. Risalahnya secara jelas menentang segala jenis diskriminasi sosial. Menghapus seluruh rintangan sosial merupakan bagian penting dari risalahnya. Hitam, putih, merah dan kuning adalah sama dan sederajat.
Tiada ras lebih unggul dan superior atas ras lainnya, dan tiada bangsa lebih rendah atau inferior atas bangsa lainnya. Manusia dipuji atau dicela atas apa yang ia pilih secara bebas. Menjadi bagian dari satu bangsa atau ras tertentu bukan pilihan kita, juga tidak terjadi atas perbuatan kita sendiri. Perbedaan kita hanya dapat ditelusuri melalui perbuatan baik dan amal shaleh kita.
Dari al-Qur’an kita membaca:
“Sesungguhnya, yang paling mulia di antara kalian adalah yang paling takwa.” (Qs. al-Hujurat [49]:13)
5. Ia membangun dan mendirikan, selama masa hidupnya, sebuah negara yang berkuasa, berdasarkan kepada cita-cita tinggi. Negara Muslim lahir pada saat dan masa dimana pemerintah diterima sebagai sebuah ruling body (anggota yang berkuasa), lebih unggul dari masyarakat dan memaksakan kehendak-kehendaknya tanpa masyarakat dapat memilih. Masyarakat sendiri tidak pernah menerima kesederajatan mereka di hadapan para penguasa, juga tidak meyakini persamaan mereka dari yang lain. Dalam ajaran Islam kenyataan ini berbanding terbalik. Pemerintah merupakan buah dari keyakinan masyarakat dalam sebuah prinsip-prinsip yang menuntun. Pemerintah merupakan halal jadah dari spontanitas kebersamaan mereka dalam mendeklarasikan prinsip-prinsip tersebut. Lalu, para pendeklarasi prinsip-prinsip tersebut berhubungan satu dengan yang lain dan mereka dirangkum dalam satu persaudaraan.
6. Ia menaklukkan seluruh penentang dan musuhnya, dan tidak ada satu kelompok pun yang mampu menaklukkannya.
7. Ia merupakan nabi yang mendeklarasikan kebebasan beragama ketika ia berkuasa, dimana sebelumnya banyak orang tercampakkan dari kebebasan seperti itu . Ia dan para pengikutnya disiksa selama tiga belas tahun karena pilihan agamanya. Sebelumnya, penguasa-penguasa tidak pernah berbicara tentang kebebasan beragama dan mereka melakukan penyiksaan terhadap orang-orang yang meninggalkan agama berhalanya dan memeluk agama Muhammad. Namun, ia (Muhammad) tatkala menaklukkan seluruh penentangnya dan mampu untuk menghukum para penindas, ia mengumumkan deklarasi berikut ini: “Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu, barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus, dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.” (Qs. al-Baqarah [2]:256)
8. Ia merupakan satu-satunya nabi yang mendeklarasikan dirinya sebagai Nabi Pamungkas yang dengan wafatnya mengakhiri sejarah panjang kenabian. Adapun kenabian-kenabian yang diklaim oleh banyak orang setelah Muhammad, tidak satupun dari mereka yang mampu menopang klaimnya. Dan kini, setelah berapa abad semenjak wafatnya, ia masih duduk pada altar sejarah sebagai penutup para nabi.
9. Ia merupakan satu-satunya nabi yang memperkenalkan kepada dunia sebuah kitab yang tidak memuat satu pun ucapan manusia. Al-Qur’an bukan merupakan dialog antara Tuhan dan manusia, sebagaimana kitab-kitab suci lainnya; al-Qur’an merupakan firman-firman Tuhan yang Dia letakkan pada lisan Muhammad untuk diteruskan kepada manusia.
Cendekia Kristen:: Cukup membingungkan bahwa nabi-nabi sebelum Muhammad seperti Musa dan Isa telah dibekali dengan kekuasaan untuk mempertunjukkan pekerjaan luar biasa dan supra-natural, sementara Muhammad tidak menunjukkan hal tersebut, atau bahkan ia tidak bersandar kepada perbuatan-perbuatan mukjizat. Ia hanya bersandar, dalam membuktikan kenabiannya, pada al-Qur’an. Mengapa ia tidak mempertontonkan mukjizat-mukjizat sebagaimana yang dilakukan oleh Musa dan Isa?
Ruhani Muslim:: Adua dua alasan atas perbedaan gaya mukjizat Muhammad dan gaya mukjizat nabi-nabi sebelumnya:
1. Mukjizat-mukjizat Isa dan Musa, benar sangat luar biasa; namun, kenyataannya, kendatipun mukjizat itu luar biasa, tapi tidak mengajak manusia pada masanya untuk beriman kepada mereka atau memeluk ajarannya. Sejarah mengatakan kepada kita bahwa Bani Israil tidak mengikut Musa setelah ia mempertontonkan seluruh mukjizatnya. Setelah melintasi laut dengan kaki mereka, mereka tidak menjadi pengikut setia kepada ajaran Musa. Setelah ia pergi ke gunung untuk menerima firman-firman (commandments), setelah turun gunung, ia mendapati mereka tersesat dari jalan Tuhan. Isa banyak diikuti oleh orang-orang, namun tatkala krisis melanda, ia ditinggalkan bahkan oleh murid-muridnya sendiri. Masyarakat, secara umum, tidak pernah diyakinkan oleh mukjizat-mukjizat tersebut untuk memeluk ajaran-ajaran samawi. Ketika mereka menyaksikan pertunjukan supranatural, mayoritas dari masyarakat ketika itu menyebut Isa dan Musa sebagai tukang sihir dan penipu. Jika mukjizat yang sama diulang pada masa Muhammad, hal itu tidak akan membuahkan hasil yang lebih baik dari sebelumnya. Atas alasan ini, gaya mukjizat harus diganti.
2. Anggaplah mukjizat-mukjizat Musa dan Isa sangat produktif, membuat mereka meyakini kebenaran atas apa yang mereka saksikan. Kenyataannya adalah mukjizat-mukjizat tersebut tidak bersifat permanen dan hanya berlangsung sementara. Tiada satu perbuatan yang dapat disaksikan dua kali. Tiada perbuatan yang akan berlangsung lama. Membuat orang buta melihat atau mengembalikan orang mati menjadi hidup merupakan perbuatan yang sangat luar biasa, namun perbuatan tersebut lenyap segera setelah dilakukan. Segera setelah perbuatan itu berakhir, ia menjadi sejarah. Mereka yang tidak melihat perbuatan ini secara langsung harus bersandar kepada bukti-bukti dari mereka yang melihatnya.
Seorang nabi yang akan diikuti oleh nabi yang lain boleh jadi bersandar kepada sebuah pertunjukan yang luar biasa dalam meyakinkan orang-orang yang hidup semasanya. Ia tidak perlu kuatir akan generasi mendatang yang tidak akan melihat mukjizatnya, lantaran ia dapat bersandar kepada nabi yang datang selepasnya pada masa yang lain. Nabi yang datang selepasnya akan mempertunjukkan mukjizatnya sendiri, dan ia akan memperkenalkan nabi yang akan datang setelahnya.
Adapun dalam kasus Muhammad, kasusnya berbeda. Ia merupakan Nabi Terakhir. Ia tidak dapat bersandar kepada setiap perbuatan mukjizat, lantaran perbuatannya tersebut tidak akan berlangsung lama untuk dilihat oleh generasi selanjutnya. Ia juga tidak bersandar kepada pendelegasian seorang nabi yang akan datang setelahnya, lantaran ia merupakan Nabi Pamungkas. Ia harus bersandar kepada beberapa mukjizat, namun mukjizatnya harus dalam bentuk yang lain. Mukjizatnya harus merupakan mukjizat abadi yang akan disaksikan dan diuji oleh generasi-generasi mendatang sebagaimana yang disaksikan oleh orang-orang semasanya.
Pada masa dimana tidak ada kamera atau film yang dapat membuat satu perbuatan dapat disaksikan oleh manusia pada masa yang beragam, kita tidak dapat menerima mukjizat abadi jenis apapun kecuali dalam bentuk ucapan. Tatkala sebuah ucapan tinggi dan agung tercatat dalam sebuah buku atau kitab, keunggulannya dapat disaksikan dan diuji oleh setiap manusia pada setiap generasi. Jika ia tiada tertandingi, ia akan bertahan selamanya, dan keunggulannya dapat dinilai oleh setiap generasi. Mukjizat jenis ini adalah jenis mukjizat yang cocok dan tepat bagi seorang nabi terakhir, dan atas alasan inilah mengapa Muhammad dibekali dengan Kitab Suci al-Qur’an sebagai bukti atas kebenarannya.
15
DIALOG MUSLIM & KRISTEN
Dialog 14: Nubuat al-Qur’an quran.jpgCendekia Kristen:: Dengan apresiasi terhadap orang-orang yang berbahasa Arab dan penghormatan mereka terhadap al-Qur’an, saya cenderung meyakini superioritasnya. Pada kenyataannya, sejarah tidak mencatat usaha-usaha yang berhasil yang dilakukan setiap orang atau kelompok untuk menandingi al-Qur’an. Kita tahu bahwa orang-orang Arab bukanlah seluruh kaum Muslimin. Kita juga tahu bahwa orang-orang Arab pada masa hidup Muhammad adalah orang-orang yang fasih dalam orasi, dan kita tahu bahwa mayoritas dari mereka secara tegas membenci Islam. Al-Qur’an menantang mereka dan generasi-generasi selanjutnya untuk menandinginya, namun nampaknya musuh-musuh Islam itu tidak memenuhi tantangan tersebut sepanjang masa.
Superioritas al-Qur’an merupakan sebuah kenyataan dan di luar dari segala keraguan rasional. Namun saya ingin tahu apakah al-Qur’an memiliki segalanya, di samping superioritasnya dan gaya bahasanya yang memukau, yang menopang keberadaannya sebagai wahyu benar-benar bersumber dari Tuhan dan bahwa Muhammad adalah benar-benar Nabi-Nya.
Ruhani Muslim:: Ada ayat-ayat al-Qur’an yang lebih dari satu nubuat yang berkenaan dengan masa depan, dan nubuat-nubuat tersebut menjadi kenyataan. Pengetahuan tentang masa depan adalah mungkin hanya bagi Tuhan dan tidak tersedia bagi setiap manusia.
Manusia telah mengalami kemajuan pesat dalam bidang sains dan teknologi hingga pada tingkatan yang belum tercapai sebelumnya. Dengan segala kemajuannya dalam bidang ilmu pengetahuan, ia masih belum mampu untuk memprediksi masa depan. Bangsa-bangsa yang berperadaban angkat senjata melawan yang lain, dan tiada satu pun dari mereka yang memberikan jaminan kemenangan. Jika pengetahuan ihwal masa depan tersedia bagi mereka, mereka akan menghindari peperangan yang destruktif. Sebuah bangsa yang memprediksi kekalahannya akan mencegah dirinya untuk memasuki perang mana pun yang dapat berujung pada kekalahannya. Untuk mengenali kemampuan manusia dalam memprediksi masa depan, kita perlu hanya mengingat kampanye pemilihan kita. Meski dengan segala informasi yang diperoleh melalui media modern dan metode-metode ilmiah, tidak satu pun kandidat yang yakin akan kemenangan atau kekalahannya, hingga perhitungan suara dilakukan. Terdapat banyak kabar yang termuat dalam kitab suci al-Qur’an berkaitan dengan masa depan yang tidak dapat diprediksi oleh manusia. Prediksi-prediksi tersebut terpenuhi, terpenuhinya pelbagai prediksi tersebut menunjukkan bahwa al-Qur’an benar merupakan sebuah wahyu Ilahi dan bahwa Muhammad adalah benar utusan Tuhan.
Beberapa dari nubuat tersebut bertalian dengan masa depan al-Qur’an itu sendiri. Nubuat-nubuat tersebut antara lain:
1. “Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-Qur’an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.” (Qs. al-Hijr [15]:9)
Ayat ini mengabarkan bahwa al-Qur’an tidak akan binasa. Ia tidak akan sirna dari dunia ini dan akan berlangsung dan berlanjut untuk selamanya. Nubuat ini sebenarnya berlawanan dengan apa yang diramalkan oleh manusia. Al-Qur’an diperkenalkan oleh seorang nabi yang tidak pernah mengenyam pendidikan dan tidak mampu membaca atau menulis. Ia memperkenalkannya dalam sebuah bangsa yang tidak berpendidikan. Orang-orang Arab pada masa Nabi Saw, dalam hitungan juta, hanya seratus orang yang dapat membaca. Di samping itu, mayoritas bangsa tersebut berposisi melawan Nabi Saw dan kitabnya, dan demikian juga pada belahan dunia lainnya. Dalam kondisi dan keadaan ini, kitab semacam ini diharapkan binasa dan sirna untuk selamanya. Kesempatan keberlanjutannya untuk generasi-generasi mendatang sangat tipis.
2. Ayat berikut ini menjelaskan:
“Sesungguhnya Al-Qur’an itu adalah kitab yang mulia. Yang tidak datang kepadanya (Al-Qur’an) kebatilan, baik dari depan maupun dari belakangnya, yang diturunkan dari Tuhan Yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji.” (Qs. Fushshilat [41]:41-42)
Ayat ini mengabarkan kepada dunia bahwa Qur’an tidak akan disisipkan oleh kata-kata yang telah dikatakan sebelumnya sebelum masa pewahyuannya juga tidak oleh kata-kata yang akan dikatakan setelah masa pewahyuannya. Ia murni dan akan berlanjut sedemikian sepanjang masa. Hal ini, juga merupakan sebuah nubuat berbanding terbalik dari apa yang diharapkan oleh manusia. Sebuah kitab, diperkenalkan dalam keadaan diajukan, tidak dapat diharapkan oleh manusia untuk tetap murni tanpa adanya sisipan. Tidak ada mesin printer pada masa pewahyuan, juga tidak ada mesin yang diciptakan hingga beberapa abad setelah Muhammad. Sejarah menunjukkan kepada kita bahwa tidak ada kitab suci yang tetap dalam keadaan murni tanpa adanya sisipan. Kitab-kitab suci telah mengalami banyak perubahan dalam beberapa abad. Al-Qur’an diharapkan terkecualikan dalam masalah ini.
Dua nubuat tersebut telah terpenuhi. Terpenuhinya nubuat pertama adalah sangat jelas dan swa-bukti: Al-Qur’an tidak sirna. Ia hidup, lestari dan tetap menjadi sebuah kitab yang hidup. Sejatinya kehidupan al-Qur’an sangat kaya sehingga ia boleh jadi merupakan kitab yang paling sering dibaca oleh masyarakat di dunia. Setiap Muslim diharapkan untuk mengerjakan shalat lima kali sehari, dan masing-masing dari setiap shalat tersebut termasuk sebuah bacaan dari al-Qur’an. Ratusan juta kaum Muslimin mengerjakan shalat mereka sehari-hari, dan ratusan juta orang membaca al-Qur’an setiap hari.
Terpenuhinya nubuat kedua adalah cukup jelas. Kitab Suci al-Qur’an tetap tidak berubah. Tidak ada ucapan dan perkataan manusia yang diselipkan di dalamnya. Bahkan orang-orang yang mengkritisi Islam memberikan kesaksian akan kesucian teks yang sangat luar biasa dari kitab besar ini. Kata-kata al-Qur’an yang kita baca sekarang adalah persis kata-kata yang sama yang dibaca oleh Nabi Muhamamad sendiri, tanpa adanya penambahan dan pengurangan.
3. Al-Qur’an memuat banyak statmen dimana para penentang Islam diundang untuk menyuguhkan setiap wacana Arab yang akan menandingi wacana Qur’ani. Salah satu statmen tersebut adalah sebagai berikut:
“Katakanlah, “Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Al-Qur’an ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengannya, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain.” (Qs. al-Isra’ [17]:88)
Stetmen ini tidak hanya menantang manusia untuk menggubah pidato dan menyusun wacana yang dapat menandingi al-Qur’an, namun juga dinubuatkan secara jelas bahwa usaha semacam itu akan gagal, dan al-Qur’an akan tetap superior atas seluruh wacana Arab.
Statmen ini sangat sulit untuk dijangkau. Ia mengatakan bahwa kitab suci al-Qur’an tiada taranya, tidak pada masa kini juga tidak pada masa akan datang. Statmen semacam ini merupakan sebuah nubuat yang mengandung multi ruang dan waktu. Kita tahu bahwa talenta dan keahlian manusia senantiasa mengalami kemajuan dan perbaikan. Hal ini adalah benar adanya pada setiap bidang. Sebuah penemuan ilmiah, terlepas dari penemuan tersebut merupakan penemuan besar atau tidak, selalu diharapkan untuk membaik dan berkembang melalui ilmu dan teknologi tambahan. Pesawat pertama yang mendarat di tanah, tanpa sangsi, merupakan sebuah penemuan yang luar biasa, tapi ia tidak dapat dibandingkan dengan setiap jenis pesawat apa pun hari ini.
Mari kita berasumsi bahwa penemu pesawat pertama tersebut telah menubuatkan bahwa pesawatnya tidak dapat disamakan dengan pesawat di masa mendatang. Nubuat dan prediksi semacam ini akan sangat konyol dan akan terbukti gagal dalam satu dekade karena ia bertentangan dengan alur kewajaran. Muhammad membacakan statmen ini yang bertentangan dengan alur kewajaran. Ia menyebutkan ayat-ayat ini kira-kira empat belas abad silam, namun ucapannya tetap berlaku, dan perisitiwa-peristiwa dunia tidak dapat menggagalkan bukti ini. Sebaliknya, statmen ini kini kelihatannya lebih berarti dari waktu-waktu sebelumnya. Semakin tua nubuat ini, kebenaran yang terkandung di dalamnya semakin muncul.
Ada poin lain yang menakjubkan dari nubuat ini. Dapat dibayangkan apabila seseorang menantang sebuah kelas tertentu pada sebuah bidang yang tidak semua orang memiliki akses ke bidang itu, seperti dalam bidang ilmiah yang spesifik. Kita boleh jadi membayangkan seorang saintis yang berbakat, menemukan sebuah rumus-rumus ilmiah yang tidak dapat dijangkau oleh pakar lainnya dalam bidang tersebut. Jika saintis semacam ini mengklaim sebuah superioritas permanen dalam penemuannya, ia akan ditantang hanya oleh saintis-saintis dalam jumlah yang terbatas.
Dalam masalah al-Qur’an kasusnya berbeda. Tidak ada yang spesifik di dalamnya; wacananya terangkai dari kata-kata dan kalimat-kalimat dengan tatanan yang diketahui, tidak hanya oleh jumlah terbatas para pakar, namun oleh seluruh orang-orang yang berbahasa Arab. Tidak ada rumus yang tersembunyi di dalamnya bagi seluruh manusia. Seluruhnya diketahui oleh manusia. Oleh karena itu, tantangan, tidak dialamatkan hanya kepada jumlah terbatas manusia; ia mengalamatkan tantangan ini kepada ratusan juta manusia di setiap generasi. Dengan tantangan universal semacam ini, -bukan pada bidang spesialisasi tertentu- kegagalan untuk menghasilkan sebuah tandingan baginya adalah lebih luar biasa dari kegagalan sejumlah pakar dalam satu bidang spesialisasi tertentu.
Hal ini akan lebih menakjubkan tatkala kita mengingat bahwa tidak ada rumusan atau penemuan ilmiah yang tetap tidak tertandingi. Rumusan yang paling tinggi di abad ini adalah rumusan bom atom. Rumusan ini merupakan penemuan yang paling penting di abad ini. Kendati demikian hebatnya, tidak dapat disimpan secara eksklusif bagi negara yang memproduksinya. Negara-negara lain telah mencoba untuk memproduksi hal yang sama dan mencapai sukses dalam memproduksinya.
Mengapa al-Qur’an tetap superior dan berada beyond (di luar) wacana Arab yang lain? Bagaimana manusia menolak menerima tantangan al-Qur’an?
Baik al-Qur’an adalah benar-benar superior dan di luar jangkauan kelompok dan individu yang berbakat pada setiap generasi (dan hal ini bermakna bahwa kitab ini merupakan sebuah kitab yang mengandung mukjizat) atau ia berada dalam jangkuan manusia, namun Tuhan dengan mukjizat mencegah manusia untuk memproduksi wacana yang serupa, nubuatnya (al-Qur’an) terpenuhi, dan al-Qur’an masih tetap berjaya tak tertandingi dan tiada tara.
16
DIALOG MUSLIM & KRISTEN
Dialog 15: Nubuat Kemenangan Kaum Kristian Cendekia Kristen:: Saya sering bertanya-tanya ihwal ayat-ayat Qur’an yang termaktub pada surah ar-Rum (surah 30). Ayat-ayat dalam surah tersebut berhubungan dengan masa depan orang-orang Roma dan nubuat kemenangan mereka atas musuh-musuhnya:
Alif Lâm Mîm. Telah dikalahkan bangsa Romawi. Di negeri yang terdekat dan mereka sesudah dikalahkan itu akan menang. Dalam beberapa tahun (lagi). Bagi Allah-lah urusan sebelum dan sesudah (mereka kalah dan menang itu). Dan di hari itu orang-orang yang beriman bergembira (lantaran suatu kemenangan yang lain). Karena pertolongan Allah. Dia menolong siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang. Sebagai janji yang sebenar-benarnya dari Allah. Allah tidak akan menyalahi janji-Nya, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. (Qs. Rum [30]:1-6)
Saya ingin mendengar ulasan Anda tentang ayat-ayat ini yang nampaknya mengandung sebuah nubuat yang tepat, sebagaiman saya ingin tahu apakah nubuat ini benar-benar terjadi.
Ruhani Muslim:: Pada dekade pertama abad ke-VII, sebuah peperangan meletus antara dua kekuatan besar pada waktu itu, emperium Persia dan Byzantium (Roma). Perang tersebut berlanjut hingga lebih dari dua puluh dua tahun, dan emperium Persia yang keluar sebagai pemenang. Encyclopaedia Britannica melukiskan situasi yang berkembang pada masa itu:
“Lasykar emperium Persia menaklukkan Suriah dan Asia Kecil, dan pada tahun 608 bergerak maju hingga Chaledon. Pada tahun 613 dan 614, Damaskus dan Yerusalem diambil oleh Jendral Shahaboraz, dan Salib Suci dibawa dalam kemenangan. Tidak lama berselang, bahkan Mesir pun dapat ditakalukkan. Orang-orang Roma (penduduk emperium Byzantium) hanya dapat menunjukkan perlawanan kecil, karena menderita pertikaian internal dan ditekan oleh Avars dan Slavs. “
Ayat-ayat al-Qur’an dinukil mewahyukan enam atau tujuh tahun pasca pewahyuan pertama yang datang kepada Muhammad. (Hal ini bermakna bahwa ayat-ayat ini diwahyukan pada tahun 615 atau 616). Nubuat yang terkandung di dalamnya adalah bersifat definitif dan mutlak.
Ayat-ayat tersebebut menyebutkan orang-orang Roma yang binasa akan mencapai kemenangan yang gemilang atas orang-orang Persia yang meraih kemenangan dalam jangka waktu sembilan bulan semenjak pewahyuan ini.
Sekali lagi nubuat ini dibuat dalam arah yang berlawanan dengan hasil yang dicapai dari konflik bersenjata tersebut. Diperkirakan bahwa orang-orang Roma akan menderita kekalahan telak, karena lasykar emperium Persia telah terlebih dahulu mencapai gerbang Konstantinopel. Pada masa itu bahkan pemimpin-pemimpin Roma berhati kecut untuk mendapatkan kemenangan kemudian.
Para pemimpin Roma, dengan segala kemahiran dan pengetahuan tempur mereka, tidak dapat mengira kemenangan yang mereka capai. Informasi jelas tidak tersedia bagi Muhammad karena radio, TV, dan alat-alat pos belum lagi tercipta waktu itu. Muhammad, hidup di Mekkah dan sangat jauh dari Konstantinopel, membuat nubuat kemenangan pada waktu yang telah ditentukan.
Nubuat terpenuhi dalam waktu sembilan tahun setelah ia dibuat. Heraclius, kaisar Roma, bergerak maju ke Northern Media, dimana ia menghancurkan candi besar Gondzak; kemudian pada tahun 623 ia merebut kembali tanah-tanah yang telah diambil oleh pihak musuh.
Cendekia Kristen:: Ayat-ayat yang dinukil di atas mengindikasikan bahwa kaum Muslimin sangat konsern terhadap kekalahan orang-orang Roma di tangan orang-orang Persia. Nubuat tersebut nampaknya telah diwahyukan sebagai sebuah ungkapan duka bagi kaum Muslimin, lantaran pada ayat tersebut dikatakan bahwa kaum Mukminin dalam Islam akan bersuka cita atas kemenangan orang-orang Roma. Hal ini sebenarnya mengumumkan sebuah cinta sejati dari kaum Muslimin kepada kaum Kristian.
Ruhani Muslim:: Ucapan Anda benar. Kaum Muslimin sebenarnya sangat bersedih mendengar berita kekalahan kaum Kristian pada saat itu. Kaum Kristian adalah Ahli Kitab, dan kaum Muslimin merupakan pengikut dari kitab yang baru, al-Qur’an. Keduanya adalah orang-orang beriman. Oleh karena itu, Kaum Muslimin merasa bahwa ada ikatan erat antara mereka dan kaum Kristian. Mereka merasa bahwa kaum Kristian adalah saudara-saudara mereka dalam agama.
Berita kekalahan bangsa Roma merupakan sebuah berita gembira bagi para penyembah berhala. Mereka bersuka cita atas kekalahan kaum Kristian dan menggolongkan mereka dengan kaum Muslimin, musuh mereka, lantaran kaum Muslimin dan Kristian keduanya merupakan Ahlul Kitab dan menentang penyembahan berhala.
Hubungan antara kaum Kristian dan Muslimin merupakan sebuah hubungan yang bersifat natural. Jika kaum Kristian menerima Muhammad dan kebenarannya dengan hati yang terbuka, sebagaimana kaum Muslimin menerima kebenaran Isa (Yesus), hubungan persaudaraan dapat tetap berlanjut antara para pengikut dua ajaran ini. Namun sayang, kaum Kristian menolak untuk mengakui kenabian Muhammad dan menerima kebenarannya. Peristiwa ini dan yang terjadi selanjutnya pasca wafatnya Nabi Saw merubah suasana natural antara kaum Muslimin dan Kristian.
17
DIALOG MUSLIM & KRISTEN
Dialog 16: Penjelasan Kitab Suci Ihwal Sains Cendekia Kristen:: Apakah Kitab Suci Qur’an berisikan penjelasan mengenai beberapa peristiwa-peristiwa yang disingkap oleh ilmu pengetahuan (sains) kita sekarang, yang tidak diketahui pada masa Muhammad? Adanya penjelasan ihwal hal ini, akan menambah bukti bagi kenabian Muhammad. Adalah mustahil bagi seseorang yang tidak mengeyam pendidikan formal seperti Muhammad, yang hidup pada abad ketujuh, mengetahui apa yang akan didapat oleh saintis-saintis modern. Beberapa penjelasan seperti ini akan sangat meyakinkan kebenaran Islam.
Ruhani Muslim:: Orang-orang yang membaca al-Qur’an akan mendapatkan penjelasan lebih dari satu mengenai peristiwa-peristiwa tertentu, beberapa di antaranya telah ditemukan akhir-akhir ini, dan beberapa di antaranya masih dalam tingkat ekspektasi (harapan).
Ilmu pengetahuan modern kini menyaksikan, meskipun tanpa kepastian, yaitu datangnya suatu waktu ketika kita akan mendapatkan berita tentang adanya kehidupan (mahluk hidup) pada beberapa planet-planet lain. Sarjana-sarjana sekarang tidak yakin adanya kehidupan secara biologis (biological life) pada planet-planet lain, tetapi bagi orang-orang yang membaca al-Qur’an hal ini adalah sangat mungkin.
Sebenarnya salah seorang saintis Rusia mengaku bahwa ia menerima sinyal-sinyal dari ruang angkasa (space), dan ia mengira bahwa sumber sinyal-sinyal itu adalah beberapa mahluk hidup yang terdapat di planet yang berbeda. Saintis boleh jadi akan, dalam waktu dekat atau di masa mendatang, mendapatkan dan menjumpai mahluk hidup lain yang menghuni planet-planet lain.
Apa yang kita harapkan untuk kita peroleh pada masa ilmu pengetahuan kita sekarang adalah telah dinubuatkan tiga belas abad yang lalu oleh kitab suci al-Qur’an:
“Dan di antara keterangan-keterangan Tuhan itu, ialah tercipta langit dan bumi, dan mahluk hidup yang bertebaran di dalamnya; dan Tuhan itu Maha Kuasa mengumpulkan semuanya apabila dikehendaki-Nya.” (Qs. 42: 29).
Ayat ini memberitahukan pada kita adanya kehidupan atau mahluk hidup secara biologis (biological living being) yang berjalan dengan kakinya di langit dan di bumi, dan adalah mungkin untuk mahluk hidup yang ditempatkan pada planet kita untuk berhubungan dengan yang ditempatkan di langit.
Salah satu penemuan secara ilmiah dari abad modern kita ini adalah adanya sex pada tumbuh-tumbuhan sama seperti pada binatang. Semua butir-butir tepung sari, para sarjana mengatakan, disusun oleh sel-sel yang telah memperkecil jumlah choromosom-choromosom.
Dua dari sel-sel ini adalah sel-sel jantan. Berlaku pada pembiakan, tepung sari harus jauh pada stigma beberapa bunga dan mengembangkan pembuluh melalui stigma dan jaringan-jaringan yang lain sampai hal itu mencapai telur. Dua sel-sel jantan jalan melalui pembuluh (pipa) ini, biasanya dekat tempat pembiakannya. Salahsatu di antaranya menyuburkan telur ini, dan dari campuran sel-sel, suatu embrio tumbuh. Sel jantan yang lain biasanya dengan dua sel-selnya yang lain dekat telur ini, di tengah-tengah kandung embrio, dan hasil rangkap tiga membentuk bagian yang mengandung zat hara dari benih (biji).
Adanya jantan dan betina pada tumbuh-tumbuhan benar-benar tidak diketahui sebelum majunya ilmu pengetahuan modern. Tetapi Kitab Suci Qur’an dengan jelas mengatakan adanya sex pada tumbuh-tumbuhan:
”Maha Suci Tuhan yang telah menciptakan semua yang ditumbuhkan bumi berpasang-pasangan, dan pada diri mereka sendiri dan apa-apa yang tiada mereka ketahui.” (Qs. Yasin [36]: 36)
Pada saat Nabi Muhammad, tak seorang pun memiliki pengetahuan tentang keadaan ruang angkasa. Orang-orang biasanya berpikir bahwa semakin naik manusia ke angkasa, semakin banyak ia akan mendapatkan udara dan semakin banyak dia dapat bernafas. Sekarang kita mengetahui bahwa ruang angkasa tidak berisikan udara, dan bahwa bila seseorang naik ke angkasa, dia akan mati lemas karena kekurangan oxygen.
Kitab Suci Qur’an mempunyai suatu pertanda untuk kenyataan ini:
“Sebab itu, siapa yang hendak dipimpin oleh Tuhan, niscaya dibukakanNya hatinya menganut Islam, dan siapa yang hendak disesatkan Tuhan, dijadikanNya dadanya sesak dan sempit, seperti orang naik ke langit. Begitulah, Tuhan meletakkan kekejian kepada orang-orang yang tidak beriman.” (Qs. al-An’am [6]: 125)
Kesempitan dada seseorang yang melesak ke angkasa luar bermakna ketidaksanggupan pernafasan yang berlawanan dengan konsep tentang ruang angkasa pada masa Muhammad.
18
DIALOG MUSLIM & KRISTEN
Dialog 17: Bible Adalah Saksi Untuk Muhammad Cendekia Kristen:: Bukti-bukti yang telah kita diskusikan adalah sangat meyakinkan dan memberikan suatu dukungan yang besar terhadap kenabian Muhammad. Keulungan Qur’an itu sendiri adalah kenyataan yang terpenting dari kebenaran ini dan banyak ramalan-ramalan yang lain. Saya ingin tahu apakah Perjanjian Baru dan Perjanjian Lama berisikan ramalan tentang kehadiran Nabi Muhammad.
Ruhani Muslim:: Dalam Injil ada lebih dari satu pernyataan yang menunjukkan dinantikannya Nabi Muhammad. Namanya tidak disebutkan, tetapi melukiskan Muhammad. Kita dapat menjumpai dalam Kitab Ulangan (Deuteronomy), pernyataan sebagai berikut:
“Saya akan mengangkat untuk mereka (Bani Israel) seorang nabi seperti anda dari di antara saudara-saudara mereka; dan saya akan meletakkan kata-kata saya pada mulutnya, dan dia akan berbicara kepada mereka semua yang saya perintahkan padanya. Dan barangsiapa tidak akan memberikan perhatiannya kata-kata saya yang dia katakan atas nama saya, saya akan menuntut hal itu dari dia.” (Ulangan 18: 18-19)
Pernyataan ini menjanjikan bahwa Tuhan akan mengangkat seorang nabi dari Bani Israel, bahwa nabi yang akan seperti Musa sendiri; bahwa Tuhan akan meletakkan kata-kata-Nya sendiri pada lisan nabi itu, dan bahwa nabi itu akan berbicara dengan nama Tuhan yang meletakkan kata-kata itu pada mulutnya.
Jadi perkiraan nabi ini mempunyai tiga gambaran, tak seorangpun dari mereka yang dapat mengenai melainkan Nabi Muhammad:
1. Nabi yang dijanjikan akan berasal dari saudara Bani Israel. Bani Israel dihubungkan hanya dengan orang-orang Arab. Tidak ada bangsa di dunia ini yang akan dinamai sebagai saudara-saudara Bani Israel kecuali orang-orang Arab, sebab Bani Israel adalah turunan Ishak, dan orang-orang Arab adalah turunan Ismail, saudara Ishak.
2. Nabi itu akan seperti Musa. Musa adalah seorang nabi dari suatu peraturan baru dan dia adalah pemimpin duniawi dan ruhani untuk bangsanya. Lukisan ini hanya patut untuk Muhammad, di antara seluruh nabi-nabi yang datang setelah Musa. Tak seorang pun dari nabi-nabi itu, termasuk Yesus (Isa), dikirimkan dengan peraturan-peraturan yang baru. Yesus mengikuti peraturan-peraturan Musa, dan tidak memperkenalkan hukum Agama yang baru. Juga ia tidak merupakan pemimpin yang sekuler (keduniawian) bagi orang-orang Israel. Selanjutnya, semua nabi-nabi itu, kecuali Muhammad, datang dari orang-orang Israel sendiri dan bukan dari saudara-saudara mereka.
3. Pernyataan itu menyatakan Nabi yang dijanjikan sebagai seorang Nabi yang tidak akan berbicara darinya sendiri. Firman Tuhan akan diletakkan pada lisannya. Tak ada Nabi kecuali Muhammad yang telah mengklaim bahwa bukunya berisikan firman-firman dari Tuhan. Musa sendiri menerima wahyu, tetapi dia menyampaikan pesan-pesan itu dengan kata-katanya sendiri. Apa yang kita baca pada lima kitab Musa dianggap menjadi sabda-sabda dari Musa, bukan firman-firman dari Tuhan. Seluruh kitab yang menurut Perjanjian Lama adalah ditulis dan dikatakan oleh penulis-penulis manusia, dan demikian pula empat Injil. Yesus (Isa) berbicara kebenaran yang ia terima, tetapi dia berbicara dengan kata-katanya sendiri. Kitab Injil (Bible) yang terbaik, dianggap sebagai suatu dialog antara Tuhan dan manusia.
Hanya Qur’an berisikan firman-firman dari Tuhan dan Muhammad sebagai perantaranya. Muhammad tidak pernah mengklaim setiap ayat Qur’an sebagai perkataannya sendiri. Dia menceriterakan ayat-ayat Qur’an sebagai firman-firman dari Tuhan yang meletakkannya pada lisan Muhammad.
Dengan demikian, lukisan itu nampaknya pantas hanya untuk Muhammad, dan bukan untuk yang lain.
Stetmen yang lain, yang menunjukkan nubuat untuk Muhammad dapat dijumpai dalam kitab Ulangan (Deuteronomy):
“Inilah berkat yang diberikan Musa, abdi Allah itu, kepada Bani Israel sebelum ia mati. Berkatalah ia: Tuhan datang dari Sinai dan terbit kepada mereka dari Seir; Ia tampak bersinar dari pegunungan Parang dan datang dari tengah-tengah puluhan ribu orang yang kudus; di sebelah kanan-Nya tampak kepada mereka api yang menyala.” (Ulangan 33:1-2).
Kedatangan Tuhan bermakna kedatangan wahyu-Nya. Perkataan Musa ihwal manifestasi dan penampakan Tuhan (tajalli) kepada tiga nabi di tiga tempat. Penampakan di Sinai yang melambangkan kenabian Musa sendiri.
Penampakan yang lain adalah wahyu yang diterima di Seir. Penampakan ini menandakan pewahyuan yang diterima oleh Yesus lantaran Seir merupakan daerah yang terletak di Yordan.
Penampakan yang ketiga adalah cahaya Tuhan yang bersinar dari pegunungan Paran. Penampakan ini merupakan perlambang kenabian Muhammad. Pegunungan Paran terletak di wilayah Hijaz, tempat Muhammad lahir dan hidup. Kata-kata berikut ini lebih memberikan petunjuk dan indikasi terhadap kenyataan ini:
“Ia datang dari tengah-tengah puluhan ribu orang yang kudus; di sebelah kanan-Nya tampak kepada mereka api yang menyala.”
Muhammad adalah seorang Nabi yang memasuki Mekkah, ibukota Hijaz, yang memimpin bala tentara sejumlah sepuluh ribu pasukan Muslimin untuk menundukkan para penyembah berhala Mekkah.
Perjanjian Baru, juga mengandung nubuat yang jelas tentang kemunculan Muhammad:
“Yesus berkata kepada mereka (Bani Israel): “Belum pernahkah kamu baca dalam Kitab Suci: Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah menjadi batu penjuru: hal itu terjadi dari pihak Tuhan, suatu perbuatan ajaib di mata kita. Sebab itu, Aku berkata kepadamu, bahwa kerajaan Allah akan diambil dari padamu dan akan diberikan kepada suatu bangsa yang akan menghasilkan buah kerajaan itu. Dan barangsiapa jatuh ke atas batu itu, ia akan hancur dan barangsiapa ditimpa batu itu, ia akan remuk.” (Matius 21:42-44)
Stetment di atas ini merupakan sebuah nubuat yang mewartakan kepada kaum Yahudi bahwa kerajaan Tuhan akan diambil dari mereka, dan akan diberikan kepada bangsa yang lain. Tiada bangsa lain setelah Yesus yang mengklaim pesan langit kecuali bangsa Arab yang menyampaikan kepada dunia pesan Islam yang diwahyukan kepada Muhammad. Yesus menyebut bangsa yang menggatikan Bani Israel ini sebagai: “Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan.” Hal ini merupakan sebuah referensi terhadap perjanjian yang dibuat antara Tuhan dan Ishak, pada masa Ibrahim, dimana Ismail tidak termasuk dari perjanjian ini. Dari Perjanjian Lama kita membaca:
“Tentang Ismail, Aku telah mendengarkan permintaanmu; ia akan Kuberkati, Kubuat beranak cucu dan sangat banyak. Ia akan memperanakkan dua belas raja, dan Aku akan membuatnya menjadi bangsa yang besar. Tetapi perjanjian-Ku akan Kuadakan dengan Ishak, yang akan dilahirkan Sara bagimu tahun yang akan datang pada waktu seperti ini juga.” (Perjanjian Lama, Kejadian 17:20-21)
Ismail dan keturunannya, sesuai dengan ayat ini, tidak dimasukkan, pada masa Ibrahim, dari perjanjian ini, dan atas alasan ini, Yesus menyebut mereka Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan. Kini Yesus mengabarkan Bani Israel bahwa batu yang sama yang telah dibuang itu telah menjadi batu penjuru.
Muhammad dan bangsa Arab merupakan keturunan Ismail, dan bangsa inilah yang dinantikan Yesus untuk menggantikan bangsa Israel.
Yesus menggambarkan bangsa yang menggantikan ini sebagai batu yang dibuang; Dan barangsiapa jatuh ke atas batu itu, ia akan hancur dan barangsiapa ditimpa batu itu, ia akan remuk. Hal ini berarti bahwa bangsa yang menerima kerajaan Tuhan ini akan menjadi sebuah bangsa pemberani, dapat menaklukkan setiap musuhnya yang menyerang dan meremukkan setiap musuh yang diserangnya. Gambaran ini hanya dapat diterapkan pada bangsa Arab saja yang telah terpilih dari seluruh bangsa dengan membawa pesan ruhani, prawira dalam membela diri dan menaklukkan musuh-musuhnya. Sejara, pasca Yesus, telah menyaksikan banyak bangsa prawira, namun tidak ada satu pun dari mereka yang digerakkan dan dimotivasi oleh wahyu kecuali bangsa Muhammad.
19
DIALOG MUSLIM & KRISTEN
Dialog 18: Konsep Eskatologi Cendekia Kristen:: Sekarang sampai waktunya membicarakan tentang keabadian. Perjanjian Lama tidak begitu jelas mengulas Hari Kiamat (eskatologi). Agama Yahudi tidak menekankan hidup setelah mati. Perjanjian Baru telah berhubungan dengan masalah itu, dan membicarakan dengan jelas dari Hari Kiamat. Oleh karena itu, Kristen, pada umumnya, mempercayai Hari Akhirat. Saya tahu bahwa Kitab Suci al-Qur’an mengakui Hari Kiamat, tetapi saya ingin tahu lebih jeluk bahwa apakah hal ini dianggap salah satu dari pokok kepercayaan Islam?
Ruhani Muslim:: Azas dari kebangkitan kembali adalah suatu bab penting dalam kepercayaan Islam. Islam menyatakan bahwa keberadaan umat manusia akan berhenti di planet ini dan pada suatu hari tertentu, ditentukan oleh Tuhan dan diketahui hanya oleh Dia, ia dibangkitkan lagi, untuk mempertanggung jawabkan apa yang telah ia lakukan selama hidupnya.
Setiap orang akan pada hari itu menerima ganjaran atau hukuman sesuai dengan perbuatannya baik atau jelek: “Segenap apa yang dibumi akan musnah, dan wajah Tuhan-mu akan tetap tinggal (selamanya), Yang Besar dan Mulia.” (Qs. ar-Rahman [55]:26-27)
“Dan mereka telah pernah mengatakan: Apakah ketika kami telah mati, dan telah menjadi tanah dan tulang belulang, akan dibangkitkankah kami kembali? Katakan: Sesungguhnya orang-orang yang dahulu dan orang-orang kemudian, semuanya sudah tentu akan dikumpulkan bersama-sama di waktu yang ditentukan, di hari yang terkenal.” (Qs. al-Waqiah [56]: 47)
Cendekia Kristen:: Konsepsi (pengertian) tentang eskatologi sangat jauh dari lingkungan pengalaman empirik manusia. Tidaklah mudah untuk memikirkan bahwa seseorang yang meninggal secara fisik akan melanjutkan hidup secara rohani atau bahwa dia akan hidup kemudian, jauh setelah dia meninggal. Sains, tidak dapat membuktikan kemungkinan hidup setelah mati, dan juga tidak menyokong konsep yang sedemikian.
Ruhani Muslim:: Meskipun konsepsi Hari Kiamat di luar lingkungan pengalaman empiris kita, hal itu nampak logis. Untuk membuktikan konsepsi ini, kita harus menyetujui azas ini bahwak kita percaya pada Tuhan dan keadilanNya. Tuhan yang Adil, Yang Perkasa, tidak mungkin membiarkan orang yang melakukan kebaikan tanpa suatu hadiah (ganjaran), juga tidak mungkin Dia membiarkan orang-orang yang menindas untuk tidak dihukum.
Berjuta orang yang berbuat baik, menindas dan menggoda, hidup dan meninggal tanpa dibalas. Berjuta-juta orang yang berbuat kesalahan, pembunuhan, dan kekejaman hidup dan meninggal tanpa dihukum di dunia ini. Tuhan Yang Adil yang Perkasa, tidak akan membiarkan orang-orang yang melakukan kesalahan lepas dari hukumanNya, juga Dia tidak membiarkan orang-orang yang berbuat baik untuk tidak diberi balasan. Harus ada dunia lain dimana akan ada waktu untuk mempergunakan keadilan Tuhan
Kitab Suci Qur’an mendasarkan kebutuhan terhadap Hari Kiamat pada konsep keadilan Tuhan: “Di hari itu manusia berangkat dalam beberapa rombongan, supaya kepada mereka diperlihatkan perbuatannya. Dan siapa yang mengerjakan perbuatan baik seberat atom, akan dilihatnya. Dan siapa yang mengerjakan kejahatan seberat atom, akan dilihatnya.” (Qs. al-Zalzalah [99]: 6-8)
Cendekia Kristen:: Argumen Anda yang mendukung doktrin Hari Akhirat tidak mencapai tujuan pokok. Argumen tersebut merupakan argumen yang baik, tetapi seluruhnya adalah yang akan kita harapkan suatu dunia di masa datang dimana Tuhan mengganjar orang-orang yang berbuat baik dan menghajar orang-orang yang berbuat salah, tetapi hal itu bukan bukti bahwa harapan akan adanya Hari Kiamat akan terwujud. Ada perbedaan besar antara apa yang harus terjadi dan apa yang akan terjadi.
Tujuan kita tidak hanya menunjukkan kebutuhan untuk dunia masa depan, tetapi untuk membuktikan, bahwa dunia itu akan menjadi kenyataan.
Ruhani Muslim:: Adanya dunia masa depan tak dapat dibuktikan secara langsung dan empiris. Hal itu di luar lingkungan penglihatan atau pengertian dan pengalaman kita.
Hal itu adalah suatu masa depan yang tidak berhubungan dengan masa kita sekarang. Kenyataan dan bukti langsung pada masa depan yang demikian adalah tidak ada, tetapi kenyataan (bukti) secara tidak langsung pada masa depan itu ada.
Nabi-nabi dari Tuhan telah meramalkan dunia masa depan, dan kita boleh percaya pada penjelasan-penjelasan mereka. Bukti-bukti kebenaran nabi-nabi itu adalah bukti yang tidak langsung mengenai Hari Akhirat.
Kita boleh percaya pada pernyataan-pernyataan seorang nabi seperti Muhammad, sebab kenabiannya disokong oleh bukti-bukti nyata. Seorang nabi tidak menyesatkan rakyat, juga tidak akan menerangkan yang salah kepada mereka.
Kita harus menerima pernyataan-pernyataannya tentang masa depan sama seperti kita menerima pernyataannya tentang masa kini. Untuk menerima kenabiannya, dan meragukan penjelasannya merupakan suatu hal yang bertentangan.Oleh karena itu kedua-duanya harus diterima.
Cendekia Kristen:: Pentingkah bab kepercayaan dan iman kepada Hari Akhirat dalam Islam menurut al-Qur’an?
Ruhani Muslim:: Dalam banyak pelajaran-pelajaran dari Kitab Suci al-Qur’an, iman dan kepercayaan pada Hari Akhirat diletakkan setelah iman dan kepercayaan pada Tuhan, hal ini menunjukkan bahwa iman dan kepercayaan pada Hari Akhirat adalah lebih penting dari pada setiap masalah-masalah atau bab yang lain dari kepercayaan Islam setelah beriman kepada Tuhan:
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan orang-orang Yahudi dan orang-orang Kristen dan Shabiin, yaitu orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari akhirat dan mengerjakan perbuatan baik, mereka akan memperoleh pahala dari Tuhannya; mereka tidak merasa ketakutan dan tidak menaruh dukacita.” (Qs. Al-Baqarah [2]: 62: 5: 60).
“Mereka beriman kepada Tuhan dan hari kemudian, mereka menyuruh mengerjakan yang benar dan melarang berbuat yang salah dan mengerjakan perbuatan baik. Mereka itulah yang termasuk orang-orang yang baik.” (Qs. Ali Imran [3]: 114)
Cendekia Kristen:: Muhammad telah memberitahukan kepada manusia tentang Hari Kiamat. Penjelasannya jelas dan positif. Yesus, sebelum dia, menganjurkan beberapa penjelasan tentang masalah ini.
Musa nampaknya diam dalam hal ini. Hal ini menimbulkan pertanyaan: Tidak adanya penjelasan dalam masalah ini di dalam kitab Musa adalah membingungkan. Bila azas (doktrin) pembangkitan adalah sangat penting, hal itu akan diberikan juga pada Musa, sebagaimana yang terdapat pada Muhammad dan Yesus.
Ruhani Muslim:: Tidak adanya penjelasan dalam masalah ini pada kitab Musa tidak berarti bahwa Tuhan tidak memberikan padanya penjelasan tentang Hari Kiamat (Akhirat), juga hal itu membuktikan bahwa Musa tidak pernah memberitahukan pada rakyatnya tentang hidup di masa akan datang.
Lima kitab-kitab Musa barangkali telah mengalami beberapa perubahan-perubahan (distorsi) dan penghapusan.
Kitab Suci Qur’an memberitahukan pada kita bahwa Musa telah berbicara tentang Hari Kiamat (Akhirat).
“Dan seorang yang beriman itu (pada pesan dari Musa) berkata: Hai Kaumku! Turutlah aku! Kamu akan kupimpin kepada jalan kebenaran. Hai kaumku! Kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan sementara, dan akhirat itulah kampung yang kekal.” (Qs. al-Mu’min [40]:38-39)
“Dan Musa memilih tujuh puluh orang laki-laki dari kaumnya untuk perjanjian (pertemuan) Kami. Dan ketika mereka digoncang gempa bumi, dia mengatakan: Wahai Tuhanku! Kalau Engkau menghendaki, Engkau binasakan sajalah mereka dan aku sebelum ini! Apakah Engkau hendak membinasakan kami, karena perbuatan orang-orang yang bodoh diantara kami? Hal ini adalah ujian Engkau, akan menyesatkan siapa yang Engkau kehendaki dan memimpin siapa yang Engkau sukai. Engkaulah Pemimpin kami! Sebab itu, ampunilah kami, dan berilah kami rahmat, dan Engkaulah Pemberi ampun yang sebaik-baiknya. Dan tuliskanlah untuk kami kebaikan di dunia ini dan di akhirat. Sesungguhnya kami kembali kepada Engkau. Tuhan mengatakan: Siksaku akan Kutimpakan kepada siapa yang Aku kehendaki, dan RahmatKu meliputi segala sesuatu, sebab itu akan Aku tuliskan rahmat, untuk mereka yang bertakwa, mereka yang membayar zakat dan yang mempercayai keterangan-keterangan Kami.” (Qs. al-A’raf [7]: 155-156)
Kitab Suci Qur’an juga memberitahukan kepada kita bahwa Nabi Ibrahim telah berbicara dengan jelas tentang Hari Akhirat, dan bahwa dia meminta pada Tuhan untuk menunjukkan padanya bagaimana Dia menghidupkan yang telah mati:
“Dan ketika Ibrahim berkata: Tuhanku! Perlihatkan kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang mati! Kata Tuhan: Tidaklah engkau percaya? Kata Ibrahim: Percaya, tetapi untuk menenteramkan hatiku.” (Qs. Ali Imran [2]:260)
Cendekia Kristen:: Anda telah menerangkan bahwa Islam mengajarkan bahwa setiap manusia, pada suatu hari yang telah ditentukan dan hanya diketahui oleh Tuhan akan dibangkitkan kembali. Hari itu adalah hari pengadilan. Sekarang, bolehkah saya bertanya tentang masa yang panjang yang memisahkan hidup (kehidupan) kita ini dari Hari Akhirat?
Apakah manusia melanjutkan hidup, dalam beberapa bentuk, setelah dia meninggal sampai Hari Pengadilan? Adakah pernyataan yang jelas dalam al-Qur’an tentang kehidupan kita atau kematian, kemudian terhadap kematian kita dan sebelum dibangkitkan?
Ruhani Muslim:: Jiwa manusia, sesuai dengan ajaran Islam, tidak akan dilenyapkan (dimatikan) oleh kematian. Jiwa itu akan melanjutkan hidup terus melalui periode yang panjang yang memisahkan kematian jasmani kita dari hari pembangkitan kita, dan hidup yang demikian dikehendaki untuk pembangkitan.
Kita tidak dapat memikirkan pembangkitan manusia bila hidupnya akan sama sekali diakhiri oleh kematian. Pembangkitan berarti membangkitkan orang yang mati menjadi orang yang hidup kembali. Bila hidup berhenti setelah kematian, maka tidak akan ada cara untuk membangkitkan kembali orang yang sama.
Tujuan Hari Akhirat adalah untuk memberi ganjaran bagi yang berbuat baik dan menghajar yang berbuat jelek. Seseorang yang diciptakan pada Hari Pengadilan tidak akan sama dengan orang yang hidup sebelumnya. Dia tidak akan menerima suatu ganjaran dan juga suatu hajaran, sebab dia tidak sama dengan yang hidup sebelumnya, juga dia tidak melakukan baik atau jelek.
Jadi, kita harus mengerti semua pesan-pesan Qur’an, yang bertalian dengan Hari Akhirat, bahwa manusia akan tetap hidup.
Mengenai Hari Pengadilan, Kitab Suci Al-Qur’an adalah jelas mengenai masalah ini:
“Janganlah kamu katakan orang-orang yang terbunuh di jalan Allah itu mati, tetapi mereka itu orang-orang hidup, sayang kamu tidak mengerti.” (Qs. Al-Baqarah [2]:154)
“Janganlah kamu anggap mati orang-orang yang terbunuh di jalan Allah itu! Tidak! Mereka itu hidup, mereka mendapat rezeki dari sisi Tuhan. Mereka gembira karena kurnia yang telah diberikan Tuhan kepada mereka, dan mereka merasa girang terhadap orang-orang yang masih tinggal di belakang mereka, bahwa mereka tiada merasa takut dan tidak pula menanggung duka cita. Mereka girang karena kurnia dan pemberian Tuhan. Dan sesungguhnya Tuhan itu tidak akan menghilangkan pahala orang-orang yang beriman.” (Qs. Ali Imran [3]: 169-171)
Cendekia Kristen:: Orang-orang yang menyetujui azab Hari Akhirat berbeda dalam beberapa hal penting: beberapa di antara mereka percaya bahwa hidup di Hari Akhirat hanya spiritualnya dan yang lain percaya bahwa hidup manusia pada Hari Pembangkitan akan hidup baik fisiknya maupun ruhnya. Bagaimana pandangan Islam mengenai masalah ini?
Ruhani Muslim:: Ajaran Islam sangat jelas tentang masalah ini. Manusia akan dibangkitkan kembali hidup pada Hari Pengadilan baik fisiknya ataupun rohaninya. Wujud manusia tidak hanya berdimensi rohani.
Penciptaan kembali manusia memerlukan kedua-dua badan (fisik) dan jiwa (ruh); kalau tidak, ia namanya malaikat dan bukan manusia.
Ada alasan-alasan lain untuk berpendapat tentang pembangkitan keduanya baik, fisik dan juga jiwa: Konsep pembangkitan tidak dapat dimengerti atau dilaksanakan tanpa membentuk kembali badan manusia itu. Karena manusia akan melanjutkan hidup ruhnya setelah kematiannya, pembangkitannya tidak dapat diartikan menciptakan kembali ruhnya sebab ruhnya tidak mati. Jadi, kehidupan ruh itu sendiri pada Hari Kiamat tidak dapat dikatakan pembangkitan, sebab hal itu tidak menambah sesuatu terhadap hidup dari seseorang yang telah melanjutkan didalam bentuk spiritual.
Pembangkitan hanya dapat dimengerti oleh menciptakan wujud lagi. Ini maksudnya pembangunan kembali badan yang sudah bercerai-berai dan menyatukan kembali dengan jiwa yang masih ada. Bahasa Qur’an sangat jelas dalam masalah ini dan tidak menerima setiap perbedaan penafsiran:
“Dan sangkakala ditiup, ketika itu lihatlah mereka bangun dari kubur, dan segera datang, kepada Tuhannya. Mereka akan berkata: Ah, nasib kami! Siapakah yang membangunkan kami dari tempat tidur kami? (Ada suara yang menyahut): Inilah dia yang dijanjikan oleh Tuhan Yang Pemurah, dan benarlah perkataan-perkataan Rasul-rasul!
(Yang terdengar) hanyalah satu suara keras, dan ketika itu lihatlah, mereka semuanya dibawa ke hadapan kami.” (Qs. Yasin [36]: 51-53)
“Sebab itu, berpalinglah engkau dari mereka! Di hari orang yang menyeru memanggil (mereka) kepada sesuatu yang tiada menyenangkan. Pemandangan mereka menekur ke bawah, mereka dikeluarkan dari kubur bagai belalang yang beterbangan. Dengan cepat mereka datang kepada orang yang memanggil. Orang-orang yang tiada beriman itu berkata: Inilah hari yang penuh kesulitan!” (Qs. al-Qamar [54]: 6-8)
Cendekia Kristen:: Konsep pembangkitan yang berhubungan dengan fisik sarat dengan isykalan dan objeksi; Sekiranya seorang kanibal (orang yang makan orang) memakan badan seorang. Badan yang dimakan akan dijadikan satu dengan badan yang memakan. Bila badan atau jasmani dibangkitkan pada hari pengadilan, hal itu tidak akan mungkin untuk mengupas atau memutuskan apakah badan itu milik yang makan atau yang dimakan. Sekiranya badan seorang dimakan oleh seekor burung atau binatang. Badan yang memakan akan menjadi satu dengan badan yang dimakan.
Apa yang akan dibangkitkan pada Hari Kebangkitan (resurrection)? Apakah burung dan binatang atau badan manusia?
Ruhani Muslim:: Tidak ada makanan yang akan menjadi satu dengan badan yang memakan, dan pembangkitan tidak membutuhkan adanya semua elemen-elemen (unsur-unsur) dari badan. Selama zat atau beberapa zat dari badan tinggal tidak menjadi satu dengan badan yang memakan, pembentukan kembali dari masing-masing badan akan mungkin.
Selanjutnya, Tuhan mempunyai kekuasaan terhadap segala sesuatu. Dia kuasa membedakan antara bagian-bagian asli dari badan pemakan dan apa yang dijadikan satu dengan itu dari badan lain. Dia dapat memisahkan dan membentuk kembali dua badan yang terpisah.
Sekiranya pemisahan tidak mungkin terjadi, Tuhan dapat menciptakan suatu badan dari elemen-elemen yang berbeda lain dari pada yang hilang dan menyatukan badan yang diciptakan dengan jiwa manusia pada Hari Pengadilan.
Cendekia Kristen:: Beberapa Agama mengajarkan bahwa nyawa manusia adalah tunggal dan tidak dapat dibagi, dan beberapa filosof menyetujui pandangan ini. Apakah Islam mengajarkan hal yang sama atau Islam mempunyai ajaran yang berbeda mengenai hal ini?
Ruhani Muslim:: Al-Qur’an diam dalam masalah ini (tidak membahasnya, AK). Al-Qur’an tidak membenarkan juga tidak menyangkal ketunggalan, tidak terbaginya atau tidak dapat diubahnya nyawa manusia. Juga tidak menyatakan bahwa nyawa manusia adalah suatu zat atau bahwa hal itu adalah jasmani atau bukan jasmani. Qur’an benar-benar diam dalam semua dari segi ini, dan Qur’an menghentikan semua pertanyaan-pertanyaan ini.
Hal itu berada di luar ilmu pengetahuan manusia dan jawaban dari setiap pertanyaan-pertanyaan ini tidak akan memuaskan maksud beragama.
Dari Kitab Suci Qur’an: “Mereka bertanya kepada engkau tentang ruh. Jawablah: Ruh itu termasuk urusan Tuhan, dan kepada kamu hanyalah sedikit diberikan pengetahuan tentang ruh itu.” (Qs. al-Israa [17]: 85)
Cendekia Kristen:: Beberapa agama mengajarkan bahwa ruh manusia setelah mati akan menempati seorang anak yang haru dilahirkan atau akan menempati badan dari beberapa binatang. Apakah Islam menyetujui konsep reinkarnasi?
Ruhani Muslim:: Kitab Suci al-Qur’an dengan jelas menolak konsep reinkarnasi. Ruh manusia, meninggalkan badan pada saat mati dan tidak akan dibiarkan hidup kembali ke dunia ini melalui bentuk lain.
Dari kitab suci Qur’an: “Ketika kematian telah datang kepada seseorang di antara mereka, dia berkata: Wahai Tuhanku! Kembalikanlah aku (hidup)! Supaya aku mengerjakan perbuatan baik yang telah aku tinggalkan itu. Jangan! Sesungguhnya perkataan itu hanya sekedar dapat diucapkan. Di hadapan mereka ada barzakh, dinding yang membatasi sampai hari mereka dibangkitkan.” (Qs. al-Mu’minun [23]: 99-100)
Dengan demikian, kitab suci Qur’an menyatakan bahwa ruh manusia tidak akan hidup dua kali di dunia ini, dengan demikian ruh itu tidak akan dibiarkan menempati badan hidup yang lain, baik manusia ataupun bukan manusia. Beberapa kenyataan faktual mendukung ajaran ini. Bila ruh manusia menempati badan-badan manusia yang baru, maka tidak akan menambah kepadatan penduduk, sebab ruh seseorang dapat menempati hanya satu badan. Kepadatan penduduk pada abad yang lalu sekitar satu milyar. Sekarang sekitar tiga milyar (sekarang kurang lebih 6 miliar, AK). Bagaimana kita dapat bertambah dua miliar bila tidak ada ruh-ruh baru diciptakan. Sesungguhnya bila konsep reinkarnasi adalah benar adanya, jumlah penduduk tidak akan lebih dari dua orang, sebab pada mulanya hanya ada dua ruh manusia yaitu Adam dan Hawa.